Anda di halaman 1dari 23

Tahapan DHE

a. Plak Kontrol
- Pengertian :
Tindakan
pewarna

untuk

memeriksa

kebersihan

gigi

dari

plak

menggunakan

bahan

(disclosing agent), hal ini bertujuan:

1. Untuk menunjukkan gigi sudah bersih atau masih kotor.


2. Untuk melihat apakah cara menyikat gigi sudah baik dan benar
-Pelaksanaan:
1. Bila bahan pewarna berupa cairan atau gel, teteskan pada kapas atau cotton
bud pada

seluruh permukaan gigi hingga merata

2. Bila bahan pewarna berupa tablet, kunyahlah dan ratakan dengan lidah
keseluruh

pemukaan gigi.

-Penilaian
Melalui cermin dapat dilihat keadaan gigi yang masih kotor :
Bagian gigi yang masih berwarna merah menunjukkan adanya plak, apabila hal
tersebut

terjadi maka pasien harus diberikan instruksi cara menyikat gigi yang benar

karena menggosok gigi tiap hari dengan cara yang salah tidaklah membantu dalam
mengurangi
semua

akumulasi plak pada gigi. Metode penyikatan gigi harus dapat membersihkan
permukaan gigi, khsususnya daerah leher gingiva dan daerah interdental.

Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lukank maupun jaringan keras. Metode harus
tersusun dengan baik sehingga setiap bagian gigi geligi dapat disikat bergantian dan tidak ada
daerah yang terlewatkan.
Beberapa metode penyikatan gigi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tekhnik Horizontal
Semua permukaan gigi di gogok dengan maju mundur seperti menggosok lantai. Teknik ini
biasanya dianjurkan pada anak-anak.
2. Teknik Fone
Gigi dalam keadaan okulasi, bulu sikat ditekan kuat-kuat dan digerakan melingkar selebar
mungkin. Untuk permukaan oklusal, lingual digosok dengan gerakan maju mundur. Teknik ini
baik untuk gigi yang lengkap dan memiliki oklusi yang baik.
3. Teknik Charter
Bulu-bulu sikat mengarah ke permukaan oklusal membentuk sudut 45, sikat ditekan sehingga
serabut-serabutnya melengkung dengan ujung ditekan diantara kedua gigi kemudian dengan
gerakan memutar pada gagangnya, ujung sikat dipertahankan pada posisi ini. Tehnik ini
dianjurkan untuk pendertia dengan daerah interdental yang terbuka.
4. Teknik Roll

Tehnik roll sangat bermanfaat bila digunakan pada gingival yang sensitive. Bagian samping
sikat diletakkan berkontak dengan bagian samping gigi dengan bulu sikat mengarah ke apikal
dan sejajar terhadap sumbu gigi. Sikat kemudian diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang
atas dan keatas pada rahang bawah sehingga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi.
Permukaan oklusal dapat disikat dengan gerakan rotasi.
5. Teknik Stillman
Posisi bulu sikat sama dengan tehnik roll tetapi dekat dengan mahkota gigi, digerakan maju
mundur, Tehnik ini dilakukan sebanyak delapan kali tiap daerah interproksimal, membersihkan
dan memijat.
6. Teknik Fisiologik
Menggunakan bulu sikat yang halus, digerakkan dari arah servical ke oklusal dengan gerakan
untuk memijat gusi. Tehnik ini tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan penurunan gusi.
7. Teknik Bass
Tehnik lain yang dapat digunakan adalah tehnik Bass. Tehnik ini baik digunakan bila gingival
dalam keadaan sehat, karena tehnik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila digunakan pada
jaringan yang terinflamasi dan sensititf. Pada tehnik ini ujung sikat harus dipegang sedemikian
rupa sehingga bulu sikat terletak 45 derajat terhadap sumbu gigi, dengan ujung bulu sikat
mengarah ke leher ginggiva. Sikat kemudian ditekan kearah ginggiva dan digerakkan dengan
gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher ginggiva dan juga
terdorong masuk diantara gigi.
3. Tujuan DHE
a. Edukasi:
- Menjelaskan apa itu kalkulus (karang gigi)
- Menjelaskan apa itu penyakit periodontal
- Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut
- Menjelaskan bahaya akibat penyakit periodontal
- Menjelaskan pada pasien pentingnya kontrol enam bulan sekali ke dokter gigi
b. Motivasi
- Memberi penjelasan agar pasien dapat mengontrol plak dan kesehatan rongga mulutnya
- Memberi penjelasan pada pasien agar meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat
menyebabkan terakumulasinya plak seperti mengunyah pada satu sisi
- Memberi penjelasan tentang bahay merokok bagi kesehatan rongga mulut khususnya jaringan
periodontal
c. Instruksi
- Mengajarkan cara mengontrol plak pada pasien dengan memperagakan bagaimana cara
menyikat gigi yang benar, penggunaan dental floss dan obat kumur.
- Mengajarkan pada pasien pentingnya menyikat gigi secara rutin minimal dua kali sehari pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur

- Mengajarkan pada pasien bagaimana cara memilih makanan yang sehat dan bergizi.

Kontrol plak
Kontrol plak adalah pengambilan bakteri plak
dan pencegahan menumpuknya pada gigi dan
permukaan gingiva yang berdekatan. Kontrol plak
juga menghambat terbentuknya kalkulus, dapat
menyembuhkan keradangan gingiva dan bila kontrol
plak dihentikan akan menyebabkan kekambuhan
keradangan. Jadi kontrol plak adalah cara yang efektif
untuk perawatan dan pencegahan gingivitis dan
merupakan bagian yang penting dari semua prosedur
dalam perawatan dan pencegahan periodontitis.2
Kontrol plak merupakan suatu tindakan yang
dilakukan pada setiap tahap perawatan periodontal,
yang efektif untuk pencegahan terjadinya perubahan
inflamasi pada jaringan periodontal.4

Pada saat ini kontrol plak yang paling banyak


dilakukan adalah secara mekanik, yaitu dengan
menggunakan sikat gigi dan alat bantu yang lain
seperti sikat gigi interdental dan alat irigasi oral yang
dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, maupun
scaling dan root planing yang dilakukan oleh dokter

gigi. Selain itu kontrol plak juga dilakukan secara


kimiawi, antara lain dengan menggunakan bahan
antimikroba.4

Kontol plak mekanis


Saat ini kontrol plak mekanis yang paling
banyak dilakukan adalah dengan menggunakan sikat
gigi dan alat bantu kebersihan mulut yang lain.
Alat-alat yang digunakan dalam kontrol plak
mekanis antara lain: sikat gigi, sikat gigi elektris,
pasta gigi, alat pembersih interdental dan alat irigasi
oral.
Kontrol plak kemikal
Berbagai hasil penelitian menunjukkan beberapa
bahan antimikroba terutama jenis antiseptik, bila
digunakan bersama-sama dengan perawatan mekanis
dapat membantu kontrol plak dan menurunkan angka
gingivitis.5-7
Banyak bahan yang dapat digunakan sebagai
kontrol plak kemikal. Bahan-bahan tersebut dibagi
menjadi lima kelompok umum, yaitu: 1) antiseptik
dengan aktivitas anti bakteri spektrum luas; 2)
antibiotik yang mampu menghambat atau membunuh
bakteri dari grup tertentu; 3) ensim yang secara
tunggal atau kombinasi dapat merubah aktivitas plak;
4) bahan non-ensimatik, dispersing, denaturasi atau

modifikasi yang dapat merubah struktur atau aktivitas


metabolisme dari plak; 5) bahan yang dapat
menghambat perlekatan bakteri pada permukaan
pelikel.1
Penggunaan bahan antimikroba secara efektif
dapat digunakan bersama-sama dengan perawatan
penyakit periodontal yang konvensional. Namun
demikian, cara di atas tidak dapat menggantikan
perawatan profesional yang di lakukan oleh dokter
gigi atau perawatan kebersihan mulut yang dilakukan
di rumah.2
Bahan-bahan antimikroba dapat diberikan secara
sistemik atau lokal. Sarana pemberian bahan
antimikroba (antiseptik dan antibiotika) secara lokal
antara lain dapat berupa: pasta gigi, obat kumur,
permen karet, dan slow release devices. Pemakaian
pasta gigi, obat kumur dan permen karet yang
mengandung bahan antimikroba terbukti tidak efektif
dalam perawatan periodontitis karena tidak dapat
masuk ke dalam poket periodontal. Karena itu cara
pemberiannya dapat dilakukan secara langsung pada
saat dilakukan terapi bedah periodontal, atau
dilakukan bersama-sama oleh dokter gigi dan oleh
penderita di rumah, dimana cara di atas mempunyai
keuntungan karena: bahan antimikroba dapat
langsung mencapai poket atau permukaan akar,

