Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN STUDI KASUS MINOR ILMU PENYAKIT MULUT

COATED TONGUE LINEA ALBA

Disusun Oleh : Arawinda Paramitha 1601 1007 0077

Pembimbing: Wahyu, drg.

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

Sebagai seorang klinisi dalam bidang medis, kita harus melakukan pemeriksaan keseluruhan keadaan rongga mulut bila terdapat keabnormalan atau kelainan pada bentuk dan fungsinya, hal ini disebabkan karena beberapa penyakit sistemik maupun penyakit lokal yang dapat bermanifestasi didalam rongga mulut. Anamnesa klinis, pemeriksaan rongga mulut untuk melihat gambaran klinis, melakukan biopsi bila diperlukan, dan mencari sumber pustaka yang berhubungan dengan lesi rongga mulut yang ditemukan, kita diharapkan dapat menegakkan diagnosa dengan tepat. Dengan diagnosa yang tepat, maka kita dapat menentukan terapi yang tepat sesuai kebutuhan. Lidah merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pengecap dan membantu dalam hal berbicara. Lidah juga merupakan kumpulan otot yang terletak di dasar mulut yang berperan untuk membantu pengunyahan dan penelanan makanan dalam sistem pencernaan makanan. Lidah tertutupi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari epitel skuamosa berlapis. Lidah terdiri dari dua bagian yaitu ventral dan dorsum lidah. Ketika membuka mulut daerah yang terlihat dari lidah adalah bagian dorsum dari lidah. Dorsum lidah memiliki banyak tonjolan-tonjolan mukosa yang membentuk papila-papila yaitu papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata, dan papila foliata (Moore, et al., 2010). Beberapa penyakit sistemik dan penyakit lokal dapat bermanifestasi dalam rongga mulut, dan salah satunya dapat bermanifestasi pada organ lidah. Selain keterlibatannya dalam manifestasi dalam rongga mulut secara umum, beberapa lesi dapat merupakan lesi spesifik pada lidah. Beberapa kelainan pada lidah bergantung pada perubahan epitel yang melapisi lidah, terutama papila filiformis (Langlais and Miller, 2000; Field and Longman, 2003). Pada semua individu yang normal, organ lidah memiliki lapisan yang terdiri dari lapisan mukus, deskuamasi sel epitel, organisme, dan debris. Pada orang sehat, organ lidah selalu bergerak dan dengan adanya aliran saliva sehingga lapisan tersebut tetap sedikit. Adanya sedikit gangguan pada kesehatan seseorang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sehingga lapisan tersebut akan menjadi lebih tebal. Hal ini disebabkan karena kurangnya pergerakan pada lidah. Beberapa hal lain yang menyebabkan kurangnya pergerakan lidah adalah lesi kecil nyeri yang terdapat pada lidah, gangguan pada produksi dan aliran saliva, mengkonsumsi alkohol atau tembakau, gangguan pada sistem pencernaan dan pernapasan, 2

ataupun kondisi demam. Dengan berkurangnya pergerakan pada lidah inilah yang menyebabkan terbentuknya lapisan pada lidah berupa plak putih atau berwarna (Field and Longman, 2003). Coated tongue atau furred tongue merupakan suatu kelainan pada mukosa lidah dimana pada permukaan lidah terdapat lapisan selaput tebal berwarna putih kekuningan atau putih kecoklatan. Lapisan ini terbentuk dari lapisan lendir, sel epitel yang terdeskuamasi, ataupun akumulasi dari debris dan bakteri. Mukosa dorsum lidah berperan dalam terbentuknya lapisan ini, dimana tampak terjadi pemanjangan dari papila filiformis. Papila filiformis yang tampak memanjang ini dapat terjadi pada individu dengan produksi dan aliran saliva yang berkurang, pada perokok dan peminum alkohol, individu dengan kelainan sistemik terutama pada gangguan sistem gastrointestinal ataupun kondisi demam. Warna lapisan yang terbentuk tergantung pada berbagai faktor, yaitu penggunaan tembakau, dan kebiasaan makanan dan minuman yang dikonsumsi (Field and Longman, 2003). Diagnosis yang tepat akan memberikan rencana perawatan yang tepat pula, sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat dan adekuat terhadap penyakit. Di samping itu, kesalahan dalam mendiagnosis lesi yang terdapat dalam rongga mulut dapat menyebabkan tidak sembuhnya lesi atau bahkan lesi akan menjadi semakin meluas dan bertambah berat. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai kasus coated tongue yang disebabkan oleh kondisi demam, nyeri pada lambung, konsumsi obat-obatan yang terjadi pada seorang pasien perempuan, usia 22 tahun, yang datang ke Bagian Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada bulan Desember 2011.

BAB II LAPORAN KASUS

Status Klinik Data Umum Pasien Tanggal Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Telp Pekerjaan Status NRM : 10 Desember 2011 : nn. AZ : Perempuan : 22 tahun : Jl. Kubang selatan VI Bandung : 085695368XX : Mahasiswa : Belum Menikah : 2010-106XX

Anamnesis Pasien datang dengan keluhan terdapat lapisan putih pada permukaan lidah. Lidah terasa pahit, kotor, dan agak tebal. Tidak ada keluhan sakit saat makan, minum, atau berbicara. Pasien mulai menyadari adanya lapisan putih tersebut 3 hari yang lalu. Pasien mengaku belakangan ini jarang minum air putih dan sering meminum kopi. Pasien mengaku tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan. Tidak pernah dilakukan perawatan sebelumnya. Pasien ingin lidahnya bersih kembali.

