Tanggal Presentasi: 19 Jan 2017 Pembimbing: dr. Ken Shinta, Sp.A. Pendamping: dr. Juliana
Obyektif Presentasi:
Deskripsi: Pasien anak perempuan 11 tahun, sesak nafas. Sesak tiba-tiba disertai batuk pilek dan nyeri dada sejak 1
1
Data Pasien: Nama: An. SP Nomor Registrasi: 079380
Pasien anak perempuan 11 tahun, sesak nafas. Sesak tiba-tiba disertai batuk pilek dan nyeri dada sejak 1 minggu
2. Riwayat Pengobatan:
Thn 2011 pernah sesak dan nyeri dada, kemudian disarankan SpA untuk berobat ke Jawa dan didiagnosa sakit
4. Riwayat Keluarga:
Tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan
6. Lain-lain:
2
Diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Daftar Pustaka:
a. Wilkinson JL. Practical guidelines to early detection of congenital heart disease in the newborn period. Indones J
b. Allen HD, Franklin WH, Fontana ME. Congenital heart disease: untreated and operated. Dalam: Emmanoulides GC,
Riemenschneider TA, Allen HD, Gutgesell HP, penyunting. Moss and Adams heart disease in infants, children, and
c. Ramakrishnan S, Kothari SS, Bahl VK. Heart Failure Definition and Diagnosis. Indian Heart J 2005; 57:13-20
d. Braunwald E, Grossman W. Clinical aspects of heart failure. In Braunwald E ed. Heart Disease: A Textbook of
e. Sommers C, Nagel BH, Neudorf U, Schmaltz AA. Congestive heart failure in childhood. An epidemiologic study. Herz
2005;30:652-662
Hasil Pembelajaran:
2. Penatalaksanaan yang tepat dan akurat untuk mengendalikan symptom sesuai dengan diagnosis
3
4. Edukasi dan konseling untuk pasien
1. Subyektif: Pasien anak perempuan 11 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari SMRS. Sesak datang
tiba-tiba disertai batuk pilek dan nyeri dada sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dada disertai rasa berdebar debar dan
keringat dingin. Sianosis (-). Demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu. Sempat terkena batuk pilek 2 minggu yang
Sesak tiba-tiba disertai nyeri dada dan rasa berdebar debar serta memiliki riwayat sakit jantung dan riwayat
infeksi saluran pernafasan sebelumnya. Bila pada seorang pasien yang berusia 11 tahun ditemukan gejala nyeri
dada maka harus dipikirkan gejala-gejala penyakit jantung bawaan dan juga penyakit jantung rematik.
2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik :
o Nadi: 130 x/menit, Suhu: 38,5C, RR: 36 x/menit, SpO2: 100%, BB: 29 kg, TB: 142 cm, IMT: 14.38
o Kepala:
4
Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kanan = kiri, Ronchi -/-,Wheezing -/-
Cor : bunyi jantung irregular, bising jantung (+) pansistolik murmur PM apex III/6, continuous murmur PM
Perkusi : timpani
Hasil Laboratorium:
o Darah
Ht: 20,9 %
MCV: 79,4
MCH: 24,7
5
MCHC: 31,2
RDW: 19,5
Kimia klinik:
SGOT: 26 u/l
SGPT: 11 u/l
Ureum: 23 mg/dl
GDS : 82 mg/dl
Na/K/Cl: 134,5/3,88/109,1
ASTO: Negatif
Echo (Tahun 2011): PDA(+) diameter 5mm L->R Shunt, dilatasi LA dan LV, MR ringan
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang mendukung diagnosis PDA dengan Gagal Jantung
Anamnesis
6
Gejala klinis
Definisi Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir
Insidensi PDA:
Bayi premature
Patent duktus arteriosus kecil dengan diameter 1.5-2.5 mm biasanya tidak memberi gejala. Tekanan darah dan
tekanan nadi dalam batas normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri sternum.
Pada auskultasi terdengar bising kontinu, machinery murmur yang khas untuk Patent Duktus Arteriosus, di daerah
7
subklavikula kiri. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal, bunyi jantung kedua mengeras dan bising diastolik melemah
atau menghilang.
Patent Duktus Arteriosus sedang dengan diameter 2.5-3.5 mm biasanya timbul sampai usia dua sampai lima bulan
tetapi biasanya keluhan tidak berat. Pasien mengalami kesulitan makan, seringkali menderita infeksi saluran nafas,
namun biasanya berat badannya masih dalam batas normal. Anak lebih mudah lelah tetapi masih dapat bermain.
