Torus Palatinus
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Departemen Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Oleh :
Preseptor :
Dr. dr. Indra Zachraeini, Sp. THT-KL (K)
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh
Utara.
Terimakasih saya ucapkan kepada Dr. dr. Indra Zachraeini, Sp. THT-KL
(K) yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas ini. Terimakasih
juga saya ucapkan kepada teman-teman sejawat dokter muda yang telah
membantu untuk menyelesaikan tugas ini. Semoga Allah SWT memberi rahmat,
hidayah dan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada saya.
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Saya sangat
laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
tengah palatal, ukuran torus bisa besar atau kecil, dengan bentuk yang bervariasi
berupa tonjolan kecil tunggal atau berupa tonjolan multilobuler yang luas.
Pertumbuhan tulang ini bersifat tetap, dengan masa yang solid dan berisi tulang
yang padat. Torus palatinus ditutupi oleh selapis tipis jaringan lunak hingga teraba
sangat keras dan berada pada tulang sehingga tidak dapat dipindahkandengan
tekanan tangan. Torus palatinus bermula dengan bentuk yang kecil, keras dan
tidak rata pada usia muda kemudian meluas setelah pasien beranjak dewasa. Torus
palatinus berkembang dengan perlahan dan tidak membesar secara tiba-tiba, tetapi
(Belsky, 2003).
sering terjadi pada wanita dari pada pria dengan rasio 2:1, dan puncaknya pada
usia dewasa muda. Rata-rata usia yang paling banyak dijumpai adanya torus
menunjukkan umur yang lebih sering terjadi antara 30-50 tahun, dekade 3 dan 4.
Torus palatinus muncul selama pubertas dan berkembang lambat sampai dewasa
(Garcia-garcia, 2010).
Pada kebanyakan kasus, torus ditemukan tidak sengaja dan ditemukan saat
pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena asimptomatik dan pasien tidak sadar akan
berbentuk unilobular, polilobular, flat, bentuk spindle yang terletak pada midline
palatum keras. Pemeriksaan x-ray menunjukkan densitas yang sedikit lebih tinggi
pembedahan torus palatinus dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, insisi
semilunar dan insisi Y. Pemilihan cara pembedahan tergantung dari bentuk dan
2003).
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nurlailawati
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Mahasiswa
No. RM : 12.23.49
II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
B. Keluhan Tambahan
RSUD Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan terdapat benjolan keras di
benjolan tersebut. keluhan nyeri pada saat menelan muncul ketika ukuran
konsistensi yang keras, berbatas tegas, memiliki warna yang sama dengan
● Hipertensi (-)
● DM (-)
A. Status Generalisata
Suhu : 36,8°C
B. Status Lokalis
Perikondritis - -
Canalis Aurikularis
Hiperemis - -
Oedem - -
Hiperemis - -
Tragus sign - -
Serumen - kuning
Lain-Lain - -
Membran Timpani
Bentuk Konkaf Konkaf
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Refleks Cahaya + +
Perforasi - -
Bulging - -
Retraksi - -
- -
Lain-Lain
HIDUNG & SINUS KANAN KIRI
Nasal Eksternus - -
Deformitas - -
Hematoma - -
Pembengkakan - -
Hiperemis - -
Krepitasi - -
Lain-lain - -
Sinus Frontalis
Nyeri Tekan - -
Nyeri Ketok - -
Sinus Ethmoidalis
Nyeri Tekan - -
Nyeri Ketok - -
Sinus Maksilaris
Nyeri Tekan - -
Nyeri Ketok - -
Rhinoskopi Anterior
Lapang - -
Secret - -
Mukosa - -
Septum - -
Lain-Lain - -
Rhinoskopi Posterior
Post Nasal Drip Tidak dilakukan pemeriksaan
Mukosa
Cavum Oris
Bibir Lembab
Lidah Beslag (-)
Gigi Gigi berlubang (-)
Detritus - -
Membran - -
Lain-lain - -
Laringoscopi indirect
Epiglotitis Dbn
Valekula Dbn
Maksilofasial
●Simetris + +
● Massa - -
● Perese N.cranialis - -
● Hematoma - -
Colli
Pembesaran KGB :
● Upper Jugular - -
● Mid Jugular - -
● Lower Jugular - -
● Submental - -
● Submandibular - -
● Colli Anterior - -
● Supra Klavikula - -
Kaku kuduk : -
Retraksi Suprasternal : -
Kelainan lain : -
V. Diagnosis Banding
1. Torus Palatinus
2. Eksostosis
3. Abses Palatal
Torus Palatinus
VII. Terapi
Medikamentosa
Non medikamentosa
2. Langkah operasi :
4. Benjolan mukosa palatum dipahat sampai rata, ujungnya dikikir sampai rata
Ket : Torus Palatinus setelah dilakukan eksisi dan hecting dengan vicryl 3.0
6. Observasi pasien
VIII. Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Palatum
rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga
mulut. Palatum merupakan salah satu bagian dari kraniofasial yang juga
penting untuk dapat melakukan proses mengunyah dan bernafas pada saat yang
2/3 posterior dan palatum mole (palatum lunak) 1/3 anterior. Palatum durum
terletak di bagian anterior atap rongga mulut. Palatum durum terbentuk dari tulang
yang memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum
dibentuk oleh tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran
mukosa. Bagian posterior atap rongga mulut dibentuk oleh palatum mole. Palatum
orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot yang sama
halnya dengan palatum durum, juga dilapisi oleh membran mukosa (Sonnier,
1999).
