Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH LAPORAN KASUS MINOR

ILMU PENYAKIT MULUT

COATED TOUNGUE

Disusun Oleh :

Annisa Hasna Nurzahra Tauziri

160112160102

Dosen Pembimbing :

Tenny Setiani Dewi, drg., M.Kes., Sp.PM

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran

Bandung

2016

1
JUDUL : Coated Tongue

PENYUSUN : Annisa Hasna Nurzahra Tauziri


NPM : 160112160102

Bandung, Januari 2016

Menyetujui,
Pembimbing

Tenny Setiani Dewi, drg., M.Kes., Sp.PM


NIP. 19590124 198601 2 002

2
Daftar Isi

Lembar Pengesahan………………………………………………………………..ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………iii

Daftar Gambar…………………………………………………………………….iv

Daftar Tabel……………………………………………………………………......v

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………1

BAB II Laporan Kasus…………………………………………………………3

BAB III Tinjauan Pustaka…………………………………………………….12

BAB IV Pembahasan…………………………………………………………..26

BAB V Simpulan………………………………………………………………31

Daftar Pustaka……………………………………………………………………32

3
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Gambar lidah pasien……………………………………………. 6

Gambar 2.2 Gambar lidah pasien pada saat kontrol ………………………... 10

Gambar 3.1 Anatomi dan histologi lidah …………………………………… 13

Gambar 3.2 Letak reseptor rasa pada lidah ………………………………… 14

Gambar 3.3 Proses transfer rangsang dari taste buds sampai


dipersepsikan oleh thalamus …………………………………... 15
Gambar 3.4 Gambaran klinis White Hairy Tongue ………………………… 20

Gambar 3.5 Gambaran klinis Black Hairy Tongue ………………………… 21

Gambar 3.6 Gambaran klinis Brown Hairy Tongue ……………………….. 21

Gambar 3.7 Kandidiasis pseudomembran pada mukosa bukal …………….. 23

Gambar 3.8 Leukoplakia pada ventral lidah ……………………………….. 24

Gambar 4.1 A Kondisi lidah pada kunjungan pertama ……………………….. 30

Gambar 4.1 B Kondisi lidah pada saat kontrol ……………………………….. 30

Daftar Tabel

4
Tabel 3.1 Skoring coated tongue menuru Miyazaki et al
………………………22

Tabel 3.2 Perbedaan coated tongue, kandidiasis pseudomembran dan leukoplakia..


25

BAB I

PENDAHULUAN

5
Lidah adalah suatu organ muskular yang berhubungan dengan

pengunyahan, pengecapan dan pengucapan yang terletak pada sebagian di rongga

mulut dan faring. Lidah berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-

benda yang masuk ke dalam mulut kita (Tortora dan Derrickson, 2010).

Lidah dapat menjadi tempat berkolonisasi flora mulut. Papilla pada

permukaan dorsal lidah menyediakan tempat yang baik untuk berkolonisasi flora

mulut. Kehadiran keratin sebagai lapisan pelindung pada permukaan lidah

memegang peranan penting dalam pembentukan biofilm. Lapisan keratin akan

terdeskuamasi apabila terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi

anterior yang selanjutnya akan digantikan dengan lapisan keratin baru. Pada

kondisi tertentu dimana pergerakan lidah terbatas atau kondisi rongga mulut yang

tidak seimbang maka tidak terjadi deskuamasi keratin sehingga permukaan

dorsum lidah menjadi tempat retensi debris dan memberikan gambaran lidah yang

berselaput yang disebut dengan coated tongue (Langlais and Miller, 2003;

Greenberg and Glick, 2008).

Perubahan struktur pada lidah dapat berhubungan dengan adanya penyakit

sistemik, contohnya pada anemia (Field and Longman, 2003). Contoh variasi

gambaran klinis pada lidah adalah Coated tongue, Crenated tongue, dan Fissured

tongue. Coated tongue terkadang juga terdapat pada beberapa penyakit namun

kelainan ini tidak dapat digunakan sebagai indikasi adanya suatu penyakit (Danser

et al, 2003).

6
Pada makalah ini akan memaparkan laporan kasus mengenai kelainan pada

lidah berupa coated tongue seorang pasien yang datang ke klinik integrasi A

RSGM Unpad, Bandung.

7
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik IPM

2.1.1 Status Umum Pasien

Tanggal : 7 Desember 2015

Nama : Nn. C

Agama : Kristen

Telp : 081214603xxx

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 22 th

Alamat : Panyileukan

Pekerjaan : Mahasiswa

Status : Belum menikah

NRM : 2013-07xxx

2.1.2 Anamnesa

Pasien perempuan berumur 22 tahun datang dengan keluhan bagian tengah

lidah terasa kotor dan berwarna putih sejak beberapa tahun lalu. Pasien mulai

merasakan tidak nyaman pada lidahnya sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu.