Patent Duktus Arteriosus besar dengan diameter >3.5-4.0 mm menunjukkan gejala yang berat sejak minggu-minggu
pertama kehidupannya. Ia sulit makan dan minum, sehingga berat badannya tidak bertambah. Pasien akan tampak
sesak nafas (dispnea) atau pernafasan cepat (takipnea) dan banyak berkeringat bila minum dan kadang dapat
Tatalaksana PDA
Lingkungan yang suhu netral dan oxsigenasi yang adekuat untuk mengurangi demand pada left ventricular output.
Positive end expiratory pressure (PEEP) untuk meningkatkan pertukaran gas pada bayi dengan masalah
pernafasan.
8
Mempertahankan hematocrit 35 sampai 40% untuk meningkatkan tahanan vaskuler paru dan mengurangi left-to-
right shunt
Terapi Intervensi untuk menutup PDA meliputi terapi farmakologi, surgical ligation, percutaneous catheter oclution
Adanya tanda volume overload di bagian kiri jantung (pembesaran atrium atau ventrikel kiri),
Penutupan PDA tidak direkomendasikan untuk pasien dengan Hipertensi Pulmoner berat dan irreversible
GAGAL JANTUNG
Definisi gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak bisa memompa cukup
darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang tepat. Gagal jantung pada anak umumnya disebabkan oleh gangguan
Faktor Resiko
9
a) Left to right shunt besar: VSD, AVSD, PDA
b) Lesi campuran dengan Pulmonary Blood Flow yang tinggi: TGA, TAPVC, Truncus
f) Ischemic: ALCAPA
Ross II: Takipneu ringan atau diaphoresis ketika menyusu pada bayi, dyspneu ketika aktivitas pada anak yang
10
Ross III: Tachypnea atau diaphoresis saat makan atau aktivitas. Waktu menyusu memanjang. Gangguan
Ross IV: Simptom ketika istirahat dengan tachypneu, retraksi, grunting, atau keringat dingin
Manifestasi Klinis
a. Gangguan pertumbuhan.
Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah
jantung. Pada PJB sianotik, gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuhan
ini juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB.
b. Sianosis.
Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah. Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir
mulut, bukan di sekitar mulut. Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada sianosis
perifer yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujung ujung
jari.
c. Toleransi latihan.
Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk menggambarkan status kompensasi jantung ataupun
derajat kelainan jantung. Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang.
11
d. Infeksi saluran napas berulang.
Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Sering
pasien dirujuk ke ahli jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak
sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberkulosis sebelum di rujuk ke ahli jantung anak.
e. Bising jantung.
Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan
kadang-kadang tanda ini yang merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi
bising, derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising
jantung pada pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga
menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis
Terdapat tiga aspek yang penting dalam penanggulangan gagal jantung yaitu pengobatan terhadap gagal jantung
yaitu, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari, dan pengobatan terhadap faktor pencetus (anemia, infeksi,
dan disritmia). Termasuk dalam pengobatan medikamentosa gagal jantung yaitu rnengurangi retensi cairan dan
Terapi Nonmedikamentosa:
12
Istirahat. Pada gagal jantung akut yang berat pasien perlu dirawat inap. Tirah baring dengan posisi setengah
Suhu dan kelembaban. Neonatus sangat rentan terhadap perubahan suhu lingkungan, khususnya suhu
dingin, lebih-lebih bila menderita penyakir berat. Oleh karena itu neonatus dengan gagal jantung perlu
Oksigen. Oksigen, biasanya cukup dengan kateter naso-fanngeal atau masker, harus secara rutin diberikan
pada setiap pasien gagal jantung akut atau gagal jantung yang berat,
Pernberian cairan dan diet. Pada pasien dengan gagal jantung berat seringkaii masukan cairan dan makanan
per oral tidak memadai, atau mengandung bahaya terjadinya aspirasi. Oleh karena itu pada pasien tersebut
seringkali diperlukan pemberian cairan intravena. Mengingat terdapatnya kecenderungan terjadinya retensi
cairan dan natrium pada pasien gagl jantung, dan kehilangan kalium bila diberikan diuretik, maka diberikan
cairan tanpa natrium, dan jumlahnya perlu dikurangi menjadi kira-kira 75-80% kebutuhan rumatan. Pada
pasien yang dapat masukan oral atau yang rawat jalan diperlukan diet rendah garam. Namun tidak perlu
terlalu ketat mengingat kelebihan natrium dapat dikontrol dengan diuretik. Sedang makanan tawar sering
ditolak pasien
Terapi Medikamentosa:
1. Obat-Obat Inotropik
13
Obat inotropik yang ideal dapat meningkatkan kontrakti1itas otot jantung tanpa naenyebabkan peninggian O2,
takikardi atau aritmia. Sayangnya obat yang mempunyai sernua karakteristik tersebut sampai sekarang belum
dapat ditemukan.
