Anda di halaman 1dari 26

LESI PRAGANAS RONGGA MULUT

ORAL ERYTHROPLAKIA: A CASE REPORT

OLEH:
A Z I Z A H S A F A AT I N 141611101033
AN NISAA DEJAND F 141611101034
FA D I N DA A I S A W 141611101045
AISHA RAHMA F 141611101058

PEMBIMBING:
D R . D R G . S R I H E R N A W AT I , M . K E S
Definisi Eritroplakia
Epidemiologi Eritroplakia
Etiologi dan Faktor Predisposisi Eritroplakia
Patofisiologi Eritroplakia
Klasifikasi danManifestasi Klinis Eritroplakia
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Eritroplakia
Diagnosa Banding Eritroplakia
Penatalaksanaan Eritroplakia
Prognosis Eritroplakia
LAPORAN KASUS
DEFINISI • Permukaan eritoplakia seringkali berupa tekstur
beludru dengan batas yang jelas. Lesi jenis ini biasanya
tidak berupa plak, tetapi berupa flat lesion atau depressed
• Menurut WHO tahun 1978, : lesion.
lesi mukosa mulut dengan • Eritroplakia jarang terjadi di mulut tetapi memiliki risiko
warna predominan merah tertinggi bertransformasi menjadi maligna dan lesi ini
seringkali sudah terdeteksi ganas pada biopsi pertama.
yang tidak dapat
Eritroplakia banyak terjadi pada dasar mulut, palatum
dikarakteristikkan sebagai lesi lunak, ventral lidah dan mukosa tonsil (Patait, dkk, 2016).
merah lainnya.
• Menurut Cawson dan Odell
(2002) : bercak merah.
EPIDEMIOLOGI
• Secara umum kasus eritroplakia jauh lebih jarang ditemukan dibanding leukoplakia
(Scully, 2004).
• Oral eritroplakia banyak menyerang pada individu dengan usia pertengahan hingga
tua dan lebih banyak menyerang pada laki-laki (Scully, 2004).
• Oral eritroplakia mempunyai prevalensi antara 0,02% dan 0,83% (Reichart dan
Philipsen, 2005)
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
• Etiologi eritroplakia hingga saat ini idiopatik
• Faktor predisposisi secara luas tidak diketahui, akan tetapi dalam beberapa penelitian
menyebutkan : pengkonsumsi alkohol dan penggunaaan tembakau merupakan penyebab
terjadinya eritroplakia (Scully, 2004). mengunyah sirih juga dapat meningkatkan resiko terjadinya
oral eritroplakia.
• Merokok meningkatkan resiko terjadinya oral eritroplakia oleh karena penggunaan tembakau
dan panas (Daftary, dkk, 1992).
PATOFISIOLOGI ERITROPLAKIA

• Teori Patogenesis Lesi Praganas


Perubahan genetik. Ketika terjadi mutasi gen akan mengakibatkan terjadinya perubahan
epigenetik yaitu perubahan metabolisme sel yang menyebabkan gen pengendali pembelahan sel
menjadi tidak aktif (perubahan kariotip).
Feedback Deletion. Karsinogenik akan merusak sel pengatur (efek genetik) atau merusak enzim
(efek epigenetik) sehingga merusak mekanisme yang stabil.
Teori Multifaktor. Satu tumor dapat disebabkan oleh beberapa penyebab yang bekerja
sinergistik atau aditif. Contohnya faktor genetik, hormon dan virus atau kimia, virus dan
penyinaran.
Teori stadium ganda. Menurut teori ini, perubahan terjadi melalui 2 stadium yaitu inisiasi dan
promosi.
Multicellular origin of cancer field theory. Neoplasma terbentuk oleh beberapa sel yang
berdekatan secara serentak dan bukan berasal dari satu sel.