Pasien tidak merasakan sakit pada lidahnya, namun pasien merasa kurang nyaman

pada lidahnya karena terasa kasar dan nafas kurang segar. Pasien mengaku jarang

membersihkan lidahnya setelah menyikat gigi, jika terasa kotor hanya dibersihka

8
menggunakan sikat gigi saja. Pasien juga mengaku kurang mengkonsumsi air

minum, terutama apabila kesibukan pasien meningkat, sehingga pasien sering

merasakan mulutnya kering. Pasien mengatakan tidak sedang meminum obat-

obatan tertentu. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki kelainan serupa. Pasien

mengatakan tidak ada hal hal yang memperingan ataupun memperberat keluhan

pasien dan belum pernah mengobati keluhannya. Pasien ingin keluhannya diatasi.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sitemik

Penyakit jantung : YA/TIDAK

Hipertensi : YA/TIDAK

Diabetes Melitus : YA/TIDAK

Asma/Alergi : YA/TIDAK , Alergi udang

Penyakit Hepar : YA/TIDAK

Kelainan GIT : YA/TIDAK , Maag

Penyakit Ginjal : YA/TIDAK

Kelainan Darah : YA/TIDAK

Hamil : YA/TIDAK

Kontrasepsi : YA/TIDAK

Lain-lain : YA/TIDAK

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal.

9
2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Suhu : Afebris

Tensi : 110/80 mmHg

Pernafasan : 20 x / menit

Nadi : 80 x / menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Mata :Pupil : Isokhor

:Konjungtiva : Non-Anemis

:Sklera : Non-Ikterik

TMJ :Tidak ada kelainan

Bibir :Tidak ada kelainan

Wajah :Simetri/Asimetri

Sirkum Oral :Tidak ada kelainan

10
Lain-lain :

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut :Baik/sedang/buruk plak +/-

:Kalkulus +/-- stain +/-

Gingiva :Tidak ada kelainan

Mukosa Bukal :Tidak ada kelainan

Mukosa Labial :Tidak ada kelainan

Palatum Durum :Tidak ada kelainan

Palatum Mole :Tidak ada kelainan

Frenulum :Tidak ada kelainan

Lidah : 1. Terdapat selaput berwarna putih di bagian

dorsal lidah

Dasar Mulut :Tidak ada kelainan

11
Gambar 2.1 Gambar lidah pasien

2.1.8 Status Gigi

UE UE

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

UE UE

Keterangan gambar : : gigi hilang

: karies

UE : Unerupted

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Radiologi : TDL

Darah : TDL

12
Patologi Anatomi : TDL

Mikrobiologi : TDL

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding

D/ Coated tongue

DD/ Candidiasis

DD/ Leukoplakia

2.1.11 encana Perawatan dan Perawatan

1. Oral Hygiene Instruction (OHI)

2. Instruksi perbanyak asupan berserat dan air putih

3. Penggunaan Tongue Scrapping dua kali sehari setelah menyikat gigi

4. Pro kontrol 1 minggu

2.2. Laporan Kontrol


Tanggal : 14 Desember 2016
Nama : Nn. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
No Rekam Medis : 2013-07xxx

2.2.1 Anamnesis
Pasien datang untuk kontrol. Setelah satu minggu pasien melakukan
instruksi yang diberikan, pasien merasa lidahnya lebih baik dan lebih nyaman
sejak menggunakan pembersih lidah. Saat ini (7 hari setelah kunjungan pertama),
pasien sudah tidak mengeluhkan selaput putih pada lidahnya. Saat ini pasien

13
masih melaksanakan instruksi yang diberikan (tongue scraping setelah menyikat
gigi 2x sehari dan anjuran mengkonsumsi air putih 8 gelas sehari).

2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral


Kelenjar Limfe
Submandibula : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental :kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal :kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Bibir :Tidak ada kelainan, kompeten
Wajah :Simetri/Asimetri
Sirkum Oral :Tidak ada kelainan
Lain-lain :Tidak ada kelainan

2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral


Kebersihan mulut :

Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S


16 11 26 16 11 26 Baik/
0 0 0 1 0 0
46 31 36 46 31 36 Stain +/-
0 0 2 1 1 1

DI =4/6
OHI-S = DI+CI = 4/6 = 0,6
CI = 0/6

14
Gingiva : Tidak ada kelainan
Mukosa bukal : Tidak ada kelainan
Mukosa labial : Tidak ada kelainan
Palatum durum : Tidak ada kelainan
Palatum mole : Tidak ada kelainan
Frenulum : Tidak ada kelainan
Lidah : TAK

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Gambar 2.2 Gambar lidah pasien pada saat kontrol

2.2.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang


TDL
2.2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding
D/ Post coated tongue

15
2.2.6 Rencana Perawatan dan Perawatan
1. Lanjutkan Oral Hygiene Instruction (OHI)

2. Lanjutkan perbanyak asupan air putih dan makanan berserat

Terapi farmakologis tidak dilanjutkan karena Chlorhexidine bersifat

bakterisid yang dapat mengganggu keseimbangan flora mulut apabila digunakan

dalam jangka waktu yang lama.