mengurangi dosis obat, meningkatkan konsentrasi


obat dan mengurangi efek samping sistemik seperti
gangguan pada pencernaan. Kerugian pemakaian
bahan antimikroba secara lokal, khususnya beberapa
antibiotika, dapat memicu terjadinya infeksi sekunder
oleh jamur atau reaksi hepersensitif.2
Antiseptik
Bahan antiseptik yang banyak digunakan adalah
golongan fenol, bis-guanida, quartenary ammonium
compounds, bahan oksigenase, ekstrak tanaman,
ensim, ion logam dan bahan lain.
Golongan fenol
Campuran fenol-minyak esensial
Golongan ini adalah yang paling lama dipakai
para klinisi. Pertama dipakai oleh Joseph Lister pada
tahun 1865 dalam bentuk semprotan karbol untuk
asepsis pembedahan. Produk paling lama untuk
rongga mulut adalah Listerine, yang merupakan
kombinasi dari fenol, timol dan eucaliptol yang
dicampur dengan mentol dan metilsalisilat dalam
wadah hidroalkohol 26,9 persen.1
Pemakaian Listerine dua kali sehari setelah
menyikat gigi dapat meningkatkan penurunan plak
dari 20 persen menjadi 34 persen dan mengurangi
jumlah gingivitis dari 28 persen menjadi 34 persen.1,4
Mekanisme golongan fenol ini adalah merusak

dinding sel dan menghambat pembentukan enzim


bakteri. Golongan fenol juga bersifat anti inflamasi
dan menghambat sintesa prostaglandin pada
konsentrasi yang lebih kecil daripada konsentrasi
untuk antibakteri.1,4,8
Kekurangan bahan ini adalah bahwa beberapa
pasien merasakan sensasi seperti terbakar dan rasa
yang pahit, serta adanya stain pada gigi.1
Triclosan
Triclosan adalah golongan bis-fenol dan nonionic
germicide dengan toksisitas rendah dan
mempunyai aktivitas antibakteri dengan spektrum
luas. Dari penelitian terbaru didapatkan bahwa
triclosan efektif untuk mengurangi plak, gingivitis
dan kalkukus, serta dapat menjaga kesehatan
gingiva.1

Triclosan merupakan bahan anti mikroba dari


golongan fenol yang dapat mengurangi timbunan
plak, kalkulus dan mencegah gingivitis, triclosan
memiliki aktivitas antibakteri yang berspektrum luas,
mempunyai aktivitas terhadap semua bakteri yang
paling banyak yang dapat ditemukan dalam plak.
Tetapi sebagai antiplak triclosan aktivitasnya kurang
kuat, oleh karena itu harus digabung dengan
antibakteri lain untuk peningkatan aktivitasnya.5

Triclosan dapat dikombinasi dengan zinc citrate


untuk meningkatkan efek antiplak dan antikalkulus,
atau memasukkan triclosan dalam copolymer dan
polyvinylmethyl ether dan asam maleat (Gantrez)
untuk meningkatkan waktu retensi.1,5
Bentuk triclosan-zinc citrate maupun kombinasi
ticlosan-Gantrez pada formulasi pasta gigi secara
signifikan dapat mengurangi plak dan gingivitis.
Obat kumur yang mengandung 0,3 persen triclosan
dan 0,25 persen copolymer (Actibrush) juga
menunjukkan pengurangan jumlah plak yang
signifikan jika digunakan setelah menyikat gigi dan
sebagai obat kumur sebelum menyikat gigi. Tidak ada
resistensi flora rongga mulut dan bakteri terhadap
triclosan.1
Bis-guanida
Golongan bis-guanida yang paling dikenal
adalah klorheksidin. Golongan ini paling banyak
diketahui dan paling banyak dipakai sebagai
antiseptik spektrum luas.1,9
Klorheksidin secara signifikan dapat
mengurangi plak dan gingivitis (dibandingkan dengan
placebo) jika digunakan dua kali sehari sebagai
tambahan setelah menyikat gigi. Pada penelitian
gingivitis secara eksperimental selama 21 hari,
kondisi kontrol plak dan gingivitis dapat

