Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

Lidah merupakan organ muscular pada rongga mulut yang membantu dalam

pengunyahan, bicara, serta sebagai indera pengecapan (taste bud) yang terdapat pada

papilla di permukaan lidah. Perkembangan permukaan lidah secara normal dilapisi

oleh papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla foliate, dan papilla sirkumvalata

(Nirwanda, 2010). Di dalam lidah terdapat mikroorganisme (bakteri) oral, apabila

bakteri berakumulasi akan membentuk volatile sulvur compounds yang dapat

menyebabkan bau mulut. Perubahan pola diet, oral hygiene yang buruk dan

penurunan jumlah saliva akan mengakibatkan akumulasi debris oral (Danser et al,

2003). Kondisi pada lidah dapat dianggap sebagai salah satu petunjuk yang

menggambarkan keadaan kesehatan umum seseorang, misalnya pada pasien coated

tongue yang berhubungan dengan manifestasi dari demam, xerostomia dan infeksi

umum lainnya (Scully, 2001). Coated tongue merupakan suatu kelainan lidah yang

umum terjadi karena adanya kumpulan epitel, makanan, dan debris microbial yang

mengakibatkan bau mulut dan sensasi rasa lidah yang kurang peka (Quirynen et al,

2004).

Makalah laporan kasus ini akan membahas mengenai coated tongue pada

seorang pasien yang datang ke Instalasi Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Universitas Padjadjaran pada tahun 2015.

1
2

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik IPM

2.1.1 Status Umum Pasien

Nama : Redy Indra Wijaya

Umur : 22 tahun

Alamat : Terusan Psm no. 61, Kp. Jondol

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

No. Rekam Medis : 2015 - 10302

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Tanggal Pemeriksaan : 5 Oktober 2015

2.1.2 Anamnesa

Pasien laki-laki berusia 22 tahun datang ke RSGM Instalasi IPM dengan

keluhan terdapat selaput berwarna putih pada lidahnya sudah sejak beberapa bulan

lalu. Pasien sadar lidahnya dengan kondisi tersebut saat bercermin. Selaput keputihan

tersebut hampir pada seluruh permukaan lidah. Pasien menyatakan bahwa ia merasa

bau mulut. Pasien memiliki kebiasaan sikat gigi dua kali sehari tetapi pasien tidak
3

menggosok gigi lagi sesudah makan sebelum tidur. Pasien tidak memiliki kebiasaan

untuk menyikat lidahnya sesudah sikat gigi. Pasien mengaku jarang minum air putih,

jarang makan sayuran dan buah, tidak merokok, tidak dalam keadaan stress, tidak

memiliki kebiasaan buruk pada oralnya dan tidak sedang mengonsumsi obat-obatan.

Pasien saat ini dalam kondisi sehat dan mengaku tidak mempunyai kelainan penyakit

sistemik. Tidak ada hal yang menyertai untuk meringankan dan memberatkan

keluhannya tersebut. Pasien ingin selaput putih pada lidahnya tersebut hilang

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Penyakit jantung : YA/TIDAK

Hipertensi : YA/TIDAK

Diabetes Melitus : YA/TIDAK

Asma/Alergi : YA/TIDAK

Penyakit Hepar : YA/TIDAK

Kelainan GIT : YA/TIDAK

Penyakit Ginjal : YA/TIDAK

Kelainan Darah : YA/TIDAK

Hamil : YA/TIDAK

Kontrasepsi : YA/TIDAK

Lain-lain : YA/TIDAK
4

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik Tensi : 110/70 mmHg

Kesadaran : Compos Mentis Pernafasan : 20 x / menit

Suhu : Afebris Nadi : 72 x / menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Submental : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Servikal : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Mata : Pupil : Isokhor

Konjungtiva : Non-Anemis

Sklera : Non-Ikterik

TMJ : Tidak ada clicking dan deviasi


5

Bibir : Tidak ada kelainan

Wajah : Simetri/Asimetri

Sirkum Oral : Tidak ada kelainan

Lain-lain : Disangkal

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut : buruk Plak (+)

Kalkulus (+) Stain (-)

Gingiva : Oedem di region 1,2,3,4

Mukosa bukal : Teraan gigitan pada region 46 dan 36

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Terdapat torus

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah : Terdapat lesi plak putih pada seluruh dorsal lidah

Dasar mulut : Tidak ada kelainan


6

2.1.8 Status Gigi

cs cs TS cs

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UE cs cm cs cs UE

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding

D/ Coated Tongue at regio dorsal lidah

DD/ Oral Candidiasis

2.1.11 Rencana Perawatan Dan Perawatan

 Pro instruksi minum air putih yang cukup yaitu minimal 2 L (8 gelas) sehari,

perbanyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan (makanan 4 sehat 5

sempurna).