Riwayat Penyakit Sistemik Penyakit jantung Hipertensi Diabetes Melitus Asma/Alergi : YA / TIDAK : YA / TIDAK : YA / TIDAK : YA / TIDAK 4

Penyakit Hepar Kelainan GIT Penyakit Ginjal Kelainan Darah Hamil Kontrasepsi Lain-lain

: YA / TIDAK : YA / TIDAK (gastritis) : YA / TIDAK : YA / TIDAK : YA / TIDAK : YA / TIDAK : YA / TIDAK

Riwayat Penyakit Terdahulu Disangkal

Kondisi Umum Keadaan Umum Kesadaran Suhu : Baik : Compos Mentis : Afebris Tensi : 110/70 mmHg

Pernafasan : 20 x / menit Nadi : 72 x / menit

Pemeriksaan Ekstra Oral Kelenjar Limfe Submandibula : kiri : teraba +/lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/-

kanan : teraba +/Submental : kiri : teraba +/-

kanan : teraba +/Servikal : kiri : teraba +/-

kanan : teraba +/-

Mata TMJ Bibir Wajah Sirkum Oral Lain- lain

: Pupil isokor, konjunctiva non anemis, sklera non ikterik. : Kliking kiri. : tidak ada kelainan. : Simetris : Tidak ada kelainan :-

Pemeriksaan Intra Oral Kebersihan Mulut : Baik / sedang / buruk Kalkulus + / Plak + / Stain + / 5

Gingiva Mukosa bukal

: Tidak ada kelainan. : Terdapat garis putih dengan lebar 2 mm yang memanjang sepanjang gigi posterior sampai gigi C, tidak sakit, dan tidak dapat dikerok

Mukosa labial Palatum durum Palatum mole Frenulum Lidah

: Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Terdapat lapisan putih pada 2/3 posterior dorsal, dapat dikerok tanpa meninggalkan daerah eritem atau berdarah. Tidak terasa sakit

Dasar mulut

: Tidak ada kelainan

Status Gigi Geligi 18 48 17 47 16 46 15 45 14 44 13 43 12 42 11 41 21 31 22 32 23 33 24 34 25 35 26 36 27 37 28 38

Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan

Diagnosis

D/

Coated tongue

D/ DD/

Linea Alba Cheek Biting

DD/ Candidiasis

Rencana Perawatan dan Perawatan Pro Oral Hygiene Instructions Pro tongue scrapping dua kali sehari setelah menyikat gigi Pro anjuran perbanyak meminum air putih Pro kontrol 1 minggu

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Struktur Lidah 3.1.1 Definisi Lidah adalah organ muskular yang melekat pada dasar mulut (Berkovitz, et al., 2002). Lidah adalah massa otot lurik yang dilapisi membran mukosa (Snell, 2006). Sebagian lidah yang terlihat pada kavum oris adalah permukaan dorsum lidah, terutama bagian dua pertiga anterior dan bagian inferior. Pada pemeriksaan klinis yang perlu diperhatikan dari lidah adalah warna, ukuran, derajat pergerakan, dan tekstur permukaan lidah. Pada keadaan istirahat, bentuk lidah beradaptasi terhadap arkus dentalis dan palatum dengan ujung lidah yang berkontak ringan terhadap palatum durum di belakang insisivus atas (Dixon, 2003). Lidah berperan penting dalam fungsi pengecapan, mendorong makanan kedalam faring sewaktu menelan, pembersihan mulut, dan artikulasi bicara (Moore, et al., 2010). Lidah merupakan kumpulan dari otot rangka pada bagian dasar mulut yang digunakan dalam sistem pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang memiliki banyak struktur tunas pengecap. Lidah juga membantu dalam tindakan berbicara dan membolak balik makanan dalam mulut (Wikipidia, 2011). Lidah merupakan organ muskular yang kompleks yang melekat pada tulang hyoid, processus styloideus dan tuberkel genial mandibula pada daerah insersio tulang iga otot ekstrinsik lidah yaitu hyoglossus, styloglosus dan genyoglosus. Lidah melekat longgar pada struktur di dekatnya melalui dua otot ekstrinsik lainnya yaitu pada palatoglosus dan glosofaringeus serta ekstensi membran mukosa mulut dan membran mukosa pharyngeal yang menutupi lidah (Moore, et al., 2010). Lidah adalah suatu organ otot kompak yang ditutupi oleh lapisan pelindung dari epitel skuamosa berlapis. Dorsum lidah mempunyai banyak tonjolan-tonjolan mukosa yang membentuk papila-papila. Ada 4 tipe papila pada dorsum lidah : papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata dan papila foliata (Moore, et al., 2010). Beberapa kelainan yang terjadi pada lidah berhubungan langsung dengan epitel khusus yang terdapat pada lidah, terutama papila filiformis. Struktur dari papila filiformis rentan terhadap adanya perubahan yang akibat dari manifestasi penyakit sistemik. Sebagai contoh pada penderita anemia, keadaan mukosa rongga mulutnya secara keseluruhan mengalami beberapa perubahan, 8

terutama pada lidahnya. Bila suatu lesi dalam bentuk apapun terlihat pada lidah, segera beritahukan kepada pasien tersebut. Hal ini karena lidah merupakan organ yang memiliki pergerakan yang aktif dan banyak akan serabut-serabut saraf sensoris (Langlais and Miller, 2000; Field and Longman, 2003).

