Disusun oleh:
dr. Hanantyo Iqbal Diandaru
LAPORAN KASUS
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa saya junjungkan ke hadirat Nabi
Muhammad SAW, semoga rahmat dan hidayahNya selalu tercurah kepada kita selaku
umatNya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Luqman, Sp. PD, dr. Layali
Musafiroh, dan dr. Dyah Noviyanti yang telah memberikan bimbingannya selama masa
internsip. Saya juga mengucapkan terimakasih banyak untuk kedua orangtua, teman sejawat,
dan seluruh civitas RSUD Suradadi atas segala bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan kasus ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi saya yang
sedang menjalani program internsip ini.
PENDAHULUAN
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Definisi gagal yaitu
relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi
pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada
fungsi miokardium, gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan
menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Angka kejadian CHF semakin meningkat dari tahun ke tahun, tercatat 1,5% sampai
2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF dan 700.000 diantaranya harus
dirawat di rumah sakit per tahun. Faktor risiko terjadinya gagal jantung yang paling sering
adalah usia lanjut, 75 % pasien yang dirawat dengan CHF berusia antara 65 dan 75 tahun.
Terdapat 2 juta kunjungan pasien rawat jalan per tahun yang menderita CHF, biaya yang
dikeluarkan diperkirakan 10 miliar dollar per tahun. Faktor risiko terpenting untuk CHF
adalah penyakit arteri koroner dengan penyakit jantung iskemik. Hipertensi adalah faktor
risiko terpenting kedua untuk CHF. Faktor risiko lain terdiri dari kardiomiopati, aritmia,
gagal ginjal, dan penyakit katup jantung.
Dengan data perkembangan seperti ini, penyakit jantung kongestif dalam kurun
beberapa tahun kedepan akan bergerak naik jika para praktisi medis khususnya tidak
segera memperhatikan faktor risiko utama yang menjadi awal mula penyakit ini. Dengan
demikian perlu adanya penanganan dari segala aspek baik secara biomedik maupun
biopsikososial. Dan untuk itu kasus ini diangkat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
sebagai praktisi medis agar dapat mengenal penyakit ini lebih rinci sebelum benar-benar
mengaplikasikan teori pengobatan yang rasional.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 66 tahun
Alamat : Kreman
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
MRS : 3 Juli 2020
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sesak napas ± 1 hari SMRS
Pemeriksaan Khusus
Kepala : Normocephal, rambut warna hitam
Mata : Normal
Palpebra : Tidak tampak edema
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak tampak ikterik
Pupil : Bulat isokor
Refleks Cahaya : Langsung +/ + , tidak langsung +/+
Leher :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 3 Juli 2020
Hematologi
No Pemeriksaan Hasil
1 Hemoglobin 15,1 g/dl
2 Eritrosit 5.240.000
3 Hematokrit 44,8 vol%
4 Leukosit 6800/mm3
Kimia Klinik
No Pemeriksaan Hasil
3 Ureum 26 mg/dl
4 Kreatinin 1,6 mg/dl
8 SGOT 35 U/I
9 SGPT 53 U/I
Ro/ Thorax:
Cor : Kardiomegali
EKG:
Sinus takikardi dengan LAD, OMI anteroapikal, dan STEMI anterior
DIAGNOSIS KERJA
CHF NYHA II-III, ACS STEMI anterior, DM tipe 2
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
- Posisi setengah duduk
- Oksigen nasal kanul 3 liter permenit
- Pasang DC
- Pro ICU
Farmakologis :
- IVFD RL 8 tpm
- Furosemid 3x40 mg iv
- KSR 2x1 tab PO
- Aspilet 1x80 mg PO
- CPG 1x75 mg PO
- Humalog 3x10 IU SC
- Levemir 1x20 IU SC
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
FOLLOW UP
Tanggal 4 Juli 2020
S Sesak berkurang
O: Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 116/89 mmHg
Nadi 80 x/menit
Pernapasan 22 x/ menit
Temperatur 36,5 0C
Keadaan spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik(-)
Leher JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba LAA sinistra ICS VI
P : batas atas ICS II, batas kanan Linea parasternalis dextra,
batas kiri LAA sinistra ICS VI
A : HR 80 x/ menit
I : datar
Abdomen P : lemas, hepar teraba 2 jari di bawah arcus coatae, lien tidak
teraba.
P : thympani, shifting dullness (-)
A : bising usus (+) normal
Tidak diperiksa
Genitalia
Keadaan spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik(-)
Leher JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba LAA sinistra ICS VI
P : batas atas ICS II, batas kanan Linea parasternalis dextra,
batas kiri LAA sinistra ICS VI
A : HR 93 x/ menit
Paru vesikuler normal, ronkhi (-) wheezing (-)
I : datar
Abdomen P : lemas, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, lien
tidak teraba.
