Anda di halaman 1dari 25

Presentasi Kasus

REHABILITASI MEDIK
LAKI-LAKI USIA 66 TAHUN DENGAN HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

DISUSUN OLEH :
Rosyidah Zahro
G992003131

PEMBIMBING:
Dr. dr. Noer Rachma, Sp.KFR (K)

PERIODE
5 April s.d. 18 April 2021

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan kepaniteraan klinik
bagian Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret - RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.

Presentasi Kasus dengan judul :


LAKI-LAKI USIA 66 TAHUN DENGAN HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

Hari, tanggal : Rabu, 14 April 2021

Disusun oleh :
Rosyidah Zahro
G992003131

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus,

Dr. Noer Rachma, dr., Sp.KFR (K)


NIP. 19550628 198312 2 003

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Tanggal lahir/ Usia : 28 Agustus 1954/66 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Parkit I/34 RT/RW : 003/004 Mangkubumen
Banjarsari Surakarta Jawa Tengah
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pengamen
Suku/ ras : Jawa
No. RM : 0153xxxx
Tanggal Masuk : 6 April 2021
Tanggal Pemeriksaan : 6 April 2021

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang seorang diri ke Poli Rehabilitasi Medik RSUD DR.
Moewardi dengan keluhan nyeri pada punggung bawah. Keluhan nyeri
dirasakan menjalar ke kedua kaki dan nyeri pada kaki kanan dirasa lebih
berat. Keluhan nyeri sudah dirasakan sejak tahun 2007 dan memberat dalam
3 tahun terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan nyeri memberat
dengan berjalan dan angkat beban dan berkurang dengan istirahat. Pasien
mengatakan bahwa tidak dapat berjalan jauh maksimal 50 m. Ketika naik
tangga pasien bertumpu pada kaki kiri dan ketika turun tangga bertumpu
pada kaki kanan. Pasien juga merasakan kesemutan pada kedua kaki. Pasien
tidak ada keluhan demam (-), pusing (-), batuk pilek (-). BAK dan BAB
dalam batas normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : tahun 2007, namun pasien baru periksa ke
rumah sakit pada tahun 2018 di RS Triharsi
Riwayat trauma : tahun 2007, jatuh ketika sedang memperbaiki
atap
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat hipertensi : (+), tidak terkontrol
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat tumor /keganasan : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat tumor/keganasan : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan dan Gizi
Pasien makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, dan lauk pauk. Pasien
memiliki riwayat kebiasaan merokok namun sudah berhenti sejak tahun 2003.
Pasien tidak ada riwayat mengonsumsi alkohol. Riwayat berolahraga diakui
pasien sangat jarang dilakukan.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pengamen. Pasien berobat ke RSUD Dr.
Moewardi dengan menggunakan jaminan kesehatan BPJS.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, GCS E4V5M6.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tekanan darah : 167/82 mmHg
Nadi : 87 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,9oC
VAS : 3-4
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 154 cm
IMT : 26 (Obesitas tipe 1)
3. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechiae (-), spider naevi (-), striae
(-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
4. Kepala
Mesocephal, simetris, deformitas (-), hematom (-)
5. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+/+), pupil isokor(3mm/3mm),oedem palpebra(-/-), sekret (-/-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
7. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, stomatitis (-), gusi
berdarah (-)
9. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-)
10. Thoraks
1. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
c. Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
d. Auskultasi : BJI BJII normal, reguler, bising(-)
2. Paru
a. Inspeksi : Pengembangan dada kanan=kiri, retraksi(-)
b. Palpasi : Fremitus kanan=kiri
c. Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
d. Auskultasi : Suara dasar vesikuler(+)
11. Trunk
Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)
Tanda Patrick/Fabere : (+/+)
Tanda Anti Patrick : (+/+)
Tanda Laseque/SLR : (+/+)
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sama dengan dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas
Akral
Oedem
Dingin
- - - -
- - - -

