CASE REPORT
PENYUSUN:
Shofiana Fajrin Hanifa, S. Ked. J510215016
Dwi Hanif Mustofa., S. Ked. J510215041
PEMBIMBING:
dr. Farhat, Sp.OT, M.Kes
Menyetujui,
Pembimbing
ii
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 57 Tahun
Alamat : Dukuh Tatakan, Mlarak
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal masuk RS : 25 Maret 2021
Tanggal pemeriksaan : 30 Maret 2021
II. ANAMNESA
A. Keluhan utama : Nyeri paha kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Harjono Ponorogo pada jam 22.43. Pasien
datang dengan keluhan nyeri pada paha kiri. Pasien tidak dapat berdiri dan
diangkat keluarga. Keluarga pasien mengaku mendengar suara kretek
kretek saat mengangkat pasien.
Pasien terjatuh pada pukul 20.00 WIB, dengan kaki kiri masuk ke
selokan kemudian ditolong oleh keluarga. Saat pasien diangkat keluarga
mendengar kretek-kretek dan melihat adanya bengkak pada paha kiri.
Kemudian keluarga mengantar pasien ke RSUD dr. Harjono Ponorogo jam
22.40
1
Nyeri awal gerakan (-)
Pasien tidak mengeluh adanya nyeri dibagian tubuh lain, pusing (-),
demam (-), mual (-), muntah (-), sesak napas (-), nyeri dada (-), nyeri
perut (-), BAB lancar, BAK lancar.
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan di Bangsal Delima RSUD Dr. Harjono pada tanggal
25 Maret 2021.
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 112x/menit, regular
RR : 20x/menit regular
Suhu : 36,60C
SPO2 : 98%
C. Status Generalis
1. Kepala
Normocepal, jejas (-) hematom (-) luka (-) nyeri tekan (-) di regio
temporal dextra sinistra, udem (-)
2. Mata
Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-) reflek cahaya (+/+), isokor
(3mm/3mm)
3. Leher
pembesaran kelenjar limfe (-)
4. Thoraks
a. Pulmo:
Inspeksi : simetris, ketertinggalan gerak (-), jejas (-)
Palpasi : ketertinggalan gerak (-), fremitus normal
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V midclavicularis
sinistra
Perkusi : batas jantung
3
Batas jantung kiri
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah: SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas jantung kanan
Kanan atas: SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dextra
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, regular, bising (-), gallop
(-)
5. Abdomen
Inspeksi : jejas (-), distended (-), massa (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani (+), pekak hepar (+), pekak beralih (-),
undulasi (-)
Palpasi : supel (+), hepar dan lien tidak teraba, defans muscular
(-), nyeri tekan (-)
6. Ekstremitas
Superior : udem (-/-) luka (-/-), akral hangat (+/+), CRT <2 detik
(status lokalis)
Inferior : udem (+/-), luka (-/-), akral hangat (+/+), CRT <2
detik
D. STATUS LOKALIS
2. Look
Edema :+
Luka :-
bone exposure :-
Deformitas :+
4
Appearance Length : 79/80 cm
3. Feel
• Nyeri tekan :+
• Akral hangat :+
• Pulsasi
o arteri dorsalis pedis (+) reguler, sama kuat antara kanan dan kiri.
4. Move
• Krepitasi : (+)
Aktif :
Pasif :
V. PLANNING DIAGNOSTIK:
Foto Rhontgen regio femur sinistra
5
a. Foto Rongent pelvis
6
VII. Planing
1. Assesment:
Close Fraktur femur 1/3 distal sinistra
2. Terapi
-inj Santagesik 3 x 1
3. Monitoring
Observasi tanda nyeri
Observasi vital sign
Observasi tanda klinis
7
4. Edukasi
Rehabilitasi
Menggerakkan jari jari kaki
IX. Tatalaksana
- Reposisi tertutup Skin Traksi
- Reposisi terbuka ORIF
8
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi fraktur
Fraktur adalah hilangnya kontinuinitas tulang yang disebabkan oleh trauma dan
non trauma. Mungkin berupa retakan atau pecahnya korteks; namun lebih sering
berupa patahan komplit. Fragmen patahan tulang dapat berpindah atau tetap pada
tempatnya. Fraktur disebabkan oleh cedera,tekanan yang berulang serta melemahnya
tulang secara abnormal (fraktur patologis).
Sebagian besar patah tulang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan (overloading), bisa disebabkan oleh cidera langsung (direct injury)
maupuncidera tidak langsung (indirect injury). Pada cidera langsung, tulang akan
patah pada tempat terjadinya benturan, jika gaya yang diterima tulang terlalu besar
maka tulang dapat menjadi beberapa fragmen (kominutif) dengan kerusakan jaringan
yang lebih luas. Sedangkan pada cidera tidak langsung, akan ada jarak antara patahan
tulang dengan lokasi benturan.