• Karsinogen
Karsinogen dibagi menurut asal yaitu eksogen (kimiawi, virus, fisik) dan endogen (hormon).
Sementara berdasarkan jenisnya karsinogen yaitu kimiawi, virus, fisis dan hormon. Tiga faktor
karsinogen utama dari kanker mulut adalah tembakau, alkohol, dan virus.
KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS
ERITROPLAKIA
Erythroplakia diklasifikasikan dalam tiga varian:
1. Erythroplakia homogen - lesi yang tampak datar, beludru, dengan tampilan merah seragam;
2. Erythroplakia granular - lesi merah dengan permukaan granular;
3. Speckled erythroplakia /erythroleukoplakia - lesi didominasi merah berbintik-bintik
putih. Secara histopatologi, biasanya menunjukkan beberapa derajat displasia dan dalam
beberapa kasus karsinoma in situ atau karsinoma invasif. (Grover dkk, 2014 )
ERYTHROPLAKIA HOMOGEN
ERYTHROPLAKIA GRANULAR
SPECKLED ERYTHROPLAKIA /
ERYTHROLEUKOPLAKIA
• Warna merah dari eritroplakia
diakibatkan oleh menipisnya
• Lesi eritoplakia dapat muncul di bagian lapisan epitel sehingga
manapun pada rongga mulut, tapi lebih sering memungkinkan nampaknya
muncul pada dasar mulut, palatum molle’, lidah struktur microvasculature.
bagian ventral, dan tonsillarfauces. Lesi ini Eritroplakia harus segera dirawat,
umumnya asimptomatik akan tetapi beberapa karena tingginya kemungkinan
pasien mengeluh adanya rasa terbakar pada
eritroplakia berubah menjadi
rongga mulut.
maligna (tumor ganas).
DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG ERITROPLAKIA
1.Anamnesis
Prosedur dimulai dengan anamnesis, yaitu keluhan spesifik yang sedang dirasakan, keluhan yang
sebelumnya pernah dirasakan, riwayat kesehatan umum pasien, kebiasaan buruk pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ekstraoral apakah terdapat nodul, pembengkakan, pigmentasi maupun pembesaran
limfe node. Kemudian pemeriksaan intraoral untuk melihat tanda adanya perubahan warna
(putih, merah, hitam), perubahan konsistensi (keras, kenyal, lunak), perubahan kontur atau
bentuk, perubahan suhu, dan adanya gangguan fungsi (tidak bisa membuka mulut dengan
sempurna)
3. Pemeriksaan Penunjang
a.Toluidine Blue
Oleskan jelly petroleum pada bibir pasien, kemudian pasien berkumur larutan asam asetat selama
20 detik, bilas dengan air. Selanjutnya berkumur dengan larutan toluidin blue selama 20 detik , lalu
larutan asam asetat kembali selama 20 detik dan cuci dengan air.
Apabila terdapat warna biru di dalam rongga mulut dan tidak luntur dengan larutan asam asetat
maka dianggap positif.
b. Biopsi
Biopsi daerah eritroplakia harus dilakukan karena lesi dengan kemiripan gambaran klinis yang mirip
dapat mempunyai diagnosis histologis bermacam-macam, termasuk karsinoma.
DIAGNOSA BANDING ERITROPLAKIA
Secara klinis lesi yang menyerupai eritroplakia adalah lesi merah seperti:
1. erythmatous candidiasis
2. lichen planus oral atrofik
3. iritasi lokal
4. denture stomatitis (Patait, 2016)
PENATALAKSANAAN ERITROPLAKIA
• Pasien diperintahkan untuk menghentikan kebiasaan seperti merokok, konsumsi alkohol, konsumsi sirih dan
berbagai hal yang dapat mengganggu kebersihan dan menyebabkan trauma pada mulut.
• pemeriksaan secara berkala yang diulang setelah 2-3 minggu untuk menilai pengecilan ukuran lesi.
• Jika ada perubahan maka dilakukan tindak lanjut setiap 3 bulan sekali kemudian dilanjutkan dengan 6 bulan
sampai 12 bulan sekali. (Deliverska dkk, 2017).
• Lesi yang tidak mengalami pengecilan ukuran bahkan setelah penghentian kebiasaan (merokok, meminum
alkohol, dsb), atau dalam kasus lesi berisiko keganasan yang tinggi, biopsi wajib dilakukan untuk menilai
tingkat displasia epitel (Deliverska dkk, 2017).
• Perawatan yang dianjurkan pada lesi yang berisiko keganasan adalah eksisi lesi, jika ada tanda displasia
sedang maupun berat, tindakan bedah sangat disarankan dan pemeriksaan lanjutan pada lesi secara
histologis (Reichart dan Philipsen, 2005).
• Dalam kasus yang tidak menunjukkan adanya tanda displasia, maka dilakukan pengobatan konservatif (non
bedah).
• Setiap perawatan oral eritroplakia harus dimulai dengan penghapusan faktor risiko. (Deliverska dkk, 2017).
A.Pengobatan Konservatif
B.Tindakan Bedah
1. Antifungal
1. Bedah konservatif-eksisi
2. Karotenoid
3.Vitamin 2. Bedah laser (eksisi atau evaporasi)
4. Agen antineoplastik 3. Cryotherapy
PROGNOSIS ERITROPLAKIA