Pemeriksaan status lokalis pada regio ekstremitas inferior dextra et


sinistra
Inspeksi : kemerahan(-/-), deformitas(-/-), nyeri gerak(+/+), sikatrik(-/-),
atrofi(-/-)
Palpasi : suhu teraba dalam batas normal, nyeri tekan(-/-), krepitasi(-/),
massa tumor(-/-), oedem(-/-), akral dingin(-/-)
ROM : keterbatasan ROM (-/-)

Pemeriksaan kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis

Kekuatan Tonus RF RP
555 555 N N +2 +2 - -
555 555 N N +3 +2 - -

14. Status Psikiatri


i. Deskripsi Umum
a. Penampilan : Laki-laki, tampak sesuai umur, berpakaian pantas,
perawatan diri cukup
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Perilaku dan aktivitas motorik : Normoaktif
d. Pembicaraan : Sesuai isi pikir
e. Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif, kontak mata(+)
ii. Mood dan Afek
a. Mood : eutimik
b. Afek : luas
iii. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi :-
b. Ilusi :-
iv. Proses Pikir
a. Bentuk : realistis
b. Isi : waham(-)
c. Arus : koheren
v. Sensorium dan Kognitif
a. Konsentrasi : konsentrasi penuh
b. Orientasi : orientasi orang, tempat, dan waktu baik
c. Daya ingat : daya ingat jangka pendek dan panjang baik
vi. Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial dalam batas normal
vii. Insight : 6

15. Status Neurologis


1. Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
2. Fungsi luhur : dalam batas normal
3. Fungsi vegetative : dalam batas normal
4. Fungsi sensorik
 Rasa eksteroseptik : suhu, nyeri dan raba dalam batas normal
 Rasa propioseptik : getar, posisi dan tekanan dalam batas normal
 Rasa kortikal : stereognosis, barognosis dalam batas normal
5. Fungsi motorik dan refleks
Kekuatan Tonus RF RP
555 555 N N +2 +2 - -
555 555 N N +3 +2 - -

6. Nervus Cranialis
 Nn II,III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), tidak ada ptosis
 Nn III,IV,VI : gerakan bola mata dalam batas normal
 Nn VII, XII : wajah tampak simetris, tidak ditemukan deviasi lidah

16. Pemeriksaan Range of Motion (ROM)

Neck ROM Pasif ROM Aktif


Fleksi 0-700 0-700
Ekstensi 0-400 0-400
Lateral bending kanan 0-600 0-600
Lateral bending kiri 0-600 0-600
Rotasikanan 0-900 0-900
Rotasikiri 0-900 0-900
Back ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0-600 0-600
Ekstensi 0-250 0-250
Lateral fleksi kanan 0-250 0-250
Lateral fleksi kiri 0-250 0-250

Ekstremitas Superior ROM pasif ROM aktif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Shoulder Fleksi 0-900 0-900 0-900 0-900


Ekstensi 0-300 0-300 0-300 0-300
Abduksi 0-1800 0-1800 0-1800 0-1800
Adduksi 0-450 0-450 0-450 0-450
External 0-450 0-450 0-450 0-450
Rotasi
Internal 0-550 0-550 0-550 0-550
Rotasi
Elbow Fleksi 0-800 0-800 0-800 0-800
Ekstensi 5-00 5-00 5-00 5-00
Pronasi 0-900 0-900 0-900 0-900
Supinasi 900-0 900-0 900-0 900-0
Wrist Fleksi 0-900 0-900 0-900 0-900
Ekstensi 0-700 0-700 0-700 0-700
Ulnar 0-300 0-300 0-300 0-300
deviasi
Radius 0-200 0-200 0-200 0-200
deviasi
Finger MCP I 0-500 0-500 0-500 0-500
fleksi
MCP II-IV 0-900 0-900 0-900 0-900
fleksi
DIP II-V 0-900 0-900 0-900 0-900
fleksi
PIP II-V 0-1000 0-1000 0-1000 0-1000
fleksi
MCP I 0-00 0-00 0-00 0-00
ekstensi

Ekstremitas Inferior ROM pasif ROM aktif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Hip Fleksi 0-1000 0-1000 0-1000 0-1000