Tipe fraktur tulang dibagi menjadi 2 yaitu fraktur komplit dan fraktur inkomplit.
Fraktur komplit merupakan patah tulang menjadi dua fragmen atau lebih. Termasuk
kedalam fraktur komplit yakni transverse (a), segmental (b) dan spiral (c). Fraktur
inkomplit merupakan patah tulang namun masih terdapat kontinuitas periosteum,
termasuk kedalam fraktur inkomplit yakni buckle (torus) (e) dan greenstick (f).
9
Klasifikasi fraktur tulang panjang menurut Müller yakni dengan membagi tulang
menjadi 3 segmen (proksimal, diafisis dan distal). Fraktur pada bagian diafisis dibagi
menjadi simple(b), wedge(c) dan complex (d). Sedangkan fraktur pada proksimal dan
distal dibagi menjadi extra-articular(e), partial articular(f)dan complete articular(g).
B. Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut [ CITATION Pri15 \l 1057 ] ada 3 yaitu:
1. Cidera atau benturan. Mekanisme cidera berupa low energy biasanya suatu trauma
tidak langsung dan menghasilkan luka “in out“ serta high energy dari trauma
langsung dan kerusakan jaringan sangat parah sesuai rumus fisika (Ek = ⅟₂ . m .
v2).
2. Fraktur patologik. Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah oleh karenatumor, kanker dan osteoporosis.
3. Fraktur beban. Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang
yang baru saja menambahtingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam
angkatan bersenjata atau orang- orangyang baru mulai latihan lari.
C. Fase Penyembuhan Fraktur
1. Fase Inflamasi
Jika salah satu tulang patah, maka seluruh jaringan lunak sekitarnya juga
rusak, termasuk periosteum dan otot sekitarnya, robek, dan banyak pembuluh
10
darah melintasi garis fraktur yang pecah. Sehingga terdapat hematoma pada
medullary canal, antara ujung fraktur, dan di bawah periosteum. Darah ini
cepat menggumpal dan membentuk bekuan. Osteosit kekurangan nutrisi dan
mati. Sehingga pada daerah fraktur tidak mengandung sel-sel hidup. Kerusakan
yang parah pada periosteum dan sumsum serta jaringan lunak sekitarnya juga
dapat berkontribusi sebagai bahan nekrotik pada daerah fraktur tersebut.
Karena begitu banyaknya bahan nekrotik dapat memunculkan respon inflamasi
akut langsung dan intens. Ada vasodilatasi luas dan eksudasi plasma, yang
mengarah ke edema akut terlihat pada daerah fraktur. Fase ini dapat
berlangsung selama 2-4 minggu. Secara perlahan fase ini akan berhenti
kemudian fase kedua dimulai dan secara bertahap menjadi pola dominan.
2. Fase Reparatif
Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah akan
membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang primitive
(osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas
akan mensekresi fosfat yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan
tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas,
bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu. Fusi dari
kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan terbentuknya
trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyeberangi
lokasi fraktur. Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Fase
ini berlangsung selama 1-2 bulan.
3. Fase Remodeling
Proses renovasi dilakukan oleh keseimbangan resorpsi kalus oleh
osteoklas, dan deposisi tulang pipih oleh osteoblas. Fase ini membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk meregenerasi tulang tersebut. Proses ini mungkin
terjadi lebih cepat pasien yang lebih muda. Agar remodeling tulang baik, maka
pasokan darah harus memadai dan meningkat secara bertahap. Hal ini jelas
ditunjukkan pada kasus di mana tidak memadai pasokan darahnya maka
berkembang menjadi atrophic fibrous non-union. Namun, dalam kasus di mana
ada vaskularisasi yang baik tetapi fiksasi tidak stabil, proses penyembuhan
11
berlangsung untuk membentuk kalus, tetapi hasilnya berupa hypertrophic non-
union atau pseudoarthrosis.
D. Anatomi Femur
12
membentuk articulation genu dengan bersendi dengan os tibia dan os patella.
Panjang os femur sekitar seperempat tinggi badan seseorang. Ujung superior
femur terdiri dari caput, collum, trochanter major dan minor. Femur proximal
berbentuk “bengkok” sehingga axis panjang caput dan collum berproyeksi ke
anteromedial terhadap corpus yang berorientasi oblik. Sudut inklinasi saat lahir
paling besar (hampir lurus) dan berkurang secara bertahap hingga sudut dewasa
tercapai.
