Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

MUCOCELE

A Identitas Pasien
Nama
TTL
Suku
Jenis Kelamin
Status Pernikahan
Agama
Alamat
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan

: Roby Krisnandra
: Jaya Bhakti, 16 Juni 1995
: Jawa
: Pria
: Belum Menikah
: Islam
: Jl. Delima II no 3 Azhar, Talang Kelapa-Banyuasin
: SLTP
: Siswa SLTA

B Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada bibir bawah kiri sebelah
dalam sejak kurang lebih 2 bulan lalu. Pasien tidak merasakan sakit, tetapi benjolan
tersebut cukup mengganggu saat makan. Beberapa kali benjolan tersebut tergigit dan
pecah, lalu tumbuh kembali.

Keluhan Tambahan
Tidak ada
Riwayat perawatan gigi
Belum pernah dirawat gigi
Kebiasaan buruk
Pasien sering menggigit bibir saat cemas, sejak kurang lebih 1 tahun lalu.

Riwayat penyakit sistemik


Pasien menyangkal pernah mengidap penyakit sistemik
Riwayat Sosial
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, berasal dari keluarga yang cukup
mampu.
C Pemeriksaan Ekstra Oral
Wajah
: Simetri
Bibir
: Sehat
KGB
: Kanan tidak teraba, tidak sakit
Kiri tidak teraba, tidak sakit
D Pemeriksaan Intra Oral
Debris
: Tidak ada
Plak
: Ada pada regio A dan C
Kalkulus
: Ada pada regio A dan C
Perdarahan Papila Interdental : Ada pada region A dan C
Gingiva
: free gingiva di region A dan C berwarna kemerahan,
mudah berdarah saat diperiksa dengan probe. Tidak sakit
saat dipalpasi, tidak ada oedem.
Mukosa
: terdapat nodula pada mukosa bibir bawah kiri dengan
Diameter kurang lebih 1 cm, berwarna merah muda
kebiruan, konsistensinya kenyal berfluktuasi dan tidak
Palatum
Lidah
Dasar Mulut
Kelainan gigi geligi
OHI-S

sakit saat dipalpasi.


: Sehat
: Sehat
: Sehat
: malposisi gigi 33
: 0,33 (DI : 0 ; CI : 0,33)

E Pemeriksaan Gigi Geligi dan Jaringan Penyangga


1 Malposisi gigi 33
F Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Patologi anatomi untuk jaringan yang diambil
G Diagnosa Sementara
Diagnosa sementara : Mucocele
Diagnosa Banding
: Lipoma, fibroma

H Tinjauan Pustaka
Mucocele adalah lesi jinak asimptomatik yang biasa terjadi pada mukosa mulut
yang disebabkan oleh rusaknya ductus kelenjar saliva minor karena trauma atau karena
deposit kalkulus di dalam ductus kelenjar saliva sehingga terjadi retensi saliva di dalam
kelenjar saliva maupun di dalam lamina propria sekitar kelenjar saliva.1,2 Gambaran
mucocele adalah papula atau nodula yang berbentuk seperti kubah, berwarna bening
kebiruan, jarang berukuran lebih dari 1,5 cm.1,3 Bila dipalpasi, konsistensi mucocele lunak
dengan fluktuasi cairan, dapat membesar dengan cukup cepat dan terkadang pecah
dengan sendirinya.4 Mucocele paling banyak terjadi pada mukosa bibir bawah, tetapi juga
bisa terjadi pada mukosa bukal, mukosa lidah, dan mukosa dasar mulut. Terdapat 2 jenis
mucocele, yaitu :
1 Mucocele tipe ekstravasasi adalah mucocele yang terjadi karena kerusakan saluran
kelenjar saliva karena trauma.1 Kerusakan saluran kelenjar saliva tersebut menyebabkan
terjadinya ekstravasasi mucus ke dalam lamina propria. Jenis mucocele ini paling sering
terjadi, terutama pada bibir bawah. 3
2 Mucocele tipe retensi disebabkan oleh terblokirnya ductus kelenjar
ludah oleh deposit kalkulus
kelenjar

