Anda di halaman 1dari 63

KELOMPOK 7

Dosen pembimbing
Drg. Debby kania tri putri., m.kes
ANGGOTA
• M. Taufik Akbar I1D115024 • Kurnia Fatwati I1D115222
• Ferdy Juliannor Fajar I1D115214 • Gabila Auliana I1D115217
• Sulfirdayanti Alfiani I1D115067 • Diyah Ayu Rizki T. D. I1D115210
• Dewi Nurmina Putri R. I1D115007 • Jahratun Nisa I1D115017
• Robiansyah I1D115044 • Rizki Khairina I1D115037
• Gina Elmawati I1D115218 • Rachmad Yamani I1D115033
INGIN BIKIN GIGI PALSU

Laki-laki 60 tahun datang ke praktek drg dengan keluhan


ingin membuat gigi palsu rahang atas dan rahang bawah. Pada
anamnesa di dapatkan bahwa pasien pernah datang ke praktek
drg lain dan disarankan untuk operasi sebelum membuat gigi
palsu.
Pada pemeriksaan didapatakn kondisi pasien cukup, TD:
120/80 mmhg, N: 98x/mnt, RR: 18x/mnt, t: 37˚. Pada
pemeriksaan klinis extra oral tidak ada kelainan. Pemeriksaan
intra oral tampak sisa akar gigi 15, 22, 26, 31, 43, missing dan
edentulous pada region lainnya. Tampak tonjolan bersegmen
pada midpalatal, simetris, ukuran 1 cm x 1,5 cm x 0,5 cm,
warna mukosa sama dengan jaringan sekitar, tidak ada nyeri
tekan, konsistensi keras.
PROBLEM TREE
Pasien
datang

Treatment
S.O.A
Planing
Serial
EXO

Torus Oral Op.


Sisa Akar
mendibula Surgery Torus
Palatin
us
SASARAN BELAJAR
1) Definisi Torus Palatinus.
2) Etiologi Torus Palatinus.
3) Epidemiologi Torus Palatinus.
4) Gambaran Klinis Torus Palatinus.
5) Pemeriksaan Penunjang Torus Palatinus.
6) Penatalaksanaan Torus Palatinus.
7) Alveolar Ridge yang Ideal
8) Desain Denture jika ada Torus.
9) Indikasi dan Kontraindikasi EXO.
10)Penatalaksanaan Sisa Akar.
11)Prognosis setelah dilakukan pembedahan.
12)Komplikasi Torus Palatinus.
DEFINISI TORUS
PALATINUS
• Torus secara Bahasa berarti proyeksi yang membengkak atau menonjol
• Torus palatinus adalah pertumbuhan lambat dan jinak pada tulang palatum yang
semakin membersar ketika melewati masa pubertas, dan juga di sebut sebagai
variasi anatomis yang terdapat pada sebagian orang.
• Torus palatina merupakan eksostosis jinak pada palatum durum sekitar sutura
palatal yang melibatkan prosesus palatina dan maksila. Torus palatina dapat meluas
anteroposterior yang mampu mencapai daerah papila insisivus dan batas posterior
palatum durum.

(Idham dan Bahruddin Thalib. Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan dengan Penyulit Torus
Palatinus. Jurnal PDGI Makassar. vol 3.no 1. April 2014)
(Belsky JL, Jospehine Sh, Janet EH, Karl I, William J.Torus Palatinus: A New Anatomical
Correlation with Bone Density in Postmenopausal Women. The Journal og Clinical Endocrinology
& Metabolism.2003;88(5))
ETIOLOGI
-idiopatik/masih belum jelas
- Faktor genetik 29,5%
- Faktor lingkungan berhubungan dengan stress oklusal
70%
- Injury superfisial
- Pada pasien abrasi gigi pada bagian oklusal