• Prognosis oral erythoplakia tergantung stadium penyakit, dan kerusakan epitel yang terjadi.
Keadaan displasia epitelial merupakan indikator paling penting dari potensi keganasannya.
• Secara histopatologis, semakin buruk kerusakan epitel maka semakin buruk prognosisnya.
Pemeriksaan rutin pada pasien ini sangat penting, mungkin setiap 3, 6 dan kemudian 12 bulan,
baik pada pasien yang diobati maupun yang tidak diobati (Neville, 2002)
LAPORAN KASUS
Seorang pasien pria berusia 44 tahun, berprofesi sebagai penjahit datang ke Departemen
Penyakit Mulut dan Radiologi, Universitas Sri Ramachandra, Chennai, Tamil Nadu, India, pada bulan April
2014 dengan keluhan utama berupa ulkus di permukaan lidah sejak lima tahun terakhir. Riwayat
penyakit saat ini menunjukkan bahwa lima tahun lalu pasien dalam keadaan sehat ketika menyadari
terdapat ulser pada permukaan dorsal lidah pada tahun 2008, yang awalnya kecil, mereda sendiri dalam
beberapa hari, disertai dengan sensasi rasa sakit dan terbakar dan kondisi ini bertahan selama sebulan
kemudian sembuh sendiri. Lesi ini terjadi berulang secara alami dan ketika lesi ini muncul secara
bertahap ukuranyya meningkat Pasien menjalani biopsi pada tahun 2008 yang laporannya tidak tersedia
dengan pasien. Pasien diresepkan topical aplikasi triamcinolone acetonid 0,1% selama 15 hari dan
keluhan tidak muncul kembali selama 3 tahun. Pasien mengalami kekambuhan kembali selama 1 tahun
dengan ukuran lesi yang meningkat. Pasien menjalani biopsy pada Desember 2013 yang kemudian
dilaporkan sebagai ‘inflammatory non malignant granulomatous ulcer” pada mukosa. Adanya plasma cell
membedakan lesi ini dengan gejala penyakit sistemik Crohn’s disease. Pasien diresepkan
dexamethasone rinse dan prednisolone 5mg 3 kali sehari selama 15 hari tapi tidak kunjung sembuh.
Pasien mengeluhkan ketidakmampuan makan dengan nyaman oleh karena terdapat rasa terbakar dan
rasa sakit yang mucul selama 2 bulan terahir.
LAPORAN KASUS
Pasien tidak mempunyai riwayat medis yang berhubungan dengan keluhan, tidak ada alergi obat dan
tidak sedang dalam medikasi jangka panjang. Tidak ada riwayat MRS. Tidak ada gangguan saluran
pencernaan, distress, kehilangan rambut. Tidak ada riwayat merokok, alkool atau kebiasaan buruk
sejenisnya. Pemeriksaan klinis umum pasien tidak mempunyai tanda-tanda anemia, cyanosis, jaundice
dan oedema.Tanda-tanda vital normal dan pada pemeriksaan klinis tidak ditemukan abnormalitas.
Tidak ada kelainan TMJ dan asimetri wajah. Kelenjar limfe submandibular teraba pada dua sisi.
PEMERIKSAAN INTRAORAL
Pada pemeriksaan lesi intraoral, plak erythematous
berwarna merah terang yang jelas terlihat pada permukaan
dorsal lidah sebelah kiri, kira-kira berukuran sekitar 4 cm x 4
cm, membentang dari garis tengah ke kiri permukaan lidah
lateroventral dan 1 cm di belakang ujung lidah hingga kira-kira 2
cm di depan pangkal lidah. Permukaan eritematosa dan sedikit
berkerut dengan area hiperkeratosis putih keabu-abuan
bercampur dengan adanya ketidakberaturan pada margin
anterior. Daerah sekitarnya sedikit eritematosa. Permukaan
lateral dan ventral atas lesi memiliki tiga erosi yang berukuran
sekitar 1 cm x 1 cm. Pada palpasi, dapat ditentukan ukuran,
bentuk, letak, margin dan perluasan. Lesi lembut, tegas dalam
konsistensi tanpa indurasi dan perdarahan pada palpasi. Tidak
ada debit yang jelas. Nyeri dan sensasi terbakar hadir pada
palpasi Parameter hematologis berada dalam batas normal.
PEMERIKSAAN SITOLOGI DAN BIOPSI

