Anda di halaman 1dari 20

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Siska Rahardina


Nama Wahana : RSUD Dr.Soeratno Gemolong
Topik : Penyakit dalam – CHF NYHA III dan Hipertensi Stage II
Tanggal (kasus) : 20 Maret 2017
Nama pasien : Ny. T (65 tahun) No. RM : 028170
Tanggal Presentasi : 12 Mei 2017 Nama Pendamping : dr. Mulyadi
Tempat Presentasi : RSUD Dr.Soeratno Gemolong, Sragen
Objektif Presentasi :
Keilmuan√ Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka √
Diagnostik √ Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa √ Lansia Bumil
Deskripsi :
 Anamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 11.00 WIB
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soeratno Gemolong dan didukung dengan
catatan medis.
 Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 2 hari yang lalu, dirasakan makin lama
makin memberat. Sesak dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Sesak tidak
dipengaruhi cuaca. Keluhan memberat dengan aktivitas dan berkurang dengan
istirahat. Pasien sering terengah-engah saat berjalan ± 5 meter. Pasien biasa tidur
dengan 3 bantal. Pasien mengeluh batuk (+) kadang saat malam hari, terbangun di
malam hari karena sesak (+), pusing (+), bengkak kaki (+). Pasien mengeluh kesulitan
BAB, perut terasa penuh, BAB terakhir 4 hari yang lalu, kecil-kecil seperti kerikil,
flatus (+). BAK seperti biasa
Tujuan :
1. Menegakkan diagnosis Congestive Heart Failure
2. Mengatasi kegawatdaruratan pada pasien Congestive Heart Failure
3. Penatalaksanaan dan Edukasi pada pasien pasien mengenai Congestive Heart Failure

Data pasien: Nama: Ny.T (perempuan / 65 taun) Nomor Registrasi: 028170

Nama klinik: RSUD Dr. Soeratno Telp: Terdaftar sejak: 14 Juli 2016

Gemolong -
LAPORAN KASUS

ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017

1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 2 hari yang lalu, dirasakan makin lama
makin memberat. Sesak dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Sesak tidak
dipengaruhi cuaca. Keluhan memberat dengan aktivitas dan berkurang dengan
istirahat. Pasien sering terengah-engah saat berjalan ± 5 meter. Pasien biasa tidur
dengan 3 bantal. Pasien mengeluh batuk (+) kadang saat malam hari, terbangun di
malam hari karena sesak (+), pusing (+), bengkak kaki (+). Pasien mengeluh kesulitan
BAB, perut terasa penuh, BAB terakhir 4 hari yang lalu, kecil-kecil seperti kerikil,
flatus (+). BAK seperti biasa
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
- Riwayat darah tinggi (+), tidak terkontrol. Pasien hanya berobat jika
merasakan keluhan ke Puskesmas. Pasien tidak mengingat nama obatnya.
- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat batuk lama (-)
- Riwayat asma (-)
3. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga lain yang sakit seperti ini.
4. Riwayat Pekerjaan :
Pasien seorang ibu rumah tangga
5. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan) :

Pasien tinggal bersama suami dan anak.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 11.00 di IGD RSUD
Dr.Soeratno Gemolong

.
STATUS GENERALIS
A Keadaan Umum Sadar, tampak sesak.

B Kesadaran Compos mentis


C Tanda Vital Teknan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 105 x / menit, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 36 x / menit
Suhu : 36,5°C
D Kepala Mesosefal.
E Rambut Hitam, tidak mudah dicabut.
F Mata Conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor  3 mm, reflek cahaya +/+ (normal)