3.1.2 Dorsum Lidah Lidah dibagi menjadi dua bagian oleh suatu alur berbentuk V yang disebut sulkus terminalis yang terdapat pada permukaan belakang lidah. Bagian anterior yang lebih besar yang disebut badan lidah merupakan bagian dari dasar mulut, dan bagian posterior yang lebih kecil yang disebut akar atau dasar lidah membentuk dinding anterior faring (Snell, 2006). Permukaan dorsal dari bagian dua pertiga anterior lidah menghadap ke palatum dan bagian sepertiga posterior menghadap ke orofaring. Permukaan inferior lidah yang mengarah dan berkontak dengan dasar mulut dilapisi oleh suatu membran mukosa yang mendukung otot lidah. Di bagian tengah terdapat frenulum yang muncul sebagai suatu lipatan berbentuk sabit yang menghubungkan bagian ventral lidah dengan dasar mulut (Dixon, 2003).

Gambar 3.1 Lidah dalam pandangan dorsal (http://www.netterimages.com/image/8433.htm) 3.1.2.1 Bagian Dua Pertiga Anterior Lidah

Gambar 3.2 Jenis-jenis papila pada dorsum lidah dan taste buds (http://blog-biologiku.blogspot.com/2010/09/lidah.html) Mukosa yang menutupi permukaan dorsal lidah memiliki empat jenis papila dengan fungsi yang berbeda. Papila tersebut meliputi papila filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliata (Moore, et al., 2010). 1. Papila filiformis Papila filiformis merupakan papila jaringan ikat yang ramping, masing-masing dengan papila sekunder dengan lapisan penutup yang memiliki zat tanduk tebal. Jumlah dari papila ini pada pria diperkirakan 500/cm2 yang letaknya kebanyakan pada pertengahan dorsum lidah dan tidak terdapat pada permukaan faringeal. Papila ini berfungsi terutama pada proses menjilat dan menggiring makanan ke distal lidah. Papila ini pula memiliki peranan penting dalam memodulasi tekstural dan sensasi tekanan yang diterima lidah. Papila filiformis memiliki kuncup pengecap yang sensitif terhadap rasa asin dan manis. Papila filiformis adalah bagian yang paling peka terhadap rangsangan dan perubahan sistemi, hal ini karena vaskularisasi mikro dari papila filiformis yang berbentuk loop yang menyerupai bunga, sehingga bila terdapat gangguan pada sistem vaskularisasi akan berpengaruh terhadap papilanya. Papila filiformis berbentuk benang halus dan terletak pada dua pertiga lidah (Langlais and Miller, 2000).

10

Gambar 3.3

Struktur histologis papila filiformis (http://www.histol.chuvashia.com/atlas-en/digestive-05-en.htm) 1. Epitel skuamosa bertingkat berkeratin yang menutupi papila 2. Lapisan epitel berkeratin 3. Lamina propia pada mukosa permukaan dorsum lidah 4. Otot lidah

2. Papila fungiformis

Gambar 3.4 Struktur histologis papila fungiform (http://histology-world.com) Papila fungiformis kemungkinan besar hanya dijumpai pada dua pertiga anterior lidah dan jumlahnya kira-kira 100/cm2 pada daerah ujung dorsum dan 50/cm2 dibagian tengah dorsum lidah. Struktur dari papila fungiformis ini berbentuk seperti jamur yang kaya akan jala-jala kapiler. Dengan ukurannya yang besar maka tidak sulit untuk diidentifikasi sebagai bintik kemerahan pada hamparan papilapapila di dorsum lidah. Papila fungiformis memiliki kuncup pengecap (taste buds) yang jumlahnya beragam mulai dari nol sampai dengan 20-30 per-papila. Pada sebagian besar individu, kurang dari setengah papila fungiformis yang memiliki 11

kuncup pengecap yang berfungsi sebagai reseptor perasa setiap saat. Untuk sisanya lebih dari tiga perempat yang memiliki satu sampai tiga kuncup pengecap (Langlais and Miller, 2000).

3. Papila Foliata

Gambar 3.5 Struktur histologis papila foliata (http://www.histol.chuvashia.com/atlas-en/digestive-05-en.htm) 1. Epitel skuamosa bertingkat non-keratin yang menutupi papila 2. Lamina propia pada mukosa permukaan dorsum lidah 3. Taste buds Papila foliata ditemukan pada margin lateral lidah bagian anterior. Papila foliata biasanya terdapat pada lipatan vertikal membran mukosa. Papila foliata mengandung sejumlah besar kuncup pengecap pada dindingnya, epitel yang tidak berkeratinisasi, suatu inti jaringan ikat khusus dengan kompleks vascular loop, sejumlah ujung-ujung kecil saraf kranial ke-9, kelompok kelenjar serous yang menonjol (kelenjar von ebner) yang sekresinya ke dalam lipatan tersebut, dan ganglion parasimpatik yang berhubungan dengan sekresi kelenjar. Papila foliata sensitif terhadap rasa asam (Langlais and Miller, 2000)

4. Papila Sirkumvalata Papila sirkumvalata atau papila valata terletak pada pertemuan dari dua pertiga anterior dan sepertiga posterior lidah yang berbentuk V atau Y. Masing-masing dari papila sirkumvalata dikelilingi oleh suatu lipatan lateral. Papila ini berjumlah 7 11 buah yang dapat dengan mudah dibedakan dengan papila lainnya yang 12

tersusun sejajar dengan sulkus terminalis, yaitu pada bagian anterior dari sulkus terminalis. Papila sirkumvalata ini sensitif terhadap rasa pahit (Langlais and Miller, 2000).