16
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Lidah

Lidah adalah organ muscular yang melekat ke dasar mulut, lebih tepatnya

melekat pada permukaan dalam mandibula dekat midline dan didukung oleh

tulang hyoid. Lidah berfungsi dalam mastikasi, menelan dan berbicara, serta

berperan dalam fungsi sensorik (Berkovitz, et al., 2002).

Lidah dilapisi epitel skuamosa berlapis dan terdapat organ kecap yang

disebut taste buds dan pada dorsum lidah terdapat papila-papila. Ada 4 tipe papila

pada dorsum lidah yaitu, papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata

dan papila foliata (Tortora dan Derrickson, 2012).

Papila filiformis berbentuk kerucut menanjang, jumlahnya banyak dan

tersebar diseluruh permukaan lidah. Papila fungiformis mirip jamur karena

memiliki tangkai sempit dan bagian atas melebar dengan permukaannya yang

licin. Papila yang mengandung kuncup kecap pada permukaan atasnya tersebar

secara tidak teratur di antara papila filiformis. Papila foliata kurang berkembang

pada manusia, terdiri atas dua atau lebih tabung (ridge) dan alur (furrow) paralel

pada permukaan dorsolateral lidah. Papila foliata kurang berkembang pada

manusia, terdiri atas dua atau lebih tabung (ridge) dan alur (furrow) paralel pada

permukaan dorsolateral lidah.

Lidah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu radiks, korpus, dan apeks.

Radiks lidah melekat pada tulang hioid dan mandibula, di bagian bawah kedua

17
tulang terdapat otot geniohioid dan otot milohioid. Korpus lidah bentuknya

cembung dan bersama apeks membentuk duapertiga anterior lidah. Radiks dan

korpus dipisahkan oleh alur yang berbentuk ”V” yang disebut sulkus terminalis.

(Tortora dan Derrickson, 2012). Gambar skema anatomi lidah seperti tampak pada

gambar 3.1.

Gambar 3.1 Anatomi dan histologi lidah

(Functional anatomy course, University of Manitoba, 2014)

3.2 Faal lidah

Fungsi utama dari lidah adalah sebagai indera pengecap. Seluruh rasa

dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih

sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif dirasakan pada daerah

ujung depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada pinggir depan lidah, rasa

asam paling baik diterima di sepanjang samping/tepi lidah dan sensasi pahit dapat

dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga belakang lidah. Keempat rasa ini

18
dikenal dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada rasa kelima yang telah

teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada L-glutamat (Tortora

dan Derrickson, 2012). Skema daerah reseptor rasa pada lidah dapat dilihat pada

gambar 3.2.

Gambar 3.2 Letak reseptor rasa pada lidah (Tortora dan Derrickson,2012)

Proses pengecapan pada lidah dimulai dari ujung saraf pengecap yang

berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Zat-zat kimia yang terlarut

dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf

pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan

nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan

melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula

oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan

membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan

disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di

postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat

mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. Tiap rasa utama tersebut

tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion atau

19
molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel

neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi

untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda (Tortora dan Derrickson,2012).

Gambar skema proses transfer impuls dari taste buds hingga thalamus dapat

dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Proses transfer rangsang dari taste buds sampai dipersepsikan oleh
thalamus (Tortora dan Derrickson, 2012)

3.3 Coated Tongue

Coated tongue adalah lapisan berwarna putih, kuning, atau kecoklatan di

atas permukaan lidah yang disebabkan oleh akumulasi dari bakteri, debris

makanan, leukosit poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel (Danser et al,

2003). Coated tongue disebut juga white hairy tongue atau lingua villosa,

merupakan pemanjangan abnormal dari papilla filiformis sehingga dorsum lidah

terlihat berambut (Langlais et al, 2009).

20
Hairy tongue bisa berwarna putih, kuning, hijau, coklat, atau hitam,

sehingga penamaannya sering disebut sebagai white coated tongue, dan yellow,

brown, atau black hairy tongue (Langlais et al, 2009).

Lidah pada individu yg normal memiliki lapisan yang terdiri atas mukus,

sel epitel yang mengalami deskuamasi, organisme, dan debris. Pada individu yang

normal, lidah mengalami pergerakan, terjadi aliran saliva sehingga lapisan yang

menutupi lidah minimum. Ketika terjadi ketidakseimbangan dalam kesehatan

individu, lapisan tersebut semakin menebal (Field and Longman, 2003).