 Pro instruksi sikat lidah dengan tongue scraper/ sikat gigi setiap habis

menyikat gigi secara teratur.

 Pro instruksi meningkatkan oral higiene dengan menyikat gigi 2 kali sehari

dengan waktu yang benar dan teknik menyikat gigi yang benar.

 Pro kontrol 1 minggu


7

Gambar 2.1 Coated Tongue pada Dorsum Lidah

2.2 Status Kontrol

Tanggal pemeriksaan : 23 Oktober 2015

Nomor Rekam Medik : 2015-10302

Nama : Redy Indra W.

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 22 tahun

2.2.1 Anamnesa

Pasien datang untuk kontrol selaput plak putih pada lidahnya setelah 16 hari

dilakukan perawatan. Pasien mengaku selaput plak putih pada lidahnya sudah
8

berkurang. Pasien sudah melakukan instruksi untuk menyikat lidahnya setiap selesai

menggosok giginya. Pasien mulai untuk membiasakan minum air putih yang teratur 2

L (8 gelas per hari), makan buah dan sayuran (4 sehat 5 sempurna). Pasien mengaku

bau mulutnya pun sudah berkurang. Saat ini pasien dalam kondisi sehat dan tidak

mengonsumsi obat apapun. Pasien merasa senang dan puas terhadap plak putih yang

sudah berkurang pada lidahnya.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula : Kiri : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental : Kiri : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal : Kiri : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Bibir : Tidak ada kelainan

Wajah : Simetris/Asimetris

Sirkum Oral : Tidak ada kelainan

Lain-lain : Disangkal
9

2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan mulut :

Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S


16 11 26 16 11 26 Baik/Sedang/ Buruk

O O O O O 2
46 31 36 46 31 36 Stain +/-

1 O 2 2 O 2
DI = 3/6 ; CI = 6/6 OHI-S = DI + CI = 0,5 +1 = 1,5 (sedang)

Gingiva : Oedem di anterior dan posterior bukal rahang atas, di

posterior dan lingual rahang bawah

Mukosa bukal : Terdapat 2 ulcer dengan bentuk irregular, warna putih,

pinggir eritem, diameter 1 mm, tidak sakit.

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Terdapat torus

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah : Lesi plak putih pada bagian kurang dari sepertiga posterior

lidah

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

2.2.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang


10

Tidak dilakukan

2.2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Post coated tongue

2.2.6 Rencana Perawatan dan Perawatan

Pasien dinyatakan sembuh pada control pertama, agar coated tongue tidak

terjadi pasien diinstruksikan

 Pro instruksi menjaga pola makan bergizi ( makan sayur dan buah) dan

minum air putih yang cukup.

 Pro instruksi menyikat lidah secara teratur.

 Pro pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut dengan sikat gigi secara

teratur untuk mencegah coated tongue terjadi.

Gambar 2.2 Coated Tongue Setelah Kontrol


11
12

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Lidah

Lidah adalah organ muscular yang berada pada dasar mulut dan terlibat dalam

proses mastikasi, perasa, menelan, dan artikulasi. Warna lidah yang sehat adalah

merah muda dengan permukaan yang tidak rata karena adanya papilla. Ada empat

jenis papilla pada dorsum lidah yaitu (Nirwanda, 2010):

a. Papilla Filiform adalah papilla terkecil dan mempunyai jumlah banyak pada

permukaan dorsal lidah antero posterior. Bentuk papilla panjang dan runcing

seperti konus, tampak seperti rambut dan diliputi oleh lapisan keratin,

panjangnya kurang lebih 2-3 mm, tidak mengandung papilla pengecap, epitel

keratin yang melapisi permukaanya memberikan warna abu-abu pada lidah

dan berfungsi untuk menjilat lalu mendorong makanan ke distal.


