Puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan dan memenuhi Penulisan Laporan Kasus tentang
“Hipertensi”, untuk memenuhi tugas di Departemen IKM-IKK, pada tingkat 2 Mahasiswa
Program Profesi Dokter (MPPD).
Saya menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritikan yang membangun dari beragai pihak. Akhirnya kami berharap semoga laporan kasus
ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Hipertensi.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam praktek klinik sehari-
hari. Menurut JNC VII, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. 2
Prevalensi dunia memperkitakan terdapat 1 milyar individu yang mengalami hipertensi.
WHO juga mencatat terdapat kecenderungan hipertensi merukapakan penyebab utama
terjadinya 62 % pada kasus cerebrovascular disease dan 49 % penyebab terjadinya Penyakit
jantung iskemik. Selain itu, hipertensi juga salah satu penyebab terjadinya penyakit seperti
stroke dan gagal ginjal bila tidak ditangani secara baik.1
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah hipertropi ventrikel kiri, angina atau infark miokard, gagal jantung,
stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan retinopati. Untuk itulah pentingnya
diagnosis dini serta penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
yang akan terjadi atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang sedang terjadi.1,2
3
BAB II
ANALISIS KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan Pekerjaan
: PNS
Alamat : Siko
Agama : Islam
Status : Menikah
B. Problem
Anamnesi
s
1. Keluhan utama
Sakit kepala
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan keluhan sakit kepala yg dialami sejak 5 tahun terakhir, sakit
kepala dirasakan terus menerus di seluruh bagian kepala dan kadang pandangan
menjadi kabur. Sakit kepala juga disertai rasa tegang pada leher belakang dan
keluhan dirasakan hilang timbul. Keluhan lainnya seperti demam (-) batuk (-)
mual-muntah(-) lemas (+), penurunan berat badan (-) buang air besar dan kecil
normal, nafsu makan dan minum normal.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensei sejak 5 tahun yang lalu. Tahun pertama
dan kedua pasien rutin konsumsi obat hipertensi amplodipin 10 mg, namun
sekarang pasien tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi dengan alasan
tidak ada keluhan dan hanya minum ketika ada keluhan muncul.
Riwayat alergi : tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga
Almarhum ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.
4
5. Riwayat pengobatan
Amplodipin 10 mg 1 x 1
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang PNS yang tinggal bersama suami dan 2 anak
perempuannya. Kegiatan pasien selama 5 tahun terkahir yaitu bekerja di kantor
dinas pendidikan. Riwayat minum alcohol dan merokok disangkal. Pasien
memiliki kebiasaan makan makanan asin sebelum menikah dan pasien jarang
melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga.
C. Data Klinis
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 87x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,7 C
2. Status generalisata
Kepala : Rambut hitam dan beruban, tidak mudak dicabut, distribusi
merata, wajah simetris
Mata :Pupil isokor, bulat, refleks langsung (+/+), tak langsung (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Pendengaran kesan menurun
Hidung : Rhinore (-/-)
Mulut : Lidah bersih
Leher : Trakea di tengah, KGB tidak membesar
Thoraks
Paru
- Palpasi : Fremitus raba simetris kiri dan kanan, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+/+)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
5
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas kanan jantung di linea parasternalis dextra. Batas
kiri jantung di linea midclavicula sinistra
- Auskultasi : BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Cembung
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
- Perkusi : Timpani
- Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Anus & Rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Pemeriksaan penunjang
GDS :-
Asam urat : -
Kolesterol : -
D. Hypothesis
Hypertensi
E. Mechanisme
Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu refleks baroresptor
yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi, karena adanya
berbagai gangguan genetik dan resiko lingkungan, maka terjadi gangguan
neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan sistem renin-angiotensi-aldosteron, serta
terjadinya inflamasi dan resitensi insulin. Resistensi insulin dan gangguan
neurohormonal menyebabkan vasokontraksi sistemik dan peningkatan resistensi
perifer. Inflamasi menyebabkan gagguan ginjal yang disertai gangguan sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan air di ginjal,
sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume
darah merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi (Asikin dkk, 2016).
Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor lingkungan yang
memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskular. Salah satu kemungkinan penyebab
6
hipertensi primer adalah defisiensi kemampuan ginjal untuk mengekresi natrium yang
meningkatkan volume cairan ekstraseluler dan curah jantun sehingga mengakibatkan
peningkatan aliran darah ke jaringan. Peningkatan aliran darah ke jantung
menyebabkan kontriksi arteriolar dan peningkatan resistensi vaskular perifer (PVR) dan
tekanan darah. (Nair & Peate, 2015). Sedangkan Hipertensi sekunder terjadi kerena
disebabkan oleh penyakit pada organ yang mengakibatkan peningkatan PVR dan
peningkatan curah jantung. Pada sebagian besar kasus, fokus hipertensi sekunder adalah
penyakit ginjal atau kelebihan kadar hormon seperti aldosteron dan kortisol. Hormon
tersebut menstimulasi retensi natrium dan air yang mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan darah (Nair & Peate, 2015).