G Telinga Nyeri tekan tragus tidak ada, discharge tidak ada


H Hidung Nafas cuping tidak ada
I Mulut tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak kotor dan tidak
tremor, gusi berdarah tidak ada. Tenggorok T1-1, tidak
hiperemis, kripte tidak melebar , tidak terdapat detritus
J Leher JVP R+2 cm, trakhea di tengah, simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid (-),
distensi vena leher (-)
K Thorax
Jantung
Inspeksi Iktus kordis tampak
Palpasi Ictus cordis teraba di linea axilaris anterior sinistra, tidak kuat
angkat
Perkusi Batas jantung atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan : SIC V linea parasternalis dekstra
Batas kiri: SIC VI linia axillaris anterior sinistra
Auskultasi HR = 105x/menit, reguler BJ I-II normal, bising (-),gallop(-).
Pulmo
Inspeksi Simetris statis dinamis, tak ada bagian yang tertinggal
waktu bernafas, tidak ada retraksi
Palpasi Stem fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi Sonor seluruh lapangan paru.
Auskultasi Suara dasar vesikuler +/+
Suara tambahan: wheezing -/-, ronkhi basah halus +/+ di
basal paru, hantaran -/-.

L Abdomen :

Inspeksi datar, venektasi tidak ada


Auskultasi bising usus  normal.
Perkusi tympani, pekak sisi  normal, pekak alih 
Palpasi supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

M Ekstremitas superior inferior


Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- +/+
Capillary refill <2” <2”
Reflek fisiologis +N /+N +N/+N

O Genitourinaria perempuan, dalam batas normal,


DIAGNOSIS
Congestive Heart Failure NYHA III
Hipertensi Stage II
Konstipasi
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Posisi semi fowler
- O2 3 liter per menit
- IVFD Ringer Laktat 8 tpm
- Injeksi Ranitidin 1 amp / 12 jam
- Injeksi Furosemide 1 amp / 24 jam
- Lisinopril 1x10 mg
- Amlodipin 1x10 mg
- Spironolakton 25 mg 1-0-0
- Digoxin 1x1
- Dulcolax sup ekstra
- Dulcolax tab 1x1 malam
- Lactulosa syrup 3xC1
- Pasang kateter urin
- Monitoring KU, TV, keluhan sesak, balans cairan, dan edema

Rencana Tindak Lanjut

o Cek darah rutin . Hasil Laboratorium (20 Maret 2017)

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


1 Haemoglobin 11,9 12 - 14 gr/100
2 Leukosit 5.300 5000-10.000/mm
3 Erytrosit 3,95 4 - 5 jt/mm
4 Trombosit 174.000 150 - 400 rb/mm3
5 Hematokrit 36,2% 37-43 vol %
6 Glukosa sewaktu 92,1 < 160 mg/dl
7 Ureum 25,8 10 – 50 mg/dl
8 Creatinin 0,87 0,5-0,9 mg/dl
o Pemeriksaan EKG (20 Maret 2017)
Kesan : normo sinus rhythm, LVH

o Pemeriksaan Ro thorax (20 Maret 2017)


Kesan : kardiomegali

TINJAUAN PUSTAKA

A. GAGAL JANTUNG KONGESTIF


A.1 Definisi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan
bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo &
Karim, 2002). Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi. 1,2
A.2 Etiologi Gagal Jantung Kongestif
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah yang
utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan
curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor: yaitu preload,
konteraktilitas, afterload.
 Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot
jantung.
 Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung
dan kadar kalsium
• Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh arteriol.
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka curah jantung
berkurang.
A.3 Patofisiologi Gagal Jantung
Penurunan kontraksi ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD), dan penurunan volume darah arteri
yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohurmoral.
Vasokonteriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan
darah, sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan kontraksi jantung melalui
hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi, peningkatan afterload, dan
hipertensi disertai dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi
gagal jantung yang tidak terkompensasi. Dengan demikian terapi gagal jantung adalah
dengan vasodilator untuk menurunkan afterload venodilator dan diuretik untuk
menurunkan preload, sedangkan motorik untuk meningkatkan kontraktilitas miokard1,2
A.4 Klasifikasi Gagal Jantung
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal
jantung terbagi atas gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.. Menurut New York
Heart Association (NYHA Class) klasifikasi fungsional jantung ada 4 kelas, yaitu:
Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas sehari-
hari tidak menyebabkan keluhan.
Kelas 2 : Penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai akti vitas fisik terbatas.
Tidak ada keluhan sewaktu istirahat, tetapi aktivitas sehari - hari akan
menyebabkan capek, berdebar, sesak nafas.
Kelas 3 : Penderita dengan aktivitas fisik yang sangat terbatas. Pada keadaan istirahat
tidak terdapat keluhan, tetapi ak tivitas fisik ringan saja akan menyebabkan
capek, berdebar, sesak nafas.
Kelas 4 : Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan aktivitas fisik tanpa rasa
terganggu. Tanda-tanda dekompensasi atau angina malahan telah terdapat
pada keadaan istirahat.
Gagal Jantung Kiri
Kongestif paru terjadi pada ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi
meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi S3,
kecemasan dan kegelisahan.

