Anda di halaman 1dari 29

REFFRAT

BL1GHTED OVUM

Oleh :

Ardian Pratiaksa G99151064


Derajat Fauzan Nardian G99151065

Pembimbing :
dr. H. Eka Budi Wahyana, M.Kes, Sp. OG.

KEPANITERAAN KLIN1K ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FK UNS / RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO
WONOGIRI
2015

Diketik ulang oleh: Fivi Kurniawati (G99171017)

Indah Ariesta (G99172090)

Maitsa’ Fatharani (G99181042)



2
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, karni panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat —Nya sehinga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah ini dalam rnenempuh stase Ilmu Obstetri dan
Ginekologi di RSUD Dr Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal melalui bantuan dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat selesai dengan Iancar. Terlepas dari hal itu, kami
sepenuhnya sadar bahwa tentu saja banyak kekurangan dalarn makalah ini baik dari
segi isi, tata bahasa maupun susunan kalimat. Oleh sebab itu kami sangat terbuka atas
kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki untuk kedepannya.
Akhir kata kami berharap makalah yan berjudul "Blighted Ovzim" ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
3
BAB 1

PENDAHULUAN

Seperempat dari wanita yang sedang hamil mengalami masalah


perdarahan dalam beberapa minggu pertama keharnilan. Setengah dari mereka
yang mengalaminya berhubungan dengan keguguran (abortus) atau kegagalan
perkembangan janin. I Pada kehamilan yang diketahui secara klinis, angka
kegagalan kehamilan secara spontan (spontanous pregnancy loss) sebesar 25%-
50% untuk usia gestasi 14 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir dan
menjadi masalah terbesar untuk kehamilan pada trimester pertama. 2 Ada banyak
macam faktor yang mempengaruhi terjadinya kegagalan kehamilan ini.
Salah satu jenis dari kegegalan kehamilan (pregnancy loss) adalah
Blighted Ovum atau kehamilan kosong. Blighted ovum atau anembryonic
pregnancy terjadi sepertiga dari kegagalan kehamilan spontan pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. BO (blighted ovum) dianggap merupakan kejadian
kromosomal random yang terjadi pada sckitar 1:5 hingga 1:10 kasus abortus. 3
Karakteristik utama yang terjadi pada blighted ovum adalah penampakan
normal pada gestasional sac namun tidak ada embrio di dalamnya.
Kemungkinan utama yang terjadi adalah terjadinya kematian embrio awal
namun perkembangan tropoblast masih tetap berjalan.4
4
BAB II

TINJAUAN PUSTAICA

L. EMBRIOGENESIS
Sel telur mamalia di kelilingi oleh lapisan ekstra seluler tebal yang
deisebut zona pelusida. Langkah periama fertilisasi adalah perlekatan sperma
sceara longgar di permukaan zona pelusida. Peristiwa itu diikuti oleh
pengikatan sperrna dengan zona pelusida. Ikatan yang terbentuk sangat spesifik
dan erat. Reseptor pengikatan sperma ada di zona pelusida sedang protein
spesiftk pengikatan sel telur terdapat dalam membran plasma sperma. Ribuan
sperma dapat melekat kesatu sel telur yang sarna. Sperma yang melekat lalu
menyelesaikan reaksi akrosom yang merupakan proses persiapan penyatuan
sperma dan sel telur. Membran terluar dari struktur dua lapis akrosomal melekat
dan berfusi dengan membran plasma sperma di tempat-tempat sepanjang bagian
tepi kepala sperma. Reaksi akrosomal melepaskan enzim-enzim hidrolitik
(akrosin) yang memungkinkan sperma bergerak melalui zona pelusida ke sel
telur. Terowongan yang sangat sempit dihasilkan oleh sperma selama
perjalanannya menembus zona tersebut

Cambar 2.1. Sel telur dikelilingi sperma dan salah satu sperma herhasil
menembus ispisan dinding telur
5

Setelah berhasil meiewati zona pelusida sperma tiba di terowongan


perivitelin yang memisahkan sel telur dengan zona pelusida. Satu sperma
menjalani fusi dengan sel telur melalui penyatuan membran akrosomal posterior
sperma dengan membran plasma sel telur. Halangan yang terbentuk secara
cepat dapat mencegah polispermi (fertilisasi satu sel telur oleh lebih dari satu
sperma) kemuungkinan terjadi akibat perubahan-perubahan potensial listrik
pada membran sel telur setelah masuknya sperma. Masuknya sperma
mengaktifasi sel telur dan nukleusnya. Pronukleus sperma menyatu dengan
pronuideus sel telur. Granula kortikal di bagian tepi sitoplasma sel telur berfusi
dengan membran plasma, dan berbagai enzim dilepaskan ke dalam rongga
perivitelin. Enzim-enzim itulah yang menyebabkan zona pelusida menjadi kaku
dan hilang kemampuannya untuk mengikat sperma. Sehingga dengan adanya
zona pelusida yang menjadi kaku ini dapat mencegah polispermi.Fertilisasi
mamalia berlangsung dalam oviduk.
2.2. Tahapan Perkembangan Embrio
Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zygote (cleavage),
stadium morula (morulasi), stadium blastula (blastulasi), stadium gastrula
(gastrulasi), dan stadium organogenesis.
2.2.1 Stadium Cleavage (Pembelahan)
Cleavage adalah pembelahan zygote secara cepat menjadi unit -unit
yang lebih kecil yang di sebut blastomer. Stadium cleavage merupakan
rangkaian mitosis yang beriangsung berturut-turut segera setelah terjadi

•1111.1
. 1118111: . . .

