REHABILITASI MEDIK
LAKI-LAKI USIA 66 TAHUN DENGAN HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
DISUSUN OLEH :
Rosyidah Zahro
G992003131
PEMBIMBING:
Dr. dr. Noer Rachma, Sp.KFR (K)
PERIODE
5 April s.d. 18 April 2021
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan kepaniteraan klinik
bagian Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret - RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
Disusun oleh :
Rosyidah Zahro
G992003131
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Tanggal lahir/ Usia : 28 Agustus 1954/66 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Parkit I/34 RT/RW : 003/004 Mangkubumen
Banjarsari Surakarta Jawa Tengah
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pengamen
Suku/ ras : Jawa
No. RM : 0153xxxx
Tanggal Masuk : 6 April 2021
Tanggal Pemeriksaan : 6 April 2021
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang seorang diri ke Poli Rehabilitasi Medik RSUD DR.
Moewardi dengan keluhan nyeri pada punggung bawah. Keluhan nyeri
dirasakan menjalar ke kedua kaki dan nyeri pada kaki kanan dirasa lebih
berat. Keluhan nyeri sudah dirasakan sejak tahun 2007 dan memberat dalam
3 tahun terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan nyeri memberat
dengan berjalan dan angkat beban dan berkurang dengan istirahat. Pasien
mengatakan bahwa tidak dapat berjalan jauh maksimal 50 m. Ketika naik
tangga pasien bertumpu pada kaki kiri dan ketika turun tangga bertumpu
pada kaki kanan. Pasien juga merasakan kesemutan pada kedua kaki. Pasien
tidak ada keluhan demam (-), pusing (-), batuk pilek (-). BAK dan BAB
dalam batas normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : tahun 2007, namun pasien baru periksa ke
rumah sakit pada tahun 2018 di RS Triharsi
Riwayat trauma : tahun 2007, jatuh ketika sedang memperbaiki
atap
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat hipertensi : (+), tidak terkontrol
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat tumor /keganasan : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat tumor/keganasan : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan dan Gizi
Pasien makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, dan lauk pauk. Pasien
memiliki riwayat kebiasaan merokok namun sudah berhenti sejak tahun 2003.
Pasien tidak ada riwayat mengonsumsi alkohol. Riwayat berolahraga diakui
pasien sangat jarang dilakukan.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pengamen. Pasien berobat ke RSUD Dr.
Moewardi dengan menggunakan jaminan kesehatan BPJS.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, GCS E4V5M6.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tekanan darah : 167/82 mmHg
Nadi : 87 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,9oC
VAS : 3-4
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 154 cm
IMT : 26 (Obesitas tipe 1)
3. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechiae (-), spider naevi (-), striae
(-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
4. Kepala
Mesocephal, simetris, deformitas (-), hematom (-)
5. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+/+), pupil isokor(3mm/3mm),oedem palpebra(-/-), sekret (-/-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
7. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, stomatitis (-), gusi
berdarah (-)
9. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-)
10. Thoraks
1. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
c. Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
d. Auskultasi : BJI BJII normal, reguler, bising(-)
2. Paru
a. Inspeksi : Pengembangan dada kanan=kiri, retraksi(-)
b. Palpasi : Fremitus kanan=kiri
c. Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
d. Auskultasi : Suara dasar vesikuler(+)
11. Trunk
Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)
Tanda Patrick/Fabere : (+/+)
Tanda Anti Patrick : (+/+)
Tanda Laseque/SLR : (+/+)
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sama dengan dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas
Akral
Oedem
Dingin
- - - -
- - - -
Kekuatan Tonus RF RP
555 555 N N +2 +2 - -
555 555 N N +3 +2 - -
6. Nervus Cranialis
Nn II,III : pupil isokor (3mm/3mm), RCL (+/+), tidak ada ptosis
Nn III,IV,VI : gerakan bola mata dalam batas normal
Nn VII, XII : wajah tampak simetris, tidak ditemukan deviasi lidah
Ekstensi 00 00 00 00
M.pectoralis major 5 5
Rotasieksterna M.teres major 5 5
l
M.pronator teres 5 5
Elbow Flexor M.biceps brachii 5 5
M.brachialis 5 5
Extensor M.triceps brachii 5 5
Supinator M.supinator 5 5
Pronator M.pronator teres 5 5
Wrist Flexor M.flexor carpi 5 5
radialis
Extensor M.extensor 5 5
digitorum
Abduktor M.extensor carpi 5 5
radialis
Adduktor M.extensor carpi 5 5
ulnaris
Finger Flexor M.flexor digitorum 5 5
Extensor M.extensor 5 5
digitorum
Kesan :
Bulging disc central setinggi level L1-2, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi Th12.
Bulging disc central setinggi level L2-3, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L1
Bulging disc central setinggi level L3-4, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L2
Bulging disc central setinggi level L4-5, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L3
Bulging disc central setinggi level L5-S1, yang menyempitkan thecal sac dan
menekan transvering nerve root bilateral setinggi L4
- Lumbar neural foraminal stenosis grade 2:
Protrude paracentral zona foraminal kiri setinggi level L1-2, yang
menyempitkan foraminal neuralis kiri moderate, menekan exiting nerve root
setinggi level L1.
