Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

GLOSSITIS

Disusun Oleh
Afifah Novita Yuliastuti
G99152006
Periode : 12-27 Mei 2017

Pembimbing :
Dr. drg. Risya Cilmiaty. M.Si, Sp.KG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

Lidah merupakan organ dalam rongga mulut penting pada tubuh

manusia yang memiliki banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses

pencernaan, mengisap, menelan, persepsi rasa, bicara, respirasi, dan

perkembangan rahang. Lidah dapat digunakan untuk melihat kondisi kesehatan

seseorang sehingga digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kesehatan

oral dan kesehatan umum pasien.

Lidah dapat mengalami anomali oleh karena ganguan perkembangan,

genetik, dan lingkungan. Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding yang

sangat luas yang berkisar dan proses benigna yang idiopatik sampai infeksi,

kanker dan kelainan infiltratif. Lidah juga bisa menderita kelainan atau

penyakit. Kelainan pada lidah antara lain terdiri dan kelainan perkembangan,

perubahan selaput dan warna lidah, indentation markings, gangguan gerakan

lidah, gangguan persarafan lidah, pembesaran lidah dan peradangan. Penyakit

lidah paling sering ditemui akibat kondisi sistemik adalah glositis median

rhomboid, glositis atroft, lidah pecah-pecah, dan lidah geografis. Pada kondisi

lokal, dapat terjadi papiloma, lidah berbulu dan leukoplakia yang bisa berubah

menjadi ganas. Glositis atrofi adalah penakit inflamasi dan mukosa lidah,

dengan permukaan lidah yang halus (papila menghilang), dan berwarna merah

atau merah muda.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Lidah

Lidah merupakan massa jaringan ikat yang tersusun otot lurik yang

diliputi oleh membran mukosa Membran mukosa melekat erat pada otot karena

jaringan penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang amar

berkas-berkas otot. Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering

disebut lingual. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap

yang terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin. asam, pahit dan

rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan

direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda. Lidah sebagian besar terdiri

dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan ekirinsik. Otot éntrinsik Iidah

melakukan semua gerakan halus, sementara otot ektrinsik mengairkan lidah

pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang

sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk makanan,

menekannva pada langit-langit dan gigi dan akhirnya mendorongna masuk

faring. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat

saraf masuk dan keluar pada akarnva. Ujung sena pinggiran lidah bersentuhan

dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan

melengkung pada bagian atas lidah.

3
B. Definisi Glositis

Glositis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah

yang ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga

menghasilkan daerah kemerahan yang halus dan mengkilat. Glositis bisa

terjadi akut atau kronis. Penyakit ini dapat mencerminkan kondisi dari lidah itu

sendiri atau merupakan cerminan dan penyakit tubuh yang gejalanya muncul

pada lidah. Keadaan ini dapat menyerang pada semua tingkatan usia.

C. Etiologi Glositis

Penyebab glositis bermacam-macam, baik lokal dan sistemik.

Penyebab glositis bisa diuraikan sebagai berikut:

1. Sistemik :

a. Malrutrisi (kurang asupan Vitamin B12, niasin, riboflain, asam folat)

b. Anemia (kekurangan Fe)

c. Penvakit kulit (lichenplanus, erythema multiforme, siphilís, lesi

aphtous)

d. HIV (candídiasis, HSV, kehilangan papillae)

e. Obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole.

2. Lokal:

a. lnfeksi (streptococcal. candidíasis, Tb, HSV, EBV)

b. Trauma (lukabakar)

c. Iritan primer (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen berlebihan)

4
Faktor resiko:

1. Nutrisi yang kurang bagus

2. Merokok

3. Mengkomsumsi alcohol

4. Usia

5. Stres, gelisah, depresi

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dan glositis bervariasi oleh karena penyebab yang

bervariasi pula. Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan

rasa nyeri. Warna yang dihasilkan bervariasi dan gelap merah sampai dengan

merah terang. Kondisi ini menyebabkan kesulitan mengunyah, menelan atau

berbicara. Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannva akan terlihat

halus. Terdapat beberapa ulserasi yang terlihat pada glositis. Perawatan dan

glositis tergantung pada penvakit yang mendasari. Apabila glositis terjadi pada

anemia pernisiosa maka lidah akan tampak merah dan terasa panas.