~4)

am ar 2.1. Proses Awal Pembelahan Embrio


6

2.2.2. Stadlum Morula

M o r ul a m e r u p a k a n p e m b e l a h a n s e l v a ng t e r j a d i s e t e l a h s e l

berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah


blastomer yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lehih keeil. Sel
tersehut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang memb•ntuk dua
lapisan sel. Pada saat ini ukuran seI mulai beragam. Sel membelah seeara

melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada
kutup anima. Stadium morula bcrakhir apahila pembelahan se1 sudah

me ng ha sil ka n bla st ome r . Bla st ome r k e mud ia n me ma da t me nj ad i

blastodisk kecil membentuk dua lapis sel. Pada akhir pembelahan akan

dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel -se1 utama

(blastoderm), yang meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam

(inner mass cells), fungsinya membentuk tuhuh embrio. Kedua adalah

kelompok sel-sel pelengkap, yang meliputi trophohlast, periblast, dan


auxilliary cells. Fungsinya melindungi dan menghubungi antara embrio
dengan induk atau lingkungan luar.

Gambar 2.3 Bentuk Morulla pada Embrio Manusia

Tropoblast melekat pada dinding uterus. Sel-selnya memperbanyak


diri dengan cepat dan memasuki epitelium uterus pada tahap awal
implantasi. Setelah 9 hari, seluruh blastokista tertahan dalam dinding
uterus. Sewaktu ini berlangsung, sel-sel yang berada disebelah bawah dari
masa sel dalam menyusun diri menjadi suatu lapisan yang disehut
7

encloderm p•imer, yang akan membentuk saluran pencemaan makanan.


Sel-sel sisa dari inasa sel dalam memipih membentuk suatu keping yaitu,
keping emb•io. Antara keping embrio dan tropoblast yang menutupi
timbulnya suatu rongga (rongga amnion) berisi carian. Dinding rongga
yaitu amnion, menyebar mengelilingi embrio dan dikelilingi bantalan
yaitu cairan amnion.
2.2.3. Stadium Blastula
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu
campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan
sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri
dari neural, epidermal, notochordal, mesodermal, dan endodermal yang
merupakan bakal pembentuk organ-organ. Dicirikan dua lapisan yang
sangat nyata dari sel-sel datar membentuk blastocoel dan blastodisk
berada di lubang vegetal berpindah menutupi sebagian besar kuning telur.
Pada blastula sudah terdapat daerah yang berdifferensiasi membentuk
organ-organ tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochorda, syaraf,
epiderm, ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

111 •ffia u•on•IP IIII • ••11 ••••‘•

9*, ••••••• •••••••••■4


~.1111. /111a

4..4 •■ •• sego..

404,11•••••4••

b1041814, v•
fsm•

e•■•••••411••••

a loh•••••• $.•• ♦•••• I■1•••••••

Gambar 2.4. Proses Pembentukan Blastosis


P a d a m a n u s i a , h a s il p e m b e l a h a n b e rb e n t u k s u a tu h o la p a d a t
(morulia). Lapisan luar dari blastula ini membentuk lapisan yang
mengeliiingi embrio sebenarnya, sedangkan embrio dibentuk dari hagian
morulla (inner cells mass atau masa sel dalam)./lapisan luar (tropoblast)
pada satu sisi masa sel dalam melepaskan diri, rnembentuk suatu bentuk
yang mirip suatu blastula dan struktur ini disebut sebagai hlastokista.
Embrio akan menempel dan menetap pada dinding uterus untuk periode
waktu tertentu, ditempat dimana embrio akan mendapatkan makanan
sampai dilahirkan.
2.2.4. Stadium Gastrula
Setelah embrio menjalani tahap pembelahan dan tahap blastula,
embrio akan masuk kedalam tahapan yang paling kritis selama tahap
perkembangannya, yaitu stadium grastula. Grastulasi ditandai dengan
terjadinya perubahan susunan yang sangat besar serta sangat rapi dari sel-
sel didalam embrio. Salah satu perubahan utama dalam yang terjadi
selama masa grastulasi adalah bahwa sel-sel memperoleh dan mencapai
suatu kemampuan untuk melakukan gerakan morfogentik, sehingga terjadi
reorganisasi seluruh atau sebagian didaerah kecil didialam embrio.
Gastrulasi adalah proses perkembangan embrio, di mana sel bakal organ
yang telah terbentuk pada stadium blastula mengalami perkembangan
lebih lanjut. Proses perkembangan sel bakal organ ada dua, yaitu epiboli
dan emboli. Epiboli adalah proses pertumbuhan sel yang bergerak ke arah
depan, belakang, dan ke samping dari sumbu embrio dan akan membentuk
e p id e rm a l, s e d a n g k a n e m b o li a d a la h p ro s e s p e rtu m b u h a n s e l y a n g
bergerak ke arah dalam terutama di ujung sumbu embrio. Stadium gastrula
ini merupakan proses pembentukan ketiga daun kecambah yaitu ektoderm,
mesoderm dan endoderm. Pada proses gastrula ini terjadi perpindahan
ektoderm, mesoderm, endoderm, dan notochord menuju tempat yang
definitif. Pada periode ini erat hubungannya dengan proses pembentukan
9