Berikut adalah beberapa predisposisi terjadinya coated tongue (Scully,

2001):

1. Edentulous

2. Diet makanan lunak

3. Oral hygiene yang buruk

4. Puasa

5. Demam

6. Xerostomia

7. Konsumsi berbagai obat

Kurangnya pergerakan dari lidah yang dapat disebabkan oleh lesi yang

terasa sakit, berkurangnya aliran saliva, akibat penggunaan tembakau atau alcohol

yang berlebihan, gangguan pencernaan atau pernafasan,dan keadaan demam dapat

menyebabkan terbentuknya lapisan plak pada permukaan lidah (Field and

Longman, 2003). Faktor predisposisi lain meliputi antibiotik berspektrum luas

seperti penisilin dan penggunaan kortikosteroid sistemik. Penggunaan obat kumur

21
dan antasid menyebabkan pertumbuhan bakteri dan jamur yang berlebihan juga

dihubungkan dengan kondisi ini. Terapi radiasi pada keganasan kepala dan leher

juga merupakan faktor mayor penyebab terjadinya coated tongue. Kebersihan

mulut yang buruk dapat memperparah kondisi ini. Faktor etiologi yang umum

adalah karena adanya perubahan mikroflora karena pertumbuhan jamur dan

bakteri kromogenik yang berlebih (Greenberg and Glick, 2003). Terapi kanker,

infeksi Candida albicans, radiasi, kebersihan mulut yang buruk, perubahan pH di

mulut, merokok, dan penggunaan antiibiotik berhubungan dengan kondisi ini.

(Langlais et al, 2009).

Pada dasarnya, permukaan atas lidah adalah daerah yang rentan iritasi.

Iritasi ini sering disebabkan oleh minuman yang terlalu panas atau makanan yang

kasar. Hal tersebut menyebab bagian permukaan lidah membentuk perlindungan

berupa lapisan dari keratin yang telah mati. Dalam keadaan normal jumlah keratin

yang diproduksi sama dengan keratin yang mengelupas (telah mati). Pada keadaan

tidak normal keseimbangan tersebut terganggu sehingga menyebabkan coated

tongue. Coated tongue juga dapat disebabkan oleh diet makanan lunak yang

menyebabkan keratin tidak terangsang untuk mengelupas (AAOMP, 2005).

Gambaran coated tongue secara klinis berupa selaput (plak) yang

menutupi bagian permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih

kekuningan sampai berwarna coklat. Selaput terdiri dari akumulasi bakteri, debris

makanan, leukosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel. Selaput ini

dapat dikerok tanpa meninggalkan daerah eritem. Coated tongue dapat muncul

22
dan hilang dalam waktu yang singkat (Danser et al 2003; Laskaris, 2006; Scully,

2001).

Warna lesi merupakan akibat dari faktor intrinsik (organisme

kromogenik) yang dikombinasikan dengan faktor ekstrinsik (pewarnaan makanan

dan tembakau). Coated tongue lebih sering terjadi pada pria dan prevalensinya

meningkat sejalan dengan usia. Lesi dimulai di dekat foramen cecum di atas

permukaan dorsal lidah dan meluas ke lateral dan anterior. Papilla filiformis yang

terserang menjadi berubah warna, secara progresif memanjang bisa mencapai

beberapa milimeter. (Langlais et al, 2009)

Coated tongue biasanya terjadi pada 2/3 anterior dorsal lidah, dengan

predileksi pada midline sedikit anterior dari papila sirkumvalata. Lidah kemudian

menjadi tebal dan terlihat berlipat. Meskipun lesinya asimtomatik, papila dapat

menyebabkan refleks muntah atau gatal di tenggorokan jika terjadi pemanjangan

papila. Coated tongue juga bisa menyebabkan halitosis dan perubahan rasa kecap.

Apabila tidak ditangani, penumpukan plak pada dorsal lidah semakin bertambah

sehingga menyebabkan tampilan lidah seperti berambut karena adanya

perpanjangan papilla filliformis yang disebut white hairy tongue, yang dapat

dilihat pada gambar 3.6 (Greenberg and Glick, 2003).

Gambar 3.6 Gambaran Klinis White Hairy Tongue (Langlais et al, 2009)

23
Gambar 3.7 Gambaran Klinis Black Hairy Tongue (Scully, 2001)

Gambar 3.8 Gambaran klinis Brown Hairy Tongue (Scully, 2001)

Terapi untuk coated tongue adalah dengan membersihkan lidah dengan

cara menyikat lidah. Kombinasi dari obat kumur yang mengandung ascorbic acid

dengan penyikatan lidah efektif untuk mengatasi coated tongue (Field and

Longman, 2003). Oral hygiene tidak hanya dilakukan pada gigi atau jaringan

keras rongga mulut namun juga jaringan lunak mulut, salah satunya lidah.