b. Papilla Fungiformis adalah papilla yang terletak pada dua pertiga anterior

lidah dengan jumlah lebih sedikit daripada papilla filiformis. Papilla ini

mempunyai kapiler darah yang banyak sehingga papilla ini terlihat seperti

bintik-bintik merah pada hamparan papilla filliformis. Bentuknya bulat atau

seperti jamur, tidak bertanduk, dan sedikit menonjol. Papilla ini berisi kuncup-

kuncup pengecap, kadang papilla fungiformis mengandung pigmen coklat,

terutama melanoderm.
13

c. Papilla sirkumvalata adalah papilla yang terletak pada pertemuan dua pertiga

anterior dan sepertiga posterior lidah. Papila tersebut berisi kuncup-kuncup

pengecap dan berbentuk V di sepanjang ujung-ujung sulkus di sisi posterior

lidah dorsum lidah.


d. Papilla foliata terletak pada tepi lateral lidah posterior. Papilla tersebut berupa

tiga perempat lipatan vertikal pendek. Papila sirkumvalata dan papila foliata

dikelilingi oleh parit.

Gambar 3.1 Bagian-Bagian Lidah

Lidah merupakan habitat bagi mikroorganisme dapat berkolonisasi.

Mikroorganisme yang biasa ditemukan pada lidah, yaitu Streptococcus salivarius,

Prevotella intermedial, P. gingivalis, Prevotella melaninogenica, Streptococcus

mutans, Odontomyces viscosus, dan P. Loescheii (Nirwanda, 2010).

3.2 Coated Tongue


14

Coated Tongue adalah selaput pada permukaan lidah yang terlihat berwarna

putih, kuning, atau kecoklatan yang disebabkan oleh adanya akumulasi dari debris

makanan, bakteri, deskuamasi sel epitel, dan lekosit dari poket periodontal. Bakteri

yang berkolonisasi pada lidah dapat membentuk volatile sulvur compounds yang

dapat menyebabkan bau mulut.

Beberapa metode yang telah digunakan untuk mengetahui etiologi dan tingkat

keparahan coated tongue, ialah (Nirwanda, 2010)

a. Menurut Miyazaki
Menilai berdasarkan distribusi daerah yang tertutupi selaput, yaitu skor 0

(tidak terlihat), skor 1 (kurang dari 1/3 permukaan dorsum lidah), skor 2

(kurang dari 2/3 permukaan dorsum lidah), skor 3 (lebih dari 2/3

permukaan dorsum lidah).

Gambar 3.2 Metode Penilaian Coated Tongue Menuurt Miyazaki

b. Menurut Chen
Berdasarkan warna putih, kuning, abu-abu, hitam
15

Gambar 3.3 Derajat Coated Tongue Putih, Kuning,Abu-Abu, Hitam

c. Menurut Boys, dkk


Menggolongkan coated tongue berdasarkan ketebalan selaput pada bagian

dorsal lidah melalui pemeriksaan visual; berat, sedang, ringan, atau tidak

ada.

3.2.1 Etiologi

Beberapa predisposisi terjadinya coated tongue ialah (AAOMP, 2005;

Greenberg & Glick, 2003; Laskaris, 2006; Scully, 2001)

1. Puasa
2. Xerostomia
3. Oral Hygiene Buruk
4. Diet Makanan Lunak
5. Penderita dehidrasi
6. Penderita penyakit infeksi, penyakit kronis atau penyakit sistemik
7. Demam
8. Konsumsi obat-obatan antibiotik
9. Pemakaian gigi tiruan
10. Agen-agen penoksida yang terdapat pada obat kumur
16

3.2.2 Patofisiologi
Permukaan atas lidah rentan untuk terkena iritasi. Iritasi terjadi dapat

disebabkan oleh minuman yang panas atau makanan yang kasar. Hal tersebut dapat

menyebabkan bagian permukaan lidah membentuk perlindungan berupa lapisan dari

keratin yang telah mati. Dalam kondisi normal jumlah keratin yang diproduksi sama

dengan keratin yang mengelupas (telah mati). Pada kondisi tidak normal terjadi

ketidakseimbangan jumlah produksi keratin tersebut sehingga menyebabkan coated

tangue. Coated tongue dapat disebabkan juga oleh diet makanan lunak yang

menyebabkan keratin tidak terangsang untuk mengelupas (AAOMP, 2005).