Gagal Jantung Kanan


Bila ventrikel kanan gagal memompakan darah, maka yang menonjol adalah
kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena jugularis (vena leher), asites
(penimbunan cairan di dalam rongga peritoneal), anoreksia dan mual, nokturia dan
lemah.
A.5 Penatalaksanaan Gagal Jantung
Tujuan pengobatan pada gagal jantung adalah sebagai berikut
(1) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
(2) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium.
(3) Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat.
(4) Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema, dan aritmia
digitalisasi.
(5) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/pembatasan aktivitas
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida Jantung/ Digitalis
Obat ini meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan adalah peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis dan
mengurangi edema.
Dosis digitalis :
A. Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan
dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari
 Digoksin iv 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
 Cedilanid> iv 1,2-1,6 mg selama 24 jam
B. Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
C. Dosis penunjang digoksin untuk fiblilasi atrium 0,25 mg.
D. Digitalisasi cepat untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat :
 Digoksin : 1-1,5 mg iv perlahan-lahan
 Cedilanid> 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan
2. Terapi Diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan harus
hati – hati karena memiliki efek samping hiponatremia dan hipokalemia
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat vasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan
4. Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretic (mis : furosemid 40-80
mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg), dan vasodilator (vasodilator, mis :
nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 ug/kgBB/menit iv, nitroprusid 0,5-1
ug/kgBB/menit iv, prazosin per oral 2-5 mg, dan penghambat ACE : captopril
2x6,25 mg).
5. Morfin
Diberikan untuk mengurangi gelisah dan sesak napas pada asma cardial, tetapi hati-
hati depresi pernapasan.

B. HIPERTENSI
B.1. DEFINISI HIPERTENSI3,4
Hipertensi merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu
kondisi peningkatan tekanan darah dari normal. Kriteria hipertensi mengacu pada
sistem klasifikasi yang ada saat ini yaitu JNC 7. Klasifikasi hipertensi penting adanya
untuk penentuan diagnosis dan kebijakan praktisi dalam penanganan tekanan darah
tinggi yang optimal mengingat komplikasi yang ditimbulkan.

B.2 KLASIFIKASI HIPERTENSI3


Klasifikasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi pada Orang Dewasa
Klasifikasi Tekanan Tekanan Modifikasi Obat Awal
Tekanan Darah Darah Gaya Tanpa indikasi Dengan Indikasi
Darah Sistolik Diastolik Hidup
(mmhg) (mmhg)
Normal <120 < 80 Anjuran Tidak perlu Gunakan obat yang
Pre 120 – 139 80 – 89 Ya menggunakan obat anti spesifik dengan indikasi
Hipertensi hipertensi (risiko)

Hipertensi 140 – 159 90 – 99 Ya Untuk semua kasus Gunakan obat yang


Stage I gunakan diuretik jenis spesifik dengan indikasi
thiazide dengan (risiko). Kemudian
pertimbangan ACEi, tambahkan dengan obat
ARB, BB, CCB, atau anti hipertensi (diuretik,
kombinasikan ACEi, ARB, BB, CCB)
Hipertensi ≥ 160 ≥ 100 Ya Gunakan kombinasi seperti yang dibutuhkan