Gambar 3.1 Anatomi Palatum (Sonnier, 1999)
segmen intermaksilari yaitu hasil dari penyatuan dua prosessus nasal media di
dalam embrio. Segmen ini adalah suatu massa internal berbentuk baji yang meluas
ke inferior dan bagian dalam nasal dan septum nasal yang terletak diantara
shelves atau prosessus lateral palatines. Shelves akan berkembang ke inferior dan
ke bagian dalam stomodeum pada arah vertikal di sepanjang kedua sisi lidah yang
dengan permukaan lidah dan menyatu dengan yang lain dengan palatum primer
lengkap terjadi karena penyatuan dari palatum sekunder dengan bagian posterior
akhir bagian lunak dan keras selama minggu ke dua belas perkembangan prenatal.
Gambar 3.2 Proses Pembentukan Palatum (Sonnier,1999)
sfenopalatina, dan arteri palatina minor. Suplai darah utama berasal dari arteri
palatina mayor yang masuk ke foramen palatina, merupakan cabang arteri palatina
dessenden. Sedangkan arteri palatina minor dan otot palatina minor bersama
nervus palatina mayor dan nervus palatina minor, nervus palatina mayor
nervus palatina mayor utama masuk ke dalam foramen palatina mayor dan terbagi
menjadi cabang yang lebih kecil, yang mensyarafi palatum durum. Pada bagian
utama nervus palatina mayor adalah persyarafan pada palatum durum dan
ginggiva rahang atas, nervus palatina minor mensyarafi bagian palatum mole
(Sonnier, 1999).
3.2.1 Definisi
garis sutura media pada permukaan palatum. Torus palatinus merupakan masa
tulang kortikal yang padat dan tebal dengan jumlah inti yang berbeda-beda,
ditutupi oleh lapisan tipis jairngan mukosa. Torus palatinus tidak berbahaya,
berkembang secara perlahan dengan bentuk dan ukuran bervariasi (Abgaje, 2006).
Torus palatinus yang kecil biasanya pada midline dengan bentuk yang
bulat dan terartur. Torus palatinus yang besar mempunyai lobus yang besar dan
banyak serta bentuk yang tidak teratur sehingga menyebabkan gangguan artikulasi
pada semua usia, pria maupun wanita dan merupakan lesi kongenital yang
Serikat, torus palatinus pernah diobservasi pada wanita dua kali lebih banyak
Etiologi dan torus palatinus belum diketahui secara pasti, namun ada
herediter. Ada juga peneliti lain yang berpendapat bahwa perkembangan torus
a. Jenis kelamin
Penelitian menyebutkan bahwa prevalensi torus palatinus banyak pada jenis
kelamin wanita. Namun, belum ada penjelasan yang rinci bagaimana prevalensi
pada wanita cenderung lebih tinggi.
b. Usia
Kejadian torus palatinus meningkat pada usia dekade ke 3, yaitu pada usia
berkisar antara 30 – 50 tahun. Sebagian dari penderita tidak menyadari bahwa
terdapat torus palatinus pada palatumnya, sebagian besar baru menyadari ketika
berusia diatas 50 tahun atau tidak sengaja diketahui ketika melakukan
pemeriksaan gigi. Pasien yang mengetahui adanya torus palatinus sejak dini
sebagian besar menyebutkan bahwa tidak perubahan ukuran yang berarti dari
torus palatinus.
c. Densitas tulang
Densitas tulang masing-masing individu tergantung dari genetik, nutrisi dan stress
pada tulang. Torus palatinus cenderung terjadi pada orang dengan densitas
mineral tulang yang tinggi yaitu pada masa puncak masa tulang yaitu pada usia
d. Terapi hormonal
Salah satu penelitian menyebutkan bahwa defisit atau absen dari estrogen
meningkatkan kejadian torus palatinus. Hal ini dibuktikan dengan didapatkan 77%
wanita menopause dan diberi terapi sulih hormon tidak didapatkan pertumbuhan
bahwa torus palatinus diturunkan secara autosomal dominan. Namun, peran gen
dalam mengontrol masa tulang belum diketahui secara pasti bagaimana cara
kerjanya. Massa tulang pada seseorang juga akan menentukan tingkat kepadatan
mineral pada tulang dan hal ini juga berhubungan dengan prevalensi kejadian
torus palatinus. Lingkungan yang berpengaruh pada torus palatinus adalah seperti
tekanan kunyah, hal ini disebutkan juga merupakan penyebab terjadinya torus
palatinus disamping ditambah dengan adanya faktor genetik dari orang tersebut.
