Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Lidah merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia dan

merupakan suatu organ muskular padat yang dilapisi oleh epitel squamosa

berlapis. Selain berfungsi untuk pengunyahan, lidah juga berfungsi untuk

pengecapan, penelanan, pengucapan (artikulasi) (Mojarrad, 2008). Lidah memiliki

2 bagian yaitu dorsum dan ventral. Dorsum lidah memilki banyak penonjolan pada

mukosanya yang merupakan papilla, yaitu papilla filiformis, fungiformis,

sirkumvalata, dan foliata (Ghom, 2010). Struktur papilla membentuk tempat

ekologi oral yang menghasilkan permukaan yang luas untuk akumulasi debris oral

dan mikroorganisme khususnya bakteri stafilokokus dan streptokokus. Lidah dapat

menjadi barometer kesehatan sehingga dibutuhkan diagnosa yang tepat (Sunil et

al, 2013).

Pada keadaan normal, lidah berwarna merah muda hingga sedikit terdapat

lapisan putih, dan memiliki lapisan yang terdiri atas lapisan mukus, sel epitel yang

terdeskuamasi, organisme, dan debris. Pada individu sehat, lidah bergerak, dan

terjadi aliran saliva yang banyak sehingga lapisan pada lidah tetap minimal. Bila

terjadi ketidakseimbangan pada individu, dapat terjadi keadaan lidah berselaput

atau coated tongue. Coated tongue muncul secara klinis sebagai adanya lapisan

putih atau kekuningan yang terdiri atas deskuamasi epitelium, debris makanan, dan

mikroorganisme pada permukaan dorsum lidah (Omor, et. al., 2015). Coated

tongue terjadi akibat akumulasi dari keratin papilla filiformis pada permukaan

1
dorsal lidah hingga menyebabkan lidah tampak berselaput dan berambut (Ghom,

2010).

Menurut penelitian oleh Omor, et. al. pada tahun 2015, coated tongue

mengenai 21.8% populasi dan terdapat korelasi antara coated tongue dengan

bertambahnya usia. Coated tongue juga secara signifikan lebih tinggi pada pria

dibanding wanita. Coated tongue ini sangat berhubungan dengan adanya kebiasaan

merokok, status kebersihan mulut dan kebiasaan membersihkan mulut (Omor, et.

al., 2015).

Tn. R. A didiagnosis menderita coated tongue dikarenakan ditemukannya

lapisan berwarna putih kekuningan pada <2/3 permukaan posterior dorsal lidah

yang dapat diangkat, dan tidak meninggalkan area eritema maupun perdarahan.

Faktor yang dicurigai menjadi etiologi munculnya coated tongue tersebut adalah

kebiasaan merokok, tingkat kebersihan mulut yang buruk, dan pola makan. Terapi

yang diberikan adalah dengan penginstruksian mengenai cara menjaga kebersihan

mulut terutama lidah yaitu dengan cara rajin melakukan penyikatan lidah

menggunakan tongue scraper dua kali sehari setelah menyikat gigi, selanjutnya

dilakukan kontrol 1 minggu untuk mengetahui perkembangan kondisi coated

tongue pasien.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik IPM

2.1.1 Status Umum Pasien

Tanggal Pemeriksaan : 09 Juni 2016

No. Rekam Medis : 2014-13099

Nama : Tn. R. A

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 24 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Dipatiukur Gg. Kubang Sari

Telepon : 085101805849

2.1.2 Anamnesa

3
Pasien datang dengan keluhan terdapat lapisan putih kekuningan pada lidah

sejak kurang lebih satu bulan yang lalu. Tidak mengeluhkan adanya rasa sakit,

hanya saja merasa terganggu dengan warna lidahnya yang putih kekuningan. Ia

mengaku jarang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dan mengkonsumsi air

putih kurang dari 8 gelas setiap harinya, dan tidak sedang mengkonsumsi obat-

obatan apapun, serta tidak sedang demam. Memiliki kebiasaan merokok sejak 7

tahun yang lalu. Dalam sehari dapat menghabiskan 10 batang rokok dan jarang

sekali membersihkan lidahnya setelah sikat gigi karena tidak tahu cara

membersihkannya. Pasien ingin keluhannya dihilangkan.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Penyakit jantung : YA/TIDAK