Terjadinya iritasi lokal pada lidah secara terus-menerus akan mengakibatkan

terjadinya pertahanan tubuh yaitu terlihat papilla filiformis akan memanjang pada

bagian dorsal lidah, sehingga akan tampak seperti berambut. Keadaan tersebut

menguntungkan bagi bakteri dan jamur untuk berkolonisasi.


Pada kondisi normal, keratin mengalami deskuamasi dan tertarik oleh

makanan berserat, sehingga produksi keratin yang diproduksi seimbang dengan

keratin yang dibuang pada papilla filiform. Pada kasus tidak normal, contoh pada

seseorang yang melakukan diet makanan lunak, keratin yang harusnya terdeskuamasi

justu membuat retensi untuk makanan lunak tersebut karena makanan lunak tidak

mendorong keratin yang mati dan hanya menggantinya dengan yang baru, sehingga

papilla terlihat lebih panjang karena ketidakseimbangan keratin yang diproduksi dan

yang dibuang.
Pada kasus pasien jarang minum air putih. Keadaan dehidrasi menyebabkan

reduksi aliran saliva yang berhubungan dengan mulut kering sehingga self-cleansing
17

lidah berkurang sehingga memungkinkan terjadi akumulasi debris makanan, bakteri

pada lidah, dan epitel yang mati tidak terdeskuamasi dan masih menempel di lidah

tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukkan plak berwarna putih tebal

pada lidah tersebut (coated tongue).

3.2.3 Gambaran Klinis


Gambaran secara klinis adalah berupa selaput (lesi plak) yang menutupi

bagian permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih kekuningan ataupun

berwarna kecoklatan. Selaput terdiri dari akumulasi bakteri, debris makanan, lekosit

dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel. Selaput ini dapat hilang pada

pengerokan tanpa meninggalkan daerah eritem. Coated tongue dapat hilang dan

muncul dalam waktu yang singkat (Danser et al 2003; Laskaris, 2006; Scully 2001).

3.2.4 Diagnosis Banding


a. Oral Candidiasis
Candida sp. merupakan flora normal yang terdapat pada permukaan rongga

mulut dan memiliki konsentrasi yang rendah pada mulut yang sehat sehingga tidak

menyebabkan kelainan atau penyakit. Candida sp. dapat menjadi agen infeksius

oportunistik jika ada kesempatan untuk berkembang biak dengan cepat sehingga

dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Lesi akibat candida sering ditemui pada

lidah, mukosa pipi dan palatum. Penyakit pada mukosa mulut yang diakibatkan oleh

jamur berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh. Pada host

immunocompromised, keberadaan jamur meningkat dengan cepat.


Coated tongue akibat jamur dapat terjadi akibat berbagai faktor seperti pasien

dengan kelainan sistemik yang harus mengonsumsi obat antibiotik dalam jangka
18

waktu lama, infeksi, terapi radiasi, perokok berat, kebersihan mulut yang buruk, dan

genetik. Coated tongue tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya, tetapi bila

sudah terinvasi Candida sp. dapat menimbulkan beberapa gejala klinis seperti rasa

kecap terganggu, rasa pedih, rasa sakit, dan rasa seperti terbakar pada lidah yang

dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi dan penyembuhan yang lambat. Hal ini

dapat dihilangkan atau dicegah dengan memakai obat kumur dan tindakan

pembersihan lidah yang baik (Nirwanda, 2010).

3.2.5 Terapi
Meningkatkan kebersihan rongga mulut dan melakukan pembersihan lidah

dengan sikat gigi atau tongue scraper dapat mengurangi ketebalan lapisan selaput

pada lidah. Apabila coated tongue disebabkan oleh penyakit sistemik, maka dengan

mengobati penyakit sistemik tersebut, selaput pada lidah pun akan berkurang.

