PENDAHULUAN
SKENARIO 2
1
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Seven Jump
1. Langkah 1: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario
Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan histopatologi :
Pemeriksaan untuk mendiagnosis suatu penyakit melalui pemeriksaan
jaringan. (Rasjidi, 2013)
c. Papilla retraksi :
Terjadi umumnya akibat tumor menginvasi jaringan sub-papilar. Papila
akan tertarik ligamen Cooper sehingga mengalami retraksi.
d. Peau de orange:
Gambaran sebagian kulit seperti kulit jeruk. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya metastasis pada saluran limfe kulit yang menyebabkan bendungan,
hingga bagian tersebut akan menonjol karena bagian yang lain tertahan oleh
ligament Cooper.
e. Mamografi :
Radiogram jaringan lunak menggunakan mammogram yang dapat
memberikan informasi selama penelitian yang intensif untuk mendiagnosis
kelainan, juga dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat teraba, dan
2
pada banyak keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari
massa yang teraba (Price dan Wilson, 2006).
f. Neoadjuvan kemoterapi :
Merupakan kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi.
Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai
ketuntasan, jika terlebih dahulu kemoterapi 2 – 3 siklus dapat mengecilkan tumor,
memperbaiki pasokan darah, berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi
selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap
kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatic subklinis yang mungkin
terdapat (Desen, 2008).
3
h. Angioinvasi :
Invasi sel tumor pada pembuluh darah, mengikuti aliran darah ke organ
yang letaknya jauh.
i. Limfangioinvasi :
Sel kanker menginvasi pembuluh limfe.
j. Kemoterapi :
Menggunakan obat anti kanker untuk mematikan sel kanker. Obat ini
bekerja dengan mengganggu pertumbuhan sel kanker. Obat ini tidak bisa
membedakan antara sel kanker dan sel normal sehingga mempengaruhi sel normal
juga.
k. Radioterapi :
Terapi untuk menghancurkan kanker dengan sinar ionisasi. Kerusakan
yang terjadi tidak hanya pada sel kanker saja, tetapi juga pada sel normal. Hanya
saja kerusakannya tidak sebesar pada sel kanker. Biasanya digunakan setelah
operasi, bisa juga digunakan sebagai terapi primer pada tumor anak.
Sumber radiasi terutama ada 3 jenis:
1. Isotop radioaktif yang melepaskan sinar alfa, beta, dan gamma
2. Mesin terapi sinar X dan berbagai akselerator menghasilkan sinar X dengan
energi berbeda
3. Berbagai akselerator menghasilkan berkas electron, proton, netron, meson π
negatif serta partikel berat lainnya (Desen, 2008).
4
4. Apa hubungan over weight dengan kanker?
5. Bagaimana mekanisme papilla retraksi dan peau de orange?
6. Bagaimana gambaran makroskopis dan mikroskopis serta sifat dari invasive
ductal carcinoma?
7. Mengapa hanya payudara kanan dan axilla kanan yang di operasi?
8. Apa fungsi dari USG, foto thoraks, mamografi, dan biopsi jarum halus?
9. Apa fungsi pemberian neoadjuvan kemoterapi? Mengapa diberikan sebelum
operasi?
10. Bagaimana mekanisme metastasis kanker payudara ke paru-paru?
11. Berapa jumlah stage dan grade pada kanker payudara? Bagaimana cara
menentukannya? Apa perbedaannya? Bagaimana penatalaksanaannya?
12. Apa gejala klinisnya jika sudah metastasis ke paru-paru kanan?
13. Apa patogenesis dari invasive ductal carcinoma?
14. Apa prognosis dari kasus di skenario ? 5 years survival?
15. Apa saja jenis kemoterapi dan radioterapi?
16. Bagaimana mekanisme angioinvasi dan limfangioinvasi?
17. Bagaimana mekanisme metastasis melalui pembuluh darah dan kelenjar
limfe?
1. Dalam skenario, pasien telah merokok sejak usia belasan tahun, yang mana
berarti keabiasaan merokok ini telah berlangsung lama dan terus menerus.
