Disusun oleh:
Jatniko Fadhilah
030.14.102
Pembimbing:
dr. Yudisman Imran, Sp.S
i
LEMBAR PENGESAHAN
Jatniko Fadhilah
030.14.102
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Yudisman Imran, Sp.S, selaku dokter pembimbing
ii
PENDAHULUAN
Low Back Pain (nyeri pinggang belakang) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari,
terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70 - 85 % dari seluruh populasi pernah
mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15 - 45 %,
dengan point prevalensi rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab
paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia < 45 tahun, urutan ke-2
untuk penyebab paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke-5 penyebab perawatan di
rumah sakit, dan penyebab paling sering untuk tindakan operasi.1
Data epidemiologi mengenai Low Back Pain di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita
nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18.2% dan pada wanita 13.6%. Insiden berdasarkan
kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar 3-17 %.2
Penyakit low back pain menjadi kasus yang sangat serius dan terus meningkat
sepanjang tahun pada masyarakat barat. Telah diketahui faktor-faktor penyebab,
patofisiologi, biomekanik, psikologis, dan faktor sosial tetapi teori yang memuaskan tentang
patogenesis belum seluruhnya diketahui.
Penyebab Low Back Pain bermacam-macam dan multifaktorial; banyak yang ringan,
namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Sebagian besar
low back pain dapat sembuh dalam waktu singkat, sehingga keluhan ini sering tidak
mendapatkan perhatian yang cukup mendalam. Oleh karena itu, kemungkinan penyebab yang
lebih serius tidak dikenali sedini mungkin. Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti serta analisis perasaan nyeri yang seksama dapat didiagnosis dengan tepat sedini
mungkin.3
Sebagian besar penderita Low Back Pain mengalami hernia nucleus pulposus (HNP)
dimana terjadi penekanan saraf spinal pada foramen intervertebrale sehingga menimbulkan
rasa nyeri segmental serta kelumpuhan partial dari otot yang diurus segmen tersebut.4
3
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : TNI
Agama : Islam
Keluhan Utama :
Nyeri pada pinggang sebelah kanan sejak sekitar 1 minggu sebelum masuk RS.
Pasien datang ke poli saraf Rumah Sakit TNI-AL Mintohardjo dengan keluhan nyeri
pinggang sejak 1 minggu sebelum masuk RS, Keluhan nyeri dirasa setelah pasien terpeleset
dan pinggang kanannya terbentur meja. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke tungkai kanan.
Nyeri dirasa semakin memberat sehingga pasien menjadi sulit untuk melakukan aktivitas dan
hanya menghabiskan waktunya beristirahat di tempat tidur. Nyeri pinggang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, Nyeri diperberat dengan batuk dan bersin, dan pasien merasakan nyeri
pinggang berkurang dengan berbaring. Pasien berobat dan meminum obat anti nyeri tetapi
tidak ada perubahan. Pasien tidak bisa berjalan, apabila menapak dirasakan nyeri, tidak ada
rasa baal atau kesemutan di daerah kaki kanan. Tidak ada riwayat demam sebelum nyeri
4
pinggang, tidak ada riwayat sakit paru-paru, buang air besar dan buang air kecil tidak ada
masalah.