E. Diagnosis

Penegakan diagnosis dimulai dan anamnesis. Dan anamnesis, dapat

ditemukan keluhan nyeri lidah, ada massa atau pembengkakan (massa fokal,

fibroma, lipoma. Massa difus, sengatan tawon, kista mukosa, erythema

bollusum). Pada pemeriksaan fisik, dilihat nodul atau papilla lidah yang

menghilang. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti

biopsi, kikisan KOH, CBC, tes serologi untuk sífilis, tes untuk defisiensi

5
vitamin B12, tes glukosa postprandial. profil kimia darah, kultur lesi dan smear

bila terdapat indikasi.

F. Jenis Glositis

1. Atrofi Glositis

Glositis atrofi atau hunter glossitis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh

lidah mengkilap halus dan nyeni yang disebabkan oleh atrofi dan papila

lingual (depapillation). Permukaan lidah dorsal mungkin akan terasa panas,

nyeri dan/atau eritema. Atrophic glossitis memiliki banyak penyebab,

biasanya terkait dengan kekurangan nutnisi atau faktor lain seperti

xerostomia (mulut kering) atau anemia.

2. Benign Migratory Glossitis ( Geografis Lidah)

Lidah Geografis atau Benign Migratory Glossitis alalah kondisi

peradangan selaput lendir dan lidah, biasanya terjadi pada permukaan

lidah. Hal ini ditandai dengan lidah yang halus, depapillation dengan

warna merah (hilangnya papila lingual ) yang berpindah atau meluas dari

waktu ke waktu. lstilah migratory berasal dari gambaran lidah yang

berubah menjadi seperti peta, dengan patch menyerupai gambaran pulau-

pulau. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kondisi ini sepenuhnya jinak

dan tidak ada pengobatan kuratif.

Daerah yang mengalami depapillation biasanya sedikit terangkat,

berwarna putih, kuning atau abu-abu. Sebuah lesi lidah geografis biasana

dimulai sebagai patch putih. Pada awal terjadinva penyakit, biasanya

6
hanya terdapat satu lesi, tapi ini jarang terjadi dan biasanya lesi dapat

berada di beberapa lokasi yang berbeda di lidah, dan kemudian seiring

waktu, lesi-lesi tersebut meluas dan menyatu untuk membentuk gambanan

khas seperti peta. Lesi biasanya berubah bentuk, ukuran dan berpindah ke

bagian lidah lain. Kondisi ini dapat mempenganuhi hanya sebagian dari

lidah, dengan kecenderungan dimulai pada ujung dan sisi lidab, yang akan

berkembang ke seluruh permukaan lidah. Glositis geografis seningkali

tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam beberapa kasus, pasien dapat

mengalami rasa sakit atau terbakar misaìnya ketika makan panas, asam,

pedas atau jenis makanan lainnya (misalnya keju, tomat, buah).

Beberapa penelitian melaporkan hubungan penyakit ini dengan beberapa

antigen pada leukosit manusia, seperti peningkatan insiden dengan HLA-

DR5 , HLA-DRW6 dan HLA-Cw6 dan penurunan insiden di HLA-B51.

Kekurangan vitamin B2 (ariboflavinosis) dapat menyebahkan beberapa

tanda-tanda di mulut, termasuk lidah geografis. Lidah pecah-pecah sering

terjadi bersamaan dengan lidah geografis dan beberapa menganggap lidah

pecah-pecah menjadi tahap akhir geografis lidah. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa Iidah geografis dikaitkan dengan diabetes , dermatitis

seboroik dan atopi.

7
3. Medían Rhomboid Glositis

Median rhomboid glossitis atau atrofi papila sentral adalah suatu kondisi

yang ditandai oleh daerah kemerahan dan kehilangan papilla lidah, terletak

di dorsum lidah dalam garis tengah di depan papila sirkumvalata. Median

rhomboid glossitis diduga diakibatkan oleh infeksi jamur kronis, dan

biasanva adalah jenis kandidiasis oral. Rasa sakit jarang terdapat pada

kondisi tersebut. Penampilan khas lesi adalah daerah berbentuk oval atau

belah ketupat yang terletak di garis tengah permukaan dorsal lidah, hanva

anterior (depan) dan terminalis sulkus. Lesi biasanva simetris, batas jelas,

eritematosa dan depapillated. Biasanya dapat ditemukan pula lesi kandida

di tempat lain di mulut. Faktor predisposisi, yaitu merokok, penggunaan

gigi tiruan, kortikosteroid semprotan atau inhaler dan human

immunadeficiency virus (HIV). Kultur mikrobiologi dari lesi biasanva

menunjukkan Candida yang bercampur dengan bakteri. Diagnosis

biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, dan biopsi jaringan,

tetapi biasanya tidak diperlukan. Pengobatan dilakukan bersamaan dengan

penghentian konsumsi rokok dan pengohatan topikal atau obat antijamur

oral.

4. Geometric Glossitis

Glossitis geometris, juga disebut geometris herpetic glossitis adalah istilah

yang digunakan untuk lesi kronis yang berhubungan dengan infeksi virus

herpes simpleks (HSV) tipe I, dimana ditemukan celah (fissure) yang

bercabang di garis tengah lidah. Lesi biasanya sangat menyakitkan, dan

8
terdapat erosi di kedalaman celah. Istilah geometric glossitis ini berasal

dan pola geometris pada celah yang membujur, menyeberang atau

bercabang. Hubungan antara herpes simpleks dan glositis geometris ini

dibantah oleh beberapa peneliti dan klinisi, karena beluin ada gold

standard untuk diagnosis lesi herpes intraoral.

G. Patofisiologi Glositis

Atrofi pada papila lidah dapat disebabkan oleh anomali kongenital atau

terjadi sebagai suatu gejala sekunder. Papila filiformis adalah bagian yang

paling peka terhadap rangsangan dan perubahan sistemik. Hal ini disebabkan

karena vaskularisasi mikro papila filiformis yang berbentuk loop yang

menyerupai bunga, sehingga jika terdapat gangguan pada sistem vaskularisasi

akan berpengaruh juga terhadap papilanya. Pada atrofi papila lidah didapat

gambaran dimana lidah tampak berwarna lebih merah dari biasanya.

Perubahan pada permukaan lidah biasanya dikaitkan dengan perubahan

flora mikrobial pada dorsum lidah. Tidak jarang terjadi proses radang sekunder

yang disebabkan oleh perubahan flora mikrobial dan bakteri superfisial. Atrofi

papila filiformis merupakan suatu indikator dini bila ada gangguan pada proses

oksidasi intraseluler. Hal ini disebabkan karena adanya aktifitas metabolik dari

sel yang membentuk papila ini. Atrofi ini diduga berhubungan dengan adanya

gangguan pada sistem enzim tertentu, gangguan sirkulasi atau kekurangan zat

gizi yang penting bagi tubuh serta akibat dari penyakit sistemik. Pada atrofi

papila, yang terlebih dahulu hilang adalah papila filiformis baru kemudian

papila fungiformis. Pada keadaan yang belum parah, atau belum lama terjadi,

9
papila masih dapat beregenerasi. Mula-mula yang beregenerasi adalah papila

fungiformis kemudian papila filiformis.

Lapisan papila tersusun atas molekul membran sel dan matriks sel.

Matriks sel terdiri atas protein-protein yang bertanggungjawab atas perubahan

pada sitoplasma. Protein ini mudah dirusak oleh berbagai manipulasi dengan

akibat kehilangan aktifitas biologik. Atrofi diakibatkan oleh terjadinya

kematian sel. Kematian sel ini dimulai dari terjadinya peningkatan degradasi

komponen intraseluler. Pada tahap awal kerusakan sel ditandai dengan

hilangnya fosfolipid dinding sel, perubahan permeabilitas dan kerusakan

dinding sel serta presipitasi dan koagulasi protein sitoplasma sel. Menurut Price

dan Wilson (1992) kematian sel disebabkan kondisi sel mencapai suatu titik

dimana sel tersebut tidak dapat lagi mengkompensasi dan tidak dapat

melangsungkan metabolisme. Protein matriks sel berfungsi untuk

mempertahankan hubungan antar sel (desmosom) untuk keutuhan lapisan

mukosa.

Ash dkk (1992) menyatakan bahwa adanya rangsangan pada epitel

berlapis gepeng berkeratin akan menyebabkan terjadinya hiperkeratosis.

Kerusakan lapisan permukaan (lapisan keratin) mempengaruhi desmosom atau

hemidesmosom yang terdapat pada membran basalis. Keadaan ini dapat

menyebabkan erosi, ulserasi, dan deskuamasi. Daerah yang mengalami atrofi

akan terlihat seperti daerah radang (glositis) karena berwarna merah daging dan

sedikit cekung. Secara mikroskopis pada daerah ini ditemukan degenerasi sel

epitel atau atrofi papila dan deskuamasi keratin.

10
H. Terapi Glositis

Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Perawatan

biasanya tidak memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak sangat parah.

Kebersihan mulut sangat perlu, termasuk menyikat gigi menye1uruh

setidaknya dua kali sehari dan flossing sedikitnva setiap hari. Anemia dan

kekurangan gizi harus diperlukan, sering dengan perubahan pola makan atau

suplemen lainnya. Hindari iritasi (seperti makan panas atau pedas, alkohol, dan

tembakau) untuk meminimalkan ketidaknyamanan. Kortikosteroid seperti

prednisone dapat diberikan untuk mengurangi peradangan glositis. Untuk

kasus ringan, aplikasi topis (seperti berkumur prednisone yang tidak ditelan)

dapat disarankan untuk menghindari efek samping dari kortikosteroid yang

ditelan atau disuntik. Antibiotik, obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya

mungkin diberikan jika penyebab glositis adalah infeksi. Infeksi bakteri

biasanya berhubungan dengan infeksi sistemik yang dimiliki oleh pasien.

Penyebab infeksi pada lidah yang paling sering adalah jamur. Jamur paling

sering pada rongga mulut adalah Candida. Antijamur yang bisa digunakan

untuk infeksi ini yaitu suspensi Nystatin Oral 100.000 U/ml, atau Clotrimazole

troches.

I. Komplikasi

Komplikasi pada glositis antara lain bisa terjadi kegelisahan pada

penderita, penghambatan jalan nafas, kesulitan berbicana, kesulitan

11
mengunyah atau menelan, bahkan pada kondisi yang berat bisa tenjadi

peradangan lidah yang knonis.

J. Pencegahan

Pencegahan pada glositis bisa dilakukan dengan cara :

1. Menjaga kesehatan mulut dengan baik (sikat gigi yang baik dan benar)

2. Flossing, pembersihan teratur oleh profesional dan pemeriksaan yang rutin

3. Minimalkan iritasi atau cedera mulut bila memungkinkan

4. Hindari penggunaan benlebihan makanan alau zat yang mengganggu

mulut atau lidah

K. Prognosis

Dalam beberapa kasus, glositis bisa menyebabkan lidah bengkak yang

dapat menghambat jalan nafas. Namun dengan penanganan yang tepat dan

adekuat, gangguan pada lidah ini dapat teratasi dan dicegah kekambuhannya.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lidah merupakan salah satu organ penting pada tubuh manusia yang

memiliki banvak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan,

menghisap, menelan, persepsi rasa, bicara, respirasi dan perkembangan rahang.

Glositis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada lidah yang ditandai

dengan terjadinva deskuamasi papilla filiformis sehingga menghasilkan daerah

kemerahan yang mengkilat. Glositis biasanya dapat disebabkan oleh defisiensi

zat besi (Fe), vitamin B kompleks, infeksi, trauma, serta bisa karena penyebab

lain. Glositis dapat dibedakan menjadi empat antara lain atroti glositis, median

rhomboid glositis, glositis jinak bermigrasi dan geometric glossítis. Perawatan

pada glositis ini tergantung dari kasusnya. Antibiotik dipergunakan bila

kelainan ini melibatkan bakteri. Bila penyebabnva adalah defisiensi gizi, maka

diperlukan supplement yang memadai yaitu harus diberikan zat besi yang

merupakan ciri utama glositis akibat defisiensi zat besi.

B. SARAN

Penderita glositis disarankan untuk menjaga kebersihan rongga mulut

yaitu dengan sikat gigi dan penggunaan dental floss atau benang gigi. Jangan

lupa untuk membersihkan lidah setelah makan. Kemudian kunjungi dokter gigi

secara teratur. Jangan gunakan bahan-bahan obat atan makanan yang

merangsang lidah untuk terjadi initasi atau agen-agen yang dapat menimbulkan

13
sensitisasi. Selain itu juga hentikan merokok dan hentikan penggunaan

tembakau dalam jenis apapun serta hindari alkohol.

14
DAFTAR PUSTAKA

Prinz H: Wandering rash of the tongue (geographic tongue). Dent Cosmos 69:
272-75, 1927.
Goswami M, Vma A, ierma M. Benign migratory glossiús with fissured tongue. J
Indian Soc Pedod Prey Dent. 2012 Apr- Jun 30(2): 173-75. Available from:
http:llwwncbi. nlm.nih.govlpubmed/229 18106.

Assimakopoulos D, Patrikakos G, Fotika C, Elisaf M. Benign migratonr glossius


or geographic tongue: an enigmatic oral lesion. Am J Med. 2002 Dec 15
113(9): 75 1-55. Available from: http:llwww.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1
2517366.
Honarmand M, Farhad ML, Shirzaiy M, Sehhatpour M. Geographic Tongue and
Associated Risk Factors among Iranian Dental Patients. Iran J Public
Health. 2013, 42(2): 215-19. Available from:
http:llwww.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedt23s 15238.

Danvazeh AM, Almelaih AA. Tongue lesions in a Jordanian population.


Prevalence, symptoms, subject’s knowledge and treatment provided. Med
Oral Patol Oral Cii BucaL 2011 Sep l;l6(6):e745-9. Available from:
hrtp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2ll9684l.

Brian VR, Derby R, Bunt WC. Common tongue conditions in primary care. Am
Fam Physiciait 2010 mar I ;8 1(5 ):627-34. Available from:
hnpí/wwwncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20 187599.

Jainkittiv ong A, I.anglais RP. Geographic tongue: clinical characteristics of 188


cases. J Contemp Dent Pact. 2005 15, 6(1): 123-35. Available from:
http:llwww.ncbi.nlmnáh.gov/pubmed/1 5719084.
Warnock GR, Correll RW, Pierce GL. Multiple, shallo, circinate mucosal erosions
on the soft palate and base ofuvula. J Am Dent Assoc 1986; 112: 523-24.
Available from: http:llwww.ncbi.nlmnih.gov/pubmed/3457857

Michael J. Sigal, David Mock. Symptomatic benign migratory glossitis: repon of


two cases and literature review. Pediatric dentistry: NovemberfDecember,
1992; Vol 14(6): 392-96. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedll 303549

15
Redman R S: Prevalence of geographic tongue, fissured tongue, median rhomboid
glossitis and hairy tongue among 3,61 Minnesota schoolchildren. Oral Surg
30: 390-95, 1970. Available from:
http://www.sciencedárect.comlscience/articlelpiiK)030422070903208.

Marks R, Tain B. ALA antigens in geographic tongue. Tissue Antigens. 1980,


15(1): 60-62. Available from: httpifwww.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedll
2735333.

Fenerli A. Papanicolaou S, Papanicolaou M, Laskaris G. Histocompatibility


antigens and geographic tongue. Pathol 1993; 76: 476-79. Available from:
http://wwncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8233428

Picciani B, Silva-Junior G, Carneiro S, Sampaio AL, Goldemberg DC, Oliveira J,


Porto LC, Dias EP. Geographic stomatitis: an oral manifestation of
psoriasis”. J Dermatol Case Rep. 2012 Dec 31; 6(4): 113-16. Available
from: http://wwwncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23329990.

Pogrel MA, Cram D. Intraoral findings in patients with psoriasis with special
reference to ectopic geographic tongue (erthema circinata). Oral Surg Oral
Med Oral Pathol 1988; 66: 184-89. Available from:
httpi/ww.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedJ3 174052.

16

Anda mungkin juga menyukai