tersebut

berkurang

yang menyebabkan produksi saliva


atau

terhenti

sama

sekali

dan

menghasilkan gambaran khas mucocele.1


Secara klinis, tidak terdapat perbedaan penampakan maupun
konsistensi dari kedua tipe mucocele.1,4 Perbedaan baru didapati bila
dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pada mucocele tipe ekstravasasi,

mucus dibungkus oleh kapsul berupa pseudocyst dari jaringan


granulasi dan tidak terdapat jaringan epitel di kapsulnya. Sedangkan
pada mucocele tipe retensi, mucus dibungkus oleh kapsul berupa
jaringan epitel kuboid yang berasal dari ductus kelenjar mukosa.1
Penatalaksanaan Mucocele yang berukuran kecil adalah eksisi
lesi bersama dengan kapsulnya serta mengangkat jaringan kelenjar
saliva di sekelilingnya. Sedangkan penatalaksanaan mucocele yang
berukuran lebih besar, dapat dilakukan marsupialisasi untuk mencegah
kerusakan jaringan sehat di sekitarnya.1,5

Pembahasan Kasus dan Penegakan Diagnosa


Pada kasus ini, penegakan diagnosis dilakukan dengan memperhatikan
pemeriksaan subjektif (anamnesa), pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksaan subjektif, dapat digaris bawahi bahwa pasien mengeluhkan benjolan di
bibir bawah bagian dalam sejak 2 bulan lalu, benjolan tersebut tidak sakit (asimptomatik),
sering tergigit, pecah lalu tumbuh kembali. Pasien juga memiliki kebiasaan buruk
menggigit bibir saat cemas, bisa jadi kebiasaan pasien adalah sumber dari trauma pada
bibir pasien. Hasil pemeriksaan objektif didapat bahwa terdapat nodula pada mukosa
bibir bawah kiri dengan diameter kurang lebih 1 cm, berwarna merah muda

kebiruan,

konsistensinya kenyal berfluktuasi dan tidak sakit saat dipalpasi. Dari hasil pemeriksaan
subjektif dan objektif, diambil diagnosa sementara adalah mucocele dengan diagnosa
banding lipoma dan fibroma. Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif pula, diagnosa
banding lipoma dapat disingkirkan, karena ciri khas lipoma adalah nodula berbatas tegas
berwarna kekuningan dan tidak berfluktuasi saat dipalpasi. 1,6 Tetapi untuk menyingkirkan

diagnosa banding fibroma dan memastikan diagnosa tetap, dibutuhkan pemeriksaan


penunjang histopatologi. Pasca eksisi, jaringan yang diangkat dikirim ke laboratorium
patologi anatomi. Hasil pemeriksaan histopatologi, sediaan yang dikirim adalah mucocele
pada bibir bawah. Setelah memperhatikan pemeriksaan subjektif, objektif, dan
penunjang, dapat ditegakkan diagnosa kasus ini adalah mucocele
J

Rencana Perawatan
Fase I (Etiotropi)
Kontrol plak, Scalling, DHE, Eliminasi faktor penyebab (menggigit bibir)
Fase II (Bedah)
Eksisi mucocele
Fase III (Konservatif)
Tidak dilakukan
Fase IV (Maintenance & Rehabilitatif)
Kontrol plak, kontrol hasil eksisi, DHE

K Perawatan dan Hasilnya


Pasien datang pertama kali pada tanggal 7 November 2012 dan lesi didiagnosa
sementara sebagai Mucocele pada mukosa bibir kiri bawah. Pasien diberikan DHE dan
instruksi kontrol plak dan penjelasan untuk menghilangkan kebiasaan menggigit bibir
yang merupakan salah satu penyebab terjadinya mucocele.
Pada tanggal 20 November 2012 dilakukan tindakan berupa eksisi lesi oleh drg.
Adiprabowo J., Sp.BM, jaringan lesi yang didapat dikirim ke laboratorium Patologi
Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pasien diberikan resep obat
Amoxicilin dan metronidazole dengan dosis 500 mg diminum tiap 8 jam selama 5 hari
dan asam mefenamat dengan dosis 500 mg diminum bila sakit saja. Pasien diberikan
instruksi pasca operasi, DHE singkat, instruksi kontrol plak dan pasien diingatkan