Hipertensi : YA/TIDAK

Diabetes Melitus : YA/TIDAK

Asma/Alergi : YA/TIDAK

Penyakit Hepar : YA/TIDAK

Kelainan GIT : YA/TIDAK

Penyakit Ginjal : YA/TIDAK

Kelainan Darah : YA/TIDAK

Hamil : YA/TIDAK

Kontrasepsi : YA/TIDAK

Lain-lain : YA/TIDAK

4
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik Tensi :120/80 mmHg

Kesadaran : Compos Mentis Pernafasan : 20 x / menit

Suhu : Afebris Nadi : 64 x / menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe : Tidak ada keluhan


Submandibula Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
Submental : Tidak teraba, tidak sakit
Servikal Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Mata : Sklera non-ikterik, Konjungtiva non-anemis, Pupil isokor

TMJ : Tidak ada kelainan

Bibir : Kompeten

Wajah : Simetris

Sirkum Oral : Tidak ada kelainan

Lain-lain : Tidak ada kelainan

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut : Sedang Plak (+)

Kalkulus (+) Stain (+)

Gingiva : Tidak ada kelainan

5
Mukosa Bukal : Tidak ada kelainan

Mukosa Labial : Tidak ada kelainan

Palatum Durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah :Terdapat plak berwarna putih kekuningan pada <2/3

posterior dorsal lidah yang bisa diangkat dan tidak

meninggalkan daerah kemerahan. Terdapat garis melintang

pada permukaan lidah.

Dasar Mulut : Tidak ada kelainan

2.1.8 Status gigi

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Radiologi : TDL Patologi Anatomi : TDL

Darah : TDL Mikrobiologi : TDL

2.1.10 Diagnosis

1. D/ Coated tongue a/r <2/3 posterior dorsal lidah (Skor 2 Indeks Miyazaki

et al.)

DD/ kandidiasis oral , hairy leukoplakia, hairy tongue

2. D/ Fissure tongue

DD/ Geographic tongue

6
2.1.11 Rencana Perawatan

1. Pro OHI yaitu sikat gigi berbulu halus 2x sehari untuk gigi dan lidah.
2. Pro pemakaian tongue scraper 2x per hari setelah menyikat gigi.
3. Pro makanan berserat tinggi dan minum air putih 8 gelas/hari.
4. Pro kontrol 1 minggu.

Gambar 2.1 Terdapat selaput putih kekuningan pada < 2/3 pada dorsum lidah
(anak panah), garis melintang pada permukaan lidah (dilingkari)

2.2 Status Kontrol I

2.2.1 Data Umum Pasien

Tanggal pemeriksaan : 16 Juni 2016

No. Rekam Medis : 2014-13099

Nama : Tn. R. A

Umur : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Pria

7
2.2.2 Anamnesis

Setelah tujuh hari dari kunjungan pertama, lapisan putih pada bagian atas

lidah sudah berkurang. Pasien merasa nafasnya sudah lebih segar dan bau mulut

sudah tidak dirasakan. Ia telah mengikuti instruksi penyikatan gigi dan penyikatan

lidah yang baik dan benar, dan memperbanyak minum air putih serta mengonsumsi

buah dan sayur.

2.2.3 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe : Tidak ada keluhan


Submandibula Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
Submental : Tidak teraba, tidak sakit
Servikal Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit

Bibir : kompeten

Wajah : Simetris

Sirkum Oral : Tidak ada kelainan

Lain-lain : Tidak ada kelainan

2.2.4 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut :

Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S


16 11 26 26 11 26 baik/sedang/buru

1 0 1 0 0 0 k
46 31 36 46 31 36
stain + / -
1 0 1 0 0 0

Gingiva : Tidak ada kelainan

8
Mukosa Bukal : Tidak ada kelainan

Mukosa Labial : Tidak ada kelainan

Palatum Durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah : Terdapat garis-garis melintang pada permukaan lidah

Dasar Mulut : Tidak ada kelainan

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Radiologi : TDL Patologi Anatomi : TDL

Darah : TDL Mikrobiologi : TDL

2.2.6 Diagnosis

1. D/ Post perawatan Coated tongue


2. D/ Fissure tongue
DD/ Geographic tongue

2.2.7 Rencana Perawatan

1. Pro melanjutkan OHI yaitu sikat gigi berbulu halus 2x sehari untuk gigi dan

lidah.
2. Pro melanjutkan pemakaian tongue scraper 2x per hari setelah menyikat gigi.
3. Pro melanjutkan makanan berserat tinggi dan minum air putih 8 gelas/hari.

9
Gambar 2.4 Tidak terdapat selaput putih kekuningan pada lidah, terdapat garis
melintang pada permukaan lidah (dilingkari)

10
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Lidah

Lidah merupakan suatu organ muskular yang melekat pada dasar mulut dan

memiliki banyak fungsi penting, seperti pengecapan, mastikasi, penelanan, serta

bicara. Permukaan lidah dilapisi oleh membran mukosa khusus dengan berbagai

tipe papilla yang terbentuk (Ghom, 2010; Moore, et al., 2010).