Protrude paracentral zona foraminal bilateral setinggi level L4-5, yang
menyempitkan foraminal neuralis kanan, menekan exiting nerve root setinggi
level L4.
Protrude paracentral zona foraminal kanan setinggi level L5-S1, yang
menyempitkan foraminal neuralis kanan, menekan exiting nerve root setinggi
level L5
- Schmorl’c node di superior endplate VTh 12, VL4 dan inferior endplate
VTh11, VL1, VL2, VL3, VL4, VL5.
- Bone marrow changes pada corpus VL1, L2, L3, L4, L5 dan VS1 (Modic 2).
- Loss of intense pada discus intervertebralis setinggi level Th 6-7, Th 7-8, Th
11-12, Th12-L1, L1-2, L2-3, L3-4, L4-5, L5-S1.
Paratorakolumbal muscle spasme
Hambatan parsial aliran liquor cerebrospinalis setinggi level Th11-12, Th12-L1,
L1-2, L2-3, L3-4, L4-5, L5-S1.
E. Assesment
1. Hernia Nukleus Pulposus
2. Low Back Pain Mekanik
3. Ichialgia bilateral
F. Daftar Masalah
1. Masalah medis
Hernia Nukleus Pulposus, Low Back Pain Mekanik, dan ischialgia bilateral.
2. Masalah Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi : pasien merasakan nyeri pada punggung bawah
b. Speech terapi : tidak ada
c. Okupasi terapi : tidak ada
d. Sosiomedik : tidak ada
e. Ortesa-protesa : memerlukan alat fiksasi torakolumbal
f. Psikologi : tidak ada
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak diberikan
2. Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi : Infrared dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation) pada thoracolumbal, back exercise
b. Okupasi Terapi : tidak dilakukan
c. Terapi Wicara : tidak dilakukan
d. Sosiomedik : tidak dilakukan
e. Ortesa-protesa : TLSO (Thoraco Lumbal Sacral Orthosis) Semirigid
f. Psikologi : tidak dilakukan
I. Planning
1. Planing Diagnostik : Tidak ada
2. Planing Terapi : Fisioterapi dan Ortotik Prostetik
3. Planing Edukasi :
Penjelasan mengenai penyakit pada pasien
Penjelasan tujuan pemeriksaan dan terapi yang dilakukan
Edukasi untuk home exercise dan ketaatan dalam melakukan terapi
Dianjurkan untuk mengurangi aktivitas berat yang dapat memperparah kondisi
pasien saat ini
4. Planing Monitoring : Evaluasi hasil terapi
J. Tujuan
1. Jangka Pendek
Mengurangi nyeri pada punggung bawah pasien dan meningkatkan serta
memelihara kekuatan otot pasien
2. Jangka Panjang
Membantu meningkatkan kualitas hidup pasien
K. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, biasanya oleh kejadian cidera
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma
adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada
ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat
atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering
kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior.
Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau
menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis
vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai
pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun
atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5
dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar
posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini
menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan
mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalanya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia
dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat
kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut
love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi).
Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami
trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang
paling utama.
C. Gejala Klinis
1. Hernia Lumbosacralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga
kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal
pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan
disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini
disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri
radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri
tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis
yang prolaps terdiri :
1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks
D. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan gambaran
radiologis. Ada adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berualangkali,
timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya
herniasi. Gambaran radiologis dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis,
penyempitan intervertebral, “spur formation” dan perkapuran dalam diskus. Jika
gambaran radiologik tidak jelas, maka sebaiknya dilakukan punksi lumbal yang
biasanya menunjukkan protein yang meningkat tapi masih dibawah 100 mg %.
Diagnosa pada hernia intervertebral, kebocoran lumbal dapat ditemukan
secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat
dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, testnya tidak
dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan
suatu lokalisasi yang akurat.
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh
trauma dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat
pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan. Jika terdapat kaku pada
punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot, biasanya diberikan.
Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik
seperti diazepam.
2. Rehabilitasi
a. Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan jika anulus fibrosis masih utuh
(intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
b. Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan
trankuilizer.
c. Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan
neurologis, indikasi operasi.
d. Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan
mengangkat benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
e. Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset
dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan
perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
f. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres
dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan
kompres panas maupun dingin.
g. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada
NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada
diskus serta dapat mengurangi spasme.
h. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain
berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara
fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
i. Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai
sikap tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
c. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif
adanya gangguan neurologis. Bilamana penderita HNP dioperasi yang akan
memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Pilihan operasi lainnya
meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of nucleated disk
melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray dan
chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin
yang menonjol.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, Jilid III, FKUI 2014. 3197 – 3209.
Chusid, IG. 1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta :
Gajahmada University Press.
Harison. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume IV. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta. 2000. 1633 – 1638
Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta: Gajahmada University
Press.
Priguna Sidharta. 1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat.
Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
Simadibrata, 1999. Pedoman Diagnostik dan Terapi dibidang Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 1999. Hal:45-68.
Teoli, D. & An, J. 2020. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). StatPearls
Publishing, 1(1).
Vance, C. G., Dailey, D. L., Rakel, B. A., & Sluka, K. A. (2014). Using TENS for pain
control: the state of the evidence. Pain management, 4(3), 197–209.
https://doi.org/10.2217/pmt.14.13