Otot pada femur atau paha dibagi menjadi 3 kompartemen yaitu anterior atau
ekstensi, medial atau adduktor, dan posterior atau fleksor. Pada kompartemen
13
anterior paha terdapat M. pectineus, M. iliopsoas, M. Sartorius, dan M. quadriceps
femoris. Kompartemen ini diinervasi oleh nervus femoralis dan divaskularisasi oleh
A. femoralis dan cabangnya. Pada femoris medialis, kompartemen adduktor
diinervasi oleh nervus obturatorius dan divaskularisasi oleh A. profunda femoris, A.
obturatoria, A. femoralis simkumfleksa medialis dan rami perforantes. Kompartemen
medialis atau adduktor ini terdiri dari M. adductor longus, M. adductor brevis, M.
adductor magnus, M. gracilis, dan M. obturatorius eksternus. Tiga dari empat otot
pada kompartemen posterior femur adalah hamstring yang terdiri dari M.
semitendineus, M. semimembranosus dan M. biceps femoris. Kompartemen ini
dipersarafi oleh nervus ischiadikus dan otot-otot hamstring divaskularisasi oleh Aa.
perforantes dan V. perforantes.[ CITATION Moo17 \l 1057 ]
Gambar 3. Arteri femur
E. Anatomi Tulang Around Hip (Femur Proksimal)
Femur dapat dibagi menjadi 3 bagian: proksimal, median, dan distal. Bagian
proksimal terdiri dari kepala, leher, dan trochanter (Kadir, 2014). Kepala femur
terdapat dalam acetabulum pada pelvis. Kepala femur mempunyai ukuran yang
bervariasi tergantung proporsi IMT (Indeks Massa Tubuh) dan kira-kira berdiamater
kisaran 38-58 mm menutupi ligamen kartilago dengan rata-rata ketebalannya 3-4
mm2. [ CITATION Bab13 \l 1057 ].
Tulang around hip terdiri dari tiga tulang yang menyatu, ilium, ischium, dan
14
pubis. Terdapat rongga artikular yang berbentuk cangkir yang dinamakan
acetabulum, yang merupakan rongga pada sambungan kepala femur. Ilium melebar
ke arah superior, dan ischium merupakan bagian tulang yang paling pendek dan
paling kuat[CITATION Bah13 \l 1057 ]
Sendi panggul terdiri dari multiaxial-ball yang besar dan kantung sendi
sinovial yang dibungkus oleh kapsul artikularis yang tebal. Sendi panggul berguna
untuk mempertahankan keseimbangan dan memungkinkan pergerakan yang luas.
Setelah sendi bahu, sendi panggul merupakan sendi yang paling luas pergerakannya
dibandingkan dengan sendi-sendi lainnya. Selama berdiri, seluruh berat bagian atas
tubuh dipindahkan dari kepala dan leher ke femur. Lingkaran kepala dari femur
(kaput femoris) berhubungan dengan mangkuknya yang disebut asetabulum. Bagian
dalam asetabulum diisi oleh fibrokartilago labrum yang sangat kuat, yang memegang
kaput femoris, dan menutupi lebih dari setengah bagiannya. Kartilago sendi
menutupi seluruh kaput femoris, kecuali pada pit (fovea) yang merupakan tempat
untuk melekatnya ligamen pada kaput femoris.
Kapsul fibrosa yang kuat dan longgar memungkinkan pergerakan yang bebas
pada sendi panggul, mengikatkan asetabulum proksimal dan ligamen asetabular
transversal. Kapsul fibrosa mengikatkan bagian distal dengan collum femoris hanya
pada bagian anterior garis intertrokanter dan akar dari trokanter mayor. Di bagian
posterior, kapsul fibrosa menyilang ke collum proximal ke bagian atas intertrokanter
tanpa mengikatnya. Kapsul fibrosa yang tebal membentuk tiga ligamen sendi
panggul yaitu ligamen iliofemoral yang berbentuk Y, ligamen pubofemoral dan
ligamen ischiofemoral.
Sendi panggul juga ditunjang oleh femur dan otot yang menyilangi sendi.
Tulang dan otot adalah bagian paling kuat dan besar dari tubuh manusia. Panjang,
sudut dan lingkaran yang sempit dari collum femoris memungkinkan pergerakan
yang banyak pada sendi panggul. Fraktur terjadi ketika tekanan yang datang lebih
besar daripada kekuatan tulang. Garis intertrokanter adalah garis obliq yang
menghubungkan trokanter mayor dan trokanter minor, memisahkan collum femoris
dari batang femur. Fraktur panggul meliputi seluruh fraktur pada femur proximal,
mulai dari kepala sampai 4-5 cm dari area subtrokanter.