3.1.1 Anatomi Lidah

Lidah dibagi menjadi permukaan ventral dan dorsum. Dorsum lidah dibagi

menjadi dua per tiga anterior dan satu per tiga posterior. Pertemuan dari dua

bagian tersebut ditandai dengan adanya groove dangkal berbentuk V yang

disebut sulkus terminalis. Pada bagian dua per tiga anterior lidah, membran

mukosa tipis, sebagian dilapisi keratin, menempel dengan jaringan otot

dibawahnya yang dihubungkan dengan frenulum lingualis, serta berwarna merah

muda yang ditandai dengan adanya berbagai macam papilla yang memberikan

kekasaran yang khas pada lidah (Ghom,2010).

11
Gambar 3.1 Lidah (Moore, et al., 2010)

Terdapat 4 jenis papilla lidah yaitu papilla foliata, sirkumvalata,

fungiformis dan filiformis. Papilla foliata merupakan lipatan vertikal pada mukosa

yang terletak pada tepi lidah dekat dengan sulkus terminalis, berukuran 1-2 mm.

Setiap papilla dikelilingi oleh groove pada bagian luar yang terdapat peninggian

pada membran mukosa (Ghom, 2010).

Papilla sirkumvalata berbentuk besar dan bundar, dikelilingi oleh gambaran

seperti parit. Papilla ini berdiameter 1-3 mm dan dilapisi oleh epitel non-keratin.

Taste buds terletak di dinding internal dari parit di dalam ephitelium. Papilla ini

berjumlah 6-12 papilla, tersusun dalam suatu deretan berbentuk V dan terletak di

sepanjang sulkus terminalis (Ghom, 2010).

12
Gambar 3.2 Bagian posterior lidah: taste bud ditemukan pada parit dari papilla
sirkumvalata (Eroschenko, 2008)

Papilla fungiformis merupakan papilla yang berbentuk seperti jamur,

sedikit menonjol, dan berada tersebar pada dorsum lidah, dan terbanyak pada

bagian anterior di antara papilla-papilla filiformis, diameter rata-ratanya adalah

150-400 m. Papilla-papilla ini dilapisi oleh epithelium tipis (berkeratin/non-

keratin). Taste bud juga dapat ditemukan pada permukaan papilla ini (Ghom,

2010).

Papilla filiformis merupakan papilla terkecil, namun paling banyak dan

tersebar secara merata pada bagian dorsal dan seringkali tersusun pada baris

sejajar dengan sulkus terminalis, kecuali pada ujung lidah yang tersusun secara

transversal. Papilla tersebut berupa batang-batang ramping, seperti rambut,

bertanduk, tampak berwarna merah, merah muda atau putih tergantung pada

derajat iritasi yang dialami lidah. Papilla filiformis sangat mudah terabrasi selama

mastikasi ketika bolus tertekan oleh lidah ke palatum (Berkovitz, et al., 2002).

Papilla ini lebih terkonsentrasi pada bagian tengah dari dorsum lidah dan tidak

terdapat taste buds. Beberapa kelainan yang terjadi pada lidah berhubungan

langsung dengan epitel khusus yang terdapat pada lidah, terutama papilla

13
filiformis (Ghom, 2010). Struktur dari papilla filiformis rentan terhadap perubahan

akibat dari manifestasi penyakit sistemik. Sebagai contoh pada penderita anemia,

keadaan mukosa rongga mulutnya secara keseluruhan mengalami beberapa

perubahan, terutama pada lidahnya. (Langlais and Miller, 2000; Field and

Longman, 2003).

Gambar 3.3 Papilla fungiformis dan filiformis pada lidah (Eroschenko, 2008)

3.2 Coated tongue

3.2.1 Definisi

Coated tongue merupakan gambaran klinis dari lidah berselaput yang terjadi

pada dorsum lidah, dapat berwarna putih hingga kecoklatan. Selaput pada lidah

tersebut dapat terjadi karena deskuamasi sel epitel dan debris yang berasal dari

mukosa oral dalam jumlah banyak. Selaput pada lidah ini bervariasi warna dan

ketebalannya (Omor,et.al., 2015).