dipertahankan tanpa dilakukan prosedur kebersihan


mulut mekanis.1
Konsentrasi klorheksidin yang telah diterima
oleh ADA dan FDA adalah 0,12 persen dalam 11,6
persen alkohol dengan pH 5,5. Dianjurkan digunakan
dua kali sehari, sebanyak 15 ml, dengan tenggang
waktu 30 menit setelah menyikat gigi. Hal ini untuk
menghindari inaktivasi dari anion sodium lauril sulfat
pada pasta gigi dan kation klorheksidin. Interaksi
dapat juga terjadi antara anion fluoride pada obat
kumur dan pasta gigi.1
Pada penelitian yang menggunakan klorheksidin
dengan konsentrasi 0,1% dan 0,2% didapatkan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna secara statistik pada
efektivitas dan efek samping. Maka dari itu tidak
dianjurkan untuk menaikkan konsentrasi klorheksidin
dari 0,1% menjadi 0,2%.7
Cara kerja klorheksidin dalam menghambat
pembentukan plak karena memiliki kemampuan
untuk:8 a) mengadakan ikatan dengan kelompok asam
anionik glikoprotein saliva, sehingga perlekatan
pelikel akuid yang diperlukan untuk kolonisasi
bakteri plak terhambat; b)mengadakan ikatan dengan
lapisan polisakarida yang menyelubungi bakteri
sehingga absorbsi bakteri permukaan gigi atau pelikel
akuid terhambat; c) mengendapkan faktor-faktor

aglutinasi asam yang ada dalam saliva dan


menggantikan kalsium yang diperlukan sebagai
perekat bakteri pembentuk massa plak.
Selain menghambat pertumbuhan bakteri plak,
klorheksidin memiliki efek bakterisida karena
terikatnya molekul kationiknya dengan anionik
bakteri yang akan mempengaruhi dinding sel bakteri
dan selanjutnya mengganggu keseimbangan osmotis
sel.8
Klorheksidin menunjukkan efek yang berbeda
pada konsentrasi yang berbeda. Pada konsentrasi
rendah bahan ini bersifat bakteriostatik, dan pada
konsentrasi yang lebih tinggi dapat bersifat
bakterisidal yang cepat. Tingkat bakteriostatik atau
bakterisidal tergantung dari spesies bakteri.9
Bahan ini mempunyai efek samping berupa
pewarnaan pada gigi dan gangguan pengecapan,
pengelupasan epitel mulut pada anak-anak, tetapi
tidak menunjukkan terjadinya resistensi bakteri.4
Pada penelitian jangka panjang menunjukkan
adanya sedikit perubahan pada flora normal rongga
mulut; terjadi superinfeksi oleh candida;
memperlambat penyembuhan luka; efek sitotoksik
pada fibroblas, neutrofil, dan sel-sel epitelial. Pada
penderita dengan terapi radiasi, didapatkan bahwa
mukositis yang disebabkan radiasi bertambah parah

dengan penggunaan klorheksidin.3


Selain digunakan dalam bentuk obat kumur,
klorheksidin juga dapat dipakai dalam bentuk spray,
gel, pasta gigi dan permen karet.9