susunan syaraf. Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi
oleh lapisan sel. Beberapa jaringan mesoderm yang berada di sepanjang
kedua sisi notochord disusun menjadi segmen segmen yang disebut somit
yaitu ruas yang terdapat pada embrio.

I%
iudaseires

"%tidetrIll

Aeacrier
,

% 4 .rl d‘ FbAw

♦ . 1". .ower■ «90".10

Gambar 2.5. Proses Grastulasi Manusia


Grastulasi pada manusia terjadi pada blastokista yang terdiri atas
tropoblast dan masa sel dalam yang merupakan bakal tumbuh embrio.
Pemisahan pertama dari sel-sel pada masa sel dalam adalah untuk
pembentukan hipoblast, yang membatasi rongga blastula dan yang akan
mejadi endoderm kantung yolk. Sisa dari masa sel dalarn yang terletak
diatas hipoblast terbentu suatu keping, yang disebut keping embrio.
Epiblast memisahkan diri, dengan membentuk suatu rongga yang disebut
amnion, dari epiblast yang mengandung semua bahan untuk pembentukan
tubuhnya, jadi identik dengan epiblast pada burung.Sambil epiblast
mengalami grastulasi. Sel-sel ekstra embrio mulai membentuk jaringan
khusus agar embrio dapat hidup dalam uterus induk. Sel-sel tropoblast
membentuk suatu populasi sel dan membentuk sinsistropoblast.
Sinsitropobiast memasuki permukaan uterus sehingg uterus tertanam
dalam uterus. Uterus sebaliknya membentuk banyak pembuluh darah yang
berhubungan dengan sinsitropoblast. Tidak lama sesudah ini, mesoderm
10

meluas keluar embrio. Pembuluh ini merupakan pembuluh darah dari tali
puasat dan berda pada tangkai penyokong. Jaringan tropoblast dengan
mesoderm yang mengandung pembuluh darah dari tali pusat berada pada
tangki penyokong. Jaringan tropo6last dengan mesoderm yang
mengandung pembuluh darah disebut korion dengan dinding uterus
m e m b e t u k pl a s e n t a . K o ri o n d a pa t be r l e k a t a n s ek a l i d e n ga n j a r i n g a n
maternal, tetapi masih dapat berdekatan sekali atau dapat berdekatan
sangat erat sehingga kedua jaringan tidak dapat dipisahkan tanpa merusak
jaringan induk manpun fetus

Errte yixte bieO

Gambar 2.6. Gasrulas i embrio Ma nusia. Mass a sel -sel da lam berhadapan
dengan balstocoel pada pembentukan
fintwycrec
embryonic knob
50«ffie 4etoojetov
T►opochxierm Ecloderm f

Ertre eirtrforor
C' J P ti l l ,

Ltrorycr#: sheid teOrerrA


11

2.2.5. Stadium Organogenesis


Organogenesis merupakan stadium terakhir dari proses
perkembangan embrio. •Stadium •ini merupakan proses pembentukan
organ-organ tubuh makhluk hidup yang sedang berkembang. Sistem
organ-organ tubuh berasal dari tiga buah daun kecambah, yaitu
ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Pada ektodermal akan
membentuk organ-organ susunan (sistem) saraf dan epidermis kulit.
Endodermai akan membentuk saluran pencernaan beserta kelenjar-
kelenjar pencernaan dan alat pernafasan, dan mesoderrnal akan
membentuk rangka, otot, alat-alat peredaran darah, alat eksresi, alat- alat
reproduksi, dan korium (chorium) kulit. Jika proses organogenesis ini
telah sempurna maka akan dilanjutican dengan proses penetasan telur.
Organ-organ tersebut merupakan perkembangan lebih lanjut dari ketiga
lapisan embrionik yang terbentuk saat gastrulasi.
a. Ektoderm mengalami diferensiasi menjadi kulit, rambut, sistem saraf,
dan alat-alat indra.

b. Mesoderm mengalami diferensiasi menjadi otot, rangka, alat


reproduksi (seperti testis dan ovarium), alat peredaran darah, dan alat
ekskresi seperti ginjal.

c. •ndoderm mengalami diferensiasi menjadi alat pencernaan, dan alat-


alat pernapasan seperti paru-paru.