Gambar 3.6 Struktur histologis papila sirkumvalata (http://www.histol.chuvashia.com/atlas-en/digestive-05-en.htm) 1. Epitel skuamosa bertingkat non-keratin yang menutupi papila 2. Lamina propia pada mukosa permukaan dorsum lidah 3. Taste buds

3.2 Coated Tongue 3.2.1 Definisi Nama lain dari coated tongue adalah furred tongue. Coated tongue atau lidah berselaput merupakan penampilan klinis kelainan lidah yang tampak pada dorsum lidah seperti tertutupi oleh suatu lapisan yang biasanya berwarna putih atau warna lain sesuai dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Selaput ini terdiri dari papila filiformis yang tampak seperti memanjang, sehingga akan memberikan gambaran seperti selaput tebal pada lidah dan akan menahan debris serta pigmen yang berasal dari makanan,minuman, dan permen. Pada individu yang normal, lidah dilapisi oleh suatu mukus, sel epitel yang terdeskuamasi, organisme, dan debris (Field and Longman, 2003).

13

Gambar 3.7 Coated tongue pada seluruh area dorsum lidah (http://screening.iarc.fr/atlasoral_detail.php?flag=0&lang=1&Id=F8000003&cat=F8) Pada keadaan normal, lidah mengalami keratinisasi yang akan terdeskuamasi ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi rahang atas. Lapisan ini akan digantikan oleh sel epitel yang baru di bawahnya. Ketika pergerakan dari lidah ini terbatas karena manifestasi penyakit atau kondisi rongga mulut yang tidak normal, maka papila filiformis akan tampak seperti pemanjangan sehingga bakteri seperti golongan streptococcus ataupun jamur Candida albicans akan menempel pada papila tersebut. Papila filiformis yang tampak memanjang inilah yang memberikan gambaran lidah berselaput ataupun berambut, sehingga dapat menjadi tempat retensi debris, pigmentasi oleh makanan, rokok, dan permen. Coated tongue sendiri paling sering terjadi pada daerah dorsum lidah bagian tengah. Kelainan ini bersifat asimtomatik, tetapi efek sampingnya adalah halitosis dan ambang pengecapan rasa yang tidak normal (Greenberg and Lynch, 1994).

3.2.2 Prevalensi Prevalensi kasus ini bervariasi, diantaranya 8,3% pada anak-anak dan dewasa muda hingga 57% pada individu yang ketergantungan obat-obatan. Frekuensinya juga bertambah pada pria, penghisap tembakau, peminum kopi dan teh yang berat, pasien terinfeksi HIV, dan individu HIV negatif dan pemakai obat-obatan intravena (Lynch, D, 2009). 14

3.2.3 Etiologi Etiologi dari coated tongue masih belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan terjadinya coated tongue diantaranya terdapat lesi dalam rongga mulut yang terasa sakit, oral hygiene rongga mulut yang buruk, dehidrasi, konsumsi obatobatan, diet makanan yang lunak (Laskaris, 2006). Menurut Greenberg dan Glick tahun 2003, Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya coated tongue adalah: Konsumsi obat-obatan baik secara lokal maupun sistemik, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada flora normal dalam rongga mulut. Termasuk didalamnya penggunaan obat-obatan antibiotik sistemik, agen topikal yang dapat bersifat mengoksidasi rongga mulut seperti hidrogen peroksida (H2O2), serta penggunaan obat kumur klorheksidin. Kebiasaan-kebiasaan buruk (bad habits) seperti merokok, minuman beralkohol; adanya gangguan lambung dan saluran pencernaan, gangguan pada saluran pencernaan, keadaan lemah karena penyakit sistemik, keadaan demam, serta sakit parah (bed rest total) dapat menyebabkan adanya hiposalivasi pada kelenjar saliva. Hiposalivasi dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth) pada rongga mulut, dan pergerakan lidah menjadi berkurang sehingga mempermudah terjadinya coated tongue. Keadaan rongga mulut yang tidak bergigi, ataupun diet makanan lunak pada pengguna gigi tiruan lepasan, oral hygiene yang buruk, keadaan berpuasa, febrile, keadaan dehidrasi, dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya coated tongue.