Imada nozu et al.Surgical management of palatine


Torus.odontologia journal.2014. Vol 430(3).
ETIOLOGI
• Multifaktorial etiology yang terdiri atas faktor genetik &
lingkungan
• Adapun faktor predisposisi nya yaitu trauma,
penggunaan obat obatan, pertumbuhan yang terhenti,
dan faktor nutrisi
Faktor nutrisi -> konsumsi ikan air laut bertanggung jawab
pada meningkatkan kemungkinan terjadinya torus karena
tingginya jumlah asam lemak tak jenuh & vit D yang
berhubungan dengan pertumbuhan tulang

Journal Clinical Interventions in Aging. Vol 3. Feb 2016


ETIOLOGI
• Torus palatinus bukan suatu penyakit ataupun gejala
suatu penyakit. Penyebabnya belum di ketahui, tetapi
ada beberapa factor yang berhubungan :
• Densitas tulang, cenderung terjadi pada orang dengan
densitas mineral tulang yang tinggi, biasanya terjadi
pada usia di atas 30 tahun.
• Terapi Hormonal, penelitian menyebutkan bahwa deficit
dari estrogen dapat meningkatkan kejadian torus
palatinus.
ETIOLOGI
Penggunaan jangka panjang dari phenitoin
merupakan faktor yang dapat meningkatkan ukuran
torus karena phenitoin akan mempengaruhi
peningkatan hemostasis kalsium, berfungsi sebagai
agen osteogenik.
• Torus palatina mungkin
GAMBARAN KLINIS
bentuknya unilobular (dengan
permukaan halus) atau
multilobular. Pertumbuhannya
sangat lambat, dan nampak
gambaran anatomik yang
normal. Secara histologi, tori
berhubungan dengan tulang
kortikal yang padat, suatu
perluasan normal tulang dengan
mukosa tipis yang menutupi
• Torus tidak terasa sakit dan
ukuran terbatas, tetapi
terkadang berkembang dan
menimbulkan penyakit
periodontal pada gigi yang
berdekatan melalui tekanan Idham dan Bahruddin Thalib. Pembuatan
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan dengan
makanan selama mengunyah. Penyulit Torus Palatinus. Jurnal PDGI
Makassar. vol 3.no 1. April 2014
KLASIFIKASI TORUS
PALATINA
Berdasarkan bentuk :
• Fielt
• Spindle
• Nodular
• Lobular
Berdasarkan ukuran :
• Small ( < 3 mm)
• Medium ( 3-6 mm)
• Large ( >6 mm)
Alzarea B.K. Prevalance and Pattern of Torus and Torys Mandibularis Among
Edentulous Patients of Saudi Arabia. Journal Clinical Intervention in Aging.
Februari 2016 . Volume 3.
EPIDEMIOLOGI
• Dewasa muda(dekade 3 dan 4)
• Wanita > Pria, 2:1

(Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta.


EGC. 1996)
EPIDEMIOLOGI
-They Found the highest prevalence of European and
Oceanic-Asian Specimens ( 46%) while those of African or
South American origin had a prevalance of 26%.
-In this study on 100 American males and 100 females,they
found that 42% of females and 25% of males had palatal tori

King Saud University, The Saudi Journal for Dental Research,


K.Smitha, G.P Smitha 24 November 2013; revised 28 january 2014
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Biopsi
• Oral radiografi
• CT scan