••• ••••. • •

.4J • 4
• • .44

-••■••••••• .-411. •

11,- boirron —

- • - ?..

cv-
411 ‘41;240
deirl

 11,dr•, •I‘Ille ou• •

at►■ 410 .4 •
11111.1111.
 111.• • •• •
.. 4
/11.0 ij
- to A. 41 ., $ • .;
#51 . a, .. PL. bid «.. {.
.. .. .7 .

Gambar 2.7. Pembentukan Organ Tubuh

I tast, 41P fiesui ulk

9,1

110
12

11. 1)E141N1S1 BLIGIITED OVUN1


Mighted orum (kehamilan kosong) atau anembrvonic pregnancy adalah
salaii satu kehamilan patologi, di . mana mudigah tidak terbentuk sejak awal
kehamilan namun kantung gestasi tetap terbentuk. Pada blightecl ovum telur
yang dibualli berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi embrio,
h a n y a t e r b e n t u k p l a s e n t a d a n k u l i t k e t u b a n y a n g d i t a n d a i d e n g an a d a n y a
kantung gestasi (gestation sac).7

111 . ETIOLOG I D AN F AK TOR RIS IKO BLIGH TED O VUM


Ada tiga hal utania yang berhubungan dengan terjadinya blighted ovum yaitu
kelainan kromosom, kelainan pembelahan sel dan kelainan pada sperma atau
ovum. Kelainan -kelainan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
risiko. 4 Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena
kualitas sperma atau ovum menjadi turun. Penurunan kualitas sperma pada pria
biasanya berhubungan denganpenaruh lingkungan dan aktifitas seperti merokok,
radiasi, panas yang berlebihan dan konsumsi makanan. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kualitas ovum pada wanita paling besar adalah faktor hormonal.
Berikut ini adalah faktor risiko lain yang berpengaruh pada kejadian blighted
ovum:
A. Faktor Genetik
Kelainan pada kromosom merupakan penyebab paling besar
terjadinya abortus spontan, yaitu 50 %. Heteromorfisme pada kromosom
nomor 9 dihubungkan dengan kejadian hlighted ovum, namun proses lebih
rinci masih belum dapat diketahui. Di antara kromosom manusia yang lain
krornosom nomer 9 memiliki frekuensi lebih tinggi terjadinya
heteromorfisme (pebedaan bentuk). 43
K e l a i n a n k r o m o s o m p a d a blighted ovum b e r h u b u n g a n d e n g a n
inversi dari kromosom 9 dan translokasi kromosom. Kejadian abnormalitas
13

kromosom ini akan semakin meningkat jika melakukan perkawinan yang


ada hubungan darah.3
B. Kelainan Hormonal
Faktor—faktor endoluinoiogiyang berhubungan dengan abortus dan
blighted ovum termasuk insufisiensi fase luteal dengan atau tanpa kelainan
dimana luteinizing hormone (LH) hipersekresi, diabetes mellitus, dan
penyakit tiroid. Perkembangan pada kehamilan awal tergantung pada
produksi estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum sampai
kecukupannya terpenuhi diproduksi oleh perkembangan trofoblast, yang
terjadi pada usia kehamilan 7-9 minggu. Abortus spontan terjadi pada
kehamilan kurang dari 10 minggu jika korp us luteum gagal untuk
memproduksi progesteron yang cukup, adanya gangguan distribusi
progesteron ke uterus, atau bila pemakaian hormon progesteron pada
endometrium dan desidua terganggu. Keguguran juga dapat terjadi apabila
trofoblas tidak dapat menghasilkan progesteron yang seharusnya
menggantikan progesteron dari korpus luteum ketika korpus luteum
menghilang.2
Sekresi LH yang abnormal juga memiliki akibat langsung pada
perkembangan oosit, menyebabkan penuaan yang prematur, dan pada
endometrium menyebabkan maturasi yang tidak sinkron. Dipihak lain,
sekresi luteinizing hormone yang abnormal dapat menimbulkan keguguran
secara tidak langsung dengan cara meningkatkan kadar hormon testosteron.
Keadaan gangguan sekresi luteinizing hormone biasanya berh ubungan
a polikistik ovarium.4
d e n g a n a d a n y a
Mekanisme yang mungkin menyebabkan terjadinya keguguran pada
penderita diabetes mellitus ialah gangguan aliran darah pada uterus
terutama sekal• pada kasus-kasus dengan diabetes mellitus tahap lanjut. 4
Hipotiroid merupakan gangguan endokrin lain yang dihubungkan
dengan adanya abortus berulang, terutama sekali sebagai akibat disfungsi
14

korpus luteum dan ovulasiyang sering menyertai penyakit tiroid.