Miyazaki et al pada tahun 1995 menentukan skoring tingkat keparahan

coated tongue seperti pada table 3.1

24
Tabel 3.1 Skoring coated tongue menurut Miyazaki et al (Lawande dan
Lawande, 2013)
Skor Deskripsi
0 Tidak terlihat

1 <1/3 permukaan dorsal tertutup

2 <2/3 permukaan dorsal tertutup

3 >2/3 permukaan dorsal tertutup

3.4 Diagnosis Banding Coated Tongue

3.4.1 Kandidiasis Pseudomembran

Kandidiasis pseudomembran merupakan infeksi oportunistik yang

disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebih seperti Candida albicans.

Tampilannya berupa plak putih seperti beludru yang menyebar yang dapat

diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar dan berdarah. Organisme

jamur seperti Candida albicans merupakan penghuni umum di kavitas oral,

gastrointestinal tract, dan vagina. Kandidiasis pseudomembran biasanya terdapat

pada permukaan buccal, lidah dan palatum lunak. Secara klinis berupa plak yang

muncul berkelompok yang memiliki batas eritema seperti tampak pada gambar

3.9. Diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan klinis, biakan jamur, atau

pemeriksaan mikroskop secara langsung. Aplikasi antijamur secara topikal selama

2 minggu dapat memperbaiki keadaan kandidiasis pseudomembran. (Langlais et

al, 2009). Hal utama yang membedakan coated tongue dengan kandidiasis

pseudomembran adalah kandidiasis dapat terangkat menggunakan scraper tetapi

25
meninggalkan bekas merah, sedangkan coated tongue tidak meninggalkan bekas

merah.

Gambar 3.9 Kandidiasis Pseudomembran pada mukosa bukal (Langlais et


al, 2009)

3.4.2 Leukoplakia

Leukoplakia merupakan istilah klinis bagi lesi plak atau patch putih yang

tidak bisa diusap atau dihilangkan, dan tidak bisa diklasifikasikan sebagai

penyakit lain. Semua usia bisa terkena leukoplakia, tetapi sebagian besar terjadi

pada usia 45-65 tahun.

Leukoplakia merupakan reaksi proteksi terhadap iritasi kronis. Tembakau,

alcohol, sifilis, defisiensi vitamin, arus galvanis, friksi, radiasi ultraviolet, dan

candidiasis sering memiliki implikasi terhadap terjadinya leukoplakia.

Leukoplakia bervariasi dalam hal ukuran, lokasi, dan tampilan klinis. Lebih sering

terjadi di ventral lidah, dasar mulut seperti pada gambar 3.10, mukosa alveolar,

bibir, palatum lunak, dan pada attached gingiva rahang bawah. Permukaannya

bisa halus dan homogen, tipis dan gembur, berfisur, berkerut, verukoid, nodular

maupun berbintik- bintik (Langlais et al, 2009). Hal utama yang membedakan

26
leukoplakia dengan coated tongue adalah lesi putih leukoplakia tidak dapat

terangkat dengan scraper, sedangkan coated tongue dapat terangkat dengan

scraper.

Gambar 3.10 Leukoplakia pada ventral lidah

27
Berikut pada tabel 3.1 menunjukkan perbedaan Coated Tongue, Kandidiasis

Pseudomembran, dan Leukoplakia.

Tabel 3.2 Perbedaan Coated tongue, kandidiasis pseudomembran dan leukoplakia


Perbedaan Coated Tongue Kandidiasis Leukoplakia
Pseudomembran

Gambaran Klinis lapisan berwarna plak putih seperti Plak atau patch
putih, kuning, beludru yang putih yang tidak
atau kecoklatan di menyebar yang bisa terangkat
atas permukaan dapat diangkat dengan scraper
lidah. Dapat dengan scraper dan
diangkat meninggalkan
menggunakan permukaan merah,
scraper kasar dan berdarah
Etiologi OH buruk, Infeksi oportunistik Tembakau,
konsumsi obat- Candida sp. alcohol, defisiensi
obatan, vitamin, friksi
edentulous, kronis
demam,
xerostomia
Epidemiologi Sering terjadi Bisa terjadi pada Terjadi pada usia
pada usia di atas semua usia dan 45-65 tahun,
30 tahun, semua jenis kelamin perbandingan pria
mengenai pria dan wanita 2:1
lebih banyak
Treatment Menyikat lidah Terapi antifungal Eliminasi faktor
dan OHI lokal, biopsi

28
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Mekanisme penegakan diagnosis coated tongue

