ULSER TRAUMATIK
Disusun oleh:
Monica Sherlyta
160112150095
Pembimbing:
Erna Herawati, drg. M.kes
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................26
BAB V SIMPULAN.............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
Ulser merupakan suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung
berbatas jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis (Greenberg dan Glick,
2008). Ulser traumatik dapat disebabkan oleh trauma fisik, termal, ataupun kimia.
Ulser yang dihasilkan dari luka traumatik merupakan tipe ulser yang paling sering
Ulser traumatik bisa terjadi pada semua kelompok umur, dan tidak ada
perbedaan antara pria dan wanita (DeLong, 2008). Lesi yang disebabkan oleh luka
dapat dipengaruhi oleh faktor mekanis, kimia, elektris maupun termal. Penyebab
terjadinya ulser traumatik, antara lain gigi yang fraktur, karies, malposisi dan
malformasi ataupun ill fitting denture juga berperan dalam proses terbentuknya
biasa terjadi termasuk pipi atau lidah yang tergigit saat mengunyah, atau bahkan
trauma dari sebuah sikat gigi serta trauma karena gigi tiruan yang tidak sesuai.
Pada umumnya ulser akan sembuh dalam beberapa hari tanpa komplikasi
pasien usia 25 tahun yang datang ke RSGM Unpad. Pasien mengeluhkan terdapat
1
2
sariawan di gusi rahang bawah kiri terasa sakit saat lidah menyentuh sariawan dan
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. MY
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan di gusi rahang bawah kiri
belakang sejak menggunakan gigi tiruan lepasan. Pasien mulai menggunakan gigi
tiruan sejak 3 hari yang lalu dan merasa tidak nyaman karena ada bagian tajam.
Sariawan terasa sakit saat lidah menyentuh sariawan dan sakit bertambah saat
memakai gigi tiruan. Pasien belum memakai obat apapun untuk menyembuhkan
sariawan. Pasien ingin diobati sariawannya karena sedikit sakit saat lidah
Hipertensi : YA/TIDAK
Asma/Alergi : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi :YA/TIDAK
Lain-lain : YA/TIDAK
disangkal
Kondisi Umum
Kelenjar Limfe
5
non ikhterik
Wajah : simetris
Lain-lain : TAK
Gingiva : terdapat ulser pada gingiva bagian bukal dekat distal region
Frenulum : TAK
Lidah : TAK
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis
Pro resep
R/ Chlorheksidine gluconate 0,2% gargle flc no.I
∫ col oris
Pro kontrol 1 minggu
7
KIE:
1. Instruksikan penggunaan chlorheksidine gluconate dikompreskan
menggunakan kapas
2. Hindari pemakaian gigi tiruan sampai sariawan hilang
3. Perbaiki landasan gigi tiruan dibagian anatomis region gingiva 36
Gambar 2.1 Traumatik ulser pada gingiva bagian bukal region distal 35
Status Kontrol
Anamnesa
Pasien datang untuk kontrol setelah sekitar 1 minggu yang lalu terdapat
sariawan pada daerah gusi sebelah kiri bawah. Untuk pengobatan pasien
menggunakan obat kumur chlorhexidine dua kali sehari setelah menyikat gigi.
Pasien mengaku setelah 3 hari perawatan sariawan sembuh dan tidak sakit lagi.
Kelenjar Limfe
non ikhterik
Wajah : simetris
Lain-lain : TAK
Gingiva : TAK
9
Frenulum : TAK
Lidah : TAK
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis
Pro OHI
Gambar 2.2 kondisi setelah user traumatic pada gingiva bagian bukal region distal
35 sembuh
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
11
Ulser traumatik adalah lesi oral umum yang disebabkan oleh gigi yang
patah atau tajam, tambalan yang kurang baik, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat
ortho, benda asing lain, atau disebabkan tergigit saat makan (Laskaris, 2006).
Lesi ulser traumatik pada mukosa mulut dapat terjadi karena beberapa
Tergigitnya bibir, pipi, dan lidah; gigi yang tajam; malposisi gigi atau akar;
sikat gigi; margin restorasi atau protesa yang tajam; alat ortodontik. Luka
2. Trauma kimia
rongga mulut.