Dalam keadaan normal lidah mengalami keratinisasi yang akan

terdeskuamasi ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi

anterior rahang atas. Lapisan ini akan diganti dengan sel epithelial yang baru dari

bawahnya. Ketika pergerakan lidah terbatas karena suatu penyakit atau kondisi

rongga mulut yang tidak seimbang, papilla filiformis mengalami pemanjangan

14
sekitar 3-4 mm dan diselimuti oleh bakteri seperti streptococcus. Papilla yang

memanjang ini memberikan gambaran lidah yang berselaput ataupun berambut

dan dapat menjadi tempat retensi debris dan pigmentasi oleh makanan. Coated

tongue paling sering terjadi pada dorsum lidah bagian tengah. Coated tongue

bersifat asimtomatik namun dapat menyebabkan halitosis dan pengecapan rasa

yang tidak normal (Lawande, 2013).

3.2.2 Etiologi

Etiologi coated tongue belum diketahui secara pasti. Namun terdapat

beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan timbulnya coated tongue,

seperti adanya lesi di dalam rongga mulut yang terasa sakit, kebersihan mulut yang

buruk, dehidrasi, konsumsi obat-obatan, merokok, terapi radiasi, dan stress

emosional (Laskaris, 2006).


Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya coated tongue antara lain :
1. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan baik lokal ataupun sistemik dapat menyebabkan

perubahan pada organisme komensal rongga mulut. Penggunaan agen

topikal yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen peroksida dan

perborat, penggunaan antibiotik seperti penicillin dan tetrasiklin serta obat-

obatan steroid sistemik dapat menyebabkan coated tongue (Ghom,2010).


2. Kebersihan mulut yang buruk
Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan mulutnya dapat menyebabkan

akumulasi keratin pada lidah (Ghom, 2010).


3. Gangguan kesehatan
Individu dengan penyakit tertentu yang menyebabkan penurunan sistem

imun, demam, serta sakit parah yang mengharuskan bed rest dapat menjadi

salah satu faktor predisposisi terjadinya coated tongue. Terjadinya penyakit

15
yang membatasi pergerakan lidah dapat mengurangi aliran saliva. Aliran

saliva merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi

pembentukan coated tongue. Saliva berfungsi sebagai self cleansing,

apabila aliran saliva rendah (<0.1ml/min) akan terjadi akumulasi lapisan

yang positif pada lidah dan mempermudah terjadinya coated tongue

(Ghom, 2010; Lawande, 2013).


4. Merokok
Merokok dapat menjadi salah satu faktor penyebab coated tongue.

Merokok dapat menyebabkan akumulasi sisa tar pada lidah dan

menyebabkan berkurangnya aliran saliva (Omor, et.al., 2015).


5. Diet
Kurangnya makanan yang berserat seperti sayur dan buah-buahan juga

dapat menyebabkan timbulnya coated tongue akibat berkurangnya

pembersihan mekanis pada lidah oleh makanan berserat (Omor, et.al.,

2015).

3.2.3 Patofisiologi

Dalam keadaan normal lidah dilapisi oleh lapisan mukus, sel-sel epitel

yang terdeskuamasi, mikroorganisme serta debris. Pada orang yang sehat lidahnya

selalu bergerak dan saliva mengalir secara normal, maka lapisan putih yang

terbentuk biasanya tipis. Tetapi bila seseorang lidahnya kurang bergerak dan cairan

saliva kurang akan memungkinkan terbentuknya lapisan berwarna putih pada lidah

yang cukup tebal (AAOMP, 2005).

Di sisi lain, coated tongue dapat terbentuk karena keratin diproduksi lebih

cepat daripada yang dapat terdeskuamasi dan ikut tertelan bersama makanan.

Peningkatan produksi keratin biasanya disebabkan oleh iritasi lidah yang

16
berlebihan akibat dari minum minuman panas, makanan yang keras atau kasar

serta merokok tembakau. Pada keadaan normal, jumlah keratin yang diproduksi

sebanding dengan keratin yang terdeskuamasi. Keseimbangan tersebut dapat

terganggu, dan kondisi ini dapat menyebabkan coated tongue. Hal ini dapat

dikarenakan keratin tidak segera terdeskuamasi, seperti pada penderita dengan

diet makanan lunak. Akumulasi keratin menyebabkan papilla filiformis mengalami

hipertrofi dan elongasi sehingga lidah tampak berselaput atau berambut. Hal ini

dapat mengakibatkan retensi terhadap makanan dan memberikan gambaran lidah

yang berubah warna menjadi keputihan (coated tongue) (AAOMP, 2005;

Greenberg & Glick, 2008; Langlais & Miller, 2000).