Sinar-X menunjukkan gambaran radiopak dengan


densitas yang lebih tinggi dibandingan tulang sekitar.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
BEDAH EXO
• Indikasi
• Gigi berlubang besar tidak dapat ditambal dan di rawat lagi
• Gigi yang sangat goyang oleh karena resorbsi tulang alveolar
• Gigi impaksi
• Untuk kepentingan ortodontik
• Gigi yang merupakan focus infeksi, dimana gigi tidak sehat
dan dapat menyebabkan sumber infeksi bagi tubuh
• Gigi yang menyebabkan trauma jaringan lunak
• Gigi yang fraktur / patah
• Gigi dengan sisa akar
• Gigi yang tertelak pada garis fraktur, mengganggu reposisi
• Kontra Indikasi
• Faktor Lokal :
• Gigi dengan ada infeksi, misalnya gigi dengan abses yang
dapat menyulitkan dalam anastesi.
• Sinusitis Maksilaris akut
• Pasien sedang melakukan radioterapi kepala leher.
• Adanya suspek keganasan
• Faktor Sistemik
• Pasien mengidap DM
• Pregnancy / Masa Kehamilan
• Penyakit Kardiovaskuler
• Kelainan Darah
• Hipertensi
• Hepatitis
• Sifilis
• Nefritis
• Toxic Goiter
PENATALAKSANAAN
TORUS
• Menenangkan pasien jika shock menemukan
pembesaran / sesuatu yang menonjol pada
palatumnya, dan memberitahu pasien bahwa itu tidak
berbahaya.
• Jika ingin menggunakan gigi tiruan dan torus
mengganjal pada basis gigi tiruan maka sebaiknya di
lakukan tindakan bedah menggunakan Conserfative
surgical excision dengan metode double Y Shaped
Mucosal Incisial. Penatalaksanaan ini harus di
perhatikan agar tidak terjadi perforasi pada basis dari
nasal.
KONDISI EDENTULOUS
YANG IDEAL
• Lingir pada mandibula dan maksilla yang cembung dan luas

• Jaringan lunak pendukung protesa yang tidak bergerak

• Vestibulum facial dan lingual yang cukup dalam

• Hubungan antar lingir yang baik.

• Hamular notch cukup luas, dukungan tulang memadai

• Ketebalan jaringan lunak tidak berlebihan

• Tidak ada jaringan parut pada lingir

• tidak ada undercut/ tonjolan permukaan yang ekstrim

• Perlekatan otot tidak terlalu tinggi

• Lingir bentuk V/tajam seperti pisau.


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
TORUS REMOVAL

INDIKASI KONTRAINDIKASI
• gangguan bicara • Kelainan Darah
• membatasi pergerakan mastikasi • Purpura Hemoragik
• sensitivitas pada lapisan tipis mukosa • Leukemia
• inflamasi traumatik • Penyakit Kelenjar Endokrin
• ulser pada daerah traumatik
• Diabetes Melitus
• retensi makanan
• Kehamilan
• alasan estetik
• Penyakit Kardiovaskular
• gigitiruan yang tidak stabil
• Hipertensi
• pasien dengan ketakutan kanker
• Aids
• kebutuhan perawatan prostetik
• Sifilis
• sumber tulang autogenous kortikal
untuk grafts. • Hipersensitivitas
BEDAH PROSTETIK
Bagian dari bedah mulut dan maksilofasial
yang bertujuan untuk membentuk jaringan keras
dan jaringan lunak seoptimal mungkin sebagai
dasar dari suatu prostesa.

Suatu prosedur bedah (rekonnstruksi) yang


dilakukan sebelum pemakaian denture.

Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.


Heildelberg springer
TUJUAN BEDAH
PROSTETIK
1. Untuk meminimalisir patologi.
2. Untuk merehabilitas jaringan yang
terinflamasi.
3. Untuk menghasilkan hubungan
maksilomandibular diseluruh dimensi.
4. Untuk mengoreksi dimensi alveolar ridge agar
dapat sesuai syarat restorasi protesa.

Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.


Heildelberg springer
MACAM-MACAM
BEDAH PRE-

-
PROSTETIK
Bedah jaringan keras :
Alveolektomi
- Alveoplasti
- Alveolar augmentasi : pada keadaan resorpsi tulang berlebih
( seperti pencangkokan tulang)
- Implant
- Torektomi
 Bedah jaringan lunak :
- Gingivoplasti : tindakan bedah untuk menghilangkan dan
membentuk kembali jar.lunak.
- Frenektomi : tindakan bedah untuk mengambil frenulum yang
tinggi
Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1. Heildelberg springer
ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi adalah pengurangan tulang
soket dengan cara mengurangi plate labial/bukal
dari prosessus alveolar dnegan penggambilan
septum interdental dan interadikuler. Tindakan
bedah radikal untuk mereduksi atau mengambil
prosessus alveolar disertai dengan pengambilan
septum interdental dan inter radikuler .

Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.


Heildelberg springer
TUJUAN
ALVEOLEKTOMI
1. Membuang alveilar ridge yang tajam dan
menonjol.
2. Membuang tulang interseptal .
3. Untuk membuat kontur tulang yang
memudahkan pasien dalam melaksanakan
pengendalian plak yang efektif.
4. Untuk membentuk gtulang yang sesuai dengan
kontur jaringan gingival setelah penyebuhan.
5. Untuk memudahkan
Fragiskospenutupan
D. 2007. Oral luka primer.
surgery edisi 1.
Heildelberg springer
INDIKASI DAN
KONTRAINDIKASI
Indikasi Alveolektomi
 Kasus proyeksi anterior yang berlebihan pada alveolar
ridge tersebut dapat menimbulkan masalah estetik.
 Memperkuat stabilitas dan retensi gigi tiruan.
 Menghilangkan alveolar ridge yang meruncing.
 Untuk eksisi eksostosis.
 Penyakit periodontal yang parah mengakibatkan
kehilangan sebagian kecil tulang alveolarnya.
 Untuk keperluan perawatan ortodontik bila pemakaian
Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.
alat orto tidak maksimal maka
Heildelberg dilakukan alveolektomi.
springer
INDIKASI DAN
KONTRA INDIKASI
Kontra Indikasi Alveolektomi
 Pasien penyakit sistemik.
 Periositis.
 Periodontitis.

Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.


Heildelberg springer
KLASIFIKASI
ALVEOLEKTOMI
a. Simple alveolektomi , dilakukan setelah
multipel ekstraksi . Lapisan alveolar bukal dan
tulang interseptal diperiksa untuk mengetahui
adanya protuberansia dan tepi yang tajam.
b. Radical alveolektomi, pembentukan kontur
tulang bagian radiks dari tulang alveolar
diindikasikan karena terdapat undercut yang
menonjol .

Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.


Heildelberg springer
ALVEOPLASTI
alveoplasti adalah suatu tindakan bedah
untuk membentuk prosesus alveolaris sehingga
dapat memberikan dukunganyang baik bagi gigi
tiruan yang akan dipasang beberapa minggu
setelah operasi dilakukan.

Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.


Heildelberg springer
TUJUAN ALVEOPLASTI
1. Untuk membentuk prosesus alveolaris post
operasi.
2. Memperbaiki abnormalitas dan deformitas
alveolar ridge sehingga memudahkan dalam
adaptasi.
3. Membuang bgian ridge alveolar yang tajam
dan menonjol.

Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.


Heildelberg springer
INDIKASI DAN
KONTRAINDIKASI
Indikasi alveoplasti
 Pada rahang di mana dijumpai neoplasma.
 Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya
undercut,cortical plate yang tajam,puncak ridge yang
tidak teratur sehingga mengganggu dalam oproses
pembuatan dan adaptasi gigi tiruan
 Jika terdapat gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam
dalam tulang dapat mempermudah pengeluarannya.
 Pada tulang interseptal yang terinfeksi dimana tulang ini
dapat dibuang pada waktu dilakukan gingivektomi.
INDIKASI DAN
KONTRA INDIKASI
Kontra Indikasi alveoplasti
 Pada pasien yang masih muda.
 Pada pasien yang jarang melepaskan gigi
tiruannya karena rasa malu,sehingga jaringan
pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat.
 Jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi
tidak mengganggu adaptasi gigi tiruan baik
dalam hal pemasanga,retensi maupun stabilitas.
Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.
Heildelberg springer
KLASIFIKASI
ALVEOPLASTI
Berdasarkan jumlah gigi yang harus dicabut :
• Alveoplasti Tunggal adalah alveoplasti yang
dilakukan dengan pembuangan satu gigi.
Prosedur ini hanya dilakukan pada gigi posterior
yang berdiri sendiri. Hal ini dilakukan karena gigi
yang berdiri sendiri sering mengalami ekstrusi.