3. Trauma termal
Panas yang berasal dari minuman atau makanan menyebabkan mucosal burn
dan ulserasi. Pada kasus yang jarang, penggunaan dry ice dan instrumen panas
Bruxism
5. Lain-lain
Traumatic ulcer dapat terjadi ketika trauma yang terjadi cukup parah untuk
merusak permukaan epitel. Traumatic ulcer hampir selalu diawali oleh respon
akut beberapa saat setelah trauma terjadi (Myers and Curran, 2014). Traumatic
ulcer ini terjadi diduga karena adanya infiltrasi neutrofil yang diikuti oleh
kerusakan epitel dan infiltrasi limfosit ke dalam jaringan. Sel mononuklear juga
parut dalam waktu 10 hingga 14 hari apabila iritan penyebab dihilangkan karena
(Cunningham, 2006).
dengan RAS, terbentuk sedikit cekung dan berbentuk oval. Gambaran yang paling
sering berupa ulser tunggal dan sakit dengan permukaan lesi halus, berwarna putih
kekuningan atau merah, dengan tepi eritem tipis. Ulser biasanya lunak pada
palpasi, dan sembuh tanpa berbekas dalam 6-10 hari, secara spontan atau setelah
menghilangkan penyebab. Tempat predileksi dapat pada lidah, bibir, dan mukosa
bukal. Gambaran klinis dari trauma mekanik bervariasi tergantung intensitas dan
13
ulser tetap ada melebihi 10-14 hari, maka biopsy harus dilakukan (Ibsen, 2014;
Laskaris, 2006).
Gambar 3.1 Ulser traumatik karena gigi tiruan (sumber: Ibsen, 2014)
Gambar 3.2 Ulser traumatik karena sikat gigi (sumber: John, 2014)
Ulser traumatik bisa terjadi pada semua usia dan tidak ada perbedaan
sistemik sepertinya pengobatan dan penyakit bisa menyebabkan lesi ulser. Oleh
karena itu anamnesis harus digali dengan baik dan pemeriksaan klinis harus tepat
Definisi RAS
Reccurent Aphtous Stomatitis(RAS) merupakan suatu kelainan yang
ditandai oleh adanya ulser yang berulang pada mukosa mulut pasien tanpa adanya
gejala atau tanda penyakit lain. Kelainan imun, gangguan hematologi, alergi atau
kelainan psikologikal merupakan suatu hal yang diyakini terlibat akan terjadinya
hematologi antara lain, serum besi, folat vitamin B12. Faktor lain yang
local pada mukosa, menstruasi, infeksi saluran nafas atas, dan alergi makanan
berdiameter kurang dari 1 sentimeter, dengan tepi eritem dan jaringan nekrotik di
tengahnya. Ulser ini sering diikuti rasa sakit yang memberikan dampak negatif
Klasifikasi RAS
minor, ulser aftosa mayor, dan herpetiform (Scully and Felix, 2005).
Ulser aftosa minor dikenal juga sebagai Miculiz aphthous atau ulser aftosa
ringan. Merupakan RAS yang paling sering terjadi sekitar 75-85% dari seluruh
kasus RAS. RAS minor dapat melibatkan seluruh mokusa non-keratin pada
rongga mulut (Vivek and Bindu, 2011). Aftosa minor terjadi terutama pada
kelompok usia 10-40 tahun, mempunyai gejala yang minim, dan berbentuk ulser
bulat atau oval, dangkal, berwarna kuning-kelabu, dengan diameter sekitar 2-4
mm, margin halo eritematosus dan disertai odema, dan ditemukan terutama pada
mukosa non-keratin seperti pada mukosa labial, mukosa bukal, dasar mulut,
sulkus atau ventral lidah dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti
gingiva, palatum, dan dorsal lidah. Lesi sembuh dalam 7 sampai 10 hari, dan
berulang pada interval 1 sampai 4 bulan meninggalkan jaringan parut sedikit atau
tidak sama sekali (Scully and Felix, 2005; Preeti et al, 2011) .
Ulser aftosa mayor dikenal juga sebagai Sutton aphthous atau periadenitis
mucosa necrotica recurrens, mempunyai durasi lebih lama dan lebih menyakitkan
dibandingkan ulser minor. Ulser aftosa mayor berbentuk bulat atau ovoid seperti
ulser minor, tetapi ukuran lebih besar biasanya berdiameter sekitar 1 cm atau
bahkan lebih dan dikelilingi odema. Ulser ditemukan pada mukosa oral seperti
dorsal lidah atau palatum, terjadi hanya beberapa ulser (1 sampai 6) pada satu
waktu dan sembuh dengan lambat selama 10 sampai 40 hari. Ulser dapat sering
2005).
3. Herpetiform Ulcer
dibandingkan bentuk RAS lainnya, dan ditemukan terutama pada wanita. Ulser
diawali dengan vesikel yang berkembang cepat menjadi beberapa ulser kecil
menjadi ulser besar bulat tidak beraturan yang sembuh dalam 10 hari atau lebih,
tanpa meninggalkan jaringan parut, sering menimbulkan rasa sakit, dan berulang.