3.2.4 Gambaran Klinis

Secara klinis, coated tongue terlihat sebagai lapisan berwarna putih atau

putih kekuningan maupun kecoklatan pada permukaan dorsal lidah, terdapat

akumulasi bakteri yang menyertai retensi keratin pada permukaan lidah tersebut.

Bakteri memiliki pigmen berwarna kuning atau coklat yang ikut mewarnai keratin

lidah. Namun, bakteri ini tidak menimbulkan manifestasi kearah yang berbahaya

pada penderitanya. Coated tongue juga tidak menimbulkan keluhan yang serius

dari pasien, bahkan bisa timbul dan menghilang sendiri dalam waktu singkat.

(Field and Longman, 2003).

17
Gambar 3.4 Coated tongue (Harold, 2009)

3.2.5 Klasifikasi Coated tongue

Beberapa metode diperkenalkan untuk mengukur perluasan selaput pada

lidah (tongue coating). Metode yang berbeda bertujuan untuk mengevaluasi

coated tongue, melalui berbagai parameter seperti ketebalan lapisan, area lapisan,

dan diskolorisasi. Berikut ini adalah cara pengukuran perluasan selaput lidah dari

beberapa peneliti (Lawande, 2013).

1. Miyazaki et al (1995) :

skor 0 : Tidak terlihat

skor 1 : <1/3 dorsum lidah tertutup permukaan

skor 2 : <2/3 dorsum lidah tertutup permukaan

skor 3 : >2/3 dorsum lidah tertutup permukaan

2. Mantila Gomez (2001) :

Diskolorisasi : Skor 0 : Pink

Skor 1 : Putih

Skor 2 : Kuning/cokelat muda

Skor 3 : Cokelat

Skor 4 : Hitam

18
Ketebalan : Skor 0 : Tidak ada selaput

Skor 1 : Selaput Tipis Sedikit

Skor 2 : Selaput Tebal Banyak

Gambar 3.5 Diskolorasi pada lidah : Skor 1 pink, skor 2 putih, skor 3
kuning/coklat muda, skor 4 hitam (Gomez, 2001)

Gambar 3.6 Ketebalan coated tongue : skor 0 tidak ada lapisan, skor 1 lapisan
tipis, skor 2 lapisan tebal

3. Oho et al (2001) :

Skor area X skor ketebalan = tongue coating (0-6)

Area : Skor 0 : Tidak terlihat

Skor 1 : <1/3 dorsum lidah tertutup permukaan

Skor 2 : <2/3 dorsum lidah tertutup permukaan

Skor 3 : >2/3 dorsum lidah tertutup permukaan

19
Ketebalan : Skor 0 : Tidak ada selaput pada lidah

Skor 1 : Selaput lidah tipis (papilla terlihat)

Skor 2 : Selaput lidah tebal (papilla tidak terlihat)

3.2.6 Diagnosis Banding

Terdapat beberapa kondisi yang harus dapat dibedakan dengan coated

tongue, yaitu :

1. Kandidiasis Oral
Kandidiasis merupakan infeksi opportunistik yang paling sering terjadi

pada mukosa oral. Lesi ini disebabkan karena jamur Candida albican.

Patogenesis dari penyakit ini masih belum diketahui tetapi faktor predisposisi

yang diyakini berpengaruh yaitu perubahan flora normal menjadi organisme

patogen (Greenberg, et al., 2008; Langlais and Miller, 2003).

Infeksi kandidiasis dibagi menjadi dua bagian yaitu, infeksi primer yang

hanya terdapat di mukosa oral dan perioral. Serta infeksi sekunder yang

merupakan manifestasi dari penyakit sistemik mukokutaneous. Kandidiasis oral

terdiri dari bermacam-macam tipe, salah satunya adalah Kandidiasis

pseudomembran (Greenberg, et al., 2008; Langlais and Miller, 2003).

Kandidiasis pseudomembran merupakan infeksi kandidiasi oral primer

dan merupakan infeksi kandidiasi yang klasik. Dapat terjadi di semua

permukaan mukosa oral. Infeksi ini disebabkan karena penggunaan antibiotik

dalam jumlah banyak dan jangka waktu yang panjang, obat-obatan

immunosupresi, penyakit yang menekan sistem imun. Karakteristiknya yaitu

terlihat adanya kehilangan perlekatan membran dan debris seluler. Jika diangkat

20
debris akan meninggalkan area eritema dan terkadang menimbulkan perdarahan

(Greenberg, et al., 2008; Langlais and Miller, 2003).