Bentuk obat kumur dipasarkan dalam bentuk


larutan klorheksidin glukonat 0,12% (Peridex) dan
klorheksidin glukonat 0,2% (Corsodyl dan Minosep)
Indikasi pemakaian klorheksidin:10 1) tambahan
cara mekanik pada kontrol plak; 2) pencegahan
sekunder setelah perawatan bedah, termasuk
perawatan periodontal; 3) penderita dengan
penggunaan fiksasi antar rahang; 4) penderita dengan
predisposisi terjadinya candidiasis, klorheksidin
efektif sebagai antiseptik antijamur dan sangat
berguna bila dikombinasikan dengan bahan
antijamur; 5) penderita dengan resiko karies yang
tinggi, klorheksidin mempunyai efek yang sinergestik
terhadap fluor dalam pencegahan karies; 6)
pencegahan kontaminasi bakteri pada penderita
dengan minor recurrent aphtous ulceration, tetapi
hanya sedikit bermanfaat untuk penderita dengan
mayor recurrent aphtous ulceration; 7) penderita
yang menggunakan piranti ortodonsi lepas dan cekat;
8) penderita dengan implant; 9) penderita rawat inap,
lanjut usia dan dalam keadaan sakit berat; 10) untuk

mengurangi bakteremia dan kontaminasi bakteri yang


disebabkan oleh bakteri rongga mulut.
Quartenary ammonium compounds
Bahan ini menunjukkan kemampuan untuk
mengurangi plak dan mempunyai efek terhadap
kesehatan gusi. Daya kerjanya adalah dengan
meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri
sehingga menurunkan metabolisme, menyebabkan
lisis dan mengurangi kemampuan bakteri melekat
pada gigi.4
Produk-produk yang banyak dipakai dalam
kelompok ini adalah:1,4 1) CPC, cetylpyridinium
chloride (Cepacol), biasanya digunakan dalam
konsentrasi 0,05% atau 0,1%, kadang-kadang
bersama dengan domiphen bromide (Scope); 2)
benzethonium chloride pada konsentrasi yang sama
(Colgate 100).
Golongan Quartenary ammonium compounds
ini mempunyai efek samping pewarnaan pada gigi ,
rasa terbakar dan kadang-kadang bisa terjadi
deskuamasi pada epitel. Sebagai obat kumur
diformulasikan dalam 14% sampai 18% alkohol, pada
pH 5,5 sampai 6,5, dan dianjurkan dipakai dua kali
sehari.1
Contoh obat kumur jenis ini adalah Reach
(Johnson & Johnson) yang mengandung campuran

CPC 0,05% dengan natrium fluorida 0,05%;


Ultrafresh (Konimex) dengan komposisi CPC 50
mg/100 ml dan etanol 17 ml/ 100ml; dan Oral-B yang
komposisinya antara lain adalah CPC.8
Bahan oksigenase
Pada masa lalu, peroksida dan perborat
digunakan sebagai bahan utama untuk terapi ANUG
dan perikoronitis. Kini perawatan penyakit
periodontal dapat dilakukan dengan menggunakan
tehnik Keyes, yaitu pemakaian campuran hidrogen
peroksida dengan sodium klorit dan sodium
bikarbonat dalam bentuk pasta gigi atau irigasi.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tehnik
Keyes ini tidak lebih efektif dari pembersihan rongga
mulut secara konvensional, dan menyikat gigi
terbukti tidak efektif bila digunakan sebagai penyalur
bahan obat-obatan ke dalam poket periodontal.2
Contoh obat kumur golongan ini adalah
campuran natrium perborat monohidrat dengan
natrium hidrogen tartrat (Bocasan buatan Oral B).8
Penelitian menunjukkan penurunan yang
bermakna terhadap jumlah plak dan gingivitis dengan
menggunakan 1% sampai 1,5% peroksida sebagai
obat kumur atau irigasi. Tidak ada efek samping
seperti iritasi mukosa atau pewarnaan pada lidah.1
Tetapi pada penelitian jangka panjang, penggunaan