Ekstensi 0-300 0-300 0-300 0-300

Abduksi 0-300 0-300 0-300 0-300

Adduksi 300-00 30-00 300-00 300-00

Eksorotasi 0-450 0-450 0-450 0-450

Endorotasi 0-350 0-350 0-350 0-350

Knee Fleksi 0-1350 0-1350 0-1350 0-1350

Ekstensi 00 00 00 00

Ankl Dorsofleksi 0-200 0-200 0-200 0-200


e Plantarfleksi 0-500 0-500 0-500 0-500

Eversi 0-200 0-200 0-200 0-200

Inversi 0-300 0-300 0-300 0-300

17. Manual Muscle Testing


Ekstremitas Superior Dextra Sinistra
Shoulder Flexor M.deltoideusantor 5 5
    M.biceps brachii 5 5
  Extensor M.deltoideusantor 5 5
    M.teres major 5 5
  Abduktor M.deltoideus 5 5
    M.biceps brachii 5 5
  Adduktor M.latissimus dorsi 5 5
    M.pectoralis major 5 5
  Rotasi internal M.latissimus dorsi 5 5

    M.pectoralis major 5 5
  Rotasieksterna M.teres major 5 5
l
    M.pronator teres 5 5
Elbow Flexor M.biceps brachii 5 5
    M.brachialis 5 5
  Extensor M.triceps brachii 5 5
  Supinator M.supinator 5 5
  Pronator M.pronator teres 5 5
Wrist Flexor M.flexor carpi 5 5
radialis
  Extensor M.extensor 5 5
digitorum
  Abduktor M.extensor carpi 5 5
radialis
  Adduktor M.extensor carpi 5 5
ulnaris
Finger Flexor M.flexor digitorum 5 5
  Extensor M.extensor 5 5
digitorum

Extremitas Inferior Dextra Sinistra


Hip Flexor M.psoas major 5 5
  Extensor M.gluteus 5 5
maximus
  Abduktor M.gluteusmediu 5 5
s
  Adduktor M.adductor 5 5
longus
Knee Flexor Hamstring 5 5
muscles
  Extensor M.quadriceps 5 5
femoris
Ankle Flexor M.tibialis 5 5
  Extensor M.soleus 5 5

18. Barthel Index


Aktivitas Tingkat kemandirian N Nilai
Bladder Kontinensia 10 10
Bowel Kontinensia 10 10
Toileting Independen 10 10
Kebersihan diri Independen 5 5
Berpakaian Independen 10 10
Makan Independen 10 10
Transfer/berpindah Independen 15 15
Mobilitas Independen 15 15
Naik turun tangga Independen 10 5
Mandi Independen 5 5
Total 100 95
Slight dependent
Kriteria hasil:
0-20 = total dependent
21-61 = severe dependent
62-90 = moderate dependent
91-99 = slight dependent
100 = independent
D. Pemeriksaan Penunjang
MRI Lumbosakral Polos Tanggal 1 April 2021

Kesan :
Bulging disc central setinggi level L1-2, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi Th12.
Bulging disc central setinggi level L2-3, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L1
Bulging disc central setinggi level L3-4, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L2
Bulging disc central setinggi level L4-5, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L3
Bulging disc central setinggi level L5-S1, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L4
- Lumbar neural foraminal stenosis grade 2:
Protrude paracentral zona foraminal kiri setinggi level L1-2, yang
menyempitkan foraminal neuralis kiri moderate, menekan exiting nerve root
setinggi level L1.
Protrude paracentral zona foraminal bilateral setinggi level L4-5, yang
menyempitkan foraminal neuralis kanan, menekan exiting nerve root setinggi
level L4.
Protrude paracentral zona foraminal kanan setinggi level L5-S1, yang
menyempitkan foraminal neuralis kanan, menekan exiting nerve root setinggi
level L5
- Schmorl’c node di superior endplate VTh 12, VL4 dan inferior endplate
VTh11, VL1, VL2, VL3, VL4, VL5.
- Bone marrow changes pada corpus VL1, L2, L3, L4, L5 dan VS1 (Modic 2).
- Loss of intense pada discus intervertebralis setinggi level Th 6-7, Th 7-8, Th
11-12, Th12-L1, L1-2, L2-3, L3-4, L4-5, L5-S1.
Paratorakolumbal muscle spasme
Hambatan parsial aliran liquor cerebrospinalis setinggi level Th11-12, Th12-L1,
L1-2, L2-3, L3-4, L4-5, L5-S1.