3.2.4 Gambaran Klinis

15

Gambar 3.8 Lidah dengan lapisan keratin yang tidak terdeskuamasi, sehingga terjadi akumulasi bakteri (http://www.bing.com/health/article) Coated tongue memberikan gambaran klinis seperti lidah yang tertutupi oleh selaput yang dapat berwarna putih, coklat, ataupun hitam. Pewarnaan ini tergantung dari pigmen yang masuk. Warna dari coated tongue adalah akibat dari faktor-faktor instrinsik yaitu organisme kromogenik yang dikombinasikan dengan faktor-faktor ekstrinsik bisa dari warna dari makanan, minuman, tembakau dari rokok, dan permen (Langlais and Miller, 2000). Terkadang coated tongue dapat disertai dengan terjadinya pigmentasi lidah berupa pewarnaan kehitaman ataupun kecoklatan, bila keadaan bertambah parah (Greenberg and Glick, 2003). Coated tongue biasanya melibatkan dua pertiga posterior bagian dorsum lidah, mulai dari dekat foramen caecum dorsum lidah yang menyebar ke lateral dan anterior. Pada keadaan coated tongue papila filiformisnya terlihat seperti mengalami pemanjangan dapat mencapai panjang beberapa milimeter, hal ini disebabkan karena tidak terdeskuamasinya epitel berkeratin yang terdapat di papila filiformis. Oleh sebab itu, lidah akan tampak seperti selaput tebal dan terbungkus (Greenberg and Glick, 2003). Biasanya keadaan lidah berselaput ini tanpa gejala, tetapi bila keadaan ini bertambah parah dapat membuat ketidaknyamanan dalam rongga mulutnya karena terdapat sensasi gatal (Langlais and Miller, 2000)

3.2.5 Patofisiologi Pada keadaan normal, lidah dilapisi oleh lapisan mukus, sel-sel epitel berkeratin yang mengalami deskuamasi, dan debris yang berasal dari sisa makanan. Bila pada individu sehat lidahnya selalu mengalami pergerakan dan aliran salivanya normal, maka lapisan yang 16

terbentuk ini biasanya akan tipis. Tetapi bila individu tersebut, pergerakan lidahnya berkurang, cairan saliva yang dikeluarkan kelenjar saliva berkurang sehingga kekentalan saliva menjadi pekat, ataupun dalam kondisi demam dapat memungkinkan terbentuknya lapisan putih yang tebal dan terbungkus pada lidah (AAOMP, 2009). Seharusnya lapisan keratin yang terbentuk pada papila filiformis ini terdeskuamasi dan ikut tertelan saat individu menelan makanan. Jumlah lapisan keratin yang dihasilkan adalah sama dengan jumlah lapisan yang terdeskuamasi, sehingga lidah akan tampak normal. Tetapi bila keseimbangan ini sedang terganggu, maka akan menghasilkan suatu keadaan yang disebut coated tongue. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan lapisan keratin yang terdeskuamasi lambat, seperti terlihat pada individu dengan diet makanan lunak dan kurang abrasif terutama pada pemakai gigi tiruan ataupun keadaan demam (AAOMP, 2009; Greenberg and Glick, 2003). Di sisi lain, coated tongue dapat terbentuk bila keratin yang diproduksi lebih cepat daripada yang terdeskuamasi dan tertelan bersama makanan yang dimakan. Peningkatan produksi lapisan keratin dapat disebabkan oleh adanya iritasi lidah yang berlebihan, misalnya minum minuman yang terlalu panas ataupun keadaan merokok dengan tembakau. Adanya akumulasi lapisan keratin pada papila filiformis dari lidah akan memberikan gambaran lidah yang berubah warna menjadi keputihan atau disebut dengan coated tongue (AAOMP, 2009; Langlais and Miller, 2000).

3.2.6 Pemeriksaan laboratorium Menurut Lynch, D. tahun 2009, pemeriksaan laboratorium yang dapat

dilakukan,meliputi: Kultur dari permukaan dorsal lidah dapat dilakukan jika diduga terjadi infeksi candidiasis. Pewarnaan smear sitologi dengan pewarnaan Gram atau periodic acid-Schiff dapat memperlihatkan adanya organisme candida. Preparat potasium-hidroksida berguna untuk diagnosis lanjutan candidiasis. Tampak terjadi pemanjangan papila filiformis, hiperkeratosis yang cukup parah dan adanya inflamasi sel. Temuan debris yang terakumulasi bercampur diantara papila dan pseudo-hifa candida merupakan hal yang tidak biasa. Tidak ada temuan mikroskopik spesifik lainnya pada keadaan ini.

17

3.2.7 Diagnosis Banding Beberapa keadaan klinis yang dapat dijadikan diagnosis banding dari coated tongue meliputi (Langlais and Miller, 2000; Greenberg and Glick, 2003): 1. Candidiasis Candidiasis oral merupakan infeksi oportunistik di dalam rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari jamur candida albicans. Candida albicans sebenarnya merupakan flora normal rongga mulut, namun berbagai faktor, seperti penurunan sistem kekebalan tubuh maupun konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan flora normal tersebut menjadi bersifat patogen. Gambaran klinis candidiasis oral tergantung dari keterlibatan lingkungan dan interaksi organisme dengan faktor host. Terlihat seperti plak yang berwarna putih, difus, bergumpal ataupun seperti beludru. Plak ini dapat dikerok dan meninggalkan permukaan yang berwarna merah, kasar, dan terkadang berdarah. Faktor predisposisi timbulnya candidiasis oral, yaitu oral hygiene yang buruk, dry mouth (xerostomia), kerusakan mukosa, pemakaian gigi tiruan, penggunaan obat kumur dalam jangka waktu lama. Sedangkan faktor predisposisi secara sistemik, yaitu penggunaan antibiotik spektrum luas, obat-obatan imunosupresif dalam jangka waktu lama, infeksi HIV, radiasi, kelainan hematologis, neutropenia, anemia defisiensi Fe, immunodefisiensi sel, dan kelainan endokrin (Laskaris, 2006).