• Alveoplasti Multipel adalah alveoplasti yang


dilakukan pembuangan banyak gigi.
Fragiskos D. 2007. Oral surgery edisi 1.
Heildelberg springer
KLASIFIKASI
ALVEOPLASTI
Berdasarkan waktu pelaksanaan :
• Alveoplasti Primer adalah alveoplasti yang dilakukan segera
setelah pencabutan gigi. Adapun ini merupakan prosedur paling
baik, dimana hanya melakukan pembedahan satu kali,
memudahkan pencabutan gigi dan melindungi tulang.
• Alveoplasti Sekunder adalah alveoplasti yang dilakukan setelah
linger alveolaris benar- benar sembuh setelah dilakukan
pencabutan gigi.. Hal ini bertujuan untuk merawat:
• Penonjolan tulang lateral atau eksostosis yang menciptkan
undercut yang dapat mencegah gigi palsu untuk terletak
secara baik
• Tulang pada bagian atas yang tajam

Fragiskos D. 2007. Oral


surgery edisi 1. Heildelberg
springer
TORUS REMOVAL
(BEDAH)
Click icon to add
picture

Palatum sebelum penghilangan


torus palatinus

Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer


Click icon to add
picture

Setelah dilakukan anastesi,


Dilakukan insisi di sepanjang
midline palatum dengan dua insisi
serong
Fragiskos FD. 2007.pada anterior
Oral Surgery. Berlin: dan
Springer
Click icon to add
picture

Flap yang terbentuk lalu ditarik


dengan benang jahit atau jahitan
traction.
Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer
Click icon to add
picture

Lesi kemudian dibagi menjadi bagian-


bagian yang lebih kecil dengan fissure bur

Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer


Click icon to add
picture

Kemudian dilakukan penghilangan fragmen


eksostosis dengan monobevel chisel
Click icon to add
picture

Lalu dilakukan penghalusan permukaan


tulang dengan bur tulang
Click icon to add
picture

Dilakukan penutupan flap dimulai dari posterior


dan dengan beberapa jahitan teknik interupted

Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin:


Springer
Click icon to add
picture

Palatum setelah penghilangan


torus
Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer
• Apabila ada jaringan lunak yang berlebihan maka
dilakukan pemotongan seperlunya
• Hematom yang terjadi di bawah flap palatal
merupakan hal biasa yang terjadi. Kejadian ini bisa
dihindari atau diperkecil dengan pengikatan sponge
pada palatum sehingga membantu menekan flap
kearah palatum.

Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer


MEDIKASI PASCA BEDAH
• Pengobatan rasa sakit
• Achetaminophen 500 mg setiap 4-6 jam seperlunya
• Antibiotik, untuk mencegah infeksi
• Roburantia, untuk mempercepat penyembuhan
• Vitamin C 500 mg sampai 2 kali sehari
• Zinc 50-200 mg/hari
• Obat kumur Chlorhexidine Glukonat
• Setelah 5-7 hari jahitan dibuka

(Fragiskos FD. Oral Surgery. Berlin:Springer)


(Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. EGC.
1996)
PENATALAKSANAAN
NON BEDAH
Untuk pembuatan GT pada pasien Torus Palatina
• Peredaan torus dari tekanan dengan cara
menempatkan selapis kertas timah (aluminium foil)
di atas daerah torus pada model saaat GT di proses
(relief of chamber).
• Pembebasan torus palatinus dengan mendesain plat
akriliknya sesuai dengan luas penonjolan torus di
palatum keras.