P : thympani, shifting dullness (-)
A : bising usus (+) normal
I : datar
Abdomen P : lemas, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, lien
tidak teraba.
P : thympani, shifting dullness (-)
A : bising usus (+) normal
Paru
vesikuler normal, ronkhi (-) wheezing (-)
I : datar
Abdomen
P : lemas, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, lien
tidak teraba.
P : thympani, shifting dullness (-)
A : bising usus (+) normal
Keadaan spesifik
Kepala Conjungtiva palpebra pucat (-)
Sklera ikterik(-)
Leher JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba LAA sinistra ICS VI
P : batas atas ICS II, batas kanan Linea Sternalis dextra,
batas kiri LAA sinistra ICS VI
A : HR 85 x/ menit
I : datar
Abdomen P : lemas, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, lien
tidak teraba.
P : thympani, shifting dullness (-)
A : bising usus (+) normal
Gagal Jantung
Definisi
Gagal jantung adalah sindroma kompleks sebagai akibat dari kelainan jantung
secara struktural maupun fungsional yang mengganggu kemampuan jantung sebagai
pompa untuk mendukung sirkulasi fisiologis. Sindroma dari gagal jantung dicirikan oleh
gejala-gejala seperti sesak nafas dan mudah lelah, dan tanda-tanda seperti retensi cairan.
Definisi lain mengenai gagal jantung yang diketahui secara luas adalah kondisi
patofisiologis dimana abnormalitas fungsi jantung bertanggung jawab terhadap gagalnya
jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Definisi ini
menitikberatkan pada fisiologi sirkulasi. Definisi yang lebih baru sudah lebih
mengalami pendekatan yang pragmatis (praktis) dan bermanfaat secara klinis meskipun
sebenarnya definisi gagal jantung masih banyak perbedaan hingga hari ini.
Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi cukup penting
untuk mengetahui penyebab dari gagal jantung, di negara berkembang penyakit arteri
koroner dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di negara
berkembang yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup dan
penyakit jantung akibat malnutrisi. Secara garis besar penyebab gagal jantung dapat
diklasifikasikan ke dalam enam kategori utama: (1) abnormalitas miokardium, misalnya
pada kehilangan miosit (infark miokard), gangguan kontraksi (misal pada blok left
bundle branch), lemahnya kontraksi (kardiomiopati, kardiotoksisitas), disorientasi sel
(misalnya hipertrofi kardiomiopati); (2) kegagalan terkait beban kerja jantung yang
berlebihan (misalnya hipertensi atau stenosis aorta); (3) kegagalan terkait abnormalitas
katup; (4) gangguan ritme jantung (takiaritmia); (5) abnormalitas perikardium / efusi
perikardium (tamponade jantung); dan (6) kelainan kongenital jantung. Dikarenakan
bentuk penyakit jantung apapun dapat mengakibatkan gagal jantung, maka tidak ada
mekanisme tunggal yang menyebabkan gagal jantung itu sendiri.
Berbagai kondisi yang menyebabkan perubahan struktur atau fungsi dari ventrikel
kiri dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya gagal jantung pada seorang pasien,
meskipun etiologi gagal jantung pada pasien dengan preserved dan reduced ejection
fraction(EF) berbeda, banyak etiologi yang tumpang tindih dari kedua keadaan tersebut.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab yang dominan pada 60-75%
pada kasus gagal jantung pada pria dan wanita di negara-negara industri. Hipertensi
memberi kontribusi pada perkembangan penyakit gagal jantung pada 75% pasien,
termasuk pasien dengan PJK. Interaksi antara PJK dan hipertensi memperbesar risiko
pada gagal jantung, seperti pada diabetes mellitus.
FE Menurun (<39%)
Penyakit jantung koroner Kardiomiopati iskemik terdilatasi
Infark miokard Kelainan genetik
Iskemia miokard Kelainan infiltratif
Chronic pressure overload Kerusakan diinduksi obat/racun
Hipertensi Penyakit metabolik
Penyakit katup obstruksi Virus
Chronic volume overload Penyakit Chagas
Penyakit katup regurgitasi Kelainan denyut dan ritme jantung
Pirau kiri ke kanan intrakardiak Bradiaritmia kronik
Pirau ekstrakardiak Takiaritmia kronik
Faktor resiko terjadinya gagal jantung yaitu: infeksi pada paru, demam atau
sepsis, anemia akut dan menahun, emboli paru, stres, emosional, dan hipertensi tak
terkendali.