Stage II 2 obat ( biasanya


diuretik jenis
thiazid dan
ACEi/ARB/BB/CCB
Pasien dengan pre-hipertensi memiliki resiko dua kali lipat untuk berkembang
menjadi hipertensi. Dimana berdasarkan dari tabel tersebut, diakui perlu adanya
peningkatan edukasi pada tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai modifikasi
gaya hidup dalam rangka menurunkan dan mencegah perkembangan tekanan darah
ke arah hipertensi. Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu strategi dalam
pencapaian tekanan darah target, mengingat hipertensi merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang disebabkan oleh perilaku gaya hidup yang salah.
B.3 FAKTOR RISIKO HIPERTENSI5
Beberapa faktor risiko hipertensi diantaranya : usia, ras, riwayat keluarga,
overweight atau obesitas, kurang aktif bergerak, merokok, diet tinggi garam (
sodium), diet kurang potasium, diet kurang vitamin D, alkohol, stres, dan penyakit
kronik

B.4 PATOFISIOLOGI HIPERTENSI


Patogenesis hipertensi esensial multifaktorial dan sangat kompleks. Berbagai
faktor mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh dalam rangka mempertahankan
perfusi jaringan, termasuk di dalamnya mediator humoral, reaktivitas vaskular,
volume darah yang bersirkulasi, diameter pembuluh darah, viskositas darah, cardiac
output, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural.
Proses terjadinya hipertensi esensial dimulai dari suatu proses peningkatan
tekanan darah yang asimptomatik yang berkembang menjadi hipertensi persisten
dimana terjadi kerusakan pada aorta dan arteri – arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan
sistem saraf pusat. Progresivitas dimulai dari suatu kondisi prehipertensi pada
individu sekitar usia 10 – 30 tahun yang berkembang menjadi awal hipertensi di usia
20 – 40 tahun, menjadi hipertensi yang nyata pada usia 30 – 40 tahun dan mulai
muncul komplikasi pada usia 40 – 60 tahun.
B.5 PENATALAKSANAAN HIPERTENSI3,4,5

Modifikasi gaya hidup

Target tekanan darah tidak terpenuhi (<140/90 mmHg) atau


(<130/80 mmHg), pada pasien DM, penyakit ginjal kronik, ≥ 3
faktor risiko atau adanya penyakit penyerta tertentu)

Obat antihipertensi inisial

Dengan indikasi khusus Tanpa indikasi khusus

Obat-obatan untuk indikasi Hipertensi tingkat I Hipertensi tingkat II


khusus tersebut ditambah obat
(sistolik 140-159 mmHg (sistolik 160 mmHg atau
antihipertensi (diuretik ACEi, BB, diastolik >100 mmHg)
atau diastolik 90-99
CCB)
mmHg)
Kombinasi dua obat.
Diuretik golongan Tiazide. Biasanya diuretik dengan
Dapat dipertimbangkan ACEi atau BB atau CCB
pemberian ACEi, BB, CCB
atau kombinasi)

Target TD tidak terpenuhi

Optimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat


antihipertensi lain. Pertimbangkan untuk konsultasi
dengan dokter spesialis.

1. Modifikasi Gaya Hidup


Modifikasi gaya hidup yang sehat oleh semua pasien hipertensi merupakan suatu
cara pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak terabaikan
dalam penanganan pasien tersebut. Modifikasi gaya hidup memperlihatkan dapat
menurunkan tekanan darah yang meliputi penurunan berat badan pada pasien dengan
overweight atau obesitas. Berdasarkan pada DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension), perencanaan diet yang dilakukan berupa makanan yang tinggi kalium dan
kalsium, rendah natrium, olahraga, dan mengurangi konsumsi alkohol. Modifikasi gaya
hidup dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi khasiat obat anti hipertensi, dan
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Sebagai contohnya adalah konsumsi 1600
mg natrium memiliki efek yang sama dengan pengobatan tunggal. Kombinasi dua atau
lebih modifikasi gaya hidup dapat memberikan hasil yang lebih baik.
2. Terapi Farmakologi
Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa
semua kelas obat antihipertensi, seperti angiotensin converting enzim inhibitor
(ACEI), angiotensin reseptor bloker (ARB), beta-bloker (BB), kalsium chanel bloker
(CCB), dan diuretik jenis tiazide, dapat menurunkan komplikasi hipertensi yang
berupa kerusakan organ target. Diuretik jenis tiazide telah menjadi dasar pengobatan
antihipertensi pada hampir semua hasil percobaan. Percobaan-percobaan tersebut
sesuai dengan percobaan yang telah dipublikasikan baru-baru ini oleh ALLHAT
(Anti hipertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial),
yang juga memperlihatkan bahwa diuretik tidak dapat dibandingkan dengan kelas
antihipertensi lainnya dalam pencegahan komplikasi kardiovaskuler. Selain itu,
diuretik meningkatkan khasiat penggunaan regimen obat antihipertensi kombinasi,
yang dapat digunakan dalam mencapai tekanan darah target, dan lebih bermanfaat
jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi lainnya. Obat diuretik jenis tiazide
harus digunakan sebagai pengobatan awal pada semua pasien dengan hipertensi, baik
penggunaan secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satu kelas
antihipertensi lainnya (ACEI, ARB, BB, CCB) yang memperlihatkan manfaat
penggunaannya pada hasil percobaan random terkontrol.