17
Ulser juga melibatkan daerah oral termasuk mukosa berkeratin (Scully and Felix,
2005).
Penyebab pasti dari RAS masih belum diketahui, tetapi terdapat beberapa
faktor yang diketahui dapat memicu terjadinya RAS. Faktor yang diketahui
1. Faktor Genetik
Pada beberapa individu, RAS bisa saja terjadi karena adanya latar
belakang genetik. Hal ini ditunjukan dari sepertiga dari pasien yang mengalami
RAS memiliki riwayat keluarga yang positif dengan peningkatan frekuensi tipe
2. Faktor Imunologis
18
Ulser aftosa yang besar sering kali ditemukan pada pasien HIV+ dengan
CD4 limfosit T di bawah 100 sel/ml serta ditemukan pula pada pasien non HIV
3. Faktor Mikroba
RAS. Isolat bakteri inisial pada RAS adalah Streptococcus sanguinis, akan tetapi
analisis terbaru mengungkapkan bahwa bakteri yang berperan dalam RAS adalah
strain Streptococcus mitis. Analisis lain juga mengatakan bahwa adenovirus juga
dapat menyebabkan terjadinya RAS akan tetapi perlu konfirmasi lebih lanjut
4. Faktor Nutrisi
RAS dipengaruhi beberapa faktor nutrisi diantaranya zat besi, folat, dan
vitamin B12. Pada penelitian, pasien RAS yang diterapi dengan sediaan zat besi,
vitamin B12, dan asam folat menunjukkan adanya perbaikan. Faktor nutrisi lain
yang penting adalah vitamin B1, B2, dan B6. Terapi dengan pemberian vitamin
tersebut selama 3 bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh
5. Faktor Lingkungan
1) Stres
Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika
menyebutkan bahwa pasien dengan stres tingkat tinggi sering kali ditemukan RAS
(Nasution, 2011).
2) Trauma lokal
Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan ulser pada
pasien dengan RAS (Scully, 2008). Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat
berbicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan
atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma bukan merupakan faktor yang
Rajendran, 2009).
3) Merokok
bahwa perokok berat yang berhenti merokok mengalami RAS. Tetapi dilaporkan
4) Hipersensitivitas makanan
Penelitian oleh Nolan, dkk alergi makanan dapat berkaitan dengan RAS.
Penelitian ini menghubungkan pasien dengan RAS dengan adanya alergi terhadap
suatu makanan. Hasilnya terdapat 50% pasien yang memiliki alergi terhadap suatu
makanan berdasarkan hasil patch test. Makanan seperti coklat, kopi, kacang,
sereal, almond, strawberi, keju, tomat, dan gandum (mengandung gluten) pada
20
2007).
5) Obat-obatan
seseorang pada resiko yang lebih besar untuk terjadinya RAS (Nisa, 2011).
6. Hormonal
Salah satu faktor predisposisi RAS adalah faktor hormonal yang lebih
sering terjadi pada wanita berkaitan dengan kadar progesteron yang rendah saat
fase luteal pada siklus menstruasi atau saat pemakaian pil kontrasepsi. RAS juga
dapat terjadi secara temporal saat wanita sedang mengandung (Scully, 2008).
kehidupan dan dapat dipercepat oleh trauma minor, menstruasi, infeksi saluran
pernapasan atas, dan kontak dengan makanan. Lesi terbentuk pada mukosa rongga
mulut dan dimulai dengan adanya predromal burning 2-48 jam sebelum ulser
muncul. Selama periode inisial ini, terbentuk area eritem yang terlokalisasi.
Selama beberapa jam, terbentuk papula kecil berwarna putih, kemudian berubah
menjadi ulser dan membesar lebih dari 48-72 jam (Greenberg dan Glick, 2008).
Karakteristik ulser pada RAS adalah berbatas jelas, simetris, terasa sakit,
Diagnosa RAS
RAS melibatkan mukosa tidak berkeratin, riwayat penyakit yang berulang,
Definisi OSCC
Oral squamous cell carcinoma (OSCC) merupakan salah satu kanker yang
terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Predileksi OSCC adalah di lidah,
Etiologi OSCC
Penyebab OSCC adalah multifaktorial, namun dari semua faktor yang
sangat berhubungan dengan kanker rongga mulut. Resiko tinggi terkena SCC
Selain itu, defisiensi zat besi seperti pada penderita Plummer-Vinson syndrmoe
SCC pada bibir. Faktor resiko lain adalah pasien dengan gangguan sistem imun
dan iritasi kronis seperti trauma mekanik dari gigi tiruan, dan kebersihan mulut
22
tahun. Gambaran klinis bervariasi, dan dapat menyerupai penyakit lain. Tahap
awal OSCC umumnya tanpa gejala, dan dapat berupa lesi putih, lesi merah
atipikal, atau keduanya, dan dapat pula berbentuk masa exophytic. Gambaran
klinis yang paling sering adalah erosi dan ulser. Ulcer carcinoma memiliki
permukaan papillary ireguler, border lesi lebih tinggi, dan dasar keras saat palpasi.