F. More Information
1. Defenisi Hipertensi
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik nya
melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua
atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan.1
2. Etiologi
7
3. Faktor Resiko
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur,
jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,
obesitas dan nutrisi.2,4
a) Usia
Usia mempengaruhi faktor resiko terkena Hipertensi dengan kejadian
paling tinggi pada usia 30 – 40 th. Kejadian 2X lebih besar pada orang
kulit hitam, dengan 3X lebih besar pada laki-laki kulit hitam, dan 5X lebih
besar untuk wanita kulit hitam.
b) Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin
laki-laki.
c) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan resiko terkena hipertensi
sebanyak 75%.
d) Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan
resiko hipertensi meningkat.
e) Serum lipid
Meningkatnya triglycerida atau kolesterol meninggi resiko dari hipertensi.
f) Diet
Meningkatnya resiko dengan diet sodium tinggi, resiko meninggi pada
masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.
g) Merokok
Resiko terkena hipertensi dihubungkan dengan jumlah rokok dan lamanya
merokok.
Terdapat penambahan kriteria, sebagai berikut :
h) Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya kepada
anaknya.
i) Stres Pekerjaan Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka
mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Stres dapat
8
meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi
kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu
yang panjang
j) Asupan Garam
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah.
Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita
hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah
untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya
k) Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.
4. Manisfestasi Klinis
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.3
5. Diagnosis
9
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil rerata dua
kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah ≥
140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi dapat ditegakkan.
Pemeriksaaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi
manset yang tepat (setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar. Pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi
seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula
darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain berupa
pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto
thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan kecurigaan hipertensi sekunder dapat
dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper
atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3),
hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+), hiperaldosteronisme primer berupa kadar
aldosteron plasma, renin plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar serum Na,
penurunan K, peningkatan eksresi K dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada
feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom
cushing, dilakukan kadar kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat
dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal, Doppler Sonografi.3,4
6. Penatalaksaan
1. Farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun terapi
antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta
dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan
modifikasi gaya hidup.4
10
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko
atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga
harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
a) Diuretik
b) ACE-Inhibitor
11
(zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering
12
timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang
tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril. 3.
2. Non Farmakologi
Hipertensi dapat ditangani dengan terapi non-farmakologis, yaitu dengan
perubahan gaya hidup. Beberapa perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan
tekanan darah adalah pembatasan konsumsi garam, pembatasan konsumsi alkohol,
banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, penurunan dan pengendalian berat
badan, serta olah raga teratur (Sunarti 2017).
13
Alogaritma tatlaksana hipertensi bedasarkan JNC VIII
14
G. Don’t Know
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi ?
2. Apa penyebab Hipertensi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Hipertensi ?
4. Tatalaksana apa yang dapat diberikan pada Hipertensi?
H. Learning Issue
1. Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik nya
melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata
dua atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan
2. Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak
diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya
suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya.
3. Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.3
4. Terapi hipertensi di bagi menjadi 2;
Farmakologi
1. Diuretik
15
Contoh obat-obatan ini adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone,
hydrochlorothiazide, dan indapamide.
2. ACE-Inhibitor
Non Farmakologi
Hipertensi dapat ditangani dengan terapi non-farmakologis, yaitu dengan
perubahan gaya hidup. Beberapa perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan
tekanan darah adalah pembatasan konsumsi garam, pembatasan konsumsi alkohol,
banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, penurunan dan pengendalian berat
badan, serta olah raga teratur (Sunarti 2017).
16
I. Problem Solving
Pada kasus ini pasien Ny.S diberikan terapi farmakologi yaitu obat candesartan 16 mg
1x1 dan diminum hanya pada malam hari sedangkan terapi nonfarmakologi dengan
DASH.
17
BAB V
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the management of
high blood pressure in adults-Report from the panel members appointed to the eight
joint national commitee. 2014.
2. ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of Arterial
Hypertension. Journal Of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357.
3. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition page 1653. The McGraw –
Hill Companies. 2005.
4. Mohammad Yogiantoro. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Hipertensi Esensial.
Perhipunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
19