Apabiila akibat penggunaan antibiotik atau kemoterapi, maka tidak perlu tindakan

karena akan sembuh sendirinya apabila penggunaan obat tersebut dihentikan. Apabila

akibat mengonsumsi rokok/ alkohol, kebiasaan harus dihilangkan. Minum banyak air

putih, makan buah-buahan, dan sayuran dapat membantu melepaskan debris putih

dari lidah. Berkumur dengan asam askorbat, mungkin akan membantu, terutama jika

dikombinasikan dengan sikat lidah (Field and Longman, 2003).


Penggunaan sikat gigi juga dapat menurunkan bakteri pada lidah, namun

efektivitas penurunan bakteri tidak sama jika dibandingkan menggunakan tongue

scraper. Hal ini disebabkan oleh ukuran permukaan sikat gigi yang lebih kecil.

Penggunaan sikat gigi untuk pembersihan lidah dapat menyebabkan pendarahan kecil
19

dan kerusakan pada bagian permukaan dorsal lidah. Direkomendasikan untuk

menggunakan tongue scraper dari penggunaan sikat gigi dalam membersihkan lidah.

3.2.6 Cara Penggunaan Tongue Scraper


Penggunaan tongue scraper dianjurkan seperti di bawah ini, yakni:
a. Sikat gigi sebelum membersihkan lidah. Pastikan menyikat di bagian

belakang gigi untuk mengurangi akumulasi bakteri


b. Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran mulut
c. Julurkan lidah ke depan, bersihkan dengan tongue scraper dari pangkal

lidah ke ujung lidah sampai bersih dengan tekanan ringan


d. Lakukan pembersihan lidah paling tidak dua sampai tiga kali setiap

pembersihan

Gambar 3.4 Cara Penggunaan Tongue Scraper


20

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kunjungan pertama, pasien mengeluhkan terdapat selaput putih pada

permukaan lidah sudah sejak beberapa bulan lalu dan menyadari saat bercermin.

Selaput tidak menimbulkan rasa sakit dan pasien mengeluhkan merasa bau mulut.

Pasien tidak pernah membersihkan lidah menggunakan pembersih lidah. Pasien

minum air putih kurang dari 8 gelas sehari dan memiliki kebiasaan makan makanan

yang pedas. Pasien jarang mengkonsumsi buah, sayut, dan vitamin. Pasien tidak

sedang mengonsumsi obat-obatan. Tidak ada hal yang menyertai untuk meringankan

dan memberatkan keluhan pasien tersebut. Selaput putih ini belum pernah diobati

sebelumnya. Pasien ingin dirawat agar selaput putih dan bau mulutnya hilang.
21

Berdasarkan beberapa riwayat penyakit sistemik yang telah ditanyakan

kepada pasien, pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit apa pun dan pasien

tidak pernah melakukan pengobatan untuk penyakit yang berat. Saat ini pun pasien

tidak meminum obat apa pun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasein memiliki

kondisi sistemik yang baik.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis ditegakkan diagnosis coated

tongue untuk kasus pada pasien, ditemukan selaput berwarna putih pada seluruh

permukaan dorsum lidah yang ketika dikerok tidak menimbulkan permukaan yang

eritem. Terjadinya coated tongue pada pasien ini diawali dengan kebiasaan pasien

yang tidak pernah membersihkan lidahnya setelah sikat gigi, kurangnya asupan cairan

dalam tubuh serta jarang untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Sehingga

terjadinya penumpukkan bakteri, debris makanan, dan desquamasi epitel, lama-

kelamaan tumpukkan tersebut menjadi plak berwarna putih.

Berdasarkan anamnesis pasien jarang meminum air putih kurang dari 8 gelas

perhari. Keadaan dehidrasi menyebabkan reduksi aliran saliva yang berhubungan

dengan keadaan mulut kering sehingga self-cleansing pada lidah berkurang. Keluhan

utama pasien yang merasa terganggu pada lidahnya terdapat selaput putih tebal dan

merasa bau mulutnya merupakan gejala yang biasa dikeluhkan pasien dengan

gambaran lidah berselaput. Menurut Scully (2001), hal yang dikeluhkan oleh pasien

tersebut berasal dari sisa debris makanan, bakteri, dan epitel yang tidak

terdeskuamasi pada lidah.