2. Digitalis (Digoksin)
Sampai sekarang digoksin masih banyak dipergunakan dalam pengobatan gagal jantung pada bayi dan anak.
Manfaat utamanya ada1ah akibat efek inotropiknya, yakni dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi
ventrikel. Digoksin juga mengurangi tonus simpatis, menurunkan resistensi sistemik dengan vasodilatasi perifer,
serta menurunkan frekuensi denyut jantung. Digoksin tidak berrnanfaat, bahkan mungkin berbahaya, bila
Bayi dan anak dengan gagal jantung akut yang berat seringkali memerlukan obat inotropik yang lebih poten.
Untuk keperluan tersebut pada saat inii telah tersedia beberapa jenis obat inotropik yang diberikan dengan infus
konstan, yang banyak digunakan pada saat ini adalah dopamin dan dobutarnin. Dopamin merupakan prekursor
katekolamin dan epinefrin. Pada dosis rendah, yakni 2,5 g/kgBB/menit doparnin terutama berpengaruh
meningkatkan aliran darah ginjal, sehingga menambah ekskresi air dan garam. Pada dosis 10-20 g/kgBB/rnenit
dopamin terutama mempunyai efek inotropik, namun sering menimbuikan gangguan irama jantung. Oleh karena
itu sebagian ahli menyarankan untuk tidak memakai dopamin sebagai inotropik.
14
4. Vasodilator
Walaupun digitalis dan diuretik masih dipakai sebagai obat standar, akhir-akhir ini banyak dipakai vasodilator
dalam penatalaksanaan gagal jantung pada bayi dan anak. Cara kerja obat vasodilator tersebut adalah dengan
mempengaruhi preload dan afterload. Pengobatan gagal jantung pada anak dengan vasodilator telah banyak
dicoba dengan hasil memuaskan. Agar dapat dipilih obat yang tepat untuk gagal jantung, perlu dipahami prinsip
dasar fungsi jantung yang normal maupun abnormal seperti dlkemukaan di atas.
5. Venodilator
Cara kerja venodilator ialah menurunkan tekanan darah sistemik dan pulmonal, mengurangi bendungan vena,
tetapi tidak meningkatkan curah jantung secara langsung. Nitrat dan nitrogliserin sangat berguna untuk pasien
gagal jantung dengan edema paru akibat regurgitasi katup mitral atau aorta. Pada pasien pascaoperasi jantung,
obat ini dipakai apabila terdapat gejala bendungan vena sistemik dan paru akibat peninggian tekanan pengisian
(filling pressure). Efek obat berguna apabila terdapat peninggian tekanan atau volume pengisian ventrikel.
Apabila tekanan atau volume pengisian ventrikel rendah, malahan akan terjadi penurunan curah jantung.
6. Dilator Arteri
Obat dilator arteri berkhasiat menurunkan afterload dengan akibat bertambahnya curah jantung tanpa
meningkatkan konsumsi oksigen. Akan terjadi penurunan tekanan pengisian ventrikel karena pengosongan
15
7. Dilator Arteri-Vena
Obat ini berkhasiat menurunkan preload dan afterload sehingga menurunkan tekanan pengisian ventrikel dan
penambahan curah jantung, karenanya ia berguna pada peninggian tekanan pengisian ventrikel yang disertai
curah jantung yang rendah. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah penghambat enzim menguhah renin-
8. Diuretik
Golongan diuretik bermanfaat mengurangi gejala bendungan, apahila pemberian digitalis saja ternyata tidak
memadai, namun deuretik sendiri tidak memperbaiki penampilan miokardium secara lansung. Obat yang
tersering dipakai adalah golongan tiazid, asam etakrinik, furosemid, dan golongan antagonis aldosteron.
Furosemid merupakan diuretik yang paling banyak digunakan karena efektif, aman, dan murah. Namun diuretik
menyebabkan ekskresi kalium bertambah, sehingga pada dosis besar atau pemberian jangka lama diperlukan
tambahan kalium (berupa KCI). Dengan furosemid rendah suplemen kalium mungkin tidak diperlukan; sebagian
ahli hanya menganjurkan tambahan makan pisang yang diketahui mengandung banyak kalium daripada.
memberikan preparat kalium. Kombinasi antara furosemid dengan spironolakton dapat bersifat aditif, yakni
rnenambah efek diuresis. dan oleh karena spironolakton bersifat menahan kalium maka pemberian kalium tidak
diperlukan.
