DISUSUN OLEH :
Luthfi Primadani Kusuma G991905035
PEMBIMBING :
drg. Christianie, Sp.Perio
Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi
dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Referensi artikel dengan judul:
Oleh:
Luthfi Primadani Kusuma G991905035
Christianie, drg.Sp.PERIO
NIP. 19660228199203 2 006
BAB I
PENDAHULUAN
Lidah merupakan organ dalam rongga mulut penting pada tubuh manusia yang
memiliki banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan, mengisap, menelan,
persepsi rasa, bicara, respirasi, dan perkembangan rahang. Lidah dapat digunakan untuk
melihat kondisi kesehatan seseorang, sebagai indikator untuk mengetahui kesehatan oral dan
kesehatan umum pasien.
Glossitis merupakan salah satu kelainan pada lidah berupa perubahan penampilan
pada permukaan lidah akibat suatu peradangan akut ataupun kronis yang mengakibatkan
lidah membengkak, berubah warna dan tekstur permukaan. Kondisi ini dapat menyebabkan
papilla di permukaan lidah menghilang. Papilla akan berwarna lebih putih dari daerah yang
dikelilinginya. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan stress emosional, defisiensi
nutrisi dan herediter. Keadaan ini biasanya terbatas pada dorsal dan tepi lateral dua pertiga
anterior lidah dan hanya mengenai papilla filiformis sedangkan papilla fungiformis tetap
baik. Papilla berisi ribuan sensor kecil yang disebut taste buds. Radang parah yang
mengakibatkan pembengkakan, kemerahan, dan nyeri, dapat mengubah cara penderita makan
ataupun berbicara (Langlais, 2001).
Glositis atau yang biasa disebut lidah geografik adalah umum dan mengenai kira –
kira 1-2% penduduk. Paling sering mengenai laki-laki dan orang-orang dewasa usia muda
sampai pertengahan. Keadaan tersebut dapat timbul tiba-tiba dan menetap selama berbulan-
bulan dan bertahun-tahun.Dapat terlihat hilang spontan dan kambuh kembali.Pada kasus yang
berat, glossitis dapat menyebabkan tersumbatnya jalan nafas ketika lidah yang membengkak
cukup parah sehingga membutuhkan penanganan segera (Langlais, 2001).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Glositis merupakan peradangan pada lidah yang ditandai dengan terjadinya
deskuamasi papila filiformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang halus dan
mengkilat. Glositis bisa terjadi akut atau kronis. Penyakit ini dapat mencerminkan
kondisi dari lidah itu sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang
gejalanya muncul pada lidah. Keadaan ini dapat menyerang pada semua tingkatan usia.
Kelainan ini sering menyerang pada laki- laki dibandingkan pada wanita.
Gambar 1. Glositis
II. ANATOMI
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk
dan keluar pada akarnya. Lidah merupakan kumpulan otot lurik yang diliputi oleh
membran mukosa (selaput lendir). Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot
yaitu otot intrinsik dan ektrinsik. Otot intrinsik lidah berfungsi melakukan semua
gerakan lidah, sementara otot ektrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya
serta membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi,
kemudian mendorongnya masuk ke faring. Lidah posterior dan anterior berbeda dalam
anatomi dan fisiologi mereka. Serabut otot di lidah posterior didominasi tahan lelah
yang bertanggung jawab untuk aktivitas tonik berkelanjutan lama yang diperlukan
untuk mempertahankan posisi lidah dan mencegah massanya jatuh ke dalam
retroglossal airway (Scully, 2008).
Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina
propia menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot. Membran mukosa ini
tampak kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang akhiran-akhiran
saraf pengecap dan terletak pada seluruh permukaan lidah. Saraf-saraf pengecap inilah
yang dapat membedakan rasa makanan,rasa asin, asam, pahit dan rasa manis. Tiap rasa
pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang
berbeda-beda. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah,
sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah (Treister
dan Bruch, 2010).
Fungsi Lidah
1. Menunjukkan kondisi tubuh
2. Membasahi makanan di dalam mulut
3. Mengecap atau merasakan makanan
a. Rasa manis = lidah bagian apex
b. Rasa asin = lidah bagian depan dan samping
c. Rasa asam = lidah bagian samping dalam
d. Rasa pahit = lidah bagian belakang
4. Membolak-balik makanan
5. Menelan makanan
6. Mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata (Taqwa, 2009).
III. ETIOLOGI
Penyebab glositis dapat bermacam-macam, baik lokal maupun sistemik.
1. Lokal
a. Infeksi (streptococcal, candidiasis, TB, HSV, EBV)
b. Trauma mekanis (luka bakar)
c. Iritasi lokal (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen berlebihan)
d. Mulut kering karena Sjogren syndrome
2. Sistemik
a. Malnutrisi (kurang asupan vitamin B12, niasin, riboflavin, asam folat)
b. Anemia (kekurangan Fe)
c. Faktor hormonal
d. Penyakit kulit (lichenplanus, erythema multiforme, syphilis, lesi apthous)
e. HIV (candidiasis, HSV, kehilangan papillae)
f. Obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole.
Faktor risiko :
1. Seorang pecandu alcohol
2. Seorang perokok
3. Memiliki riwayat keluarga menderita glossitis
4. Mengunyah tembakau
5. Sebelumnya ada riwayat trauma gigi
Kadangkala penyebab dari glossitis ini adalah keturunan. Suatu pemeriksaan yang
mendalam merupakan hal yang perlu dilakukan guna untuk mendapatkan penyebab dari
glossitis ini secara pasti. Kadangkala bila penyebabnya tidak jelas dan tidak ada
kemajuan setelah dilakukan perawatan, maka perlu dilakukan biopsi. Pada beberapa
kasus, glositis akan menyembuh pada pasien dengan rawat jalan. Rawat inap diperlukan
bila pembengkakan pada lidah ini membesar dan menghalangi jalan nafas (Taqwa,
2009).
V. KLASIFIKASI
1. Idiopathic Glossitis
Inflamasi pada membran mukosa dan otot lidah secara keseluruhan.
2. Atrophic Glossitis (Hunter’s Glossitis)
Ditandai dengan kondisi lidah yang kehilangan rasa karena degenerasi ujung papil.
Perasaan lidah terbakar yang menyebar ke bagian mulut lain yang biasanya dipicu
oleh adanya ulserasi. Lidah terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah
maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah
kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada penderita anemia.
Gambar 3. Atropic glossitis
3. Herpetic Geometric Glossitis
Terdapat retkan pada dorsum lidah yang bercabang- cabang.
VI. DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari anamnesis, dapat ditemukan
keluhan lidah bengkak, panas dan nyeri. Pada pemeriksaan ditemukan permukaan lidah
terlihat halus (pada anemia pernisiosa), dapat ditemukan ulserasi, bengkak serta adanya
perubahan warna lidah, pucat pada penderita anemia pernisiosa dan berwarna merah
gelap bila penyebab glossitis adalah kekurangan vitamin B yang lain.
Penyebab glossitis secara pasti dicari melalui pemeriksaan yang mendalam,
seperti biopsi, tes untuk defisiensi B12, profil kimia darah, kikisan KOH, kultur lesi dan
smear bila terdapat indikasi (Treister dan Bruch, 2010).
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Pengobatan glositis
tergantung pada penyebabnya. Antibiotik digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri.
Bila penyebabnya adalah defisiensi besi, maka diperlukan supplement yang memadai
yaitu harus diberikan zat besi yang merupakan ciri defisiensi utama dari glossitis ini.
Penatalaksanaan pembengkakan dan rasa tidak nyaman di mulut dilakukan dengan
pemberian obat-obatan secara oral. Obat kumur yaitu campuran setengah teh baking
soda dan dicampur dengan air hangat akan membantu keadaan ini. Bila pembengkakan
dirasakan parah, bisa diberikan kortikosteroid. Topikal kortikosteroid juga mungkin
berguna untuk penggunaan sesekali, misalnya triamcinolone dalam pasta gigi yang
diterapkan beberapa kali sehari ketika diperlukan. Kebersihan mulut yang baik sangat
penting. Hindari iritasi seperti tembakau, panas, pedas makanan dan alkohol (Langlais,
2001).
IX. KOMPLIKASI
1. Ketidaknyamanan
Karena pasien kesulitan dalam menelan, mengunyah dan berbicara yang
disebabkan karena lidah mengalami
pembengkakan.
2. Airway Obstruksi
Udara yang masuk melalui mulut tersumbat karena lidah mengalami
pembengkakan.
3. Disfagia
Disfagia (dysphagia) adalah kesulitan menelan makanan. Kondisi ini biasanya
menjadi tanda adanya masalah pada tenggorokan atau kerongkongan. Sebagian
pasien dengan disfagia mengalami kesulitan menelan beberapa jenis makanan
tertentu dan cairan. Pada kasus lain, pasien mengalami gangguan mekanisme
menelan parah. Kondisi ini terjadi karena adanya masalah pada otot dan saraf
tenggorokan atau kerongkongan dan karena terjadinya penyumbatan pada
tenggorokan atau kerongkongan.
4. Disfonia
Disfonia adalah gangguan produksi suara. Disfonia adalah istilah medis untuk
gangguan produksi suara. Orang yang menderita disfonia dapat mengeluarkan
suara serak atau tidak ada suara sama sekali. Ada banyak penyebab disfonia, baik
karena keganasan atau non-keganasan (Pindborg, 2009).
X. PROGNOSIS
Dalam beberapa kasus, glossitis bisa menyebabkan lidah bengkak yang dapat
menghambat jalan nafas. Namun dengan penanganan yang tepat dan adekuat, gangguan
pada lidah ini dapat diatasi dan dicegah kekambuhannya (Langlais, 2001).
XI. PENCEGAHAN
1. Menjaga kebersihan rongga mulut merupakan hal yang harus dilakukan
2. Menyikat gigi dan menggunakan dental floss atau benang gigi
3. Membersihkan lidah setelah makan
4. Mengunjungi dokter gigi secara teratur
5. Jangan gunakan bahan bahan obat atau makanan yang merangsang lidah untuk
terjadi iritasi atau agent sensitisasi. Bahan bahan ini termasuk makanan yang panas
dan beralkohol
6. Hentikan merokok dan hindari penggunaan tembakau dalam jenis apapun
7. Sebaiknya segera konsultasi ke dokter bila gangguannya bertambah parah (Pindborg,
2009).
KESIMPULAN
2. Penyebab glositis dapat terjadi karena penyebab lokal (infeksi, trauma dan
iritasi) maupun sistemik (malnutrisi, anemia, HIV dan obat-obatan)