18

Gambar 3.9 Candidiasis pseudomembranous pada lidah (http://kuas2nurse.blogspot.com)

2. Hairy Tongue Hairy tongue merupakan pemanjangan dari papila filiformis yang disebabkan oleh lambatnya proses pengelupasan lapisan keratin pada lidah atau terlalu cepatnya pembentukan bahan yang dikeratinisasi. Hairy tongue juga dapat bersifat idopatik, karena dapat disebabkan penggunaan antibiotik, kortikosteroid, penggunaan obat kumur tertentu terutama hidrogen peroksida, oral hygiene yang buruk, merokok, dan gangguan gastro intestinal.

Gambar 3.10 Black hairy tongue pada dua pertiga dorsum lidah posterior (http://www.riversideonline.com/health_reference/Dental-Care/HQ00325.cfm) Pemanjangan papila lidah pada hairy tongue dapat mencapai lebih dari 3 mm atau bahkan bisa mencapai lebih dari 15 mm. Keadaan ini biasanya terjadi pada 1/3 posterior dorsum lidah, namun dapat juga terjadi pada seluruh permukaan dorsum lidah. Selain itu, akibat adanya retensi dari debris makanan maupun mikroflora lain menyebabkan pewarnaan pada dorsum lidah dari putih sampai hitam. Dalam keadaan ini, pasien sering mengeluh adanya ketidaknyamanan secara fisik, gangguan estetik, serta halitosis.

3. Hairy Leukoplakia Etiologinya berasal dari infeksi Epstein-Barr Virus pada penderita HIV. Lesi ini terutama terletak di tepi lateral lidah, tetapi dapat meluas menutupi permukaan dorsal dan ventralnya. Hairy leukoplakia dapat berhubungan dengan kondisi penurunan sistem imun pasien, misalnya pada pasien yang mengalami transplantasi organ dan pasien 19

yang diberikan terapi steroid jangka panjang. Dinamakan hairy leukoplakia karena kupasan terlihat seperti rambut daro lapisan permukaan parakeratotik.

Gambar 3.11 Hairy leukoplakia pada permukaan lateral lidah (http://hardinmd.lib.uiowa.edu/cdc/6061.html) 3.2.6 Terapi Coated Tongue Bila coated tongue diakibatkan oleh penyakit sistemik, maka dengan mengobati penyakit sistemik tersebut, selaput pada lidah ini pun akan berkurang. Bila akibat penggunaan obat-obatan, antibiotik jangka panjang, atau kemoterapi maka tidak diperlukan tindakan karena akan sembuh dengan sendirinya saat penggunaan obat-obatan tersebut dihentikan. Penghentian konsumsi obat antibiotik dapat mengembalikan fungsi papilla filiformis secara efektif. Bila coated tongue akibat kebiasaan merokok ataupun minuman beralkohol, maka kebiasaan harus dihilangkan (Greenberg and Lynch, 1994). Konsumsi delapan gelas per-hari dan makan buah-buahan seperti apel dan sayur-sayuran seperti brokoli dapat membantu melepaskan debris pada lidah. Aplikasi keratolytic agen secara topical dan konsumsi yoghurt atau minuman yang mengandung lactobacillus acidophilus juga dapat digunakan untuk terapi coated tongue (Field and Longman, 2003). Terapi yang paling efektif untuk mengobati coated tongue adalah dengan peningkatan oral hygene dan melakukan pembersihan lidah dengan sikat gigi ataupun tongue scraper setiap hari. Penggunaan tongue scraper dapat membantu mendeskuamasi dari lapisan sel keratin mati yang terdapat pada dorsum lidah. dari hasil penelitian didapat bahwa dengan tongue scraper dapat menghilangkan bakteri dan halitosis (Greenberg and Lynch, 1994; Scully and Porter, 2003; Field and Longman, 2003).

20

Gambar 3.12 Cara kerja tongue scraper untuk membersihkan lidah dari debris (http://crestwhitestrips.co.uk/products/Breath-Rx-Daily-Tongue-Care-Kit)

Gambar 3.13 Cara kerja tongue scraper untuk membersihkan debris pada lidah (http://tonguescraper.info/)

21

3.3 Linea Alba 3.3.1 Definisi Suatu garis tebal bergelombang pada mukosa pipi setinggi bidang okiusi dengan panjang yang bervariasi. Biasanya terlihat bilateral, cukup jelas pada beberapa orang dan berwarna kelabu pucat atau putih. Secara umum kelainan bertanduk tanpa gejala ini lebarnya 1 sampai 2 mm dan memanjang dan mukosa pipi daerah molar kedua sampai ke kaninus.