Anamnesa
Anamnesa
Pasien perempuan berumur 22 tahun datang
- Pasien jarang membersihkan lidah
dengan keluhan :
- Kurang konsumsi air
-selaput putih pada permukaan lidah. - Merasa mulut kering
-kasar dan tidak nyaman pada lidahnya - Tidak sedang konsumsi obat
-nafas kurang segar - Tidak ada riwayat keluarga
-sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu - Belum pernah mengobati keluhan
-tidak merasakan sakit pada lidahnya

EO : TAK
Diagnosis : - Coated Tongue
IO : Selaput putih di dorsal lidah

Eliminasi diagnosis banding :


Diagnosis Banding Coated Tongue Leukoplakia disingkirkan karena lesi
leukoplakia tidak terangkat menggunakan
Leukoplakia scraper. Kandidiasis terangkat menggunaan
Kandidiasis Pseudomembran scraper namun meninggalkan bekas merah

Kontrol

- selaput putih di lidahnya berkurang. Saat


kontrol (7 hari setelah kunjungan
pertama), Terapi
- pasien sudah tidak mengeluhkan selaput
putih pada lidahnya. Rasa tidak nyaman Non Farmakologi (KIE) + OHI
berkurang dan nafas lebih segar. − Pro Oral Hygiene Instruction
- pasien masih melaksanakan instruksi − Pro anjuran mengkonsumsi cairan, air
yang diberikan (tongue scraping setelah putih 8 gelas sehari
menyikat gigi 2x sehari dan anjuran − Pro kontrol 1 minggu
mengkonsumsi air putih 8 gelas sehari).

D/ : Post Coated Tongue

Th/ Terapi non farmakologi

29
Pasien perempuan berumur 22 tahun datang dengan keluhan bagian tengah lidah

terasa kotor dan berwarna putih sejak beberapa tahun lalu. Pasien mulai

merasakan tidak nyaman pada lidahnya sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu.

Pasien tidak merasakan sakit pada lidahnya, namun pasien merasa kurang nyaman

pada lidahnya karena terasa kasar dan nafas kurang segar. Pasien mengaku jarang

membersihkan lidahnya setelah menyikat gigi, jika terasa kotor hanya dibersihka

menggunakan sikat gigi saja. Pasien juga mengaku kurang mengkonsumsi air

minum, terutama apabila kesibukan pasien meningkat, sehingga pasien sering

merasakan mulutnya kering. Pasien mengatakan tidak sedang meminum obat-

obatan tertentu. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki kelainan serupa. Pasien

mengatakan tidak ada hal hal yang memperingan ataupun memperberat keluhan

pasien dan belum pernah mengobati keluhannya. Pasien ingin keluhannya diatasi.

Berdasarkan beberapa riwayat penyakit sistemik yang ditanyakan kepada

pasien, pasien menyangkal penyakit sistemik tersebut dan pasien tidak pernah

melakukan pengobatan untuk penyakit yang berat. Saat ini pasien sedang tidak

meminum obat apapun. Pada pemeriksaan kondisi umum tidak ditemukan

keabnormalan pada tanda-tanda vital. Pemeriksaan ini meliputi keadaan umum,

kesadaraan, tekanan darah, suhu, pernapasan dan nadi. Dari pemeriksaan di atas

dapat disimpulkan pasien memiliki kondisi sistemik yang baik.

Pada pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan. Pada pemeriksaan

intraoral, ditemukan selaput putih yang menutupi permukaan dorsal lidah, dapat

dikerok dan tidak meninggalkan bekas kemerahan. Gambaran klinis tersebut

30
menyerupai gambaran lidah berselaput. Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis,

dapat disimpulkan diagnosis penyakit dari pasien ini adalah coated tongue.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah Kandidiasis Pseudomembran dan

Leukoplakia. Tampilan kelainan ini hampir serupa tetapi memiliki ciri khas yang

dapat menguatkan tegaknya diagnosa penyakit. Leukoplakia merupakan plak

ataupun patch putih yang tidak dapat terangkat, sedangkan kandidiasis

pseudomembran merupakan plak putih dapat terangkat namun meninggalkan

bekas kemerahan pada mukosa serta merupakan infeksi oportunistik spesies

Candida sp. Sehingga diagnosis banding kandidiasis pseudomembran dan

leukoplakia dapat disingkirkan pada pasien ini.