Patofisiologi
1. Kegagalan Pompa
karena relaksasi otot jantung yang tidak cukup untuk terjadinya pengisian
ventrikel.
2. Obstruksi aliran
3. Regurgitasi
jantung, misalnya ventrikel kiri pada regurgitasi aorta atau atrium serta
yang terjadi di jantung dan sistemik. Jika volume sekuncup salah satu ventrikel
berkurang karena kontraktilitas otot jantung yang menurun atau volume afterload
yang berlebihan, end diastolic volume dan tekanan di ruang tersebut akan
meningkat. Hal ini dapat memperpanjang serat miokardium saat fase diastolik
akhir, yang kemudian menyebabkan kontraksi serat otot yang lebih kuat saat fase
sistolik (hukum Starling), jika kondisi ini berlangsung kronis, akan berakibat
dilatasi ventrikel. Walaupun hal ini akan memperbaiki cardiac output saat
ke atrium dan ke sirkulasi pulmoner serta vena sistemik. Lebih lagi, bertambahnya
berkurangnya tekanan arteri atau perfusi ginjal, juga akan mengaktifkan beberapa
sistem neural dan humoral. Bertambahnya aktivitas sistem saraf simpatis, akan
Perubahan yang terakhir adalah hasil dari kenaikan volume efektif darah sentral,
perifer, adaptasi ini dirancang untuk mengatur perfusi ke organ-organ vital, tetapi
jika berlebihan, mekanisme ini akan mengurangi aliran darah ginjal dan jaringan
yang lain. Resistensi pembuluh darah perifer juga merupakan faktor penentu
mayor dari afterload ventrikel kiri, maka aktifitas simpatis yang berlebihan dapat
Efek yang lebih penting dari cardiac output yang lebih rendah adalah
menurunnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus, yang akan mendorong
terjadinya retensi garam dan cairan. Sistem renin angiotensin aldosteron juga
perifer dan afterload ventrikel kiri seperti halnya retensi garam dan cairan. Gagal
air.
jantung oleh karena naiknya tekanan atrium, ada bukti tentang resistensi efek
Kriteria mayor :
paroxysmal nocturnal dyspnea
distensi vena leher
ronchi paru
kardiomegali
edema paru akut
suara Gallop S3
peningkatan tekanan vena jugularis > 16 cmH2O
refluks hepatojugular
waktu sirkulasi > 25 detik
Kriteria minor :
edema ekstremitas
batuk malam hari
dispneu d’effort
hepatomegali
efusi pleura
penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
takikardia (>120/menit)
Diagnosis pasti gagal jantung apabila memenuhi dua kriteria mayor, atau
atau berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional yang disusun oleh
Gagal jantung akut atau disebut juga gagal jantung akut dekompensasi
adalah suatu perubahan cepat jangka pendek di mana muncul tanda dan gejala
gagal jantung yang membutuhkan penanganan segera. Gejala dapat muncul cepat
dan progresif dalam hitungan jam, hari, atau minggu, kadang disertai kejadian
iskemia regional akut atau infark miokard, fibrilasi atrium, aritmia, atau kerusakan
fungsi katup yang disebabkan oleh rupturnya m. Papillaris atau chordae tendinea.
Gagal jantung akut dibedakan dengan gagal jantung kronik di mana pada gagal
jantung kronik kondisinya lebih stabil namun terdapat gejala-gejala gagal jantung
atau disebut juga gagal jantung terkompensasi. Faktor-faktor spesifik yang terlibat
gagal jantung dapat bervariasi, tidak sepenuhnya dipahami, dan dapat memakan
waktu harian hingga mingguan. Pada gagal jantung kronik dapat terjadi kelelahan
karena menurunnya cardiac output dan sinyal neurologis yang berasal dari otot-
otot skelet yang rusak karena kurang mendapat suplai darah. Selain itu, akumulasi
cairan juga dapat terjadi yang berujung pada kongesti paru dan edema perifer
Gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dibedakan menurut lokasi
kelainan secara anatomis yang juga bermanifestasi klinis berbeda. Sisi kiri dan
kanan jantung merupakan satu rangkaian sirkulasi. Gejala dan tanda dari gagal
jantung kiri meliputi peningkatan tekanan dan kongesti pada vena pulmonalis dan
dan kongesti vena-vena sistemik yang dapat diperiksa pada pembesaran vena
output terbatas karena ejeksi yang terganggu selama sistol. Sementara itu, gagal
jantung diastolik merujuk kepada dinding ventrikel yang menebal, ruang ventrikel
Defibrillator (ICD) pada gagal jantung simptomatis NYHA kelas II-III dengan FE
Pasien Gagal Jantung Simptomatis dan reduced ejection fraction(EF) dapat dilihat
pada gambar 1.