3.2.3 Diagnosa
Torus palatinus terlihat seperti suatu pembesaran masa tulang yang padat
dank eras. Kebanyakan torus palatinus berukuran kecil dengan ukuran diameter
bertangkai, dilapisi mukosa yang tipis berwarna merah jambu seperti gusi (Al-
Bayaty, 2001).
mencapai puncak perkembangannya pada usia dewasa mda, setelah berada pada
ukuran yang tetap maka perkembangannya berhenti, namun ada juga yang dapat
3. Torus nodular
4. Torus lobular
a b
c d
Dari bermacam bentuk torus palatinus di atas yang paling banyak dijumpai
yang sangat tebal dengan tulang yang padat. Palatum durum merupakan tempat
perlekatan torus palatinus yang dilapisi oleh mukosa pengunyahan. Ciri khas
2003).
Gambaran mikroskopik torus palatinus sseperti lapisan tebal dari tulang
yang tebal dan padat, terlihat tulang kortikal dan kadang-kadang terdapat inti
tulang trabekula. Torus palatinus berisi pertumbuhan tulang spons yang dilapisi
periosteum. Torus sendiri mempunyai tulang kortikal yang tipis dan bagian
Gambar 3.5 lamellar tulang yang telah dewasa tidak memiliki inti lacuna (Belsky,
2003).
Apabila pada torus terdapat ruang atau celah udara dalam struktur torus maka
pada saat melakukan insisi dapat terjadi kerusakan ataupun perforasi sehingga
Torus palatinus biasanya dapat terlihat pada foto periapikal karena tidak
radiologi torus palatinus adalah dengan menggunakan foto oklusal. Pada foto
oklusal terlihat bayangan yang tebal dan padat, terlihat gambaran radiopaque.
Torus palatinus bisa terlihat sangat putih dan dapat terjadi superimposed pada film
(Donado,1998):
a. Torus palatinus yang sangat besar dan menutupi hampir seluruh ruang
palatum
b. Torus palatinus yang panjang sampai ke arah posterior dan melewati garis
getar
Makanan dan debris dapat menumpuk pada daerah ini dan menyebabkan
mengalami kankerfobia
a. Pada gambaran radiografi terlihat celah atau ruang udara didalam struktur
torus palatinus
dilakukan pembedahan
plane. Anestesi yang dilakukan adalah blok anestesi untuk nervus palatinus
sederhana dengan tingkat keberhasilan yang baik. Insisi pada pembedahan dapat
1. Insisi pada garis tengah palatum dengan bentuk Y pada kedua ujung insisi
Gambar 3.8 Metode insisi semilunar pada torus palatinus (Stenhouse, 2008)
Dari kedua tipe ini, insisi Y leih mudah dan lebih aman. Seluruh mukosa
yang menutupi torus terbuka sehingga masa tulang terlihat dan mudah dilakukan
eksisi. Kemungkinan terjadinya fraktur dan perforasi pada palatum kecil dan juga
pembebas yang serupa dibuat pada bagian posterior, perlu diperhatikan jangan
mukoperosteal yang hati-hati diperlukan untuk memisahkan flap dari tlang. Tang
yang digunakan harus tajam dan cukup kecil untuk dapat masuk ke fisur yang
tidak teratur di antara lobus-lobus torus yang biasanya tidak mempunyai undercut
menggunakan malet atau dengan tangan, dapat digunakan chisel yang bengkok,
chisel yang kecil dan lurus dapat digunakan pada palatum pasien yang sudah tidak
Pengahalusan akhir dilakukan dengan bur besar bulat atau bur fraser yang
berbentuk buah pir atau kikir tulang untuk penghalusan. Sesudah irigasi dan
inspeksi dilakukan penutupan flap, apabila ada jaringan yang berlebihan maka
3.2.8 Komplikasi
a. Perdarahan
Insisi yang tepat dapat mencegah terjadinya luka yang besar pada paltum
pembekuan darah.
permukaan mukosa.
Perforasi jarang terjadi dan menjadi masalah beik perforasi kecil maupun
besar karena dapat menjadi jalan masuk air, udara, dan darah ke hidung.
e. Fraktur palatal
Apabila terjadi maka fraktur utama harus direposisi dan difiksasi kembali
Torus palatinus merupakan masa tulang kortikal yang padat dan terdapat
Etiologi torus palatinus belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
Belsky, JL., Hamer, JS., Hubert, JE., Insogna,K., Johns, W. 2003. Torus
palatinus ; A new anatomical correlation with bone density in
postmenopausal women. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism 88(5);: 2081-86
Firas, A.M., Ziad, N., Al-Dwairi. 2006. Torus palatinus and torus mandiblaris in
edentoulus patients. Journal of Contemporary Dental Practice. Mei:(7);2.
Hlm.112-119.
MacInnis, E.L, Hardie, J., Baig, M., Al-Sanea, R.A. 1998. Gigantiform To rus
palatinus: review of the literature and report of a case. Int Dent J. 48:40-
3.
Sonnier, K.E., Horning, G.M., Cohen, M.E. 1999. Palatal tubercles, palatal tori,
and mandibular tori: prevalence and anatomical features in a U.S.
population. J Periodontol. 70:329-36