Anamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 25 Maret 2017 pukul 20.30
WIB di Instalasi Gawat Darurat RSUD Simo dan didukung dengan catatan
Deskripsi : medis.
Seorang wanita usia 85 tahun datang dengan keluhan pusing dan lemas tiba-tiba.
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan melakukan tatalaksana pada pasien krisis hipertensi.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Bahasan :
Cara Presentasi dan
Diskusi E-mail Pos
Membahas : Diskusi
1
Data Pasien : Ny. S No. Registrasi : 1703109226
Bangsal : Dalam Terdaftar Sejak : 25 Maret 2017
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Gambaran Klinis
Seorang wanita usia 85 tahun datang dengan keluhan pusing cekot-cekot dan lemas tiba-tiba
sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Mual (-), muntah (-), pingsan (-). Pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik.
3. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama.
5. Lain-lain
Sosial ekonomi cukup, pasien menggunakan fasilitas pembayaran Umum.
2
PEMERIKSAAN FISIK
H Thorax :
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Auskultasi Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
3
Pulmo :
Inspeksi Normochest, simetris, pengembangan dada kanan & kiri simetris
Palpasi Simetris, pergerakan dada kanan = kiri, stem fremitus kanan &
kiri simetris
Perkusi Sonor / sonor
Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus paru
(-/-), krepitasi (-/-)
I. Abdomen :
K Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-)
.
M Genitourinaria Tidak ada kelainan.
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah tanggal 25 Maret 2017
PENATALAKSANAAN
O2 2 lpm
Infus RL 12 tpm
Injeksi Piracetam 3gram / 8 jam
Injeksi Citicolin 250mg / 12 jam
Injeksi Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Amlodipin 10mg 0 0 1
Lisinopril 10mg 1 0 0
Plan : konsul dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Penyakit Saraf
5
HASIL PEMBELAJARAN
Krisis Hipertensi
A. Pendahuluan
B. Definisi dan Klasifikasi
C. Faktor Resiko
D. Gambaran Klinis
E. Diagnosis
F. Tatalaksana
G. Prognosis
6
RINGKASAN HASIL PEMBELAJARAN
KRISIS HIPERTENSI
A. Pendahuluan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat di
seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah. Terdapat sekitar 50
juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%,
Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%.1
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan
bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat
merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal,
otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer.1
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO),
organisasi hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional, termasuk
Indonesia.6
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis
Hipertensi dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan
yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %. 1,2
7
B. Definisi dan Klasifikasi
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg yang
membutuhkan penanganan segera.
Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua kelompok
yaitu :
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik
180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam.
Hipertensi mendesak (urgency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik
180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) tanpa kerusakan organ target yang progresif atau
minimal. Sehingga penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam
sampai hari.
C. Faktor Resiko
Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
Kehamilan
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
Pengguna NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit vaskular/
kolagen)
D. Gambaran Klinis
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu,
diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur dan
edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak;
gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan
tekanan darah umumnya. Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada tabel 2.
8
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5
Tekanan Status
Funduskopi Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah neurologi
Sakit kepala,
Denyut jelas,
Perdarahan, kacau,
>220/140 membesar, Uremia,
eksudat, edema gangguan Mual, muntah
mmHg dekompensasi, proteinuria
papilla kesadaran,
oliguria
kejang
Roesma J. Krisis hipertensi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid I. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC, 2006. 616-617.
E. Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi
tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang
menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosis suatu
krisis hipertensi.
Anamnesis
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan :
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang).
f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pielonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan, mencari
kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi aorta).
Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit
pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah
jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung
koroner.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan
elektrolit.
9
Pemeriksaan penunjang : elektrokardiografi, foto thorax.
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan : CT scan kepala, ekokardiogram,
ultrasonogram.
F. Tatalaksana
Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit, namun dapat
dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan pendahuluan dengan pemberian obat
anti hipertensi oral.2,4,5 Penatalaksanaan krisis hipertensi berdasarkan penilian awal dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5
Hipertensi Mendesak
Parameter Hipertensi Darurat
Biasa Mendesak
Tekanan darah
> 180/110 > 180/110 > 220/140
(mmHg)
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency)
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4: Obat hipertensi oral 3,5
10
5 - 10 mg PO; Takikardi, hipotensi, gangguan
Nifedipine 5 -15 min/4-6 jam
ulangi setiap 15 menit koroner
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
Diltiazem
sebagi infus IV min peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, labetalol 20% -25% dalam 2-3 jam
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
11
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid hemorrhage Nitroprusside, nimodipine, nicardipine 20% -25% dalam 2-3 jam
G. Prognosis
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan di bidang neuro-cardiovaskular yang
sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis terdiri dari hipertensi emergensi dan
hipertensi urgensi. Keduanya harus ditangani dengan tepat dan segera sehingga prognosisnya
terhadap organ target (otak, ginjal dan jantung) dan sistemik dapat ditanggulangi.
DAFTAR PUSTAKA
12
SOAP
A. SUBJEKTIF
Seorang wanita usia 85 tahun datang dengan keluhan pusing cekot-cekot dan lemas tiba-
tiba sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Mual (-), muntah (-), pingsan (-). Pasien masih
dapat berkomunikasi dengan baik.
B. OBJEKTIF
Dari pemeriksaan fisik, diperoleh abnormalitas sebagai berikut :
Keadaan Umum : Pasien tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
GCS : E3 V4 M4
TD : 190/100 mmHg
Kekuatan 1 1
1 1
Dari pemeriksaan foto rontgen, diperoleh kesan Kardiomegali dengan aortosklerosis dan
pneumonia dextra.
C. ASSESSMENT
Pasien tersebut terdiagnosis sebagai Krisis Hiperternsi (Hipertensi Emergensi)
berdasarkan atas kriteria klinis berupa TD 190/100 mmHg dan curiga kerusakan organ target
pada otak berupa stroke non hemoragik.
Sebaiknya pada pasien harus segera dilakukan pemeriksaan CT-scan untuk memastikan
apakah ada perdarahan atau daerah iskemik pada otak sehingga dapat diberikan terapi yang
tepat sesuai etiologi. Penatalaksanaan lanjutan pada pasien tersebut akan dirawat oleh dokter
spesialis penyakit dalam dan penyakit saraf. Edukasi perlu dilakukan kepada pasien beserta
keluarganya dalam rangka meningkatkan kepatuhan dalam mengonsumsi obat, menjaga makan
dan minum, olah raga teratur supaya tekanan darah tetap stabil.
13
D. PLANNING
O2 2 lpm
Infus RL 12 tpm
Injeksi Piracetam 3gram / 8 jam
Injeksi Citicolin 250mg / 12 jam
Injeksi Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Amlodipin 10mg 0 0 1
Lisinopril 10mg 1 0 0
Plan : konsul dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Penyakit Saraf
14