Fragiskos FD. oral surgery. Berlin : Springer ; 2007


KOMPLIKASI
-perforasi kavitas nasal
-nekrosis tulang
-Hemorrage disebabkan oleh bagian dari arteri
palatina
-Dilaserasi mukosa palatina
-Fraktur tulang palatina
KOMPLIKASI PASCA
BEDAH
• Hematoma
• Edema
• Terbukanya jahitan
• Infeksi
• Nekrosis tulang atau mukosa
• Neuralgia & scaring yang buruk

Surgical Management of Palatine Torus. Revista De


Odontologia UNESP. Vol 43(1). Jan-Feb 2014
PROGNOSIS
• Baik apabila dilaksanakan tindakan bedah
preprotodontik dilakukan kontrol berkala untuk
mengetahui proses penyembuhan. Menjaga agar
tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dan
evaluasi keadaan jaringan dan kondisi pasien.

• Makassar Dental Jurnal. vol.3.(2).2014 idham baharuddin


Thalib.Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengan penyakit
torus palatina
PENATALAKSANAAN
SISA AKAR
• Menyuntikkan anastesi lokal untuk membuat area gingiva menjadi mati rasa
• Membuat sebuah sayatan sepanjang garis batas gingiva dan membentuk flap
yang perlahan diangkat
• Mengevaluasi akar gigi, dicabut seluruhnya atau tidak, karena ada kasus
dimana akar perlu dipotong menjadi beberapa bagian untuk memudahkan
pencabutan
• Gunakan sepasang forceps dan elevator gigi, goyangkan akar sampai tidak
terlalu menempel dengan tulang alveolar, sehingga mudah untuk dicabut
• Setelah selesai dicabut, flap dijahit atau dibiarkan terbuka dan sembuh
dengan sendirinya, sesuai dengan kebutuhan.
• Px disarankan beristirahat, makan makanan yang lunak, dan diberi resep obat
antibiotik untuk mencegah infeksi

(Yuwono B. Penatalaksanaan Pencabutan Gigi dengan Kondisi Sisa


Akar (Gangren Radik). JKG Unej. Vol.7 No. 2:2010)
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA
• Cetakan pendahuluan dilakukan dengan
menggunakan alginat. Kemudian dicor dengan gips
biru untuk memperoleh model studi dan membuat
desain gigitiruan lepasan sebagian pada model.
Bentuk cetakan yang adekuat menyediakan hasil
gambaran undercut yang baik. Pada model harus
memperlihatkan gambaran torus yang jelas.

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan


sebagian lepasan dengan penyulit torus palatina.
Makassar Dental Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA
• Tahap berikutnya pembuatan sendok cetak individual dengan
bahan shellac sesuai batas jaringan, terutama 2 mm lebih pendek
dari mukobukofold.
• Lakukan border molding hingga memperoleh kekedapan tepi
jaringan untuk menambah retensi gigitiruan.
• Cetak kembali menggunakan Exaflex agar cetakan lebih detail dan
diperoleh model kerja yang akurat.
• Setelah itu, buat desain klamer dan basis dengan malam merah
sesuai dengan kondisi gigi yang ada.

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan sebagian


lepasan dengan penyulit torus palatina. Makassar Dental
Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan


sebagian lepasan dengan penyulit torus palatina.
Makassar Dental Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA
• Restorasi dengan daerah edentulus yang luas pada
anterior rahang atas memberi banyak tantangan. Retensi
gigitiruan lebih difokuskan ketika gigi penyangga hanya
terletak di posterior. Bila penyangga hanya gigi molar
pertama dan kedua, maka penempatan gigitiruan perlu
dipikirkan adanya adesi dan retensi yang adekuat. Adanya
soft flanges dan liner gigitiruan menyediakan undercut
jaringan lunak tanpa rasa sakit dan trauma jaringan lunak.

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan


sebagian lepasan dengan penyulit torus palatina.
Makassar Dental Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA
• Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan basis akrilik.
Terkhusus pada rahang atas, pembuatan basis akrilik
pada bagian torus palatina dibuatkan air gap dengan
menggunakan 2 lapis tin foil dan menggunakan soft
liners untuk mencegah penekanan torus palatina yang
dapat berakibat bertambah besarnya torus palatina.

