REHABILITASI MEDIK
Oleh :
Arianty Nuretia R
G 000300
Pembimbing :
SURAKARTA
2008
1
STATUS PASIEN
I. ANAMNESA
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Krajan 02/01, Mojosongo, Jebres, Surakarta
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 17 April 2008
Tanggal Periksa : 24 April 2008
No RM : 01412353
B. Keluhan Utama
Kelemahan kedua tungkai bawah
2
dengan batuk berdahak warna putih. Kadang juga keluar dahak berwarna
kuning kental. Demam (-), keringat di malam hari (-), batuk darah (-).
Nafsu makan menurun sejak 5 hari SMRS. BAK dan BAB tidak ada
kelainan.
3
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum sedang, compos mentis E4V5M6, gizi kesan cukup.
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/85 mmHg
Nadi : 80x / menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 18x / menit
Suhu : 36,3º C per aksiler
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-)
D. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+),
pupil isokor (3mm/3mm)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
4
I. Leher
Simetris, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak membesar
J. Thorax
a. Retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
c. Paru
Inspeksi : kesan Barrel chest (+)
Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : sulit dievaluasi karena pasien terpasang ET
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), wheezing (-/-)
K. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
L. Ektremitas
Oedem Akral dingin
- - - -
- - - -
M. Status Psikiatri
5
Deskripsi Umum
1. Penampilan : Wanita, tampak sesuai umur, perawatan
diri cukup
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik : Normoaktif
4. Pembicaraan : normal
5. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata
cukup
Afek dan Mood
Afek : Appropiate
Mood : Normal
Gangguan Persepsi
Halusinasi : sde
Ilusi : sde
Proses Pikir
Bentuk : sde
Isi : sde
Arus : sde
Sensorium dan Kognitif
Daya konsentrasi : sde
Orientasi : Orang : sde
Waktu : sde
Tempat : sde
Daya Ingat : Jangka panjang : sde
Jangka pendek : sde
Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial sde
Insight : sde
N. Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : normal
Fungsi Vegetatif : terpasang DC
6
Nervus Cranialis : dalam batas normal
Fungsi Sensorik
- Rasa Eksteroseptik : suhu, nyeri, dan raba dalam batas normal
- Rasa Propioseptik : getar, posisi, dan tekan dalam batas normal
- Rasa Kortikal : Stereognosis, Barognosis dalam batas normal
O. Range of Motion
NECK
ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0 - 70º 0 - 70º
Ekstensi 0 - 40º 0 - 40º
Lateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60º
Lateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60º
Rotasi kanan 0 - 90º 0 - 90º
Rotasi kiri 0 - 90º 0 - 90º
7
MCP II-IV fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
DIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
PIP II-V fleksi 0-100º 0-100º 0-100º 0-100º
MCP I Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Trunk Right Lateral Bending 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º
Left Lateral Bending 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º
TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Thoracic group 5
Ektensor
Lumbal group 5
Rotator M. Obliquus Eksternus Abdominis 5
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
8
M. Biseps 5 5
M. Latissimus dorsi 5 5
Adduktor
M. Pectoralis mayor 5 5
M. Latissimus dorsi 5 5
Internal Rotasi
M. Pectoralis mayor 5 5
Eksternal M. Teres mayor 5 5
Rotasi M. Infra supinatus 5 5
M. Biseps 5 5
Fleksor
M. Brachilais 5 5
Elbow Eksternsor M. Triseps 5 5
Supinator M. Supinatus 5 5
Pronator M. Pronator teres 5 5
Fleksor M. Fleksor carpi radialis 5 5
Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5
Wrist
Abduktor M. Ekstensor carpi radialis 5 5
Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris 5 5
Fleksor M. Fleksor digitorum 5 5
Finger
Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5
9
GDS : 159 mg/dL AGD: PH : 7,214
Protein total : 6,6 g/dL PCO2 : 135,2 mmHg
Albumin : 3,2 g/dL PO2 : 89,8 mmHg
Globulin : 3,4 g/dL Hct : 45,9 %
Bilirubin total : 0,99 mg/dL CHCO3: 53,3 mmol/L
Bilirubin direk : 0,13 mg/dL CaCO2: 33,5 mmol/L
Bilirubin indirek : 0,86 mg/dL BE : 18,2 mmol/L
SGOT : 53 U/L SO2 : 95,2 %
SGPT : 151 U/L
Tanggal 13 Maret 2008
Protein total : 6,5 g/dL Natrium : 140 mmol/L
Albumin : 3,1 g/dL Kalium : 5,6
mmol/L
Globulin : 3,4 g/dL Calsium : 1,14 mmol/L
10
CTR < 50 %
Paru tampak emfisematik, kesan gambaran Honey Comb Appearance di
hemithorak kiri
IV. ASSESMENT
PPOK dengan bronkiektasis (BE) terinfeksi
Asidosis respiratorik
CPC dengan gagal napas tipe II
Sindroma sepsis
V. DAFTAR MASALAH
Masalah Medis :
- sesak napas dengan gagal napas tipe II
- asidosis respiratorik
- sindroma sepsis
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa
1.O2, ventilator
2. Infus RL 20 tpm
3. OBH syr 3 x C1
4. ambroxol 3 x I
5. metil prednisolon 20 mg/ 8jam
11
6. Nebu B : A = 16 : 16 6 jam
7. curcuma 3 x I
8. ciprofloxacin 200 mg/ 12jam
Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi
chest physical therapy:
- breathing control
- deep breathing
- latihan batuk
- chest expansion exercise
- postural drainage
VIII. GOAL
A. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat lama perawatan
B. Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasien
C. Mencegah komplikasi yang lebih buruk
12
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
PPOK
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
yang bersifat non reversibel atau reversibel parsial.
Epidemiologi
Insidensi pada pria > wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada wanita
meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita.
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan PPOK adalah:
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran napas atas/bawah
5. faktor familial dan genetik, yaitu defisiensi alfa-1 antitripsin yang diturunkan
secara autosomal resesif
Patofisiologi
13
Pada bronkitis kronis maupun emfisema terjadi penyempitan saluran napas.
Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak. Pada
bronkitis kronik, saluran pernapasan yang berdiameter kecil (< 2mm) menjadi
lebih sempit dan berkelok-kelok. Penyempitan ini terjadi karena metaplasi sel
goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi
kelenjar mukus. Pada emfisema paru, penyempitan saluran napas disebabkan
oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.
Diagnosis
Anamnesis: riwayat penyakit yang ditandai 3 gejala diatas dan faktor-faktor
resiko
Pemeriksaan Fisik :
- pasien biasanya tampak kurus dengan Barrel shaped chest
- fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada
- perkusi dada hipersonor, batas peru hati lebih rendah
- suara napas berkurang, ekspirasi memanjang, suara tambahan (ronkhi atau
wheezing)
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan radiologi
o pada bronkitis kronis, foto thoraks memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju
apeks paru dan corakan paru yang bertambah
o pada emfisema, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan
gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan pembuluh
darah pulmonal, dan penambahan cortakan ke distal
2. Pemeriksaan fungsi paru
3. Pemeriksaan gas darah
14
4. Pemeriksaan EKG
5. Pemeriksaan Laboratorium darah (gambaran leukositosis)
Penatalaksanaan
1. Pencegahan: mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut dengan:
o antibiotik
o terapi oksigen
o chest fisioterapi
o bronkodilator
3. Terapi jangka panjang dengan:
- antibiotik
- bronkodilator
- latihan fisik untuk meningkatkan toleransi fisik
- mukolitik dan ekspektoran
- terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II
dengan PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg)
- Rehabilitasi: a. chest fisioterapi
b. psikoterapi
c. rehabilitasi pekerjaan
15