Lesi lanjut OSCC umumya kronis dan mengeras. Predileksi OSCC adalah lateral
boder dan ventral lidah, serta bibir, dapat juga terjadi di dasar mulut, gusi, mukosa
laveolar, mukosa bukal, dan palatum. (laskaris). Tahap lanjut OSCC melibatkan
Gambar 3.6 OSCC tahap awal berbentuk patch merah pada lidah
(Lasakaris, 2006)
23
Gambar 3.7 OSCC terlihat berbentuk lesi ulcer exoplytic pada lateral border lidah
(Laskaris, 2006)
Diagnosa OSCC
Analisis microskopik spesimen jaringan dengan biopsi.
Terapi yang dilakukan pada ulser yang disebabkan oleh trauma mekanik
dapat menjadi pilihan perawatan. Semua ulser traumatik harus ditinjau, jika lesi
terus menetap lebih dari 10-14 hari setelah faktor penyebab dihilangkan sebaiknya
Jenis Terapi
Waktu
- 2 – 3 sehari (tidak boleh lebih
dari 7 hari)
Kortikosteroid Topikal Triamcinolone acetonide 0,1%
Penggunaan
- Keringkan permukaan ulser dengan
cotton bud, kemudian oles atau
tekan (jangan digosok) sejumlah
kecil pasta menggunakan cotton
bud pada daerah ulser hingga pasta
menempel, rata dan licin.
Waktu
- 2 – 3 sehari setelah makan dan sebelum
tidur
Antibiotik Topikal Chlortetracycline
Penggunaan
- Larutkan 1 kapsul dalam 10 ml
air, kumur selama 3 – 5 menit
Waktu
- - 4x sehari (tidak untuk terapi
jangka
panjang)
tergantung dari ukuran, durasi dan lokasi. Terapi antibiotik (biasanya penisilin)
diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder jika lesi yang terjadi parah dan
BAB IV
PEMBAHASAN
pasien didiagnosis ulser traumatik. Hasil anamnesa pasien didapat keluhan rasa
tidak nyaman sejak 3 hari yang lalu karena gigi tiruan yang tajam, kemudian
muncul sariawan di gusi belakang kiri rahang bawah. Rasa sakit muncul saat lidah
menyentuh sariawan dan saat memakai gigi tiruan. Gambaran klinis lesi pada
mukosa gingiva kiri berbentuk oval berbatas ireguler berwarna putih kekuningan
dan dikelilingi daerah eritema dengan diameter ± 2mm. Hal ini sesuai dengan
batas ireguler dengan margin eritema dan dasar kekuningan (Laskaris, 2006).
(RAS) dan Oral squamous cell carcinoma (OSCC). Lesi-lesi di atas dapat
berbatas iregular dengan permukaan lesi halus, berwarna putih kekuningan atau
merah, dengan tepi eritem tipis. (Ibsen, 2014; Laskaris, 2006). Sedangkan RAS
memiliki lesi yang cenderung simetris dengan bagian tengahnya ditutupi dengan
(OSCC), ulser traumatik biasanya lunak pada palpasi, dan sembuh tanpa berbekas
26
dalam 6-10 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan penyebab, sedangkan
ireguler, meninggi, dan dasar keras saat palpasi. Etiologi penyebabnya pun
berbeda jika ulser traumatik disebabkan oleh trauma fisik, termal, atau kimia.
Lesi ulser traumatik pada mukosa mulut dapat terjadi karena beberapa faktor
trauma, antara lain trauma mekanis atau fisik (tergigitnya bibir, pipi, dan lidah,
gigi yang tajam, malposisi gigi atau akar, sikat gigi, margin restorasi atau protesa
yang tajam, alat ortodontik), trauma kimia (bahan-bahan kimia), dan trauma
termal (panas yang berasal dari minuman atau makanan menyebabkan mucosal
burn dan ulserasi) (Ghom, 2014). Pada kasus ini ulser traumatik yang terjadi
akibat iritasi gigi tiruan yang tajam. Hal ini sesuai dengan teori, ulser traumatik
karena dapat mengurangi jumlah mikroorganisme pada saliva hingga 80%. Terapi
lesi ini merupakan port of the entry mikroorganisme rongga mulut. Terapi ini
sangat sederhana dan sangat membantu dalam penyembuhan lesi (Field et al.,
2010).
sariawan sembuh dan gigi tiruan selesai diperbaiki. Setelah 3 hari perawatan,
menurut pasien, sariawan sudah sembuh dan tidak pernah sakit lagi. Pada saat
kunjungan kedua, yaitu 7 hari setelah perawatan, sudah tidak ditemukan ulser.