Pasien baru merasakan nyeri seperti ini, sebelumnya tidak pernah. Tidak ada riwayat
Stroke, DM. Terdapat riwayat hipertensi.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang serupa. Riwayat hipertensi pada
keluarga, riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus dan stroke di sangkal. Tidak ada riwayat
keganasan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien seorang perokok, tidak meminum alcohol dan tidak menggunakan obat-obatan
terlarang. Pasien rajin berolahraga. Pasien merupakan seorang pensiunan TNI-AL
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kooperatif : kooperatif
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,6°C
Pernafasan : 19 x/mnt
5
Keadaan Lokal
Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan Paru
6
Palpasasi : tidak teraba massa, fremitus taktil simetris pada kedua lapang
Pemeriksaan Abdomen
Perkusi : timpani
Pemeriksaan Ekstremitas
C. Status Neurologis
Rangsang Selaput Otak Kanan Kiri
Kaku kuduk : -
Lasegue : <70 (nyeri) >70
Lasegue menyilang : - -
7
Kernig : >135 >135
Bruzinski I : - -
Bruzinski II : - -
Saraf-Saraf Kranialis
NI : normosmia +/+
N II Kanan Kiri
- Acies visus : baik baik
- Visus campus : baik baik
- Lihat warna : baik baik
- Funduskopi : tidak dilakukan
N III, IV, VI
Kedudukan mata : ortoforia +/+
Pergerakan bola mata : baik / baik
Exoftalmus : -
Nystagmus : -
Pupil
- bentuk : bulat, isokor, ф 3 mm/3mm
- RCL : +/+
- RCTL : +/+
- Refleks akomodasi: baik +/+
- Refleks konvergensi: baik +/+
NV
8
Cabang sensorik
N VIII
Vestibular
o Vertigo : -
o Nistagmus : -
Koklearis Kanan Kiri
o Tuli konduktif : - -
o Tuli perseptif : - -
N IX, X
Motorik : baik
Sensorik : baik
N XI Kanan Kiri
9
N XII
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Tremor : -
Sistem Motorik
Gerakan Involunter
Tremor : -/-
Chorea : -/-
Atetose : -/-
Miokloni : -/-
Tics : -/-
Sistem sensorik
o Proprioseptif : baik
o Eksteroseptif : baik
Fungsi serebelar
10
Ataxia : tidak ada
Tes Romberg : baik
Disdiadokokinesia : baik
Jari-jari : baik
Jari-hidung : baik
Tumit-lutut : baik
Rebouns phenomenon : (-)
Fungsi luhur
Astereognosia : -
Apraksia : -
Afasia : -
Fungsi otonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
Refleks fisiologis
Kornea : +/+
Biceps : +2/+2
Triceps : +2/+2
Radius : +2/+2
Lutut : +2/+2
11
Tumit : +2/+2
Refleks Patologis
Hoffman tromer :- -
Babinsky :- -
Chaddok :- -
Gordon :- -
Scaefer :- -
Klonus lutut :- -
Klonus tumit :- -
Keadaan Psikis
Intelegensia : baik
Tanda regresi :-
Demensia :-
V. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan darah rutin, darah lengkap
MRI Thorakolumbal
12
VI. RESUME
Pasien datang ke poli saraf Rumah Sakit TNI-AL Mintohardjo dengan keluhan nyeri
pinggang sejak 1 minggu sebelum masuk RS, Keluhan nyeri dirasa setelah pasien
terpeleset dan pinggang kanannya terbentur meja. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke
tungkai kanan. Nyeri dirasa semakin memberat sehingga pasien menjadi sulit untuk
melakukan aktivitas dan hanya menghabiskan waktunya beristirahat di tempat tidur.
Nyeri pinggang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, Nyeri diperberat dengan batuk dan
bersin, dan pasien merasakan nyeri pinggang berkurang dengan berbaring. Pasien
berobat dan meminum obat anti nyeri tetapi tidak ada perubahan. Pasien tidak bisa
berjalan, apabila menapak dirasakan nyeri, tidak ada rasa baal atau kesemutan di daerah
kaki kanan. Tidak ada riwayat demam sebelum nyeri pinggang, tidak ada riwayat sakit
paru-paru, buang air besar dan buang air kecil tidak ada masalah.
Pada Pemeriksaan fisik ditemukan, status generalis nilai NRS hari 1 yaitu 10 (sakit
berat). Pada pemeriksaan fisik LBP: Keterbatasan gerak pada salah satu sisi arah (+),
Extensi ke belakang (hiperekstensi lumbal) (+), Flexi ke depan ( forward flexion) (+),
membungkuk (-), Patrick (+) pada tungkai kanan, Kontra Patrick (+) pada tungkai kanan,
Laseque nyeri pada tungkai kanan. Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan.