bahan ini dalam perawatan penyakit periodontal


tidak memberikan hasil yang baik.4

Selain itu ada peneliti yang mencoba


menggunakan superoxol (hidrogen peroksida 30%
yang mempunyai pH 2,6) untuk pemakaian topikal
pada perawatan Localized Refractory Idiopathic
Gingivitis. Peneliti menggunakan superoxol
berdasarkan alasan bahwa perawatan dengan
menggunakan antimikroba tidak berhasil, faktor
penyebab tidak diketahui, penyebab sistemik tidak
ditemukan. Perawatan tersebut dikatakan berhasil
karena tidak terjadi resesi, gingiva tampak kenyal,
warna normal dan sehat, estetik baik dan pada
kontrol-kontrol selanjutnya tidak ada kekambuhan.11
Ekstrak tanaman
Ekstrak tanaman yang banyak diteliti saat ini
adalah sanguinarin, yang merupakan bahan kimia
berupa ekstrak alkaloid dari tanaman bloodroot
(Sanguinaria canadensis).1,4,8
Formula yang ada saat ini mengandung ekstrak
sangunarin 0,03% (ekivalen dengan 0,01%
sanguinarin murni) dan 0,2% zinc chloride untuk
mendapatkan efek antiplak. Sanguinarin sering
digunakan dalam bentuk pasta gigi dan obat kumur.
pH 5,2 pada pasta gigi, dan pH 4,5 pada obat kumur

dan mengandung alkohol 11,5%. Penelitian yang


menggunakan obat kumur dan pasta gigi secara
bersama-sama selama 6 bulan menunjukkan
peningkatan penurunan jumlah plak yang bermakna
dari 17% menjadi 42% dan penurunan angka
gingivitis dari 18% menjadi 57%.1

Efek samping seperti rasa terbakar dapat terjadi,


tetapi tidak menyebabkan pertumbuhan yang
berlebihan dari bakteri patogen pada rongga mulut.
Merek yang sudah dipasarkan di beberapa
negara adalah Viadent oral rinse (Viapont), sampai
saat ini obat kumur sanguinarin belum dipasarkan di
Indonesia.

Enzim
Jenis obat kumur ini dulu pernah dipasarkan
dengan merek dagang Zendium, namun sekarang
tidak dijumpai lagi. Bahan aktifnya adalah enzim
amiloglukoksidase dan glukosa oksidase yang dapat
menghasilkan hidrogen peroksida dari karbohidrat
yang terfermentasi.8
Ion logam
Beberapa ion logam yang bersifat antiplak
adalah campuran fluor. Penelitian menunjukkan
bahwa stannous fluoride mempunyai efek antiplak

lebih baik daripada sodium fluoride. Kadar stannous


fluoride yang dipakai dalam obat kumur adalah 0,1%

dan sodium fluoride 0,05%, sedangkan dalam bentuk


gel adalah 0,4 stannous fluoride dan 0,22 sodium
fluoride. Dianjurkan untuk dipakai dua kali sehari.
Angka gingivitis ditemukan lebih kecil jika
menggunakan stannous fluoride dibandingkan dengan
sodium fluoride pada tahun pertama tetapi tidak pada
tahun kedua. Hal ini belum diketahui penyebabnya,
diduga dapat disebabkan karena resistensi bakteri.1

Obat kumur jenis ini yang ada di pasaran adalah


Fluocaril bi-fluor mouthwash (Kalbe Farma) yang
mengandung campuran natrium monofluorofosfat
dengan natrium fluorida 0,240 mg/100 ml dimana
bahan aktifnya adalah ion natriumnya.8
Bahan lain
Termasuk dalam golongan lain adalah obat
kumur yang mengandung povidon iodida 1% yaitu
Betadine, Isodine (Mahakam Beta Farma), dan
Septadine (Prafa). Golongan povidon iodida telah
terbukti efektif sebagai tambahan pada scaling dan
root planing yang menggunakan alat ultrasonik, yaitu
menghasilkan perlekatan yang lebih banyak dan
resesi yang lebih sedikit dibandingkan dengan scaling

secara manual atau perawatan bedah pada poket


periodontal yang sedang sampai dalam.12 Jenis lain
adalah obat kumur yang mengandung heksetidin
0,1% dan alkohol 9% yaitu Bactidol (WarnerLambert)
dan Hexadol (Otto).8
Antibiotika
Bahan antibiotika digunakan sebagai penunjang
perawatan mekanis dalam terapi periodontal. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa bahan
antibiotika baik yang diberikan secara lokal maupun
yang diberikan secara sistemik banyak memberikan
keuntungan pada perawatan penyakit periodontal.
Dalam penulisan ini tidak dibahas bahan antibiotika,
karena antibiotika lebih bersifat untuk pengobatan
daripada untuk pencegahan pada kasus gingivitis dan
periodontitis.
PEMBAHASAN
Data epidemiologi dan penelitian klinis
eksperimental menunjukkan adanya hubungan antara
plak dan gingivitis. Gingivitis dapat berlanjut menjadi
periodontitis karena disebabkan oleh kontrol plak
mekanis yang tidak sempurna. Hal ini menunjukkan
dan membuktikan bahwa pencegahan gingivitis dan
periodontitis tergantung dari kontrol plak yang
adekuat. Karena itu bahan antimikroba digunakan
sebagai penunjang cara mekanis.13