Coated tongue pada pasien ini terjadi karena pasien tidak pernah

membersihkan lidahnya dengan alat apapun. Dalam anamnesa pasien mengaku

tidak pernah membersihkan lidahnya dengan alat apapun. Dari riwayat medik dan

pemeriksaan kondisi umum, dapat dikatakan pasien memiliki kondisi sistemik

yang baik. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa faktor predisposisi dari

lidah berselaput pada pasien ini adalah karena kebersihan mulut yang kurang baik,

tanpa ada keterlibatan kondisi sistemiknya dan kurangnya asupan cairan kerena

asupan cairan yang cukup dapat meningkatkan self cleansing bagi rongga mulut.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis ditegakkan diagnosa coated

tongue untuk kasus pada pasien Nn.C. Terjadinya coated tongue pada pasien ini

diawali dengan kebiasaan pasien yang tidak pernah membersihkan lidahnya sejak

lama. Sehingga terjadilah penumpukkan bakteri, debris makanan, dan deskuamasi

31
epitel, dalam waktu yang lama tumpukan tersebut menjadi plak yang berwarna

putih kekuningan.

Terapi coated tongue pada kasus ini terdiri dari non farmakologis (KIE).

Terapi non farmakologis pada pasien ini adalah Oral hygiene instruction, anjuran

menyikat lidah setelah menyikat gigi dan konsumsi air sebanyak 8 gelas sehari.

Pasien diinstruksikan untuk kontrol untuk melihat perkembangan coated tongue.

Oral hygiene instruction (OHI) yang diberikan pada pasien meliputi teknik dan

waktu yang tepat untuk membersihkan gigi dan mulut. Jenis bulu sikat gigi yang

digunakan pasien adalah medium, tetapi dengan teknik menyikat gigi yang salah

bulu sikat tersebut dapat menyebabkan trauma pada mukosa oral. Jenis sikat gigi

dengan bulu soft menjadi salah satu alternatif utama untuk mengurangi truma pada

mukosa oral terutama pada gusi karena kondisi mulut pasien yang sudah banyak

kehilangan gigi geligi. Penggunaan jenis bulu sikat soft diharapkan dapat lebih

fleksibel membersihkan secara lembut pada bagian margin gingiva dan dapat

mencapai bagian proksimal dengan lebih baik. Pengguna jenis bulu sikat gigi

medium hingga hard biasanya lebih memiliki resesi gusi daripada pengguna jenis

bulu sikat gigi soft. Diameter masing-masing bulu sikat adalah 0,2-0,3 mm untuk

bulu sikat soft dan 0,4 mm untuk bulu sikat medium. Jenis bulu sikat gigi berasal

dari dua bahan yaitu alami dan sintesis, namun yang paling sering digunakan

adalah bahan sistesis yaitu nilon. Sikat gigi tidak memiliki kemampuan untuk

menghilangkan plak pada minggu ke-9 penggunaannya, sehingga harus diganti

secara berkala tiga hingga empat bulan sekali (Carranza, 2006).

32
Teknik menyikat gigi biasanya disesuaikan dengan kondisi jaringan

periodontal pasien. Terdapat beberapa teknik menyikat gigi yaitu roll, vibratori,

sirkuler, vertikal, dan horizontal. Penggunaan teknik tersebut dapat dimodifikasi

oleh pasien untuk mendapatkan gigi yang bebas plak. Teknik menyikat gigi yang

disarankan pada pasien adalah menggunakan teknik sirkular dengan bass,

penggunaan modifikasi teknik ini dapat menghindarkan dari trauma pada jaringan

periodontal terutama gusi. Gerakan modifikasi teknik ini yaitu dengan memutar

sikat gigi pada seluruh permukaan bukal-labial gigi diikuti dengan permukaan

oklusal gigi dimana bulu sikat menutupi tiga hingga empat gigi dimulai dari gigi

paling distal pada rahang, selanjutnya sikat gigi ditempatkan pada margin gingiva

membentuk sudut 450 terhadap sumbu panjang gigi dan digerakan dengan tekanan

vibrasi. Gerakan tersebut dilakukan pada rahang atas amaupun rahang bawah

(Carranza, 2006).

Penggunaan alat bantu lain untuk menjaga oral hygiene pun disarankan

kepada pasien contohnya adalah penggunaan sikat lidah. (Danser, et al., 2003).

Menurut Yaegaki (2002) terdapat beberapa penuntun mengenai sikat lidah yaitu

sikatlah gigi sebelum membersihkan lidah. Pastikan juga menyikat di bagian

belakang gigi untuk mengurangi akumulasi bakteri. Arahkan spoon dari tongue

scraper menjangkau bagian paling posterior dari lidah, dan sepanjang permukaan

lidah. Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran dari mulut anda. Gunakan

tongue scraper timbal balik, scraper berlekuk atau menggunakan pegangan untuk

membersihkan lidah. Menjangkau sejauh mungkin dalam mulut dan pembersih

dari belakang ke depan dengan tekanan ringan. Bilas tongue scraper dan pastikan

33
mencuci bersih semua bakteri dan saliva yang terakumulasi pada tongue scraper.

Lakukan pembersihan lidah paling tidak dua sampai tiga kali setiap pembersihan.