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Bed rest
Korset
13
Latihan kelenturan dengan mengikuti fisioterapi
Biasakan postur tubuh tegak
Hindari aktivitas yang memperberat nyeri
Memakai alas tempat tidur yang keras dan rata
Medikamentosa
NSAID : Ketorolac
Adjuvamnt antikonvulsan : Gabapentin
Muscle relaxant : Eperison
Analog Opioid : Tramadol
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
14
PEMBAHASAN
Pada hari ke-1 perwatan pasien mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke tungkai
sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang dirasakan pasien merupakan nyeri tipe
campuran nosiseptik dan nyeri neuropatik. Pada nyeri campuran diberikan tatalaksana
NSAID (ketorolak) disertai muscle relaxant (eperison) dan adjuvant antikonvulsan
(gabapentin). Pada pemeriksaan derajat nyeri didapatkan NRS: 10 yang merupakan nyeri
berat, sehingga pasien diberikan analog opioid (tramadol). Pada hari ke-2 keluhan sedah
membaik dengan nilai NRS 7 dan pengobatan hari pertama masih di lanjutkan, Kemudian
pasien juga mendapatkan intervensi fisioterapi dan edukasi modifikasi gaya hidup. Pada ke-3
perawatan keluhan sudah membaik dengan NRS 5 sehingga pemberian analog opioid
(tramadol) di hentikan dan terapi lainnya di lanjutkan. Pada hari ke-4 perawatan keluhan
sudah membaik dan pasien sudah bisa berjalan dengan nilai NRS 3 dan pasien di perbolehkan
untuk rawat jalan
15
KESIMPULAN
Prinsisp tatalaksana nyeri pada pasien NPB adalah dengan mengetehui jenis nyeri,
derajat nyeri, dan etiologi nyeri. Tatalaksana berupa terapi medikamentosa multimodal dan
tatalaksana non-medikamentosa yaitu intervensi fisioterapi dan modifikasi gaya hidup.
16
FOLLOW UP
TANGGAL
5 November 2018 6 November 2018 7 November 18
S Nyeri punggung bawah Nyeri punggung bawah Nyeri punggung
bawah
o NRS 10 NRS 7 NRS 5
Laseque (+) Laseque (+) Laseque (-)
17
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
LBP atau NPB didefinisikan sebagai nyeri yang terlokalisasi pada vertebra
thorakalis 12 sampai gluteus inferior dengan atau tanpa nyeri pada bagian kaki dan
bukan merupakan suatu penyakit. Sinaki dan Mokri meyebutkan nyeri punggung
bawah mekanik merupakan nyeri punggung nondiskogenik yang disebabkan oleh
aktivitas fisik dan berkurang dengan istirahat. Nyeri ini berhubungan dengan
stress/strain otot-otot punggung, tendon dan ligamen yang biasanya ada bila melakukan
aktivitas sehari-hari berlebihan, duduk atau berdiri yang terlalu lama juga mengangkat
benda berat. Nyeri tidak disertai hipestesi, parestesi, kelemahan atau defisit neurologi.
Selama hidupnya, 50-80% orang dewasa pernah mengalami LBP dan 90%
diantaranya merupakan LBP karena faktor mekanik.1
1. NPB Traumatik
18
faktor-faktor trauma tersebut mengenai otot, fasial dan ligamen yang dikenal
sebagai NPB Mekanik miofasial.
NPB akibat trauma fraktur kompresi di vertebra torakal bawah atau lumbal
atas. Fraktur kompresi juga dapat terjadi pada kondisi tulang patologik karena
trauma ringan, kolumna vertebralis yang sudah osteoporotik, tulang belakang
yang sudah ditempati metastase cenderung mengalami fraktur kompresi karena
trauma sedang.
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebra
berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang menghubungkan bagian-
bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses degeneratif ini dikenal
sebagai osteoartrosis deformans tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif
juga dapat terjadi pada anulus fibrosus diskus intervertebralis yang bila suatu saat terobek
dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan Hernia
Nukleus Pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain yang sering mengalami proses
degeneratif ialah kartilago artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.
Artritis rematoid sering timbul sebagai penyakit akut. Apabila nyeri punggung
dirasakan pada sindroma poliartritis yang memperlihatkan ciri bilateral maka sangat
mungkin LBP tersebut disebabkan oleh artritis rematoid.
