Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PORTOFOLIO RUMAH SAKIT

KASUS KEMATIAN

SEORANG LAKI-LAKI, USIA 67 TAHUN DENGAN HENTI JANTUNG


(CARDIAC ARREST)

Oleh :
dr. Najih Rama Eka Putra

Pendamping :
dr. Triyono
dr. Faridha Achmawati

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG
2016

No. ID dan Nama Peserta : dr. Najih Rama Eka Putra Presenter : dr. Najih Rama Eka Putra
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Muntilan Pendamping : dr. Triyono dan dr.
Faridha A
TOPIK : Cardiac Arrest

1
Tanggal (kasus) : 06 April 2016
Nama Pasien : Tn. T No. RM : 082165
Tanggal Presentasi : 25 April 2016 Pendamping : dr. Triyono dan dr. Faridha A
Tempat Presentasi : RSUD Muntilan Magelang
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Laki-laki, usia 67 tahun, datang ke IGD dalam keadaan tidak sadar sejak 30 menit SMRS.
o Tujuan:
Mengetahui patofisiologi terjadinya henti jantung (cardiac arrest).
Mengetahui manajemen henti jantung mendadak.
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka o Riset Kasus o Audit
Cara Membahas o Diskusi Presentasi o E-mail o Pos
dan Diskusi
DATA PASIEN Nama : Tn. T No Registrasi : 082165
Nama klinik : IGD Telp : - Terdaftar sejak : 06 April 2016
(09.00)
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis : Cardiac Arrest
2. Gambaran Klinis :
Pasien datang ke IGD dalam keadaan tidak sadar saat di acara pernikahan
sejak kurang lebih 30 menit SMRS. sebelumnya, pasien mengeluhkan keringat dingin.
Namun, menurut keluarga pasien, tidak didapatkan adanya keluhan berupa nyeri dada,
sesak nafas, berdebar-debar, nyeri kepala, maupun muntah sebelumnya. Tidak
didapatkan pula adanya riwayat pengobatan atau konsumsi obat-obatan tertentu
sebelumnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi : (+), tidak rutin kontrol
Riwayat diabetes mellitus : (+), tidak rutin kontrol
Riwayat asma/alergi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal

2
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma/alergi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan :
Riwayat merokok : (+)
Riwayat konsumsi jamu : disangkal
Riwayat konsumsi minuman keras : disangkal
Riwayat konsumsi obat-obatan : disangkal

6. Riwayat Sosio-Ekonomi :
Pasien bekerja sebagai pegawai KUA, tinggal 1 rumah dengan istri dan 1 orang
anaknya. Pasien berobat dengan menggunakan jaminan ASKES-SOS.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Karo S, Rahajoe AU, Sulistyo S, Kosasih A (2013). Buku Panduan Advanced Cardiac
Life Support (ACLS). Jakarta: Penerbit Perki.
2. Robert WNC, Charles WO, Mark SL, Steven LK, Michael S, Clifton WC, Peter JK et
al (2010). Part 8: Adult advanced cardiovascular life support 2010 american heart
association guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency
cardiovascular care. Circulation: 122 [suppl 3], pp: 729 67.
HASIL PEMBELAJARAN:
Mengetahui diagnosis dan tatalaksana henti jantung.

3
KASUS: CARDIAC ARREST

1. SUBJEKTIF
Keluhan Utama : tiba-tiba tidak sadar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD dalam keadaan tidak sadar saat di acara pernikahan sejak
kurang lebih 30 menit SMRS. sebelumnya, pasien mengeluhkan keringat
dingin. Namun, menurut keluarga pasien, tidak didapatkan adanya keluhan
berupa nyeri dada, sesak nafas, berdebar-debar, nyeri kepala, maupun muntah
sebelumnya. Tidak didapatkan pula adanya riwayat pengobatan atau konsumsi
obat-obatan tertentu sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi : (+), tidak rutin kontrol
Riwayat diabetes mellitus : (+), tidak rutin kontrol
Riwayat asma/alergi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma/alergi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat Kebiasaan :
Riwayat merokok : (+), sudah lama berhenti (menurut keluarga)
Riwayat konsumsi jamu : disangkal
Riwayat konsumsi minuman keras : disangkal
Riwayat konsumsi obat-obatan : disangkal

Riwayat Sosio-Ekonomi :
Pasien bekerja sebagai pegawai dan tinggal 1 rumah dengan istri serta kedua

4
anaknya. Pasien berobat dengan menggunakan jaminan ASKES-SOS.
2. OBJEKTIF
Keadaan Umum : tidak sadar
Circulation :
Td :-
HR :-
Suhu :-
Nadi carotis : tidak teraba
Irama : ventrikel fibrilasi
Akral dingin : +/+
Breathing :
RR :-
Paru : suara dasar -/-
SPO2 : tidak terdeteksi

Airways :
Snooring (-), gargling (-), stridor (-)
Disability :
E1 M1 V1
Exposure :
Pupil isokor (4mm/4mm), reflek cahaya (+/+)