15
Gambar 2. Anatomi Fraktur Femur Proksimal
Leher femur terletak antara kepala femur dan batas anterior intertrochanter
dan puncak posterior intertrochanter. Leher femur membentuk sebuah sudut dengan
batang femur yang membentang bidang anteroposterior dari 125 o – 140o dan sudut
anteversi 10o – 15o pada bidang lateral. Tulang yang melingkupi leher femur
mempunyai susunan trabekula yang khas yang mana terorganisir ke medial dan
lateral pada system trabekula. Pola trabekula yang lebih kecil akan memperluas
bagian inferior pada area foveal melalui bagian kepala dan superior leher femur
kedalam trochanter dan kortek lateral [ CITATION Bab13 \l 1057 ].
Asetabulum yang berbentuk cangkir, berada di 1/3 bawah medial pada
ligamentum inguinal. Permukaan asetabular terdapat cincin kartilago yang tidak
lengkap, tebal dan luas Cikal bakal, 2/5 asetabulum berasal dari ilium, 2/5 dari
ichium dan 1/5 dari pubis.
F. Patofisiologi Fraktur Femur 1/3 Proksimal
1. Fraktur Collum Femur
Pada orang usia lanjut khususnya pada wanita, terjadi perubahan struktur
pada bagian ujung atas femur yang menjadi predisposisi untuk terjadinya
fraktur collum femur. Karena hilangnya tonus otot dan perubahan pada
collum femur dapat disebabkan karena lemahnya collum femur terhadap aksi
stress dari arah vertical dan rotasional yang terus-menerus, seperti ketika
16
ekstremitas bereksorotasi dan tubuh berotasi ke arah yang berlawanan. Pada
Fraktur collum femur terjadi akibat jatuh pada daerah trokhanter baik
karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi
seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan
rotasi. Pada kondisi osteoporosis insiden fraktur pada posisi ini tinggi
diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yaitu fraktur intrakapsular dan fraktur
ekstrakapsular.
1. Fraktur Intrakapsular
Fraktur intrakapsular disebut juga sebagai fraktur letak tinggi collum femur.
17
darahnya dan oleh karena itu, penyatuan kembali (union) fraktur sangatlah
sulit. Hal ini merupakan kejadian serius pada usia lanjut. Pada pasien yang
sangat tua dan lemah, hal ini akan mencetuskan terjadinya ketidakseimbangan
uremia, infeksi paru-paru, mendengkur saat tidur, ataupun akibat penyakit fatal
lainnya.
a. Fraktur Subcapital
b. Fraktur Transservikal
18
Gambar 4. Fraktur Transservikal
2. Fraktur Ekstrakapsular
daerah subtrochanter.
19
a. Fraktur Intertrochanter
b. Fraktur Subtrochanter
20
pada fraktur ini, antara lain:
Perdarahan dari patah tulang panjang dapat menjadi penyebab terjadinya syok
hipovolemik. Pasien dievaluasi dengan seksama dan lengkap. Ekstremitas sebisa
mungkin jangan digerakkan untuk mencegah kerusakan soft tissue pada area yang
cedera. Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.
1. Rekognisi
Melakukan diagnosa yang benar sehingga dapat membantu
penanganan fraktur.
2. Reduksi fraktur
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi bisa dilakukan secara tertutup,
terbuka dan traksi tergantung pada sifat fraktur namun prinsip yang
mendasarinya tetap sama.
a. Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang kembali keposisinya dengan manipulasi dan traksi
manual
b. Reduksi terbuka
Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan
21
pendekatan bedah dengan menggunakan alat fiksasi interna
dalam bentuk pin, kawat, plat sekrew digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan solid terjadi.
c. Traksi
Traksi digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Traksi adalah
pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh untuk
meminimalisasi spasme otot, mereduksi, mensejajarkan, serta
mengurangi deformitas.
Jenis – jenis traksi meliputi:
a) Traksi kulit : Buck traction, Russel traction, Dunlop traction
dapat menahan tarikan maksimal 5kg.
1. Komplikasi Awal
a. Syok Hipovolemik
22
Syok Hipovolemik merupakan penyebab tersering setelah terjadinya
fraktur pada tulang mayor, seperti pelvis dan femur. Frekuensi ini
darah dapat ditunjukan pada saat fraktur pelvis (1500-2000 ml), dan
otot, saraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia
23
kompartemen ditandai dengan nyeri yang hebat, parestesi, paresis,
pucat, disertai denyut nadi yang hilang. Secara anatomi sebagian besar
oleh trauma, terutama mengenai daerah tungkai bawah dan tungkai atas
2. Komplikasi lambat
avaskuler ini sering dijumpai pada kaput femoris, bagian proksimal dari
1057 ].
24
berkaratnya alat, respon alergi terhadap logam yang digunakan dan
25
Daftar Pustaka
26