Keluhan yang paling dini dialami oleh spondilitis angkilopoetika ialah nyeri
punggung dan nyeri pinggang. Sifatnya adalah pegal-kaku dan pada waktu dingin dan
lembab.
19
4. NPB akibat gangguan metabolisme atau NPB osteoporotik
Nyeri bersifat pegal. Keluhan juga dapat berupa nyeri yang tajam atau nyeri radikuler.
Terdapat fraktur kompresi yang menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang.
Kompresi terjadi pada Th.XII dan L.I. Daerah nyeri terletak dibawah gibus. Nyeri
radikular dirasakan bertolak dari kedua sisi puncak gibus dan menjalar sebagai nyeri
intercostal Th.XII.
20
Anomali kongenital yang diperlihatkan foto rontgen sering dianggap sebagai kelainan
yang mendasari nyeri punggung bawah.
NPB yang bersifat referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu nyeri dirasakan hanya
berlokasi pada punggung bawah tetapi daerah setempat tidak memperlihatkan tanda-
tanda abnormal, yakni tidak adanya nyeri tekan, tidak adanya nyeri gerak, tidak
adanya nyeri isometrik dan motilitas pinggang tetap baik. Walaupun demikian sikap
tubuh mempengaruhi bertambah atau berkurangnya referred pain. Referred pain lumbal
ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya penyakit viseral. Tahap klinis
selanjutnya penyakit viseral mengungkapkan keadaan patologiknya melalui manifestasi
gangguan fungsi dan referred pain di daerah lumbal.
9. NPB psikoneurotik
Ada tiga jenis pasien yang mempunyai keluhan nyeri punggung bawah yang bersifat
non-organik, yang pertama ialah seorang histerik. Adapun nyeri punggung bawah
merupakan manifestasi konversi histerik. Selanjutnya adalah seorang pengeluh atau
sering disebut malingeree dimana pasien memang banyak mengeluh walaupun tidak dilanda
penyakit dan yang terakhir LBP kompensatorik. Dalam klinik, LBP dapat diklasifikasikan
menjadi
2) NPB organik
3) Nyeri rujukan
4) Nyeri psikogenik
21
Faktor risiko NPB
Faktor risiko dibagi atas dua kelompok utama yaitu faktor risiko berhubungan dengan
pekerjaan dan faktor risiko berhungan dengan pasien.2
1. Faktor risiko yang berhubungan dengan pekerjaan, pekerjaan yang kasar dan berat
dianggap sebagai penyebab nyeri pada lebih dari 60 % pasien NPB, mengangkat,
menarik dan mendorong, memuntir, terpeleset, duduk lama, baik sendiri atau bersama
dpat menimbulkan NPB.
a. Umur
b. Jenis kelamin
Pria dan wanita mempunyai risiko NPB yang sama sampai umur 60 tahun, setelah
itu wanita mempunyai risiko lebih besar oleh karena terjadi osteoporosis.
c. Faktor antropometri
Tidak ada hubungan yang erat antara tinggi, berat dan bentuk tubuh dengan
NPB. Bagaimanapun risiko NPB lebih tinggi pada orang obese dan kemungkinan
pada orang tinggi.
d. Faktor postur
e. Mobilitas vertebra
22
f. Kekuatan otot
g. Kebugaran fisik
h. Merokok
i. Faktor psikologis
McKenzie mengemukakan tiga gejala utama yang termasuk dalam kelompok NPB
Mekanik:
1. Sindroma Postural
23
2. Sindroma disfungsi
Biasanya dijumpai pada usia diatas 30 tahun, kecuali jika disebabkan oleh
trauma sering dijumpai adanya postur yang buruk dalam jangka waktu lama (lebih dari 10
tahun) dan berupa hasil akibat spondylosis , trauma, atau derangement. Sindroma
disfungsi adalah gejala kedua di mana terjadinya adaptive shorthening dan hilangnya
mobilitas yang menyebabkan nyeri sebelum dapat mencapai gerakan akhir secara
penuh. Kondisi ini timbul karena gerakan yang dihasilkan tidak cukup dilakukan pada
saat pemendekan jaringan lunak berlangsung. Disfungsi ini dinamai berdasarkan
gerakan yang hilang atau dibatasi misalnya disfungsi fleksi akan membatasi
kemampuan seorang individu untuk membungkuk ke depan di daerah tulang belakang.