3. ASSESSMENT SEMENTARA
Henti Jantung (Cardiac Arrest)

5
4. TATALAKSANA

(09.05) cek respon (-) Cek nadi karotis (-) pasang monitor gambaran ekg ventrikel fibrilasi,
RJP sambil mempersiapan alat defibrilator irama ventrikel fibrilasi defibrilasi
Unsyncronize 360 joul monofasik RJP 5 siklus , pasang iv line
(09.10) cek irama PEA RJP 5 siklus + inj adrenalin
(09.12) cek irama ventrikel takikadi, nadi (-) RJP defibrilasi
Unsyncronize 360 joul monofasik RJP 5 siklus
(09.15) cek irama PEA RJP 5 siklus, inj adrenalin
(09.18) cek irama PEA RJP 5 siklus , inj adrenalin
(09.20) cek irama true asystol, pupil midriasis maksimal

6
TINJAUAN PUSTAKA
HENTI JANTUNG

A. Pengertian
Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak.
Dapat pula disimpulkan sebagai hilangnya fungsi jantung secara
mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi secara efektif.

B. Faktor predisposisi
1. Laki-laki usia 40 tahun atau lebih.
2. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi,
hiperkolesterolemia, dan merokok.
3. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama
terjadinya cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak
mempunyai kelainan pada organ jantung.

C. Tanda Henti Jantung


1. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara,
tepukan di pundak ataupun cubitan.
2. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika
jalan pernafasan dibuka.
3. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).

D. Proses Terjadinya Henti Jantung


1. Fibrilasi ventrikel
Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan
kematian mendadak, pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan

7
fungsi kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus
ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock
atau defibrilasi.
2. Takhikardi ventrikel
Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya
karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun
akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan
menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya
pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung
akan menurun.
VT dengan keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi
dengan medikamentosa lebih diutamakan. Pada kasus VT dengan
gangguan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi),
pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR
adalah pilihan utama.
3. Pulseless Electrical Activity (PEA)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak
menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi
tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi
tidak teraba. Pada kasus ini, CPR adalah tindakan yang harus segera
dilakukan.
4. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik
pada jantung dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti
garis lurus. Pada kondisi ini, tindakan yang harus segera diambil
adalah CPR.

E. Prognosis
Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam
jangka waktu 8 sampai 10 menit dari seseorang tersebut mengalami henti
jantung. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan pemberian resusitasi

8
jantung paru dan defibrilasi segera (sebelum melebihi batas maksimal
waktu untuk terjadinya kerusakan otak) untuk secepat mungkin
mengembalikan fungsi jantung normal.
Resusitasi jantung paru dan defibrilasi yang diberikan antara 5
sampai 7 menit dari korban mengalami henti jantung akan memberikan
kesempatan korban untuk hidup rata-rata sebesar 30% sampai 45 %.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan penyediaan defibrillator
yang mudah diakses di tempat-tempat umum seperti pelabuhan udara,
dalam arti meningkatkan kemampuan untuk bisa memberikan pertolongan
(defibrilasi) sesegera mungkin akan meningkatkan kesempatan hidup rata-
rata bagi korban cardiac arrest sebesar 64%.

F. Resusitasi Jantung Paru / Cardio Pulmonary Resusitation


Pada penanganan korban cardiac arrest dikenal istilah rantai untuk
bertahan hidup (chin of survival); cara untuk menggambarkan penanganan
ideal yang harus diberikan ketika ada kejadian cardiac arrest. Jika salah
satu dari rangkaian ini terputus, maka kesempatan korban untuk bertahan
hidup menjadi berkurang, sebaliknya jika rangkaian ini kuat maka korban
mempunyai kesempatan besar untuk bisa bertahan hidup.
Chain of survival terdiri dari:
1. Early acces: kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala
dan tanda awal serta segera memanggil pertolongan untuk
mengaktifasi EMS (Emergency Medical System).
2. Early CPR: CPR akan mensuplai sejumlah minimal darah ke jantung
dan otak, sampai defibrilator dan petugas yang terlatih tersedia/datang.
3. Early defibrillator: Pada beberapa korban, pemberian defibrilasi
segera ke jantung korban dapat mengembalikan denyut jantung.
4. Early advance care: pemberian terapi IV, obat-obatan, dan
ketersediaan peralatan bantuan pernafasan.