Gambar 3.7 Kandidiasis oral (Laskaris, 2006)

2. Oral Hairy Leukoplakia

Hairy leukoplakia merupakan lesi mukosa oral kedua yang paling sering

dikaitkan dengan HIV. Lesi ini tidak selalu berhubungan dengan HIV, tetapi

juga bisa dikarenakan adanya penyakit defisiensi imun yang lain, misal karena

pemakaian obat-obatan immunosupresi dan kemoterapi kanker. Individu dengan

sistem imun normal jarang mengalami hairy leukoplakia (Greenberg, et al.,

2008; Langlais and Miller, 2000).

Penyakit ini sering muncul pada lateral lidah tetapi kadang ada juga

pada dorsum lidah dan mukosa bukal. Terlihat lesi vertikal berwarna putih pada

garis lidah, berbentuk plak, tidak bisa diangkat, dan bersifat asimtomatik.

Terapi yang dapat diberikan yaitu dengan memberikan obat-obatan antivirus

(Greenberg, et al., 2008; Langlais and Miller, 2000).

21
Gambar 3.8 Oral hairy leukoplakia (Greenberg dan Glick, 2008)

3.2.7 Terapi Coated tongue

Terapi pada pasien dengan coated tongue adalah menghilangkan faktor

yang melatar belakangi terjadinya, menghilangkan penyebab utama, dan menjaga

kebersihan mulut (Laskaris, 2006). Menyikat gigi saja memang efektif dalam

mengurangi jumlah bakteri di dalam rongga mulut, tetapi jika ditambahkan dengan

pembersihan lidah, maka efeknya akan jauh lebih baik dalam mengurangi bakteri

patogen di dalam rongga mulut. Perawatan yang paling efektif untuk

menghilangkan coated tongue yaitu dengan cara penggunaan tongue scrapper

setiap hari untuk menghilangkan penumpukan sel-sel keratin yang mati. Menyikat

lidah menggunakan sikat gigi juga merupakan metode yang mudah untuk

membersihkan lidah, karena refleks muntah dapat terkontrol.

Pembersihan mekanis pada coated tongue dilakukan dengan menggunakan

tongue scrapper dan sikat gigi. Cara membersihkan lidah dapat menggunakan

instrumen tongue scraping yang tersedia dan terdiri dari pegangan yang dapat

dipegang dengan kedua tangan sehingga dapat menarik dan membersihkan selaput

yang ada di permukaan dorsum lidah. Menyikat gigi juga merupakan metode yang

mudah untuk membersihkan lidah, karena refleks muntah dapat terkontrol (Danser

22
et al, 2003). Prosedur untuk membersihkan lidah adalah sebagai berikut (Danser et

al, 2003) :

1 Keluarkan lidah dari mulut sepanjang-panjangnya


2 Perhatikan daerah dengan akumulasi debris pada lidah, debris biasanya
terletak pada daerah paling posterior dari dorsum lidah
3 Tempatkan tongue scrapper pada tempat paling posterior dari lidah
4 Tarik tongue scrapper ke depan secara perlahan ke depan mulut.
5 Bersihkan debris yang terdapat pada tongue scraper dengan
menempatkannya pada air mengalir.
6 Ulangi prosedur pembersihan beberapa kali hingga tidak terdapat debris
lagi.
Jika pembersihan secara mekanik dirasa belum cukup, maka dapat

dikombinasikan dengan pembersihan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan

obat kumur. Menghentikan atau mengurangi kebiasaan yang dapat menyebabkan

iritasi lidah seperti merokok, konsumsi alkohol, dan makanan serta minuman yang

terlalu panas, ataupun kasar juga dapat mengurangi terbentuknya kembali coated

tongue (AAOMP, 2005).

3.3 Fissured Tongue

3.3.1 Definisi

Fissured tongue adalah variasi umum lidah yang mempunyai banyak groove

atau fissure pada dorsum lidah. Keadaan ini terjadi di seluruh dunia tanpa

predileksi terhadap ras tertentu dengan frekuensi laki-laki lebih banyak perempuan

(Rathee et al, 2009).

3.3.2 Etiologi

23
Etiologi keadaan ini tidak diketahui. Keadaan ini kemungkinan dapat

kongenital, terlihat saat lahir, atau menjadi terlihat selama masa kanak-kanak atau

dewasa (Rathee et al, 2009).

3.3.3 Gambaran Klinis

Fissured tongue dideskripsikan banyaknya fissure atau groove pada dorsum

lidah. Fissure dapat dalam atau dangkal, tuunggal atau banyak. Sering terdapat

fissure dominan pada tengah lidah. Secara khas, umumnya fissure ditemukan pada

sepertiga tengah lidah. Seiring bertambahnya umur, kondisi ini ditemukan lebih

sering dan keparahan akan meningkat (AAOM, 2015).