22

Terapi coated tongue pada kasus ini adalah dengan memberikan Oral Hygiene

Instruction (OHI), anjuran penggunaan tongue scraper 2x/hari sesudah menyikat gigi.

Tongue scraper merupakan salah satu alat pembersih lidah yang dirancang sesuai

anatomi lidah dan optimal untuk mengangkat kapisan plak, tidak menyebabkan

terjadi mikrobleeding dan kerusakan pada permukaan dorsal lidah.

Pasien diberikan anjuran untuk mengkonsumsi asupan makanan berserat dan

lunak (makanan 4 sehat 5 sempurna) secara seimbang serta asupan cairam yang

cukup yaitu 8 gelas perhari (2 L) dan anjuran untuk kontrol 1 minggu. Seluruh terapi

yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan oral hygiene pasien secara

keseluruhan termasuk anjuran untuk membersihkan lidahnya dengan tongue scraper.

Usaha untuk meningkatkan oral hygiene pasien ini dilakukan untuk menghilangkan

faktor predisposisi dari coated tonguenya yaitu oral hygiene pasien yang buruk

karena tidak pernah membersihkan lidahnya.

Setelah dilakukan kontrol, keadaan lidah sudah membaik. Lapisan putih pada

permukaan lidah sudah berkurang. Dari hasil anamnesis pasien mengaku lidahnya

merasa bersih setelah kunjungan pertama. Terapi yang diberikan adalah melanjutkan

oral hygiene instructions, minum air putih 8 gelas perhari (2L), dan anjuran makan

sayuran, buah (4 sehat 5 sempurna) secara seimbang. Coated tongue dapat muncul

dan hilang dalam waktu yang singkat dan ketebalan lapisan dapat diperparah pada

saat keadaan pasien dehidrasi.


23

BAB V

KESIMPULAN

Pada kasus ini, dapat disimpulkan diagnosis pasien adalah Coated Tongue at

regio dorsal lidah. Coated tongue disebabkan karena pasien tersebut sangat jarang

membersihkan lidahnya serta pasien jarang minum air putih (asupan cairan kurang)

yang menyebabkan pasien mengalami dehidrasi sehingga self cleansing berkurang.

Terapi yang diberikan pada pasien adalah diberikan instruksi untuk menjaga

kebersihan mulut dengan cara sikat gigi yang benar, waktu yang benar, dan menyikat

lidah 2 kali sehari sesudah sikat gigi dengan tongue scraper yang bertujuan untuk

menghilangkan keratin yang terdapat pada papilla lidah serta mengk


24

onsumsi asupan seimbang sayuran dan buah (4 sehat 5 sempurna) dan asupan cairan

yang cukup (minum air putih 2L perhari).

16 hari setelah perawatan kemudian pasien datang untuk kontrol. Setelah

dilakukan anamnesa dan pemeriksaan, terlihat bahwa selaput putih pada lidah sudah

berkurang dan pasien sudah tidak merasakan bau mulut lagi dan selaput putih pada

permukaan lidah pasien telah hilang.

Pada kasus ini, pasien telah diberikan informasi bagaimana terjadinya coated

tongue serta pengobatannya, sehingga pasien menyadari bahwa menjaga kebersihan

mulut itu penting, serta pengaruhnya kurangnya asupan cairan dalam tubuh dan

pasien dapat mencegah terjadinya coated tongue.

DAFTAR PUSTAKA

AAOMP. 2005. Coated tongue. Available at www.aaomp.org diakses tanggal: 29 Juli


2012.

Danser et al. Tongue coating and tongue brushing: a literature review. Int J Dent
Hygiene.

Field, Anne; L. Longman. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine 5 th ed. Oxford


University Press

Greenberg, M.S and Michael Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine : Diagnosis and
Treatment. Spanyol : BC Decker Inc.

Laskaris, George. 2006. Color Atlas of Oral Disease: second edition. New York :
Thieme.

Nirwanda, D. 2010. Prevalensi dan Distribusi Kelainan dan Penyakit Lidah pada
Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara. Skripsi. Medan: USU.
25

Scully, Crispian. 2001. Handbook of Oral Diseases Diagnosis and Management. New
York: Thieme.

Quirynen et al. 2004. Impact of tongue cleansers on microbial load and taste. J Clin
Periodontol

Anda mungkin juga menyukai