Antitiroid antibodi juga dihubungkan dengan abortus berulang. Karena
pada awal kehamilan tuhuh membutuhkan kadar hormon tiroid yang lebih
tinggi, adanya antitiroid antibodi dapat menjadi suatu petanda bagi
seseorang untuk tedadi peningkatan risiko terjadinya abnormalitas tiroid
yang dapat berakhir pada keguguran. Kelainan-kelainan regulasi hormonal
tersebut juga mampu menyebabkan kegagalan perkembangan atau
pembentukan janin. 2 '4

C. Infeksi Saluran Reproduksi


Infeksi virus TORCH dan virus lainnya berpengaruh besar pada terjadinya
blighted ovum. Infeksi virus tersebut menyebabkan viremia pada ibu,
sehingga bisa membahayakan pasenta. Sedangkan pada HSV bisa terjadi
penularan ascenden hingga pada membran plasenta sehingga menyebabkan
fetus terkena infeksi HSV. I
D. Imunologik
Pada blighted oviim terjadi peningkatan Hsc70, gp96 dan reseptornya
CD9, TLR4. Penyakit Lupus dan Atifosfolipid sindrom juga meningkatkan
f a t o r r i s i k o t e r j a d i n y a B O . A n t i g e n g o l o n g a n I M H C nonclassical
truncated yang dikenal HLA -G yang dipaparkan dalam sitotrofoblas
manusia dan sel trofoblas JEG-3, tatapi kemaknaan HLA-G masih
spekulasi karena ia merupakan trofoblas yang unik dan ada hipotasis yang
mengatakan bahwa HLA-G penting untuk gestasi yang berhasil dan respon
terhadap HLA G yang menyimpang akan mengakibatkan abortus. Faktor-
-

faktor imunologi terbagi dua, yaitu: 83


1. Kelainan imunitas seluler
En d o met ri u m d a n d e sis u a man u si a p en u h de n g a n se l - se l i mu n d an
infiamasi ya ng marnpu mensekresi sitokin. Respon imun seluler T helper
1 y a n g a b n o r m a l m e l i b a t k a n s i t o k i n i n t e r f e r o n - y ( I F N - y ) dan tumor
15

n ek ro s is fac to r ( TN F ) m e ru p ak an h ip o tes i s y an g p a l in g s er in g
dikemukakan untuk kegagalan imunologi reproduksi. Hipotesis ini
menyatakan bahwa konseptur merupakan target local dan respon cell
inediate imun yang akan menyebabkan abortus. Pada wanita-wanita
yang mengalami abortus, antigen trofoblas mengaktivasi makrofag dan
limfosit, mengakibatkan respon imun seluler oleh sitokin T helper l,
IFN-y dan TNF yang ditunjukkan dengan menghambat pertumbuhan
embrio in vitro dan perkembangan serta fungsi dari trofoblast. Kadar
TNF dan interleukin 2 yang tinggi didapatkan di serum perifer pada
wanita-wanita yang mengalami abortus dibandingkan dengan wanita
hamil normal, tetapi mekanisme dari hubungan ini belum dapat
dijelaskan.8
2. Kelainan imunitas humoral
Lupus antikoagulan menyebabkan tes koagulasi yang bergantung
dengan phospholipid seperti activated partial thromboplastin time
(APTT) menjadi memanjang dan dan tetap demikian walaupun telah
ditambah dengan plasma yang normal. Anti kardiolipin IgG atau IgM
dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan ELISA. Hasil pemeriksaan
yang positif sebaiknya dulangi kembali setelah beberapa minggu untuk
memastikan kebenaran hasil positif ini. I
Prevalensi dari antifosfolipid antibodi ini pada populasi antenatal
secara umum adalah sekitar 2% dibandingkan dengan ibu-ibu yang
mengalami keguguran berulang yaitu sekitar 15%. Tingkat keberhasilan
kehamilan pada keadaan yang tidak diobati ialah sekitar 10-15% dan
keguguran berulang seringkali merupakan manifestasi awal penyakit.
Mekanisme untuk terjadinya keguguran akibat dari antifosfolipid
antibodi adalah peningkatan tromboksan dan penurunan sintesis
16

prostasiklin sehingga menimbulkan adesiplatelet pada pembuluh darah


di plasenta.8

Keadaan immunologik lainyang mungkin juga menyebabkan


terjadinya keguguran ialah antibodi antisperma, antibodi antitrofoblas,
dan defisiensi blocking antibody. Namun keadaan ini masih belum
dapat dibuktikan. 8
F. Faktor Lain

Faktor lain yang berhubungan dengan keguguran berulang termasuk


juga zat-zat racun pada lingkungan, terutama logam berat danpaparan yang
lama terhadap pelarut organik, obat-obatan seperti antiprogestogen, obat
antineoplasma, anestesi, nikotin dan alkohol, demikian juga radiasi. Aya
hidup seperti paparan asap rokok, penggunaan barang yang membuat radiasi
seperti komputer dan telefon juga berpengaruh dalam kejadian blighted
ovum..9

III. PATOFISIOLOGI
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.
Perkembangan kehamilan dimulai dengan tumbuhnya villi korionik pada
permukaan luar blastokist dan berimplantasi ke dinding rahim. Villi
memproduksi gonadotropin yang merangsang pituitary melepaskan lutenizing
honnone (LH), yang berperan memicu corpus luteum di ovarium membentuk
progesterone dalam jumlah banyak. Normalnya, pada tingkat ini, massa inner
cell mulai membelah dan berdiferensiasi menjadi organ-organ. Sekitar usia 6
minggu, fetus mulai mengembangkan sirkulasinya, dan setelah 8 minggu villi
chor•alis mengatur sirkulasi dan membentuk plasenta.
ighted ovurn, kantung amnion tidak berisi fetus yang
N a m u n p a d a b l
disebabkan berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi spemia tidak dapat
berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan.
Mck;kipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. s.ba
17
Plasenta menghasilkan hornion hCG
honnon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak
(human chorionic gonadotropin) dimana
sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.