Gambar 3.7 Fissured tongue (AAOM, 2015)

3.3.4 Terapi Fissured Tongue

Perawatan tidak diperlukan kecuali untuk meningkatkan kebersihan mulut

lebih baik dengan menyikat pada permukaan dorsum lidah untuk membuang

debris makanan dari fissure. Pembersihan lidah membantu mencegah iritasi dan

bau mulut akibat sisa makanan yang terperangkap pada groove (AAOM, 2015).

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Saat kunjungan pertama, pasien laki-laki usia 24 tahun datang dengan

keluhan terdapat selaput putih kekuningan pada lidah sejak satu bulan yang lalu.

Berdasarkan anamnesa, ia jarang mengonsumsi sayur, minum air putih dan

memiliki kebiasaan merokok, serta mengaku jarang membersihkan lidah karena

tidak tahu cara membersihkannya. Pada pemeriksaan klinis terdapat lapisan

berwarna putih kekuningan di 2/3 posterior dorsal lidah yang dapat diangkat dan

tidak meninggalkan area eritema dan tidak menimbulkan perdarahan pada area

sekitarnya.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis, dapat disimpulkan

diagnosis penyakit pasien yaitu coated tongue kurang dari 2/3 permukaan dorsal

lidah, adanya lapisan berwarna putih pada permukaan dorsal lidah yang dapat di

angkat dan tidak meninggalkan bekas eritema. Menurut Miyazaki et al., bila

dorsum lidah tertutupi lapisan putih kurang dari dua pertiga bagian, maka

diklasifikasikan dengan skor 2 (Miyazaki, et al., 1995). Hal ini dapat terjadi karena

adanya akumulasi debris dan bakteri sehingga terjadi penumpukan. Selain itu,

dapat terjadi juga diduga akibat kebersihan mulut pasien buruk disebabkan oleh

jarangnya membersihkan lidah saat sikat gigi, kurang konsumsi air minum, dan

kurangnya konsumsi makanan berserat (Greenberg dan Glick, 2008).

25
Adanya kebiasaan merokok pada pasien menjadi salah satu etiologi

penyebab terjadinya coated tongue. Hal ini dikarenakan zat kimia yang terkandung

pada asap rokok dapat menyebabkan dry mouth karena adanya penurunan saliva,

sehingga self-cleansing pada lidah berkurang. Selain itu, pada pasien perokok

dapat terjadi peningkatan produksi lapisan keratin (Gandolfo, et al., 2006).

Kurangnya konsumsi air dan sayuran juga merupakan faktor predisposisi

terjadinya coated tongue (Greenberg dan Glick, 2003). Kurangnya air pada pasien

menyebabkan keadaan dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh. Keadaan ini dapat

menurunkan aliran saliva sehingga self-cleansing pada lidah berkurang.

Sedangkan kurangnya makanan berserat seperti sayur dapat menyebabkan

pembersihan lidah menjadi kurang maksimal. Keadaan lidah semakin bertambah

putih karena adanya akumulasi debris dan bakteri sehingga terjadi penumpukan

yang terjadi karena pasien tidak tahu bagaimana cara membersihkan lidah saat

menyikat gigi.

Pada permukaan lidah terdapat lapisan pelindung yang disebut keratin.

Dalam keadaan normal, keratin mengalami deskuamasi. Lapisan ini akan diganti

dengan sel epithelial yang baru dari bawahnya. Akan tetapi keseimbangan ini

seringkali terganggu ketika pergerakan lidah terbatas atau kondisi rongga mulut

yang tidak seimbang seperti dry mouth, keratin pada lidah tidak terdeskuamasi dan

terakumulasi di papilla filiformis. Akumulasi keratin pada papilla filiformis ini

memberikan gambaran lidah yang berselaput dan dapat menjadi tempat retensi

debris dan pigmentasi oleh makanan. Keadaan lidah yang seperti ini disebut

26
coated tongue (lidah berselaput). (Field dan Longman, 2003; Greenberg dan Glick,

2003).

Terapi yang diberikan pada kasus ini meliputi pemberian Oral Hygiene

Instructions (OHI) yaitu menyikat gigi 2 kali sehari dengan menggunakan jenis

bulu sikat gigi soft dan anjuran penggunaan tongue scraper 2 kali sehari setelah

menyikat gigi. Usaha meningkatkan oral hygiene pada pasien dilakukan untuk

menghilangkan faktor predisposisi dari coated tongue pada kasus ini yaitu oral

hygiene yang kurang baik. Diberi instruksi untuk mengkonsumsi air putih, sayur

dan makanan berserat lain yang cukup untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan

sebagai self cleansing di dalam rongga mulut, serta kontrol untuk melihat tingkat

keberhasilan dari perawatan yang telah diberikan.