Tidak ada metoda yang jelas untuk mengukur


kecepatan perkembangan penyakit periodontal.
Gingivitis dapat tetap bertahan tanpa berubah menjadi
periodontitis. Tujuan dari pembersihan plak adalah
untuk mengurangi keradangan gingiva atau mencegah
terjadinya periodontitis dan kehilangan gigi. Cara
konvensional untuk menghilangkan plak adalah
dengan cara mekanis. Melalui berbagai macam studi
dan penelitian, bahan kimia digunakan untuk
merubah lingkungan di dalam poket untuk mencegah
pertumbuhan kuman patogen. Beberapa bahan
antimikroba seperti klorheksidin, triclosan dan zinc
citrate dapat secara selektif menekan atau
menghambat pertumbuhan kuman dan produk kuman
yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.14
Saat ini cara mekanik dan bahan antimikroba
digunakan bersama-sama dalam perawatan penyakit
periodontal. Pembersihan secara mekanik adalah cara
utama untuk menghilangkan bakteri plak dan
program pemeliharaan yang baik adalah kunci
keberhasilan untuk jangka panjang.15,16
Pemakaian bahan antimikroba dalam
pencegahan penyakit periodontal akan lebih efektif
bila dipergunakan bersama-sama dengan perawatan
mekanis.4

Berdasarkan dari beberapa penelitian didapatkan


bahwa dari sejumlah obat kumur yang beredar di
pasaran hanya obat kumur klorheksisin dan campuran
fenol-minyak esensial yang terbukti memberikan
manfaat bagi penghambatan plak maupun gingivitis.
Namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan obat
kumur tersebut hanya merupakan tambahan dan
bukan pengganti cara mekanik.8
Golongan klorheksidin saat ini masih menjadi
pilihan utama untuk dipakai dalam kontrol plak
kemikal. Klorheksidin mengikat atau menempel pada
semua permukaan rongga mulut (gigi dan mukosa),
juga pada pelikel dan saliva. Setelah berkumur
dengan klorheksidin, saliva mempunyai daya
menghambat bakteri untuk 5 jam, yang dapat
menekan jumlah bakteri dalam saliva untuk lebih dari
12 jam. Efek bakteriostatik yang persisten inilah yang
membuat klorheksidin tetap menjadi pilihan utama.
Plak dihambat pembentukannya karena bakteri yang
melekat pada permukaan gigi tidak dapat bertambah
jumlahnya. Penggunaan klorheksidin dalam bentuk
obat kumur sudah banyak dikenal. Selain sebagai
obat kumur, klorheksidin dapat digunakan dalam
bentuk gel dan sprai. Pemakaian bentuk gel lebih
sulit, karena sangat tergantung dari kemampuan
penderita untuk meletakkan gel pada tempat yang

diinginkan. Bentuk sprai biasanya digunakan untuk


penderita cacat mental, dengan konsentrasi 0,2%
sebanyak 5 ml yang digunakan sekali sehari.
Penelitian yang membandingkan efektivitas
pemakaian obat kumur klorheksidin 0,2% 10 ml dua
kali sehari, gel klorheksidin 1% dan sprai
klorheksidin 0,2% 1,4 ml, menunjukkan bahwa
bentuk obat kumur dan bentuk sprai mempunyai
efektivitas yang sama, sedangkan bentuk gel Periodontic Journal Vol. 1 No. 2 JanJuny 2010; 1-6
6
mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam
mencegah timbulnya plak dan gingivitis.9
Penelitian oleh Overholser dkk.17 terhadap obat
kumur Listerine dan Peridex, menunjukkan bahwa
kedua jenis obat kumur tersebut secara signifikan
mengurangi jumlah plak, tetapi Peridex lebih efektif
dalam menghambat plak. Kedua obat kumur efektif
dalam menghambat gingivitis. Peridex lebih banyak
menimbulkan pewarnaan gigi dan kalkulus
supragingival dibandingkan dengan Listerine.
Meskipun Peridex lebih efektif dari Listerine dalam
mengkontrol timbulnya plak, tetapi penelitian ini
menunjukkan bahwa baik Listerine maupun Peridex
adalah bahan yang efektif untuk digunakan dalam
kontrol plak dan pencegahan gingivitis.
Dengan mempertimbangkan segala keuntungan