Penyembuhan ulser pada pasien pada hari ke 10 sesuai dengan teori bahwa ulser
akan sembuh dalam waktu ± 10-14 hari, karena pasien sudah mengikuti instruksi
dari operator yaitu dikompres dengan Chlorhexidine dan juga karena pasien
mengikuti seluruh instruksi dan saran dengan baik, sehingga ulser telah sembuh
SIMPULAN
ulser traumatik. Hal ini disebabkan karena ada bagian yang tajam pada gigi tiruan
yang mengenai gusi, dan dari gambaran klinis terlihat lesi pada gingiva posterior
rahang bawah berupa ulser berbentuk oval yang ireguler, sedikit sakit, dengan
menggunakan gigi tiruan terlebih dahulu sampai sariawan sembuh dan gigi tiruan
menyikat gigi, dan intruksi untuk istirahat, makan, dan minum yang cukup.
Pasien kembali kontrol setelah 1 minggu dan sariawan yang dialami
sembuh serta tidak ada keluhan lainnya. Pasien mengikuti instruksi yang
28
DAFTAR PUSTAKA
Cawson, R.A. and Odell, E.W. 2008. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and
Oral Medicine. The University of Michigan: Churchill Livingstone.
DeLong, L. and Burkhart, N.W. 2008. General and oral pathology for dental
hygiene. United States: Lippincott Williams & Willkins.
Cunningham, S. 2006. Ulcerative lesions of the oral cavity. Grand Rounds
Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology.
Field, A., Longman, L., and William, R.T. 2010. Tyldesley’s Oral Medicine.
London : Oxford University Press. p.
Greenberg and Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine: Diagnosis and Treatment.
11th edition. Ontario: BC Decker Inc.
Ghom. 2014. Textbook of Oral Medicine. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher.
Guallar, IB., Y. Jimenez-Soriano, A. Claramunt-Lozano. 2014. Treatment of
recurrent aphthous stomatitis. A literature review. J Clin Exp Dent. 6 (2):
168-174 pp.
Ibsen, O.A.C and Phelan, J.A. 2014. Oral Phatology for Dental Hygiene. 6th ed.
St. Louis, Missouri: Elsevier.
John, P. 2014. Textbook of Oral Medicine. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers.
Jurge, S., et al. 2006. Recurrent aphthous stomatitis. Blackwell Munksgaard: UK..
Laskaris, G. 2006. Color Atlas of Oral Disease: second edition. New York :
Thieme.
Looker, Terry and Gregson, Olga. 2005. Managing Stress Mengatasi Stres Secara
mandiri. BACA: Yogyakarta.
Myers, S.L. and A.E. Curran. 2014. General and Oral Pathology for Dental
Hygiene Practice. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Nasution, H. 2011. Gambaran coping stress pada wanita madya dalam
menghadapi pramenopause. Skripsi pada fakultas psikologi, Universitas
Sumatera Utara: Medan
29
30
Nisa, R. 2011. Stomatitis aftosa rekuren (sar) yang dipicu oleh stress pada
mahasiswa kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi pada
fakultas kedokteran gigi, Universitas Sumatera Utara: Medan.
Pratiknyo M, Hendarmin S. 2007. Aspek Klinik dan Penanggulangan Penyakit
Alergi (Clinical Aspect and Treatment of Allergy). Jakarta: Jurnal PDGI,
Vol. 57 No. 3; 77-81.
Rajendran. 2009. Shafer-s Textbook of Oral Phatology. Delhi: Elsevier.
Scully, C. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis of Diagnosis and
Treatment 2nd ed. Elsevier: Philadelphia.
Scully, C., et al. 2003. The diagnosis and management of recurrent aphthous
stomatitis. A consensus approach. JADA, vol 134.
Scully, C dan Felix, D. H. 2005. Aphthous and other common ulcers. British
Dental Journal Vol: 190, No.5, hal: 259-264
Sciubba, J; Regezi; R. Rogers. 2002. PDQ Oral Disease: Diagnose and Treatment.
Missouri: Elsevier.