Hormon hCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti


mual, muntah, dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. 6

Ovum bertemu dengan sperma (fertilisasi)

3-5 hari terbentuk blastocyst dan berimplantasi di endometrium


Terbentuk HCG, progesteron, estrogen dan hormon lain
Tes kehamilan positif

UK b minggu gestasional sac terbentuk norrnal

Tidak ada pertumbuhan janin, yolk sac tidak terbentuk


- Kelainan kromosom
- Kelainan
pembelahan sel
- Kelainan ovum dan Blighted ovum
sperma
Gambar 2.1 Patofisiologi Pathway Blighted ovum 6

III. GEJALA KLINIK i tidak ada bayi di dalam


Pada Blighted ovilm wanita merasa harnil tetap
kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan geiala-gejala
kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan
18

(morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan

saat dilakukan tes kehamilan baik planotest maupun laboratorium hasilnya pun
positif.

G e ja l a p e n de r i ta d e n ga n b l i g h t e c l o v u m m e n y e r u p a i k e g u g ur a n pa d a
umumnya. Keluhan antara lain berupa keluar bercak darah akibat berkurangya
kadar hormon, dan keluhan kehamilan akan berkurang. Jika mulai terjadi proses
keguguran atau sirkulasi fetus dan villi korialis mulai tidak stabil, sekitar usia
10 minggu, dapat terjadiperdarahan intermiten atau kontinu, yang diikuti nyeri
dan abortus komplit. Pada pemeriksaan dengan inspekulo, ostium uteri bias
tertutup (yang didiagnosis dengan abortus imminens) atau terbuka (abortus
inkomplit). 6

Pada beberapa kasus, dapat terjadi resorpsi kehamilan kosong, sehingga


tanda-tanda hamil dapat menghilang dan akhirnya pada pemeriksaan, pasien
dianggap tidak hamil. Hal ini dapat membingungkan bagi penderita karena
terjadi perubahan dari kondisi hamil menjadi tidak hamil. 5,6

IV. DIAGNOSIS
Blighted ovum d a p a t s e g e r a t e r d e t e k s i s e g e r a p a d a p e m e r i k s a a n
u l t r a s o n o g r a f i p a da m i n gg u 6 , k a r e na t i d a k ta m p a k n y a f e t u s . P a d a u s ia 7
minggu dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG dapat dilakukan
transabdominal maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih akurat pada
5
usia keharnilan yang sangat dini.
Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung
dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada
b a y i a t a u p u l s a s i s u d a h
pertengahan minggu ke 4, dan yolk sac norrnalnya tampak pada minggu 5.
lihat jelas m ula i pe r te nga ha n m in ggu 5 pa da
S e h i n g g a , e m b r i o d a p a t t e r
pemeriksaan USG tranvaginal.
19

Gambar 2.2 Gambaran USG Blighted Ovum Dibandingkan dengan Kehamilan


Normal
Tidak ditemukan fetal pole, dengan kantung gestasi (ges sac) diameter lebih dari 10 rrun tanpa
yolk sac, diameter 15 mm tanpa mudigah pada USG transvaginal atau lebih dari 25 mm pada USG
transabdominal. Sedangkan pada gambar di sebelah kanan tampak gambaran hiperechoic

berupa fetal pole di dalam ges sac. Dikutip dari William's Gynecology

Gambar 2.3 Blighted ovum

pada uterus bicornu unicolis

Pemeriksaan kadar hormon pada keharnilan dapat juga membantu


perneriksaan dimana beta-hCG dibentuk oleh plasenta. Normalnya, pada
pemeriksaan darah hormon ini dapat dideteksi pada hari 11 setelah konsepsi,
dan pada tes urin pada hari ke 12-14 hari. Produksi hormone ini akan menjadi 2
kali lipat tiap 72 jam. Kadarnya akan mencapai jumiah tertinggi pada kehamilan
usia 8-1 1 minggu lalu inenurun. Jika penurunan k 20
dini, dapat dieurigai terjadinya blighted ovtint. 5 adar beta-hCG ini tedadi lebih

. V.