kembali agar menghilangkan kebiasaan menggigit bibir. Pasien diperbolehkan pulang


dan diminta kontrol 1 pekan setelahnya.
Pasien datang untuk kontrol I pada tanggal 27 November 2012 dengan kondisi
benang jahitan sudah tidak ada, keterangan dari pasien bahwa benang jahitan telah lepas
dengan sendirinya. Pasien tidak merasa sakit dan tidak ada pembengkakan di bekas
operasi. Kondisi luka pasca eksisi cukup baik, bekas luka masih sedikit berwarna
kemerahan tetapi tidak sakit saat dipalpasi. hasil pemeriksaan histopatologi pasien sudah
keluar, yaitu sebagai berikut:
Makros
: 4 potong jaringan ukuran kurang lebih sama ukuran 0,3x0,2x0,1 cm
Mikros

kenyal.
: Sediaan berasal dari regio bibir bawah berupa jaringan dengan mukosa
dilapisi epitel squamous komplek berkeratin. Stroma berupa jaringan ikat
fibrous bersebuk padat sel radang limfosit, sel plasma, dan PMN. Tampak

kelenjar salivarius normal. Tidak dijumpai tanda ganas dalam sediaan ini.
Kesan
: Mukokel pada bibir bawah.
Pasien diberikan DHE dan instruksi kontrol plak, lalu diminta kontrol kembali 1 pekan
kemudian.
Pasien datang untuk kontrol II pada tanggal 4 Desember 2012 dengan kondisi
luka sudah sembuh sempurna, warna bekas luka pasca eksisi sudah sama dengan warna
jaringan sekitarnya dan tidak sakit saat dipalpasi. Pasien tidk memiliki keluhan sakit atau
bengkak pada bekas luka. Pasien diberikan DHE, instruksi kontrol plak, dan penyuluhan
agar menghilangkan kebiasaan menggigit bibir. Perawatan dinyatakan selesai.

Sebelum tindakan

Kontrol I

Kontrol II

L Kesimpulan
Mucocele adalah lesi jinak asimptomatik yang biasa terjadi pada mukosa mulut
yang disebabkan oleh rusaknya ductus kelenjar saliva minor karena trauma atau karena
deposit kalkulus di dalam ductus kelenjar saliva sehingga terjadi retensi saliva di dalam
kelenjar saliva maupun di dalam lamina propria sekitarnya. Terdapat 2 tipe mucocele
berdasarkan faktor penyebab terjadinya, yaitu mucocele ekstravasasi yang disebabkan
kerusakan ductus saliva oleh trauma dan mucocele retensi yang disebabkan penyumbatan
ductus saliva oleh deposit kalkulus. Penatalaksanaan mucocele adalah dengan

pembedahan eksisi jika ukuran lesinya kecil dan marsupialisasi jika ukuran lesinya besar.
Perawatan mucocele pada pasien ini adalah eksisi dan perawatan berhasil dengan baik
ditandai dengan penyembuhan sempurna jaringan bekas eksisi dan tidak terjadi rekurensi.
M Daftar Pustaka
1 Ata-Ali, J. dkk, 2010. Oral Mucocele: Review of The Literature. Medicina Oral
2

Journal vol 2 issue 1 pages 10-13.


Valerio, Rodrigo A. dkk, 2013. Mucocele and Fibroma: Treatment and Clinical
Features for Differential Diagnosis. Brazilian Dental Journal vol 24 issue 5 pages

537-541.
Scully, Crispian, 1999. Handbook of Oral Desease. London: Martin Dunitz. Pages

248-249.
Rao, Prasanna K., dkk, 2012. Oral Mucocele-Diagnosis and Management. Journal

of Dentistry, Medicine and Medical Sciences vol 2 issue 2 page 26-30.


Regezi, Joseph A., dkk, 2003. Oral Pathology 4th Edition. Missouri: Saunders. Page

185.
Langlais, Robert P., dkk, 1998. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim. Jakarta: Hipokrates. Page 80.

Anda mungkin juga menyukai