Tabel Daftar Obat Anti Hipertensi


Kelas Obat (nama generik) Dosis Penggunaan Frekuensi
(mg./ hari) penggunaan per hari
Diuretik Thiazide - Klortihiazide 125 – 500 1-2
- Chlortalidone 12,5 – 25 1
- Hidrochlorthiazide 12,5 – 50 1
- Polythiazide 2–4 1
- Indapamide 1,25 – 2,5 1
- Metalazone 0,5 – 0,1 1
Loop diuretic - Bumetanide 0,5 – 1 2
- Furosemide 20 – 80 2
- Tosemid 2,5 – 10 1
Diuretik hemat - Amiloride 5 – 10 1–2

kalium - Triamterene 50 – 100 1–2


Aldosteron Reseptor - Eplerenone 50 – 100 1

blocker - Spironolakton 25 – 50 1

Beta blocker - Atenolol 25 – 100 1


- Betaxolol 5 – 20 1
- Bisoprolol 2,5 – 10 1
- Metaprolol 50 – 100 1–2
- Metoprolol 50 – 100 1
- Nadolod 40 – 120 1
- Propanolol 40 – 160 2
- Propanolol long acting 60 – 180 1
- Timolol 20 – 40 2
Beta blocker aktivitas - Acebutolol 200 – 800 2

simpatomimetik - Penbutolol 10 – 40 1
- Pindolol 10 – 40 2

Kombinasi Alfa dan - Carvedilol 12,5 – 50 2

Beta Blocker - Labetalol 200 – 800 2

ACEi - Benazepril 10 – 40 1
- Captopril 25 – 100 2
- Enalapril 5 – 40 1–2
- Fosinopril 10 – 40 1
- Lisinopril 10 – 40 1
- Moexipril 7,5 – 30 1
- Perindopril 4–8 1
- Quinapril 10 – 80 1
- Ramipril 2,5 – 20 1
- Trandolapril 1–4 1
Angiotensinogen II - Candesartan 8 – 32 1

Antagonis - Eprosartan 400 -800 1–2


- Irbesartan 150 – 300 1
- Losartan 25 – 100 1–2
- Olmesartan 20 – 40 1
- Telmisartan 20 – 80 1
- Valsartan 80 – 320 1–2
CCB – Non - Diltiazem extended release 180 – 240 1

Dihidropiridin - Verapamil immediate release 80 – 320 2


- Verapamil long acting 120 – 480 1–2
- Verapamil 120 – 360 1
CCB – Dihidropiridin - Amlodipine 2,5 – 10 1
- Felodipine 2,5 – 20 1
- Isradipine 2,5 – 10 2
- Nicardipine sustained release 60 – 120 2
- Nifedipine long acting 30 – 60 1
- Nisoldipine 10 – 40 1
Alpha 1 Bloker - Doxazosin 1 – 16 1
- Prazosin 2 – 20 2–3
- Terazosin 1 – 20 1–2
Alpha 2 Agonis - Clonidine 0,1 – 0,8 2

sentral dan obat - Clonidine patch 0,1 – 0,3 1 Minggu


- Methyldopa 250 – 1000 2
lainnya yang bekerja - Reserpin 0,1– 0,25 1

sentral - Guanfacine 0,5 – 2 1

Vasodilator langsung - Hydralazine 25 – 100 2


- Minoxidil 2,5 – 80 1–2

Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk follow
up paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai.
Kunjungan yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi stage
2 atau jika disertai dengan komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum
kalium dan kreatinin harus dilakukan paling tidak sebanyak 1-2 kali per tahun. Setelah
tekanan darah mencapai target dan stabil, follow up dan kunjungan harus dilakukan
dalam interval 3-6 bulan sekali. Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes
dapat mempengaruhi frekuensi jumlah kunjungan.
SOAP (Subjektif – Objektif – Assessment – Planning)

A. SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 2 hari yang lalu, dirasakan makin lama makin
memberat. Sesak dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Sesak tidak dipengaruhi
cuaca. Keluhan memberat dengan aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Pasien sering
terengah-engah saat berjalan 5 meter. Pasien biasa tidur dengan 4 bantal. Pasien
mengeluh batuk (+) kadang saat malam hari, terbangun di malam hari karena sesak (+),
pusing (+), bengkak kaki (+). Pasien mengeluh kesulitan BAB, perut terasa penuh, BAB
terakhir 3 hari yang lalu, kecil-kecil seperti kerikil, flatus (+). BAK seperti biasa..
B. OBJEKTIF
Dari pemeriksaan fisik didapatkan beberapa kelainan, antara lain:
1. Keadaan Umum : sesak, compos mentis
2. Tensi : 170/100
3. Cor : Batas kiri: SIC VI linia axillaris anterior sinistra
4. Pulmo : ronki basah halus di paru kanan dan kiri
5. Edema ekstremitas inferior (+)
Dari pemeriksaan EKG didapatkan kesan pembesaran ventrikel kiri.
Dari pemeriksaan Ro Thorax didapatkan kesan kardiomegali.
C. ASSESSMENT
Congestive Heart Failure NYHA II
Hipertensi Stage II
Konstipasi
D. PLANNING
Medikamentosa
- Posisi semi fowler
- O2 3 liter per menit
- IVFD Ringer Laktat 8 tpm
- Injeksi Ranitidin 1 amp / 12 jam
- Injeksi Furosemide 1 amp / 24 jam
- Lisinopril 1x10 mg
- Amlodipin 1x10 mg
- Spironolakton 25 mg 1-0-0
- Digoxin 1x1
- Dulcolax sup ekstra
- Dulcolax teb 1x1 malam
- Lactulosa syrup 3xC1
- Pasang kateter urin
- Monitoring KU, TV, keluhan sesak, balans cairan, dan edema

Edukasi
- Penderita harus beristirahat di tempat tidur dan mengurangi aktivitas
- Pentingnya gaya hidup sehat, berolahraga ringan, dan menjaga pola makan
- Kontrol ke dokter secara rutin untuk pengecekan tekanan darah dan minum obat
antihipertensi secara teratur setelah keluar dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chobanian AV, et al. The seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2004
2. Riaz, K. Hypertension. 2012 [cited : Sept 10, 2013]. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview
3. Indonesian Society of Hypertension. Konsensus Penanggulangan Krisis
Hipertensi. 2008.
4. Riaz, K. Hypertensive Heart Disease. 2012 [cited : Sept 10, 2012]. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/162449-overview
5. European Society of Cardiology. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment
of acute and chronic heart failure 2012. European Heart Journal (2012) 33, 1787–
1847.
6. Mancia G, Fagard R, dkk. 2013 ESH/ESC Guidelines for the management of
arterial hypertension. Journal of Hypertension 2012-2013. [cited : Sept 10, 2012].
Available at : http//:jhyhypertension.com
Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari ini hari Jumat, tanggal 12 Mei 2017 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Siska Rahardina
Judul/ topik : CHF NYHA III dan Hipertensi Stage II
No. ID dan Nama Pendamping : dr. Mulyadi
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Dr.Soeratno Gemolong, Sragen

Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping

dr. Mulyadi
LAPORAN KASUS MEDIS
CHF NYHA III dengan HIPERTENSI STAGE II

Oleh:
dr. Siska Rahardina

Pendamping:
dr. Mulyadi

RSUD DR. SOERATNO GEMOLONG

KABUPATEN SRAGEN

2017

Anda mungkin juga menyukai