dan keterbatasan bahan antimikroba, dokter gigi harus


dapat mengoptimalkan pemakaian bahan antimikroba
dalam perawatan atau pencegahan penyakit
periodontal.16
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa a) Pemakaian bahan antimikroba
dalam kontrol plak akan lebih efektif bila digunakan
bersama-sama dengan cara mekanis, sifatnya hanya
sebagai tambahan cara mekanis dan tidak dapat
menggantikan cara mekanis. b) Obat kumur yang
beredar di pasaran dan terbukti memberikan manfaat
bagi penghambatan plak, pencegahan gingivitis yang
akhirnya dapat mencegah terjadinya periodontitis
adalah golongan klorheksidin dan campuran fenolminyak
esensial.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mandel ID. Antimicrobial mouthrinses: overview
and update. JADA 1994; Special Suplement,
125: 2S-10S.
2. Carranza FA, Newman MG. Clinical
periodontology. 8th ed. Philadelphia, London,
Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo: WB
Saunders Company; 1996. p. 504-5.
3. Moran JM. Chemical plaque control prevention
for the mases. Periodontology 2000, 1997; 15:

109-17.
4. Hadidjah D, Lambri SE. Implikasi klinis bahan
antimikroba pada plak kontrol. Jurnal
Kedokteran Gigi 1995; 7: 30-3.
5. Hartono SWA, Nilawati E, Armand S. Penilaian
klinis pasta gigi yang mengandung triclosan dan
zinc citrate terhadap gingivitis. Jurnal
Kedokteran Gigi 1998; 10: 1-5.
6. Babay N, Bukhary MT. Clinical effects of
chlorhexidine, sanguinarine and saline as
coolants during ultrasonic scaling on gingivitis in
orthodontics patient. Saudi Dental Journal, 2001;
3: 25-9.
7. Ernst CP, Prockl K, Willershausen B. The
effectiveness and side effect of 0,1% and 0,2%
chlorhexidine mouthrinses: A Clinical Study.
Quintessence International, 1998; 29: 443-8.
8. Daliemunthe SH. Obat kumur dan kesehatan
periodonsium. Majalah Kedokteran Gigi USU
1998; 4: 17-22.
9. Jones CG. Chlorhexidine: is it still the gold
standard?. Periodontology 2000, 1997; 15: 5562.
10. Addy M, Moran JM. Clinical indications for the
use of chemical adjuncts to plaque control:
chlorhexidine formulations. Periodontology

2000, 1997; 15: 52-4.


11. Merraw SJ, Reeve CM. Treating localized
refractory idiopathic gingivitis with superoxol.
JADA 1998; 129: 470-2.
12. Genco RJ. Pharmaceuticals and Periodontal
Diseases. JADA 1994; Special Suplement 125:
11S-19S.
13. Addy M, MoranbJM. Evaluation of oral hygiene
products: science is true; dont be misled by the
facts. Periodontology 2000, 1997; 15: 40-1.
14. Seiham A. Is the chemical prevention of
gingivitis necessary to prevent severe
periodontitis?. Periodontology 2000, 1997; 15: 524.
15. Consensus Report. Non surgical pocket therapy:
mechanical, pharmacotherapeuthics, and dental
occlusion. JADA 1998; Special Supplement,
Section 5, 129: 34S-39S.
16. Jorgensen MG, Slots J. Responsible use of
antimicrobials ini periodontics. CDA Journal
2000; 28: 185-93.
17. Overholser CD, Meiller TF, DePaola LG, Minah
GE, Niehaus C. Comparative effects of 2
chemotherapeutics mouthrinses on the
development of supragingival dental plaque and
gingivitis. J C

Anda mungkin juga menyukai