Anda di halaman 1dari 49

CASE REPORT

WANITA USIA 58 TAHUN


DENGAN HIPERTENSI
STAGE II DAN COMMON
COLD
Radhitya Sasongkojati
Puskesmas Bergas
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jimbaran 004/008 Kabupaten Semarang
No KTP : 3322134505660003
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal Periksa : 17 Januari 2022
KELUHAN UTAMA

Sakit kepala sejak 3 hari yang lalu


Anamnesis
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu. Sakit
kepala dirasakan terutama di bagian belakang kepala. Sakit dirasakan seperti ditekan
atau diikat dengan kuat, serta tidak disertai dengan nyeri sebelah kepala atau pusing
berputar. Sakit kepala dirasakan hilang timbul, semakin memberat ketika pasien lelah,
dan tidak membaik dengan istirahat.

Pasien juga mengeluhkan leher bagian belakang nyeri sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan nyeri leher dirasa muncul bersamaan dengan sakit kepala. Leher bagian
belakang terasa pegal dan kaku. Riwayat jatuh atau trauma pada daerah kepala dan
leher disangkal oleh pasien. Akibat keluhan tersebut, pasien kesulitan dalam
beraktivitas dan sulit untuk memulai tidur pada malam hari. Keluhan lain seperti mual,
muntah, kelemahan ekstremitas atau penurunan kesadaran disangkal oleh pasien.
Anamnesis
Pasien juga mengeluhkan batuk yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Batuk tidak
disertai dengan dahak. Batuk dirasakan memberat di malam hari, berkurang pada siang
hari dan tidak membaik dengan istirahat. Pasien belum meminum obat apapun untuk
mengurangi keluhan batuknya. Keluhan batuk tidak disertai dengan pilek, sesak nafas,
demam, nyeri tenggorokan atau nyeri dada. Riwayat vaksinasi COVID lengkap, riwayat
berkontak dengan pasien suspek COVID-19 atau pasien TBC disangkal oleh pasien.

Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi namun tidak pernah memeriksakan
diri atau minum obat. Darah tinggi diketahui ketika pasien hendak vaksin sekitar 3 bulan
yang lalu. Pasien juga mengaku memiliki alergi terhadap obat golongan penicilin.
Penyakit lain seperti kencing manis, asma, gagal ginjal, penyakit liver atau penyakit
jantung disangkal oleh pasien. BAK dan BAB dalam batas normal
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat hipertensi : (+) tidak rutin kontrol atau minum obat
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat sakit TB : disangkal
Riwayat maag : (+) diakui sudah sejak lama
Riwayat alergi : (+) golongan Penicilin
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Pasien bekerja sebagai pedagang di Pasar Karangjati
Pasien tidak memiliki BPJS dan berobat menggunakan biaya pribadi

Riwayat merokok : disangkal


Riwayat alkohol : disangkal
Riwayat konsumsi jamu : disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : E4V5M6 compos mentis
Tekanan darah : 175/90 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 99%
KEPALA MULUT
Mesocephal (+), jejas (-) Mukosa kering (-), bibir kering (-),
sianosis (-), lidah kotor (-),
MATA
stomatitis (-)
Konjungtiva anemis (-/-), Pembesaran tonsil T1/T1, faring
sklera ikterik (-/-) hiperemis (-)

HIDUNG
Nafas cuping hidung (-/-), LEHER
discharge (-/-) JVP 5+2 cm
Simetris, trakea ditengah,
TELINGA pembesaran KGB (-), benjolan (-),
Sekret (-/-), darah (-/-) nyeri tekan (-)
PULMO COR
I : Pengembangan dinding dada I : iktus kordis tidak tampak
kanan=kiri simetris P : iktus kordis tidak kuat angkat
P : fremitus kanan = kiri P : batas jantung kesan tidak
P : sonor // sonor melebar
A : SDV(+/+), RBH (-/-), RBK (-/-), A : BJ I dan II reguler, intensitas
Wheezing (-/-) normal, bising (-)

ABDOMEN EKSTREMITAS
I : dinding perut = dada Edema Akral dingin
A : bising usus (+) 10x/menit
P : timpani (+)
P : supel, nyeri tekan (-),
- - - -
pembesaran hepar/lien (-)
- - - -
Diagnosis
1. Hipertensi stage II
2. Common cold
Tatalaksana
Captopril 1 x 12,5 mg (X)
Amlodipin 1 x 5 mg (X)
Brocon 3 x 1 (X)
Meloxicam 2 x 7.5 mg (X)
ES : alergi, pusing, mual
KIE :
Minum obat teratur dan kontrol kembali tekanan darah
Batasi konsumsi garam maksimal 1 sendok teh per harinya
Perbanyak aktivitas fisik minimal 30 menit / hari
Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan
TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI
RADHITYA SASONGKOJATI
Tekanan Darah

Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2015). Robbins and Cotran pathologic basis of disease
(Ninth edition.). Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders
Tekanan
Darah
Etiologi Hipertensi
Hipertensi Primer / Esensial
Penyebab pasti tidak diketahui/idiopatik
Tanpa underlying disease
90-95% kasus hipertensi
Hipertensi Sekunder
Ada penyakit tertentu yang mendasari
<10% kasus hipertensi

Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2015). Robbins and Cotran pathologic basis of disease
(Ninth edition.). Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders
Hipertensi sekunder
Renal : Glomerulonefritis akut, CKD, penyakit polikistik, stenosis arteri
renalis, tumor penghasil renin
Endokrin : ·Cushing syndrome, akromegali, hipotiroidisme,
hipertiroidisme, kehamilan (pre-eklampsia)
Kardiovaskular : Koartio aorta, poliarteritis nodusa, peningkatan
volume intravaskular, peningkatan curah jantung, rigiditas aorta
Neurologis : Psikogenik, peningkatan tekanan intrakranial, sleep
apnea, stres akut
Konsumsi obat : estrogen, steroid, dekongestan, TCA, NSAID
Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2015). Robbins and Cotran pathologic basis of disease
(Ninth edition.). Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders
Klasifikasi Hipertensi

(ESC/ESH 2018)
Anamnesis
Durasi hipertensi
Riwayat terapi hipertensi sebelumnya (dan efek samping bila
ada)
Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada keluarga
Faktor risiko lainnya : obesitas, merokok, diabetes, dislipidemia,
inaktivitas fisik
Tanda hipertensi sekunder
Tanda kerusakan organ target (HMOD)
Alwi I et al. (2015). Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan Praktek
Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia : Jakarta
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital
Pengukuran tekanan darah
Identifikasi hipertensi sekunder : palpasi ginjal, auskultasi bruit
dan mumur arteri, pemeriksaan kelenjar tiroid, gejala Cushing
disease.
Identifikasi HMOD : pemeriksaan neurologis, funduskopi, palpasi
dan auskultasi jantung dan pembuluh darah perifer

Alwi I et al. (2015). Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan Praktek
Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia : Jakarta
HMOD (Hypertension Mediated Organ Damage)

Otak : stroke, TIA, gangguan kognitif


Mata : retinopati hipertensi
Jantung : LVH, fibrilasi atrium, heart failure
Ginjal : CKD, proteinuria, albuminuria
Pembuluh darah : atherosklerosis arteri karotis, aortic stiffness,
aneurisma aorta, penyakit arteri perifer (PAD)

Alwi I et al. (2015). Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan Praktek
Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia : Jakarta
Diagnosis Hipertensi

(ESC/ESH 2018)
Tatalaksana Hipertensi

(ESC/ESH 2018)
Lifestyle Intervention
Pembatasan konsumsi garam maksimal 2 gram (setara dengan 1-
2 sendok teh) per hari
Perbanyak konsumsi sayuran, buah, ikan, susu rendah lemak,
asam lemak tidak jenuh; dan kurangi konsumsi daging merah
Menjaga berat badan dengan IMT ideal (18,5-22,9 kg/m2)
Olahraga intensitas sedang (berjalan, jogging, bersepeda,
berenang) minimal 30 menit 5-7 hari seminggu
Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
Lifestyle Intervention

(ESC/ESH Hypertension Guidelines, 2018)


Golongan Obat Antihipertensi
Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Calcium Channel Blocker (CCB)
Diuretik
Thiazid dan thiazid-like diuretik
Loop diuretik
Diuretik hemat kalium
Beta Blockers (BB)
Golongan obat lainnya : alpha-1 blocker, central alpha-1 agonist, direct
vasodilator
Mekanisme
Kerja Obat Anti
Hipertensi

(Khalil & Zester, 2022)


Efek Samping dan Kontraindikasi

(Khalil & Zester, 2022)


Efek Samping dan Kontraindikasi

(Khalil & Zester, 2022)


Algoritma Terapi Farmakologis
Terapi inisial hipertensi disarankan menggunakan terapi
kombinasi 2 obat.
Kombinasi 2 obat yang disarankan : RAS blocker (ACEI/ARB),
CCB dan diuretik
Penggunaan beta blocker hanya jika ada indikasi : angina, post
IMA, gagal jantung, atau kontrol heart rate
Monoterapi diberikan bagi hipertensi grade 1 risiko rendah
(<150 mmHg), pasien high-normal risiko tinggi atau pasien usia
lanjut (>80 tahun)
Algoritma Terapi Farmakologis
Bila TD belum terkontrol dengan 2 obat, berikan kombinasi 3
obat (RAS blocker + CCB + diuretik)
Bila TD belum terkontrol dengan 3 obat, tambahkan
Spironolakton (kecuali dengan kontraindikasi)
Kombinasi 2 obat RAS blocker tidak direkomendasikan

(Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019, dikutip dari


ESC/ESH Hypertension Guidelines 2018)
Tatalaksana Hipertensi

(JNC 8-2014)
Terapi Obat Hipertensi

(Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019, dikutip dari
ESC/ESH Hypertension
Guidelines 2018)
Terapi Obat Hipertensi + PJK

(Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019, dikutip dari
ESC/ESH Hypertension
Guidelines 2018)
Terapi Obat Hipertensi + CKD

(Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019, dikutip dari
ESC/ESH Hypertension
Guidelines 2018)
Terapi Obat Hipertensi + HF

(Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019, dikutip dari
ESC/ESH Hypertension
Guidelines 2018)
Sediaan Obat Hipertensi
(ACC/AHA Guidelines of Hypertension, 2017)
Target Tekanan Darah
Hipertensi Emergensi
Hipertensi berat (grade III) dengan TD >180/120 mmHg
Gejala HMOD yang bersifat akut dan progresif :
Stroke iskemik atau hemoragik
Hypertensive encephalopathy
Gagal ginjal akut
Sindrom koroner akut
Diseksi aorta akut
Edema pulmo akut
Pre-eklampsia berat dan eklampsia
(ISH Global Hypertension Guidelines, 2020)
Hipertensi Emergensi
Tatalaksana :
Rujuk ke RS, rawat ICU
Pemberian obat antihipertensi intravena
Turunkan MAP 25% dalam 1 jam bertama, lalu turunkan TD
ke 160/100 mmHg dalam 2-6 jam berikutnya. Kemudian
turunkan TD secara bertahap dalam 24-48 jam.
Hindari penurunan TD yang terlalu cepat

(ISH Global Hypertension Guidelines, 2020)


Obat Hipertensi
Emergensi di
Indonesia

(ESC/ESH Hypertension Guidelines, 2018)


Hipertensi Urgensi
Hipertensi berat (grade III) dengan TD >180/120 mmHg
Tanpa disertai gejala dan tanda HMOD
Penurunan TD dengan menggunakan obat oral sesuai dengan
regimen obat hipertensi
Penurunan TD secara bertahap dalam waktu 24-48 jam
Lakukan follow-up dalam minggu yang sama
Obat sublingual diberikan jika TD sangat tinggi atau diperlukan
penurunan TD yang cepat
Hipertensi Urgensi

(Mako et al, 2018)


Indikasi Merujuk
Curiga hipertensi sekunder
Usia muda (<40 tahun) dengan hipertensi grade 2 keatas
(hipertensi sekunder sudah disingkirkan)
Pasien hipertensi mendadak dengan riwayat TD normal
Pasien hipertensi resisten
Pasien dengan HMOD lanjut yang membutuhkan pengobatan
Kondisi klinis lainnya yang membutuhkan penanganan
spesialistik

(Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi, 2019)


Monitoring
Lakukan pemantauan efektivitas obat, kepatuhan minum obat dan
tanda-tanda komplikasi kerusakan organ (HMOD)
Tekanan darah seharusnya turun dalam 1-2 minggu pengobatan dan
mencapai target pada 3 bulan pengobatan
Apabila tidak mencapai target, identifikasi penyebab : efektivitas
obat, tingkat kepatuhan, gaya hidup, atau faktor lainnya
Bila disebabkan karena obat yang kurang efektif, maka dosis
regimen obat dapat ditingkatkan
Penurunan dosis obat hanya diberikan jika TD sudah mencapai
target dan stabil, serta sudah menerapkan gaya hidup sehat
Daftar Pustaka
Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2015). Robbins and Cotran pathologic
basis of disease (Ninth edition.). Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders

Khalil, H., & Zeltser, R. (2022). Antihypertensive Medications. StatsPearl[Internet].


StatsPearl Publishing : Treasure Island (FL)

Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM. (2019). Konsensus Penatalaksanaan


Hipertensi 2019. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia : Jakarta

Alwi I et al. (2015). Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan


Praktek Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia : Jakarta

Williams, B., Mancia, G., Spiering, W., Agabiti Rosei, E., Azizi, M., & Burnier, M. et
al. (2018). 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial
hypertension. European Heart Journal, 39(33), 3021-3104

Anda mungkin juga menyukai