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan


sebagian lepasan dengan penyulit torus palatina.
Makassar Dental Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan sebagian


lepasan dengan penyulit torus palatina. Makassar Dental
Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA
• Pembuatan basis akrilik diikuti dengan pembuatan
bite rim kedua rahang. Kemudian, dilakukan
penentuan gigitan dan posisi distal. Pada kasus ini
tidak dilakukan kesejajaran karena gigi pedoman
oklusi cukup untuk memperoleh pedoman
penyusunan gigi nantinya.

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan sebagian


lepasan dengan penyulit torus palatina. Makassar Dental
Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan sebagian lepasan


dengan penyulit torus palatina. Makassar Dental Journal, vol 3 no
2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA
• Tahap berikutnya dilakukan fiksasi model pada artikulator.
Penentuan warna gigi menggunakan shade guide untuk
memperoleh warna yang harmonis. Penyusunan gigi
dilakukan secara bertahap. Masing-masing regio
penyusunan gigi selalu dilakukan pengecekan posisi
dalam rongga mulut pasien. Penyusunan gigi harus
benar-benar memperhatikan oklusi pasien agar tidak
mengalami keluhan dalam pemakaian.

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan


sebagian lepasan dengan penyulit torus palatina.
Makassar Dental Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan


gigitiruan sebagian lepasan dengan
penyulit torus palatina. Makassar
Dental Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DESAIN GT UNTUK PASIEN
DENGAN TORUS PALATINA
• Sebelum dilakukan packing semua aspek gigitiruan
sebagian lepasan harus dikoreksi dengan
mencobakan tahap akhir pada pasien.
• Selanjutnya curing akrilik selesai, dilakukan finishing
dan polishing gigitiruan.
• Adaptasi gigitiruan pada pasien dievaluasi selama 1
minggu dan dilakukan kontrol.

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan sebagian


lepasan dengan penyulit torus palatina. Makassar Dental
Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DIAGNOSA BANDING
1. Gingival Fibrosis
2. Oral Neufibroma
3. Fibrous Dysplasia
4. Osteoma
5. Page’s Disease

Idham, Bahruddin Thalib. Pembuatan gigitiruan sebagian


lepasan dengan penyulit torus palatina. Makassar Dental
Journal, vol 3 no 2 : April 2014
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. 2013. EGC.

2. Garcia andrea et al.Current status of the torus palatinus and torus mandibularis.journal section: Oral
Surgery.2010.

3. Idham dan Bahruddin Thalib. Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan dengan Penyulit Torus Palatinus.
Jurnal PDGI Makassar. vol 3.no 1. April 2014

4. Belsky JL, Jospehine Sh, Janet EH, Karl I, William J.Torus Palatinus: A New Anatomical Correlation with
Bone Density in Postmenopausal Women. The Journal og Clinical Endocrinology & Metabolism.2003;88(5)

5. Imada nozu et al.Surgical management of palatine Torus.odontologia journal.2014. Vol 430(3).

6. Journal Clinical Interventions in Aging. Vol 3. Feb 2016

7. Alzarea B.K. Prevalance and Pattern of Torus and Torys Mandibularis Among Edentulous Patients of Saudi
Arabia. Journal Clinical Intervention in Aging. Februari 2016 . Volume 3.

8. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. EGC. 1996

9. King Saud University, The Saudi Journal for Dental Research, K.Smitha, G.P Smitha 24 November 2013;
revised 28 january 2014

10. Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer

11. Surgical Management of Palatine Torus. Revista De Odontologia UNESP. Vol 43(1). Jan-Feb 2014

12. Makassar Dental Jurnal. vol.3.(2).2014 idham baharuddin Thalib.Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
dengan penyakit torus palatina

13. Yuwono B. Penatalaksanaan Pencabutan Gigi dengan Kondisi Sisa Akar (Gangren Radik). JKG Unej. Vol.7
No. 2:2010

Anda mungkin juga menyukai