3.3.2 Etiologi Linea alba disebabkan oleh muskulus buksinatorius yang menekan mukosa melalui tonjolan-tonjolan (cusp) gigi posterior rahang atas ke dalam garis oklusi. Linea alba juga seningkali dikaitkan dengan creanated tongue dan dapat merupakan tanda dan bruksisme serta clenching. 3.3.4 Gambaran Klinis Perubahan-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan pada gigi-gigi. Gambaran klinisnya menunjukkan ciri diagnostik sehingga mudah didiagnosa.

22

BAB IV PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis pada saat kunjungan pertama, pasien datang dengan keluhan adanya selaput putih pada permukaan lidahnya. Coated tongue pada lidah pasien sudah disadari sejak 3 hari yang lalu namun tidak ada keluhan rasa sakit pada lidah bila digunakan untuk makan, minum, ataupun berbicara. Selama ini pasien tidak pernah menyikat atau membersihkan lidahnya. Pasien tidak pernah merasa sakit namun terkadang menimbulkan rasa pahit dan tidak nyaman dengan keadaannya tersebut. Menurut Greenberg dan Glick (2003), lesi ini biasanya asimptomatik tetapi terkadang menimbulkan rasa abnormal seperti rasa pahit. Hal ini dapat diakibatkan oleh papila lidah yang menimbulkan rasa gatal dan rasa yang aneh di tenggorokan jika papila mengalami pemanjangan. Pasien mengaku akhir-akhir ini jarang minum air putih dan sering meminum kopi. Dari anamnesis yang dilakukan lebih lanjut terhadap pasien faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya coated tongue pada pasien ini diduga disebabkan adanya gangguan lambung (gastritis) dan kurangnya konsumsi air putih dan seringnya mengkonsumsi kopi (Greenberg and Glick, 2003). Pada pemeriksaan klinis ditemukan selaput berwarna putih pada dorsum lidah meliputi seluruh permukaan dorsal dari lidah, ketika dikerok tidak menimbulkan permukaan yang eritem. Gambaran klinis tersebut menyerupai gambaran lidah berselaput (coated tungue). Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis, dapat disimpulkan diagnosis penyakit dari pasien ini adalah lidah berselaput (coated tongue) pada seluruh dorsum lidah. Pada permukaan lidah terdapat lapisan pelindung yang disebut keratin. Keratin pada permukaan dorsal lidah dapat mengalami deskuamasi selama fungsi. Dalam keadaan normal lidah mengalami keratinisasi yang akan berdeskuamasi ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi anterior rahang atas. Lapisan ini akan diganti dengan sel epitelial yang baru dari bawahnya. Akan tetapi keseimbangan ini seringkali terganggu ketika pergerakan lidah terbatas karena suatu manifestasi penyakit atau kondisi rongga mulut yang nyeri, sehingga papila filiformis akan tampak mengalami pemanjangan dan diselimuti oleh bakteri seperti streptococcus dan jamur Candida albicans. Papila yang terlihat memanjang ini memberikan gambaran lidah yang berselaput ataupun berambut dan dapat menjadi tempat retensi debris dan pigmentasi oleh makanan. Walaupun hanya sedikit gangguan terhadap 23

kesehatan individu, namun keseimbangan dapat menjadi terganggu dan lapisan coating ini akan cepat bertambah dan menebal. Keadaan lidah yang seperti ini disebut coated tongue (lidah berselaput). (Field dan Longman, 2003; Greenberg dan Glick, 2003). Terdapat beberapa kelainan pada lidah yang harus dapat dibedakan dengan coated tongue. Hal ini dimaksudkan agar diagnosis yang tepat dapat ditegakkan dan dilakukan perawatan yang adekuat. Diagnosis banding yang sering dikaitkan dengan coated tongue adalah candidiasis pseudomembranous (oral thrush). candidiasis pseudomembranous merupakan infeksi superficial dari jamur Candida albicans di lapisan terluar epithelium yang memberikan gambaran plak berwarna putih, difus, bergumpal atau seperti beludru. Plak ini dapat dikerok dengan meninggalkan permukaan merah, kasar dan berdarah (Greenberg dan Glick, 2003). Perbedaannya dengan coated tongue, ketika candidiasis ini dikerok menimbulkan permukaan yang eritem. Hairy tongue juga dapat menjadi diagnosis banding dari coated tongue. Perbedaan antara dua istilah pada dasarnya adalah bahwa dari tingkat akumulasi keratin. Pada coated tongue akumulasi keratin yang melapisis permukaan lidah tidak terlalu parah. Sedangkan pada hairy tongue, jumlah keratin lebih banyak sehingga menunjukkan proyeksi (gambaran) seperti rambut yang terbentuk dari materi keratin di bagian atas lidah (AAOMP, 2010). Selain itu, oral hairy leukoplakia juga dapat menjadi diagnosis banding dari coated tongue. Etiologi oral hairy leukoplakia berasal dari infeksi Epstein-Barr Virus biasanya terjadi pada penderita HIV. Lesi ini terutama terletak di tepi lateral lidah, tetapi dapat meluas menutupi permukaan dorsal dan ventralnya. Dinamakan hairy leukoplakia karena kupasan seperti rambut dari lapisan permukaan parakeratotik, dan lapisannya tidak dapat dikerok. Berbeda dengan coated tongue yang lapisannya dapat dikerok (Greenberg dan Glick, 2003). Terapi yang diberikan pada kasus ini yaitu dengan memberikan oral hygiene instructions, pemberian instruksi untuk membersihkan lidah dengan menggunakan tongue scraper, serta anjuran perbanyak asupan cairan dan nutrisi. Pemberian OHI bertujuan agar pasien dapat memelihara kesehatan rongga mulutnya baik saat ataupun setelah lepas perawatan. Terapi selanjutnya adalah pembersihan lidah secara mekanik secara kontinu setiap hari yang bertujuan untuk mehilangkan keratin yang terdapat pada papilla lidah dan terapi ini sangat penting dilakukan karena sesuai pernyataan bahwa penggunaan sikat lidah dapat menghilangkan sel-sel keratin yang mati dan dari hasil penelitian didapat bahwa dengan menyikat lidah dapat menghilangkan bakteri dan bau mulut (Greenberg dan Lynch, 1994; Scully and Porter, 2003; Field dan Longman, 2003). Pasien juga diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu untuk melihat tingkat keberhasilan dari perawatan yang telah diberikan. 24