9
G. Prosedur Resusitasi Jantung Paru
1. Menentukan ketiadaan respon/Kebersihan Jalan Nafas (airway):
a. Yakinkan lingkungan telah aman, periksa ketiadaan respon dengan
menepuk atau menggoyangkan pasien sambil bersuara keras
Apakah anda baik-baik saja?
b. Apabila pasien tidak berespon, minta seseorang yang saat itu
bersama kita untuk minta tolong.
c. Posisikan pasien supine pada alas yang datar dan keras, ambil
posisi sejajar dengan bahu pasien. Jika pasien mempunyai trauma
leher dan kepala, jangan gerakkan pasien, kecuali bila sangat perlu
saja.
d. Buka jalan nafas
1) Head-tilt/chin-lift maneuver: letakkan salah satu tangan di
kening pasien, tekan kening ke arah belakang dengan
menggunakan telapak tangan untuk mendongakkan kepala
pasien. Kemudian letakkan jari-jari dari tangan yang lainnya
di dagu korban pada bagian yang bertulang, dan angkat
rahang ke depan sampai gigi mengatub.
2) Jaw-thrust maneuver: pegang sudut dari rahang bawah pasien
pada masing-masing sisinya dengan kedua tangan, angkat
mandibula ke atas sehingga kepala mendongak. Teknik ini
adalah metode yang paling aman untuk membuka jalan nafas
pada korban yang dicurigai mengalami trauma leher.
2. Pernafasan (Breathing)
1. Dekatkan telinga ke mulut dan hidung pasien, sementara
pandangan kita arahkan ke dada pasien, perhatikan apakah ada
pergerakan naik turun dada dan rasakan adanya udara yang
berhembus selama expirasi. (Lakukan 5-10 detik). Jika pasien
bernafas, posisikan korban ke posisi recovery (posisi tengkurap,
kepala menoleh ke samping).

10
2. Jika ternyata tidak ada, berikan bantuan pernafasan mouth to mouth
atau dengan menggunakan amfubag. Selama memberikan bantuan
pernafasan pastikan jalan nafas pasien terbuka dan tidak ada udara
yang terbuang keluar. Berikan bantuan pernafasan sebanyak dua
kali (masing-masing selama 2-4 detik). Pemberian bantuan
pernafasan yang adekuat diindikasikan dengan dada terlihat
mengembang dan mengempis, terasa adanya udara yang keluar dari
jalan nafas dan terdengar adanya udara yang keluar saat expirasi.
3. Circulation
Pastikan ada atau tidaknya denyut nadi, sementara tetap
mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan head tilt-chin lift
yaitu satu tangan pada dahi pasien, tangan yang lain meraba denyut
nadi pada arteri carotis dan femoral selama 5 sampai 10 detik. Jika
denyut nadi tidak teraba, mulai dengan kompresi dada.
a. Berlutut sedekat mungkin dengan dada pasien. Letakkan bagian
pangkal dari salah satu tangan pada daerah tengah bawah dari
sternum (2 jari ke arah cranial dari procecus xyphoideus). Jari-jari
bisa saling menjalin atau diposisikan ke atas menjauhi dada.
Tumpuan tangan penolong harus berada di sternum sehingga
tekanan yang diberikan akan terpusat di sternum, yang mana akan
mengurangi resiko patah tulang rusuk.
b. Jaga kedua lengan lurus dengan siku dan terkunci, posisi pundak
berada tegak lurus dengan kedua tangan, dengan cepat dan
bertenaga tekan bagian tengah bawah dari sternum pasien ke
bawah, 1 - 1,5 inch (3,8 - 5 cm).
c. Lepaskan tekanan ke dada dan biarkan dada kembali ke posisi
normal. Lamanya pelepasan tekanan harus sama dengan lamanya
pemberian tekanan. Tangan jangan diangkat dari dada pasien atau
berubah posisi. Pelepasan tekanan ke dada akan memberikan
kesempatan darah mengalir ke jantung.

11
d. Lakukan CPR dengan dua kali nafas buatan dan 30 kali kompresi
dada. Ulangi siklus ini sebanyak 5 kali(2 menit). Kemudian periksa
nadi dan pernafasan pasien.
Pemberian kompresi dada dihentikan jika:
1) Telah tersedia AED (Automated External Defibrillator).
2) Korban menunjukkan tanda kehidupan.
3) Tugas diambil alih oleh tenaga terlatih
4) Penolong terlalu lelah untuk melanjutkan pemberian
kompresi.
Bantuan nafas harus dikombinasi dengan kompresi dada.
Periksa nadi di arteri carotis, jika belum teraba lanjutkan
pemberian bantuan nafas dan kompresi dada.
e. Sementara melakukan resusitasi, secara simultan kita juga
menyiapkan perlengkapan khusus resusitasi untuk memberikan
perawatan definitive. Perawatan definitive yaitu termasuk di
dalamnya pemberian defibrilasi, terapi obat-obatan, cairan untuk
mengembalikan keseimbangan asam-basa, monitoring, dan
perawatan oleh tenaga terlatih di ICU.
f. Siapkan defibrillator atau AED (Automated External Defibrillator)
segera.

12
H. Algoritma Resusitasi Jantung Paru

13
DAFTAR PUSTAKA

Karo S, Rahajoe AU, Sulistyo S, Kosasih A (2013). Buku Panduan Advanced


Cardiac Life Support (ACLS). Jakarta: Penerbit Perki.

Robert WNC, Charles WO, Mark SL, Steven LK, Michael S, Clifton WC,
Peter JK et al (2010). Part 8: Adult advanced cardiovascular life
support 2010 american heart association guidelines for
cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care.
Circulation: 122 [suppl 3], pp: 729 67.

14

Anda mungkin juga menyukai