9. Pengobatan Kombinasi
16
Gagal jantung berat seringkali memerlukan pengobatan kombinasi antara obat inotropik dan obat yang
mengurangi beban jantung. Kombinasi antara dopamin dosis rendah dengan dobutamin seringkali digunakan
untuk gagal Jantung berat atau syok kardiogenik. Seperti telah diuraikan, dopamin dosis rendah menambah aliran
darah ginjal, sedangkan dobutarnin merupakan obat inotropik yang kuat dan aman. Kombinasi dopamin atau
dobutamin dengan nitroprusid dipakai pada penderita gagal jantung dengan curah iantung rendah pascabedah
jantung terbuka. Kombinasi antara kaptopril oral dengan digoksin dapat dipakai untuk pengobatan jangka panjang
kardiomiopali kongestif dengan atau tanpa insufisiensi aorta atau mitral berat
Tindakan bedah menempati peran penting dalam tata laksana gagal jantung pada bayi dan anak, baik untuk
penyakit jantung bawaan maupun penyakit jantung didapat. Dalam praktek pediatri, penyakit jantung yang
seringkali menyebabkan gagal jantung adalah lesi dengan pirau kiri ke kanan (defek septum ventrikel, duktus
arteriosus persisten), serta penyakit jantung reumatik terutama. Kelainan katup mitral atau aorta. Secara umum
dapat dikatakan bahwa terapi definitif untuk pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung bawaan adalah
tindakan bedah. Terdapatnya gagal jantung menunjukkan bahwa kelainan struktural yang terjadi adalah
berderajat berat. Untuk tiap lesi tertentu, makin dini gagal jantung terjadi, makin berat kelainan yang ada. Pada
sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi dalam harihari atau minggu-minggu pertama pascalahir,
misalnya pada sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta berat, atau anomaili total drainase
17
vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka ini terapi medikamentosa saja sulit diharapkan rnemberikan
hasil, sehingga tindakan invasif diperlukan segera setelah keadaan pasien dibuat stabil. Kegagalan untuk
melakukan operasi pada golongan pasien ini harnpir selalu akan berakhir dengan kematian. Pada gagal jantung
akibat penyakit jantung bawaan yang kurang berat, pendekatan awal yang umum adalah memberikan terapi
medis yang adekuat. Bila terapi medis menolong, yang tampak dengan hilangnya gejala gagal jantung,
meningkatnya toleransi latihan, serta bertambahnya berat badan dengan cukup memadai, maka terapi medis
diteruskan sambil menunggu saat yang baik untuk koreksi bedah. Namun apabila terapi rnedis tidak memperbaiki
fungsi jantung, rnaa tindakan bedah diperlukan lebih dini, baik berupa bedah paliatif (banding a. pulmonalis)
maupun bedah korektif Pada pasien penyakit jantung reumatik yang berat yang disertal gagal jantung, maka
obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder (biasanya adalah
penisilin benzatin) Pengobatan yang disertai dengan profilaksis sekunder yang adekuat mungkin dapat
memperbaiki keadaan jantung. Sebaliknya apabila profilaksis sekunder tidak dilaksanakan dengan haik maka
pasien terancam mengalami serangan ulang demam reumatik yang mempunyai potensi untuk lebih
memperburuk kelainan jantung yang sudah ada. Bila terapi medis tidak menolong, maka diperlukan evaluasi
apakah diperlukan tindakan invasif (valvulotomi mitral dengan balon pada stenosis mitral, rekonstruksi katup pada
insufisiensi mitral atau insufisiensi aorta, atau operasi penggantian katup) pada pasien remaja atau dewasa
muda. Golongan pasien ini, yakni pasien dengan cacat katup yang berat akibat penyakit jantung reumatik,
18
meskipun telah dilakukan valvuloplasti balon atau operasi, masih menyisakan kemungkinan terdapatnya gejala
sisa sehingga sebagian besar pasien tidak dapat hidup sama sekali normal. Pemantauan seumur hidup sangat
diperlukan agar setiap perubahan yang tidak dikehendaki dapat dideteksi secara dini dan diatasi dengan adekuat.
4. Plan:
Diagnosis Fungsional: Gagal Jantung Ross III-IV + Anemia Normositik Normokrom+ Gizi Kurang
Pengobatan:
O2 2L/menit
19
PO: Paracetamol Syr 1,5cth k/p
a. Mengontrol emosi, mengurangi aktivitas fisik yang berat dimana membutuhkan banyak oksigen dalam
aktivitasnya.
b. Melakukan pola hidup sehat seperti mengatur pola makan, melakukan olah raga ringan secara teratur.
Konsultasi:
Di jelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan dokter spesialis anak secara berkala. Konsultasi ini
merupakan upaya agar penyakit dapat ditangani dan dikontrol dengan tepat.
20