Gunakan tekanan yang ringan ketika menggunakan tongue scraper, jangan

menekan terlalu keras karena dapat mengiritasi lidah. Pasien tidak diberikan terapi

farmakologis, hanya dilakukan observasi.

Terapi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan oral hygiene pasien.

Usaha meningkatkan oral hygiene pasien ini dilakukan untuk

menghilangkan faktor predisposisi dari coated tongue.

Pasien datang 7 hari kemudian, selama 7 hari ini pasien setiap hari

menyikat lidah dengan sikat gigi berbulu halus setelah menyikat gigi dan banyak

minum air putih serta mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Saat pasien

datang, pasien merasa lidahnya tidak terdapat selaput putih. Pada kontrol

diberikan kembali Oral Hygiene Instruction untuk tetap menjaga kebersihan

rongga mulut dan lidah.

Skor coated tongue menurut Miyazaki pada pasien ini saat kunjungan

pertama adalah 3, karena hamper semua bagian dorsal lidah tertutup selaput putih.

Namun terjadi perbaikan setelah selama kurang lebih 7 hari menjalani instruksi

yang diberikan, sehingga pada saat kontrol, skor coated tongue nya menjadi 0.

Dapat disimpulkan perawatan coated tongue pada pasien ini berhasil. Perbedaan

gambaran klinis pasien pada saat kunjungan pertama dan kontrol dapat dilihat

pada gambar 4.1.

34
A. B.
Gambar 4.1 A. Kondisi lidah pada kunjungan pertama (skor =3);
B.Kondisi lidah pada kontrol(skor=0)

35
BAB V

SIMPULAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosa coated tongue dengan

ditemukannya selaput berwarna putih kekuningan pada dorsum lidah. Faktor

penyebabnya kurangnya konsumsi makanan berserat dan minum air.

Terapi yang diberikan adalah oral hygiene instruction, pemberian instruksi

untuk membersihkan lidah menggunakan tongue scraper dan mengonsumsi

makanan berserat, dan traumatik ulser diobservasi.

Pada kunjungan kontrol, keluhan pasien sudah berkurang dan pasien

diminta untuk tetap melanjutkan menyikat lidah dan minum air secara rutin 8

gelas sehari agar keluhan pasien tidak terjadi kembali. Skor coated tongue

menurut Miyazaki pada kunjungan pertama 3, sedangkan pada kontrol skornya 0.

Dapat disimpulkan bahwa perawatan coated tongue pada pasien ini berhasil

dilakukan.

36
DAFTAR PUSTAKA

AAOMP. 2005. Coated tongue. Available at www.aaomp.org diakses tanggal: 8


Juni 2015.

Danser, MM et al. 2003. Tongue coating and tongue brushing: a literature review .
Int J Dent Hygiene 1, 151–158.

Field, Anne; L. Longman. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine 5 th ed. Oxford


University Press

Greenberg, M. and Glick, M. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and


Treatment 10th ed. Ontario : BC Decker Inc.

Langlais, R P. and C.S. Miller. 2009. Color Atlas of Common Oral Diseases 4th
edition. Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia.

Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease. 2nd ed. New York: Thieme

Lawande, A. S. and Gayatri S. L. Tongue hygiene and its significance in the


control of halitosis. Journal of Orofacial Research. Vol 3(4) pp 256-
262.2013

Mosby's Dental Dictionary 2nd edition. 2008. Elsevier, Inc.

Moore, K. L.; A. F. Dalley; and A. M. R. Agur. 2010. Clinically Oriented


Anatomy. International Edition. Sixth Edition. Philadelpia: Lippincott
William and Wilkin, a Wolters Kluwer Business.

Nirwanda, D. 2010. Prevalensi dan Distribusi Kelainan dan Penyakit Lidah pada
Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara (Februari–Maret 2010). Skripsi. Medan: USU.

Omor, R.A. Arabeyat, M.A. Hiasat, A.N. Ajarmeh, M.S. Fanas, H.A. 2015.
Prevalence and factor related to tongue coating among a sample of
Jordanian Royal Medicine Services Dental Outpatients. Journal of The
Royal Medicine Services 22(1):35-40.

Sterer, N. and Rosenberg, M. 2011. Breath Odors of Oral Origin. Available


online at http://www.spiringer.com/978-3-642-19311-8 (diakses pada
6 Januari 2016).

37
Sunil, A., J. Kurien, A. Mukunda, A. Bin Basheer, Deepthi. 2013. Common
superficial tongue lesions. Indian Journal of Clinical Practice.

Scully, Crispian. 2001. Handbook of Oral Diseases Diagnosis and Management.


New York : Thieme.

Tortora, G.J. and Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy and Physiology 13th
ed. Denver : John Wiley and Son, Inc.

38

Anda mungkin juga menyukai