PENATALAKSANAAN DAN
Jika telah didia nosis• blighled
ENCEGAIIAN
0111171,

mengeluarkan hasil k g
dianalisis untuk me m : ns . ePsi

stikan apa
dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan
rnaka tindakan selanjutnya adalah
penyebabnya. Jika karena inf penyebab bl ight e d ov um lalu mengatasi
berulang. Jika eksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak
penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
Untuk mencegah terjadinya blighted ovttm, maka dapat dilakukan beberapa
tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada
wanita yang hendak hamil, bila m e nde r i t a pe n y a ki t di s e m b u hka n dul u,
dikontrol gula darahnya, melakukanpemeriksaan kromosom terutama bila usia
di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum
baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
Penderita keguguran akan memiliki pertanyaan menyangkut risiko berulangnya
keguguran atau blighted ovum.
Beberapa peneliti menyatakan riwayat blighted ovum tidak memberikan
risiko keguguran selanjutnya, dan 80 -85% kehamilan selanjutnya pada
beriangsung hingga aterrn. Namun, berbagai perielitian menggambarkan 25-
mengalami keguguran ulang. Hal
50% wanita dengan riwayat keguguran dapat men
ini at berhubungan dengan etiologi dari keguguran, sehingga deteksi
s a n g
penyebab dan penatalaksanaan yang tepat perlu dilakukan.
Apabila, tindakan evakuasi dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil
konsepsi, penting untuk untuk diperiksa apakah terdapat kelainan pada uterus
danya septum uterus. Pada terhentinya kehamilan
s e p e r t i u t e r u s b i k o u s , a hasil konsepsi sebaiknya dikirim ke bagian hi
rn stologi
Pada keguguran dimana
pada trimester pertarna,
untuk konfirrnasi d i agno s s • dan untuk kariotiping.
21
fetus telah terbentuk maka kariotipe fetus harus •diperiksa dan pasangan tersebut

disarankan agar bersedia dilakukan peme•iksaan autopsi


dilakukan follow up dan konseling pada pasien.4 Kemudian harus
Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan rutin apabila menemukan adanya
abortus dan blighted ovum ialah sebagai be•ikut. 2
'4

 Periksa kariotipe kedua pasangan


 Lakukan histerosalfingografi atau apabila terdapat ahlinya lakukan
ultrasonografi transvaginal atau histeroskopi •
untuk melihat kelainan bentuk
uterus, panjang serviks, ataupun adanya adhesi intrauterus
 Pemeriksaan luteinizing hormonpada hari 3-6 siklus, pemeriksaan Follicle
Stimulating hormone serta testosteron untuk memeriks adanya hipersekresi
Luteinizing hormone atau adanya sindromapolikistik ovarium. Selain itu
ultrasonografi transvaginal juga berperan dalam menentukan adanya
polikistik ovarium selain untuk memeriksa kelainan pada uterus atau rongga
uterus.
 Pemeriksaan Glycosylated hemoglobin (HbA apabila pasien diketahui
mengidap diabetes mellitus atau memiliki riwayat keluarga dengan diabetes
mellitus
 Penapisan antifosfolipid antibodi untuk Lupus antikoagulan, IgG dan IgM
anticardiolipin antibodi dan antinuclear faktor. Hal ini juga berarti
di1akukannya pemeriksaan VDRL dan APTT
 Uji fungsi tiroid, terrnasuk horrnone stimulasi tiroid dan antibodi antitiroid

 Pemeriksaan platelet
 Pemeriksaan sperrna
erlu diperiksa pada sediaan sperma antara lain volume, waktu
Hal-hal yang p
mencairnya, jurnlah sel sperma per mililiter, gerakan sperma, PH, jumlah sel
darah putih dan kadar fruktosanya. Sebelum dilakukan pengambilan sampel
harus melakukan abstinen/tidak mengeluarkan spermai
sperrna (semen)
22
ejakulasi 2 5 hari sebelumnya. lial ini bertujuan agar sperma daiam •kondi

paling baik.

Volume
Normal : 1111111111a1 2 - 6,5 mL per ejakulasi
Abnormal : Volume yang rendah atau bahkan yang berlebih
dapat mcnyebabkan masalah kesuburan
Waktu mencair Normal : Kurang dari 60 menit
Abnormal: Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda
infeksi
Jumlah sperma Normal : 20-150 juta per mL
Abnormal : Jumlah yang rendah kadang masih bisa
menghasilkan keturunan secara normal.
Bentuk sperma Normal : Minimal 70% memiliki bentuk dan struktur normal.
Abnormal : Spen -na yang abnormal bentuknya kurang dari 15
% disebut teratozoopsermia.
Gerakan spen -na Normal : Minimal 60% sperma bergerak maju ke depan atau
minimal 8 juta spenna per-mL bergerak normal maju ke
depan.
Abnormal : Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan
menyebabkan masalah fertilitas.
pH Normal pH of 7.1-8.0
Abnonnal : pH yang tinggi atau lebih rendah dapat
mengganggu penetrasi
Sel darah putih Nonnal : Tidak ada sel darah putih atau bakteri.
A bnon -na l : Ba kte r i da n se l da r a h put ih yg ba nya k
menunjukkan adanya infeksi.
Kadar fruktosa Normal : 300 mg per 100 mL ejakulat
Abnormal :Tidak adanya fruktosa memperlihatkan tidak
adanya vesikula seminalis atau blokade pada organ ini.
Tabel 2.1. Komponen Analisis Sperma
atau tingginya
Jika diternukan jumlah sperrna yang rendah
abnorrnalitas, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pengukuran kadar
horm.on: testosteron, luteinizing hormone (LH), follicle stimulating hormone -