Pemeriksaan klinis selanjutnya adalah pada mukosa bukal pasien terdiagnosa terdapat linea alba. Linea alba disebabkan oleh muskulus buksinatorius yang menekan mukosa melalui tonjolan-tonjolan (cusp) gigi posterior rahang atas ke dalam garis oklusi. Tidak dilakukan terapi pada linea alba.

25

BAB V KESIMPULAN

Pada pasien ini ditegakkan diagnosa coated tongue dan linea alba. Salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya coated tongue adalah gangguan pada lambungnya sehingga pasien mengkonsumsi diet makanan lunak dan asupan air mineral yang kurang akhir-akhir ini sehingga pasien juga mengeluhkan lidah terasa pahit, kotor, dan agak tebal. Hal tersebut diatas diduga sebagai faktor pencetus terjadinya coated tongue pada pasien ini. Terapi yang diberikan pada pasien adalah menjaga kebersihan mulut dengan cara rajin menyikat gigi dan menggunakan tongue scraper 2x sehari yang bertujuan untuk mehilangkan keratin yang terdapat pada papilla lidah. Pasien juga diinstruksikan untuk mengkonsumsi air mineral delapan gelas per-hari dan konsumsi buah-buahan. Perlu diperhatikan pula anjuran untuk perbanyak asupan nutrisi dan gizi pasien.

26

DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2009. Hairy/Coated Tongue Patient Information. American Academy of Oral and Maxillofacial Pathology. Available at www.AAOMP.org (Accessed May 17th, 2011) Berkovitz, B. K. B.; G. R. Holland; and B. J. Moxham. 2002. Oral Anatomy, Histology, and Embriology. Third Edition. Edinburg: Mosby International Limited. Cawson, R.A; and R.W. Odell. 2003. Cawsons Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th Edition. Edinburgh: Churchill Livingstone. Dixon, A.D. 1993. Buku Pintar Anatomi untuk Kedokteran Gigi. Edisi 5. Alih Bahasa oleh Yowono, L. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Field, A;and L. Longman. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th Ed. Oxford: University Press. Fragiskos, D. 2007. Oral Surgery. Verlag Berlin Heidelberg: Springer. Greenberg, M.S.; and M.A. Lynch. 1994. Burkets Oral Medicine: Diagnosis and Treatment. 9th Ed. USA: J.B. Lippincott Company. Greenberg M.S.; and M. Glick. 2003. Burkets Oral Medicine: Diagnosis and Treatment. 10th Ed. London: BC Decker Inc. Jordan, R.C.K; and M.A.O, Lewis. 2004. A Color Handbook of Oral Medicine. London : Manson Publishing Ltd. Langlais, R.; and C.S. Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Alih Bahasa: Budy Susetyo. Jakarta: Hipokrates. Laskaris, G. 2006. Colour Atlas of Oral Disease. 2nd Ed. Thieme: New York. Lederman, D. A. 2007. Oral fibromas and Fibromatoses (1-8). Available at http://www.emedicine.com/derm/topic886.htm. (Accessed May 17th, 2011). Lynch, D. 2009. Hairy Tongue. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1075886overview Moore, K. L.; A. F. Dalley; and A. M. R. Agur. 2010. Clinically Oriented Anatomy. International Edition. Sixth Edition. Philadelpia: Lippincott William and Wilkin, a Wolters Kluwer Business. Rangeeth, B.N; et al. 2010. Contemporary Clinical Dentistry: A Rare Presentation of Mucocele and Irritation Fibroma of the Lower Lip. April-June. Vol.1. Issue 2. Roberts, G. 2010. Irritation Fibroma (traumatic Fibroma). University of Arkansas Fort Smith. Available at http://www.zhub.com/pathology/listings/38.html (Accessed May 17th, 2011) 27

Scully, C.; and S. Porter. 2003. Orofacial Disease. London: Churchil Livingstone. Scully, C; and M. Carrozo. 2007. Oral mucosal disease: Lichen planus. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 46 (2008) 1521. Available at www.sciencedirect.com (Accessed May 17th, 2011). Shafer, WG.; M.K. Hine; and B. M. Levy. 1983. A Textbook of oral pathology. 4th ed. Philadelphia: WB. Saunders. Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Alih Bahasa oleh L. Sugiharto. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai