BL1GHTED OVUM
Oleh :
Pembimbing :
dr. H. Eka Budi Wahyana, M.Kes, Sp. OG.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, karni panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat —Nya sehinga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah ini dalam rnenempuh stase Ilmu Obstetri dan
Ginekologi di RSUD Dr Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal melalui bantuan dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat selesai dengan Iancar. Terlepas dari hal itu, kami
sepenuhnya sadar bahwa tentu saja banyak kekurangan dalarn makalah ini baik dari
segi isi, tata bahasa maupun susunan kalimat. Oleh sebab itu kami sangat terbuka atas
kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki untuk kedepannya.
Akhir kata kami berharap makalah yan berjudul "Blighted Ovzim" ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAICA
L. EMBRIOGENESIS
Sel telur mamalia di kelilingi oleh lapisan ekstra seluler tebal yang
deisebut zona pelusida. Langkah periama fertilisasi adalah perlekatan sperma
sceara longgar di permukaan zona pelusida. Peristiwa itu diikuti oleh
pengikatan sperrna dengan zona pelusida. Ikatan yang terbentuk sangat spesifik
dan erat. Reseptor pengikatan sperma ada di zona pelusida sedang protein
spesiftk pengikatan sel telur terdapat dalam membran plasma sperma. Ribuan
sperma dapat melekat kesatu sel telur yang sarna. Sperma yang melekat lalu
menyelesaikan reaksi akrosom yang merupakan proses persiapan penyatuan
sperma dan sel telur. Membran terluar dari struktur dua lapis akrosomal melekat
dan berfusi dengan membran plasma sperma di tempat-tempat sepanjang bagian
tepi kepala sperma. Reaksi akrosomal melepaskan enzim-enzim hidrolitik
(akrosin) yang memungkinkan sperma bergerak melalui zona pelusida ke sel
telur. Terowongan yang sangat sempit dihasilkan oleh sperma selama
perjalanannya menembus zona tersebut
Cambar 2.1. Sel telur dikelilingi sperma dan salah satu sperma herhasil
menembus ispisan dinding telur
5
•1111.1
. 1118111: . . .
~4)
M o r ul a m e r u p a k a n p e m b e l a h a n s e l v a ng t e r j a d i s e t e l a h s e l
melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada
kutup anima. Stadium morula bcrakhir apahila pembelahan se1 sudah
blastodisk kecil membentuk dua lapis sel. Pada akhir pembelahan akan
•
~.1111. /111a
4..4 •■ •• sego..
404,11•••••4••
b1041814, v•
fsm•
e•■•••••411••••
susunan syaraf. Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi
oleh lapisan sel. Beberapa jaringan mesoderm yang berada di sepanjang
kedua sisi notochord disusun menjadi segmen segmen yang disebut somit
yaitu ruas yang terdapat pada embrio.
I%
iudaseires
"%tidetrIll
Aeacrier
,
% 4 .rl d‘ FbAw
meluas keluar embrio. Pembuluh ini merupakan pembuluh darah dari tali
puasat dan berda pada tangkai penyokong. Jaringan tropoblast dengan
mesoderm yang mengandung pembuluh darah dari tali pusat berada pada
tangki penyokong. Jaringan tropo6last dengan mesoderm yang
mengandung pembuluh darah disebut korion dengan dinding uterus
m e m b e t u k pl a s e n t a . K o ri o n d a pa t be r l e k a t a n s ek a l i d e n ga n j a r i n g a n
maternal, tetapi masih dapat berdekatan sekali atau dapat berdekatan
sangat erat sehingga kedua jaringan tidak dapat dipisahkan tanpa merusak
jaringan induk manpun fetus
Gambar 2.6. Gasrulas i embrio Ma nusia. Mass a sel -sel da lam berhadapan
dengan balstocoel pada pembentukan
fintwycrec
embryonic knob
50«ffie 4etoojetov
T►opochxierm Ecloderm f
Ertre eirtrforor
C' J P ti l l ,
••• ••••. • •
.4J • 4
• • .44
-••■••••••• .-411. •
11,- boirron —
- • - ?..
cv-
411 ‘41;240
deirl
at►■ 410 .4 •
11111.1111.
111.• • •• •
.. 4
/11.0 ij
- to A. 41 ., $ • .;
#51 . a, .. PL. bid «.. {.
.. .. .7 .
9,1
110
12
n ek ro s is fac to r ( TN F ) m e ru p ak an h ip o tes i s y an g p a l in g s er in g
dikemukakan untuk kegagalan imunologi reproduksi. Hipotesis ini
menyatakan bahwa konseptur merupakan target local dan respon cell
inediate imun yang akan menyebabkan abortus. Pada wanita-wanita
yang mengalami abortus, antigen trofoblas mengaktivasi makrofag dan
limfosit, mengakibatkan respon imun seluler oleh sitokin T helper l,
IFN-y dan TNF yang ditunjukkan dengan menghambat pertumbuhan
embrio in vitro dan perkembangan serta fungsi dari trofoblast. Kadar
TNF dan interleukin 2 yang tinggi didapatkan di serum perifer pada
wanita-wanita yang mengalami abortus dibandingkan dengan wanita
hamil normal, tetapi mekanisme dari hubungan ini belum dapat
dijelaskan.8
2. Kelainan imunitas humoral
Lupus antikoagulan menyebabkan tes koagulasi yang bergantung
dengan phospholipid seperti activated partial thromboplastin time
(APTT) menjadi memanjang dan dan tetap demikian walaupun telah
ditambah dengan plasma yang normal. Anti kardiolipin IgG atau IgM
dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan ELISA. Hasil pemeriksaan
yang positif sebaiknya dulangi kembali setelah beberapa minggu untuk
memastikan kebenaran hasil positif ini. I
Prevalensi dari antifosfolipid antibodi ini pada populasi antenatal
secara umum adalah sekitar 2% dibandingkan dengan ibu-ibu yang
mengalami keguguran berulang yaitu sekitar 15%. Tingkat keberhasilan
kehamilan pada keadaan yang tidak diobati ialah sekitar 10-15% dan
keguguran berulang seringkali merupakan manifestasi awal penyakit.
Mekanisme untuk terjadinya keguguran akibat dari antifosfolipid
antibodi adalah peningkatan tromboksan dan penurunan sintesis
16
III. PATOFISIOLOGI
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.
Perkembangan kehamilan dimulai dengan tumbuhnya villi korionik pada
permukaan luar blastokist dan berimplantasi ke dinding rahim. Villi
memproduksi gonadotropin yang merangsang pituitary melepaskan lutenizing
honnone (LH), yang berperan memicu corpus luteum di ovarium membentuk
progesterone dalam jumlah banyak. Normalnya, pada tingkat ini, massa inner
cell mulai membelah dan berdiferensiasi menjadi organ-organ. Sekitar usia 6
minggu, fetus mulai mengembangkan sirkulasinya, dan setelah 8 minggu villi
chor•alis mengatur sirkulasi dan membentuk plasenta.
ighted ovurn, kantung amnion tidak berisi fetus yang
N a m u n p a d a b l
disebabkan berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi spemia tidak dapat
berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan.
Mck;kipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. s.ba
17
Plasenta menghasilkan hornion hCG
honnon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak
(human chorionic gonadotropin) dimana
sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.
saat dilakukan tes kehamilan baik planotest maupun laboratorium hasilnya pun
positif.
G e ja l a p e n de r i ta d e n ga n b l i g h t e c l o v u m m e n y e r u p a i k e g u g ur a n pa d a
umumnya. Keluhan antara lain berupa keluar bercak darah akibat berkurangya
kadar hormon, dan keluhan kehamilan akan berkurang. Jika mulai terjadi proses
keguguran atau sirkulasi fetus dan villi korialis mulai tidak stabil, sekitar usia
10 minggu, dapat terjadiperdarahan intermiten atau kontinu, yang diikuti nyeri
dan abortus komplit. Pada pemeriksaan dengan inspekulo, ostium uteri bias
tertutup (yang didiagnosis dengan abortus imminens) atau terbuka (abortus
inkomplit). 6
IV. DIAGNOSIS
Blighted ovum d a p a t s e g e r a t e r d e t e k s i s e g e r a p a d a p e m e r i k s a a n
u l t r a s o n o g r a f i p a da m i n gg u 6 , k a r e na t i d a k ta m p a k n y a f e t u s . P a d a u s ia 7
minggu dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG dapat dilakukan
transabdominal maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih akurat pada
5
usia keharnilan yang sangat dini.
Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung
dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada
b a y i a t a u p u l s a s i s u d a h
pertengahan minggu ke 4, dan yolk sac norrnalnya tampak pada minggu 5.
lihat jelas m ula i pe r te nga ha n m in ggu 5 pa da
S e h i n g g a , e m b r i o d a p a t t e r
pemeriksaan USG tranvaginal.
19
berupa fetal pole di dalam ges sac. Dikutip dari William's Gynecology
. V.
PENATALAKSANAAN DAN
Jika telah didia nosis• blighled
ENCEGAIIAN
0111171,
mengeluarkan hasil k g
dianalisis untuk me m : ns . ePsi
stikan apa
dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan
rnaka tindakan selanjutnya adalah
penyebabnya. Jika karena inf penyebab bl ight e d ov um lalu mengatasi
berulang. Jika eksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak
penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
Untuk mencegah terjadinya blighted ovttm, maka dapat dilakukan beberapa
tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada
wanita yang hendak hamil, bila m e nde r i t a pe n y a ki t di s e m b u hka n dul u,
dikontrol gula darahnya, melakukanpemeriksaan kromosom terutama bila usia
di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum
baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
Penderita keguguran akan memiliki pertanyaan menyangkut risiko berulangnya
keguguran atau blighted ovum.
Beberapa peneliti menyatakan riwayat blighted ovum tidak memberikan
risiko keguguran selanjutnya, dan 80 -85% kehamilan selanjutnya pada
beriangsung hingga aterrn. Namun, berbagai perielitian menggambarkan 25-
mengalami keguguran ulang. Hal
50% wanita dengan riwayat keguguran dapat men
ini at berhubungan dengan etiologi dari keguguran, sehingga deteksi
s a n g
penyebab dan penatalaksanaan yang tepat perlu dilakukan.
Apabila, tindakan evakuasi dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil
konsepsi, penting untuk untuk diperiksa apakah terdapat kelainan pada uterus
danya septum uterus. Pada terhentinya kehamilan
s e p e r t i u t e r u s b i k o u s , a hasil konsepsi sebaiknya dikirim ke bagian hi
rn stologi
Pada keguguran dimana
pada trimester pertarna,
untuk konfirrnasi d i agno s s • dan untuk kariotiping.
21
fetus telah terbentuk maka kariotipe fetus harus •diperiksa dan pasangan tersebut
Pemeriksaan platelet
Pemeriksaan sperrna
erlu diperiksa pada sediaan sperma antara lain volume, waktu
Hal-hal yang p
mencairnya, jurnlah sel sperma per mililiter, gerakan sperma, PH, jumlah sel
darah putih dan kadar fruktosanya. Sebelum dilakukan pengambilan sampel
harus melakukan abstinen/tidak mengeluarkan spermai
sperrna (semen)
22
ejakulasi 2 5 hari sebelumnya. lial ini bertujuan agar sperma daiam •kondi
paling baik.
Volume
Normal : 1111111111a1 2 - 6,5 mL per ejakulasi
Abnormal : Volume yang rendah atau bahkan yang berlebih
dapat mcnyebabkan masalah kesuburan
Waktu mencair Normal : Kurang dari 60 menit
Abnormal: Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda
infeksi
Jumlah sperma Normal : 20-150 juta per mL
Abnormal : Jumlah yang rendah kadang masih bisa
menghasilkan keturunan secara normal.
Bentuk sperma Normal : Minimal 70% memiliki bentuk dan struktur normal.
Abnormal : Spen -na yang abnormal bentuknya kurang dari 15
% disebut teratozoopsermia.
Gerakan spen -na Normal : Minimal 60% sperma bergerak maju ke depan atau
minimal 8 juta spenna per-mL bergerak normal maju ke
depan.
Abnormal : Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan
menyebabkan masalah fertilitas.
pH Normal pH of 7.1-8.0
Abnonnal : pH yang tinggi atau lebih rendah dapat
mengganggu penetrasi
Sel darah putih Nonnal : Tidak ada sel darah putih atau bakteri.
A bnon -na l : Ba kte r i da n se l da r a h put ih yg ba nya k
menunjukkan adanya infeksi.
Kadar fruktosa Normal : 300 mg per 100 mL ejakulat
Abnormal :Tidak adanya fruktosa memperlihatkan tidak
adanya vesikula seminalis atau blokade pada organ ini.
Tabel 2.1. Komponen Analisis Sperma
atau tingginya
Jika diternukan jumlah sperrna yang rendah
abnorrnalitas, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pengukuran kadar
horm.on: testosteron, luteinizing hormone (LH), follicle stimulating hormone -
(FSH), a t a u h o r m o n p r o l a k t i n . J u g a d i l a k u k a n b i o p s i t e s t i s ( z a k a r ) d a l a m
kondisi yang sangat ekstrim (steril misalnya).
■ Kultur serviks untuk mikoplasma, ureaplasma dan klarnidia.
23
Pemeriksaan lain dilakukan setelah pemeriksaan rutin ini didapatkan penemuan
D . Imunologi
Pemeriksaan anticardiolipin harus dilakukan pada semua wanita dengan
riwayat abortus berulang. Tanpa pengobatan hanya didapatkan 1 0 - 15%
kehamilan yang berhasil. Pengobatan dengan aspirin dosis rendah (75
rng/har • ) atau heparin dosis rendah (5000 -10000 unit tiap 12 jam) telah
dilakukan dan menunjukkan adanya perbaikan pada kehamilan baik itu
dipergunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi. Tetapi pemakaian obat -
obatan ini rnerniliki risiko. Heparin jangka panjang diketahui dapat
menyebabkan osteoporosis, dan aspirin dapat menimbulkan perdarahan
gastrointestina1.417
4
,
BAB 111
SIMPULAN
Blighted ovilm adalah salah satu kehamilan patologi, di mana mudigah tidak
terbentuk sejak awal kehamilan namun kantung gestasi tetap terbentuk.
Penyebab dari blighted ovuin merupakan kelainan kromosom, kelainan
pembelahan sel dan kelainan ovum serta sperma. Serta dihubungkan dengan
permasalahan lain yang beragam atau gabungan berbagai factor.
■ Diagnosis BO ditegakkan dengan USG. Gambaran plasenta pada b l i g h t e d
ovum adalah villi yang hipovaskular, fibrosis, trombosis, i n fa rk , membrane
2009; 79 (11)
2. Allison JL, Sherwood RS, Schust DJ. Management of first trisemester pregnancy
loss can be safely moved into the office. Department of Ohstetric and Gynecologr
university of Missouri. 2011;4(1): 5-14.
3. Shekoohi S, Mojarrad M, Raoofian R, Amadzaeh S, Mirzale S Nazarabadi
MH. Chromosomal study couples with history of reccuren spontanous
abortions with diagnosed bighted ovum. Mashhad Universiy Iran. 2013. 2(4)
4, Baghmani F, Mirzae s, Nazarabadi MH. Association between heteromorphism
of chromosom 9 an reccurent abortion (ultrasound diagnosed blighted ovurn):
a case report. Iran J Reprod Med .2014; 12(5) pp: 357-360
5. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham
FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22" ed. New York: McGraw -
Hill; 2008:298-325
6. Porter Fr Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth's Obstetric and ,
579
8• Lana GG, Gulic T, Laskarin G, Haller H Rukavina D. Presence of gp96 both form of
Hs70 a nd their r cepors CD91 and TLR4 at maternal -fetal interface of blighted
p
ovum and missed abortio. Journal of Reproductive Immunology .2014; 40-60
Allen JC, Lie D, Ostbye T. Lifestyle Risk Factors
9. Tan TC, Neo GH, Malhotra R,
Associated w ith Threatened Miscarriage: A Case-Control Study. JF1V Reprod Med
Reproductive Medlcutc.