Sediaan hapusan diambil dan dikirim untuk pemeriksaan sitologi yang memperlihatkan lapisan sel
darah merah yang bercampur dengan sel inflamasi. Biopsi insisional lidah dilakukan di bawah
anestesi lokal, yang menunjukkan epitel skuamosa bertingkat dengan perubahan displastik basilar
atas. Jaringan ikat dibawahnya menunjukkan infiltrasi inflamasi kronis yang intens yang
menunjukkan adanya "karsinoma in situ“.
PEMERIKSAAN EKSISI
Eksisi lokal yang luas dilakukan dan pada pemeriksaan
histopatologi menunjukkan jaringan ulserasi diinfiltrasi oleh
lapisan sel inflamasi kronik dan folikel limfoid, di tempat yang
dilapisi oleh epitel skuamosa yang menunjukkan moderate
displasia sampai severe displasia. Margin inferior menunjukkan
adanya moderate displasia pada epitel skuamosa dan Margin
posterior menunjukkan mild displasia lapisan epitel skuamosa
yang merujuk pada diagnosis akhir eritroplakia lidah dengan
severe displasia.
Karena seluruh lesi pada pasien telah dihilangkan, maka tidak
diberikan obat apa pun, namun pasien terus diperiksa selama
dua tahun setiap tiga bulan dan hasilnya yaitu tidak ada
tanda-tanda kekambuhan dengan bukti pemulihan jaringan.
DISKUSI
• Lesi merah pada lidah dapat dikaitkan dengan deformitas pertumbuhan, inflamasi, vasodilatasi,
injury, infeksi, alergi, ekstravasasi darah, erosi mukosa, premaligna dan maligna, radiasai maupun
sebab idiopatik. Lesi merah pada lidah sembuh dengan cepat oleh karena kaya akan suplai darah.
Apabila lesi merah lidah tidak sembuh dalam 10-14 hari, maka perlu dilakukan biopsi.
• Erythroplakia didefinisikan sebagai bercak merah menyala yang tidak dapat ditandai secara klinis
atau patologis seperti penyakit definitif lainnya. Tembakau dan alkohol umumnya dianggap
sebagai faktor etiologi yang penting. Kemungkinan peran C. albicans dapat terjadi.
• Shear menggambarkan erythroplakia sebagai tiga varian:
1) Eritroplakia homogen - lesi yang tampak datar, beludru, dengan tampilan merah seragam;
2) Erythroplakia granular - lesi merah dengan permukaan granular;
3) Speckled erythroplakia / erythroleukoplakia - lesi didominasi merah berbintik-bintik putih.
Secara histopatologi, biasanya menunjukkan beberapa derajat displasia dan dalam beberapa
kasus karsinoma in situ atau karsinoma invasif. Deteksi dini dan eksisi bedah
direkomendasikan karena tingkat transformasi menuju keganasan yang tinggi yaitu sebesar
90%.
DISKUSI
• Prevalensi mutasi p53 yang tinggi kemungkinan terjadi pada eritroplakia oral premalignan,
penyebab lesi ini tidak diketahui. Beberapa menyebutkan penyebabnya serupa pada karsinoma
sel skuamosa oral.
• Jaringan mikroskopis kemungkinan menunjukkan adanya displasia epitel yang parah atau
karsinoma in situ atau karsinoma sel invasif..
• Tingkat transformasi ganas yang tinggi mengarahkan pada pengobatan awal yang efektif.
Pembedahan, baik dengan cold knife atau dengan laser, adalah terapi yang direkomendasikan.
Eksisi bedah dapat digunakan pada lesi dengan displasia epitel yang berat atau karsinoma in situ.
KESIMPULAN

Lesi merah luas di rongga mulut biasanya tidak terdiagnosis kecuali lesi berubah simptomatik
karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan publik. Setiap lesi merah di rongga mulut harus
dievaluasi dengan riwayat yang tepat dari pasien. Dalam laporan kasus ini, riwayat diambil secara
rinci dan berbagai lesi dianalisis untuk gejala klinis sebagai diagnosis banding, karena tidak ada
etiologi yang diketahui. Erythroplakia didiagnosis dan dibedakan berdasarkan eksklusi klinis dan
histopatologi lesi penyakit lainnya. Dengan demikian, riwayat yang tepat dan diagnosis diferensial
yang bervariasi sangat penting dalam diagnosis dan manajemen lesi merah pada rongga mulut.

Anda mungkin juga menyukai