Pasien datang hari ke-7 setelah kunjungan pertama untuk kontrol.

Pengukuran menggunakan indeks Miyazaki et al (1995) menunjukkan penurunan

skor dari skor 2 menjadi skor 0. Terlihat sudah tidak ada selaput putih lagi dan

permukaan lidah tampak berwarna merah muda dan bersih, papilla-papilla lidah

terlihat jelas. Pasien merasa kondisinya sudah jauh lebih nyaman dibandingkan

kunjungan pertama ke klinik.

27
BAB V

SIMPULAN

Coated tongue merupakan salah satu penyakit pada mukosa mulut yang

ditandai dengan adanya lapisan berwarna putih sampai coklat pada lidah. Etiologi

dari coated tongue yang paling utama adalah tingkat kebersihan mulut yang buruk,

pasien yang menderita demam, diet lunak, penurunan aliran saliva, kelebihan

konsumsi tembakau ataupun alkohol, gangguan pada lambung atau saluran

pernafasan, ataupun kebiasaan bernafas lewat mulut. Diagnosis coated tongue

dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan riwayat penyakit dan

pemeriksaan klinis secara teliti. Terapi yang dapat diberikan untuk menghilangkan

coated tongue antara lain yaitu instruksi untuk menyikat lidah menggunakan

tongue scraper dan bisa juga dibantu dengan pemberian obat kumur.

Berdasarkan pemeriksaan, diketahui pasien mengalami coated tongue

pada <2/3 posterior dorsal lidah, berwarna putih kekuningan. Coated tongue

terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai cara pembersihan lidah,

serta kebiasaan mengonsumsi rokok, dan kurangnya konsumsi buah dan sayur.

28
Pasien diberikan oral hygiene instruction terutama tentang cara penyikatan

lidah yang baik dan benar dengan menggunakan tongue scraper, dianjurkan untuk

memperbanyak minum air putih dan memperbanyak konsumsi buah dan sayur.

DAFTAR PUSTAKA

AAOMP. 2005. Hairy/Coated tongue patient information. Illinois : American


Academy of Oral and Maxillofacial Pathology.

Danser, M.M., Gomez, S.M., Weijden, G.A. 2003. Tongue coating and tongue
brushing: a literature review. Int J Dent Hygiene.

Eroschenko, V.P. 2008. Atlas of Histology 11th edition. Philadelphia : Lippincott


Williams & Wilkins.

Field, A. And Longman, L. 2003. Tyldesleys Oral Medicine. 5th ed. Inggris:
Oxford University Press.

Ghom, A.G. 2010. Textbook of Oral Medicine Second Edition. New Delhi : Jaypee
Brothers Medical Publisher.

Greenberg, M.S.; M.A. Glick, M. 2008. Burkets Oral Medicine: Diagnosis and
Treatment. 11th Ed. USA: J.B. Lippincott Company.

Langlais, Robert P. Dan Miller, Craig S. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga
Mulut yang Lazim. Jakarta: Hipokrates

Laskaris, G. 2006.Pocket Atlas of Oral Disase 2nd Ed. London : Thieme.

Lawande, S.A. Lawande, G.S. 2013. Tongue Hygiene and Its Significance in the
control of halitosis. J Orofac Res 2013;3(4):256-262
Mojarrad, F., Vaziri, P.B. 2008. Prevalence of tongue anomalies in Hamadan. Iran:
Iranian J Publ Health.

29
Moore, K. L.; A. F. Dalley; and A. M. R. Agur. 2010. Clinically Oriented Anatomy.
International Edition. Sixth Edition. Philadelpia: Lippincott William and
Wilkin, a Wolters Kluwer Business.

Omor, R.A. Arabeyat, M.A. Hiasat, A.N. Ajarmeh, M.S. Fanas, H.A. 2015.
Prevalence and factor related to tongue coating among a sample of Jordanian
Royal Medicine Services Dental Outpatients. Journal of The Royal Medicine
Services 22(1):35-40. .

Rathee, M., A. Hooda, A. Kumar. 2009. Fissured tongue: a case report and review
of literature. The Internet Journal of Nutrition and Wellness 10 (1).

Sunil, A., J. Kurien, A. Mukunda, A. Bin Basheer, Deepthi. 2013. Common


superficial tongue lesions. Indian Journal of Clinical Practic

30
31

Anda mungkin juga menyukai