3. Sindroma derangement
Biasanya dijumpai pada usia antara 20-55 tahun, pasien mempunyai sikap duduk
yang salah. Sindroma derangement adalah situasi di mana posisi istirahat yang normal
dari dua permukaan artikular vertebra yang berdekatan terganggu sebagai akibat dari
perubahan posisi cairan nukleus. Perubahan posisi nukleus juga dapat mengganggu
materi anular. Perubahan dalam sendi akan mempengaruhi kemampuan permukaan sendi
untuk bergerak dalam jalur normal. Kondisi ini menjadi menyakitkan ketika terjadi
intrudes nukleus pada jaringan lunak yang sensitif terhadap nyeri. Gejala cenderung
tersentralisasi dan akhirnya berkurang sebagai hasil dari relokasi diskus dan deformitas
jaringan sekitarnya berkurang.
24
Penatalaksanaan LBP
1) Mengatasi nyeri
1. Konservatif
a. Tirah baring
Tirah baring berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal yang dianjurkan pada pasien HNP.
b. Medikamentosa
Obat – obatan yang diberikan dapat berupa analgetik dan NSAID, muscle
relaxant,opioid, kortikosteroid oral maupun analgetik adjuvan.
c. Terapi Modalitas
Modalitas terapi yang digunakan pada kasus NPB pada umumnya TENS,
SWD, MWD, arus interfensi, maupun traksi. Selain itu diberikan back exercise,
pemakaian korset lumbal untuk membantu mengatasi permasalahan yang muncul
karena NPB.
2. Terapi Bedah
25
Definisi Nyeri
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri adalah rasa tidak
menyenangkan dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan adanya atau potensi
kerusakan jaringan.
Klasifikasi nyeri
a. Nyeri akut
Merupakan nyeri yang terjadi dalam waktu cepat, ada penyebab yang jelas seperti
jejas atau lesi jaringan lunak, infeksi atau inflamasi. Pada umumnya nyeri akut bersifat
temporer, berlangsung kurang dari 6 bulan (3-6 bulan ), dapat berhenti tanpa terapi
atau berkurang sejalan dengan penyembuhan jaringan atau apabila penyebab nyeri telah
dihilangkan atau memberi respons baik terhadap penatalaksanaan sederhana seperti
istirahat dan analgetik atau pengobatan kausal lain.Kegagalan terapi nyeri akut dapat
menimbulkan nyeri kronik.
b. Nyeri Kronis
Nyeri yang berlarut-larut, memanjang, lama sesudah lesi atau penyakit awal yang
menimbulkan nyeri tersebut sembuh. Seringkali tidak ditemukan penyebab nyeri ini
yang jelas atau dapat diidentifikasi. Kadang-kadang nyeri kronis berlangsung berbulan-
bulan dan seakan-akan tidak dapat disembuhkan. Ketidak-jelasan nyeri kronis seringkali
menimbulkan berbagai gangguan psikologis seperti depresi, kelelahan yang berlebihan,
insomnia, anoreksia, apati dan perilaku sakit. Apabila nyeri kronis ini sangat berat, sama
seperti pada stress yang kronis akan mengaktifasi sistim saraf parasimpatis dan
mengakibatkan tegangan otot yang berlebihan, mengganggu tekanan darah dan denyut
nadi dan menurunnya sistim pertahanan tubuh. Penatalaksanaan nyeri kronis seringkali
memerlukan penanganan multidispliner dari berbagai bidang spesialisasi serta
penanganan intradisipliner berbagai profesi dalam timrehabilitasi medik.