E. Assesment
1. Hernia Nukleus Pulposus
2. Low Back Pain Mekanik
3. Ichialgia bilateral

F. Daftar Masalah
1. Masalah medis
Hernia Nukleus Pulposus, Low Back Pain Mekanik, dan ischialgia bilateral.
2. Masalah Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi : pasien merasakan nyeri pada punggung bawah
b. Speech terapi : tidak ada
c. Okupasi terapi : tidak ada
d. Sosiomedik : tidak ada
e. Ortesa-protesa : memerlukan alat fiksasi torakolumbal
f. Psikologi : tidak ada

G. Impairment, Disability, Handicap


 Impairment
Hernia Nukleus Pulposus, Low Back Pain Mekanik, dan ischialgia bilateral.
 Disability
ADL pasien menurut Index Barthel memiliki nilai 95 yang berarti slight
dependent.
 Handicap
Peran pasien dalam kegiatan sosial seperti kegiatan rapat RT menjadi terganggu
karena pasien tidak dapat berjalan jauh. Jika ingin berpergian jauh pasien
menggunakan sepeda. Pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, mencuci,
dan menjemur pakaian menjadi terganggu.

H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak diberikan
2. Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi : Infrared dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation) pada thoracolumbal, back exercise
b. Okupasi Terapi : tidak dilakukan
c. Terapi Wicara : tidak dilakukan
d. Sosiomedik : tidak dilakukan
e. Ortesa-protesa : TLSO (Thoraco Lumbal Sacral Orthosis) Semirigid
f. Psikologi : tidak dilakukan

I. Planning
1. Planing Diagnostik : Tidak ada
2. Planing Terapi : Fisioterapi dan Ortotik Prostetik
3. Planing Edukasi :
 Penjelasan mengenai penyakit pada pasien
 Penjelasan tujuan pemeriksaan dan terapi yang dilakukan
 Edukasi untuk home exercise dan ketaatan dalam melakukan terapi
 Dianjurkan untuk mengurangi aktivitas berat yang dapat memperparah kondisi
pasien saat ini
4. Planing Monitoring : Evaluasi hasil terapi
J. Tujuan
1. Jangka Pendek
Mengurangi nyeri pada punggung bawah pasien dan meningkatkan serta
memelihara kekuatan otot pasien
2. Jangka Panjang
Membantu meningkatkan kualitas hidup pasien

K. Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad sanam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hernia Nukleus Pulposus


Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke
dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas
sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).

Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu nukleus pulposus


yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk
oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan
pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada
daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini
biasa berhubungan dengan beberapa cedera pada tulang belakang atau oleh
tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/
mengangkat tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi
pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi
kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja,
tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun.
Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di
bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya
sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto
roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan
radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya
nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back pain”sub kronik atau
kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
khokalgia atau siatika

B. Etiologi dan Patofisiologi


Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel
kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus
bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar dibawah tekanan dan
menggelembungkan annulus fibrosus.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi
berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral.
Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena. HNP
dapat dibagi menjadi:
1.HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi
urine.
2.HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah antara pantat
dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Ditempat itu juga akan terasa nyeri
tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif.
Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah,
bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas
ada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada
percobaan lasegue atau test mengangkat tungkai yang lurus (straigh leg raising)
yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan
dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda laseque positif). Valsava
dan nafsinger akan memberikan hasil positif.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus

intervertebralis adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya


anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-
kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul
sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus
pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
Apabila trauma pada medula spinalis terjadi secara mendadak, maka dapat
terjadi renjatan spinal (spinal shock). Pada anak-anak fase ini terjadi lebih singkat
dibandingkan orang dewasa yakni kurang dari 1 minggu. Ada 3 faktor yang
mungkin berperan dalam mekanisme syok spinal yaitu: hilangnya fasilitas traktus
desendens, inhibisi dari bawah yang menetap pada reflex ekstensor, dan
degenerasi aksonal interneuron.
Fase renjatan spinal berdasarkan gambaran klinisnya dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Syok spinal atau Arefleksia
Sesaat setelah trauma, fungsi motorik di bawah tingkat lesi hilang, otot
flaksid, reflex hilang, paralisis atonik vesika urinaria dan kolon, atonia
gaster dan hipestesia. Dijumpai juga hilangnya tonus vasomotor, keringat
dan piloereksi serta fungsi seksual.
b. Aktivitas refleks yang meningkat
Setelah beberapa minggu respons refleks terhadap rangsang mulai
timbul, mula-mula lemah makin lama makin kuat. Secara bertahap muncul
refleks fleksi yang khas yaitu tanda Babinsky dan fleksi tripel (gerak
menghindar dari rangsang dengan mengadakan fleksi pada sendi
pergelangan kaki, sendi lutut, dan sendi pangkal paha).

1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, biasanya oleh kejadian cidera
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma
adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada
ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat
atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering
kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior.
Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau
menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis
vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai
pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun
atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5
dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar
posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini
menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan
mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalanya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia
dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat
kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut
love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi).
Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami
trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang
paling utama.

C. Gejala Klinis
1. Hernia Lumbosacralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga
kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal
pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan
disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini
disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri
radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri
tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis
yang prolaps terdiri :
1.  Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2.  Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3.  Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :


1.  Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan
tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan
Bragard yang positif.
Gejala-gejala radikuler lokasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas
dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari
muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
2. Hernia Servikalis
-     Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
-     Atrofi di daerah biceps dan triceps
-     Refleks biceps yang menurun atau menghilang
-     Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
3. Hernia Thorakalis
-     Nyeri radikal
-     Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
paraparesis
-     Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

D. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan gambaran
radiologis. Ada adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berualangkali,
timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya
herniasi. Gambaran radiologis dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis,
penyempitan intervertebral, “spur formation” dan perkapuran dalam diskus. Jika
gambaran radiologik tidak jelas, maka sebaiknya dilakukan punksi lumbal yang
biasanya menunjukkan protein yang meningkat tapi masih dibawah 100 mg %.
Diagnosa pada hernia intervertebral, kebocoran lumbal dapat ditemukan
secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat
dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, testnya tidak
dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan
suatu lokalisasi yang akurat.
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh
trauma dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat
pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan. Jika terdapat kaku pada
punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot, biasanya diberikan.
Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik
seperti diazepam.
2. Rehabilitasi
a. Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan jika anulus fibrosis masih utuh
(intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
b. Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan
trankuilizer.
c. Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan
neurologis, indikasi operasi.
d. Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan
mengangkat benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
e. Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset
dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan
perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
f. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres
dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan
kompres panas maupun dingin.
g. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada
NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada
diskus serta dapat mengurangi spasme.
h. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain
berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara
fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
i. Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai
sikap tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
c. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif
adanya gangguan neurologis. Bilamana penderita HNP dioperasi yang akan
memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Pilihan operasi lainnya
meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of nucleated disk
melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray dan
chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin
yang menonjol.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, Jilid III, FKUI 2014. 3197 – 3209.
Chusid, IG. 1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta :
Gajahmada University Press.
Harison. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume IV. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta. 2000. 1633 – 1638
Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta: Gajahmada University
Press.
Priguna Sidharta. 1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat.
Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
Simadibrata, 1999. Pedoman Diagnostik dan Terapi dibidang Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 1999. Hal:45-68.
Teoli, D. & An, J. 2020. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). StatPearls
Publishing, 1(1).
Vance, C. G., Dailey, D. L., Rakel, B. A., & Sluka, K. A. (2014). Using TENS for pain
control: the state of the evidence. Pain management, 4(3), 197–209.
https://doi.org/10.2217/pmt.14.13

Anda mungkin juga menyukai