(FSH), a t a u h o r m o n p r o l a k t i n . J u g a d i l a k u k a n b i o p s i t e s t i s ( z a k a r ) d a l a m
kondisi yang sangat ekstrim (steril misalnya).
■ Kultur serviks untuk mikoplasma, ureaplasma dan klarnidia.
23
Pemeriksaan lain dilakukan setelah pemeriksaan rutin ini didapatkan penemuan

Yang positif, yaitu :


A . Fak to r Genetik
Bila ditemukan adanya tanda-tanda abnormalitas darigenetik maka perlu
dilakukan konsultasi terhadap ahli genetik. Perlu dilakukan konseling terhadap
pasangan karena perneriksaan dari keadaan ini memerlukanbiaya yang besar,
7
selain itu kemungkinan untuk terjadinya kehamilanyang normal kecil.
B. Abnormalitas Hormonal
Pemeriksaan bagi wanita tanpa adanya gejala atau riwayat diabetes
mellitus tidak perlu dilakukan. Pengendalian kadar gula darah yang optimal
sebelum kehamilan merupakan cara untuk keberhasilan kehamilan.
Pemeriksaan tiroid secara rutin juga belum dapat mendeteksi gangguan fungsi
tiroid. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan apabila telah ditemukan adanya
gejala gangguan tiroid. 4
C . In fek si Salu ran Reproduk si
Mengenai penatalaksanaan infeksi saluran reproduksi ini tentusaja disesuaikan
dengan jenis organisme yang menginfeksi. Belum ditemukan perlunya
dilakukan imunisasi kecuali pada kasus penyakit rubella. 7

D . Imunologi
Pemeriksaan anticardiolipin harus dilakukan pada semua wanita dengan
riwayat abortus berulang. Tanpa pengobatan hanya didapatkan 1 0 - 15%
kehamilan yang berhasil. Pengobatan dengan aspirin dosis rendah (75
rng/har • ) atau heparin dosis rendah (5000 -10000 unit tiap 12 jam) telah
dilakukan dan menunjukkan adanya perbaikan pada kehamilan baik itu
dipergunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi. Tetapi pemakaian obat -
obatan ini rnerniliki risiko. Heparin jangka panjang diketahui dapat
menyebabkan osteoporosis, dan aspirin dapat menimbulkan perdarahan

gastrointestina1.417
4
,

BAB 111

SIMPULAN

 Blighted ovilm adalah salah satu kehamilan patologi, di mana mudigah tidak
terbentuk sejak awal kehamilan namun kantung gestasi tetap terbentuk.
 Penyebab dari blighted ovuin merupakan kelainan kromosom, kelainan
pembelahan sel dan kelainan ovum serta sperma. Serta dihubungkan dengan
permasalahan lain yang beragam atau gabungan berbagai factor.
■ Diagnosis BO ditegakkan dengan USG. Gambaran plasenta pada b l i g h t e d
ovum adalah villi yang hipovaskular, fibrosis, trombosis, i n fa rk , membrane

yang sedikit vakulosinsitial.


■ Penting untuk didapatkan inforrnasi mengenai keadaan pasien yang dapat
membantu dalam perawatan untuk kehamilan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

l e Deutchman M, Tubay AT. First Trimester Bleeding. American Faind y Phisician

2009; 79 (11)
2. Allison JL, Sherwood RS, Schust DJ. Management of first trisemester pregnancy

loss can be safely moved into the office. Department of Ohstetric and Gynecologr
university of Missouri. 2011;4(1): 5-14.
3. Shekoohi S, Mojarrad M, Raoofian R, Amadzaeh S, Mirzale S Nazarabadi
MH. Chromosomal study couples with history of reccuren spontanous
abortions with diagnosed bighted ovum. Mashhad Universiy Iran. 2013. 2(4)
4, Baghmani F, Mirzae s, Nazarabadi MH. Association between heteromorphism
of chromosom 9 an reccurent abortion (ultrasound diagnosed blighted ovurn):
a case report. Iran J Reprod Med .2014; 12(5) pp: 357-360
5. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham
FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22" ed. New York: McGraw -

Hill; 2008:298-325
6. Porter Fr Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth's Obstetric and ,

Gynecology 10 th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61-70


7. Saifuddin BA. 2014. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono : Jakarta. pp 574-

579
8• Lana GG, Gulic T, Laskarin G, Haller H Rukavina D. Presence of gp96 both form of
Hs70 a nd their r cepors CD91 and TLR4 at maternal -fetal interface of blighted
p
ovum and missed abortio. Journal of Reproductive Immunology .2014; 40-60
Allen JC, Lie D, Ostbye T. Lifestyle Risk Factors
9. Tan TC, Neo GH, Malhotra R,
Associated w ith Threatened Miscarriage: A Case-Control Study. JF1V Reprod Med

Genet .2014. 2(2) Cadavid A. Role of male factor


10. Aura MG, Cardona -Maya W,
do antioxidants have any effect?.American Socierr.fi)r
Sharma R,
garwal A,
in early recurrent embryo2010o9ss.:A92 (2)

Reproductive Medlcutc.

Anda mungkin juga menyukai