26
Patofisiologi nyeri
Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi
terjadi. Nyeri adalah alasan tersering yang diberikan oleh pasien apabila ditanya
mengapa mereka berobat. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif
nyeri terdapat 4 proses yaitu :4
27
Menurut mekanismenya nyeri dapat dibagi menjadi :3,4
a. Nyeri nosiseptif
Nyeri ini dapat berasal dari jaringan somatik atau visceral. Secara klinis dapat dibedakan
menurut kualitas rasa nyerinya, yaitu nyeri /sakit , berdenyut, seperti ditusuk (pada
nyeri somatik) atau pegal (tumpul), seperti kram (pada nyeri visceral).
b. Nyeri neuropatik
Merupakan nyeri yang terdiri dari banyak jenis yang semuanya disebabkan oleh
kerusakan/gangguan saraf perifer maupun saraf sentral. Karakteristik klinis nyeri
neuropatikseperti parestesia yang mungkin disertai defisit neurologi atau disregulasi
autonom lokal.
c. Nyeri Psikogenik
Kelompok ini disebut juga nyeri idiopatik. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang keluhan
dan manifestasinya tidak sesuai dengan penyebaran anatomi dan tidak ada patologi
organiknya .
28
Penilaian intensitas nyeri
Salah satu alat bantu yng paling sering digunakan untuk menilai intensitas nyeri
secara subjektif adalah Visual Analog Scale (VAS). VAS terdiri dari sebuah garis horizontal
yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor 0 sampai 10 . Pasien
diberitahu bahwa 0 menyatakan “tidak nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri sangat
hebat”. Pasien kemudian diminta untuk menandai angka yang menurut mereka paling
tepat yang dapat menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada suatu waktu.5
29
Kontraindikasi SWD :
1) TENS konvensional
Disebut juga sebagai TENS frekuensi tinggi dengan stimulasi intensitas rendah. Jenis
ini memiliki karakteristik yaitu pulse width 0-200 µsec, frekuensi tinggi 50-100 Hz
merupakan tipe stimulasi paling efektif. Nyeri mulai berkurang dalam 10-15 menit.
Lama pemberian terapi adalah 30 menit sampai 1 jam.
2) Acupunture-like TENS
Jenis ini memiliki ciri dengan pulse width 0-200 µsec, frekuensi tinggi rendah 0-10
Hz. Dinamakan acupunture-like karena frekuensinya rendah, mirip dengan yang
digunakan pada terapi akupunture. Lama terapi 30 – 60 menit. Berguna dalam
kondisi nyeri neuropatik kronis misalnya refleks distrofi simpatetik,nyeri struktural
yang dalam, fibrositis/nyeri sindroma miofasial.
30
3) Pulse trains TENS / Burst mode
Merupakan kombinasi frekuensi tinggi dan rendah dengan frekuensi 50 - 100 Hz dan
pulse width 75 -100 µsec dan 1 – 10 Hz. Lama sesi pengobatan antara 30-60 menit.
Jenis ini memiliki ciri frekuensi tinggi 50-150 Hz, intensitas tinggi, durasi
pengobatan lebih dari 15-30 menit. Dinamakan brief-intense karena durasi
pemakaian singkat dan amplitudo arusnya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya.
5) Modulated TENS
Jenis ini memiliki ciri variasi dalalam hal durasi pulse, frekuensi pulse dan
amplitudonya. Selama terapi parameter tersebut bisa diatur sesuai kebutuhan.
1) Nyeri akut
2) Nyeri kronik
TENS bermanfaat dalam penanganan nyeri kronik antara lain nyeri punggung bawah,
rematoid artritis, penyakit sendi degenerasi, neuropati perifer, cedera saraf perifer,
nyeri phantom limb, kanker, migren dan neuralgia pasca hepatika.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Cetakan ke-12. Jakarta: Dian Rakyat;
2008.
2. Sidharta, Priguna. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Cetakan ke-6. Jakarta:
Dian Rakyat;2008.
3. Hills E. Mechanical Low Back Pain. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/310353-overview. Accessed on 30 September
2010.
4. http://www.medicinenet.com/low_back_pain/article.htm. Accessed on 30 September
2010.
5. Misbach, Jusuf., Ranakusuma, Teguh., Panduan Pelayanan Medis Departemen
Neurologi RSCM. Jakarta : 2007
6. Meliala, KRT Lucas. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik edisi kedua.
Jogjakarta : 2007
33