Akibat kebiasaan merokok ini, jaringan epitel pada saluran pernapasan pasien
bisa mengalami metaplasia atau berubah dari yang semula kolumner bersilia
menjadi skuamus, sehingga lebih rentan terkena gangguan respirasi dan juga
merupakan karsinogen yang lebih sering terkait dengan kanker paru.
Disamping itu, kebiasaan merokok juga bisa menyebabkan adanya
5
hipermetilasi promoter pada reseptor estrogen, yang bisa memicu timbulnya
kanker payudara.
Riwayat operasi berhubungan dengan riwayat penyakit terdahulu.
Apabila pengangkatan tumor jinak dahulu tidak bersih, sel sel tumor yang
masih tersisa sangat mungkin untuk tumbuh kembali.
Pekerjaan pasien adalah seoorang PSK yang bekerja pada malam hari.
Ini berhubungan dengan hormon tubuh yang aktif pada ,alam hari saat tertidur
yaitu hormon melatonin. Hormon melatonin akan aktif saat beristirahat (tidur)
dan dengan intensitas cahaya yang rendah. Hormon melatonin berfungsi
sebagai reseptor blocking hormon estrogen sehingga sel di kelenjar payudara
idak proliferasi berlebihan dan untuk menghambat pembentukan faktor
pertumbuhan lain agar tidak berlebihan. Selain itu, melatonin berfungsi untuk
menangkal radikal bebas dari luar tubuh seperti Hydroxyl (OH), molekul
oksigen yang terionisasi (O2-) dan Nitrit Oxide (NO).
Pada skenario tersebut pasien bekerja malam hari maka hormon
melatonin ini sangat sedikit diproduksinya. Sehingga tubuh kekurangan zat
yang dapat mengurangi proses terjadinya neoplasma.
6
simpai tumor masih ada dan belum menginfiltrasi jaringan di bawahnya.
Akan tetapi untuk mendiagnosis lebih lanjut mengenai jenis kanker payudara
di derah mammae sisistra, perlu dilakukan pemeriksaan radiologi dan
histoptologi.
4. Pertanyaan dijadikan LO
5. Gambaran sebagian kulit seperti kulit jeruk/ Peau de orange merupakan tanda
keganasan, disebabkan adanya metastasis pada saluran limfe kulit yang
menyebabkan bendungan, hingga bagian tersebut akan menonjol karena
bagian yang lain tertahan oleh ligament Cooper.
Peau de orange adalah permukaan kulit payudara membentuk bintik-
bintik kedalam. Hal ini dapat terjadi jika tumor telah menarik musculus
erector phili kedalam sehingga menyumbat rambut-rambut di sekitar areola.
Sedangkan retraksi puting susu/ retraksi papilla mammae. Terjadi
umumnya akibat tumor telah menginvasi jaringan sub-papilar dan terfiksir
pada dinding dada sehingga papila akan tertarik ligamen Cooper dan
mengalami retraksi yang juga merupakan tada suatu keganasan.
7
6. Gambaran makroskopis, mikroskopis serta sifat dari invasive ductal
carcinoma
Gambaran makroskopisnya adalah sebagai berikut:
i. Massa kenyal, batas tdak jelas, dapat dibedakan dengan jaringan sekitar,
konsistensi sebagian keras seperti kartilago, di dapatkan grating siund
apabila digores, didapatkan garis-garis putih seperti kapur (streak of
chalky) yang mempenetrasi stroma disekitarnya, didapatkan bagian
kalsifikasi.
ii. Tumor yang besar dapat dijumpai daerah perdarahan, nekrosis dan
generasi kistik
iii. Dapat terfiksasi ke dinding dada menyebabkan kulit berkerut dan retraksi
papila mammae.
Adapun gambaran mikroskopisnya adalah sebagai berikut:
i. Invasive ductal carsinoma merupakan tumor epitel yang tersusun tubuler,
solid, infiltratif ke jaringan stroma dan jaringan ikat.
ii. Sal-sal atipi polimorfi, sitoplasma sedikit, inti bulat oval, kromatin kasar,
sebagian hiperkromasi, anak inti prominen.
iii. Mitosis banyak ditemukan
iv. Stroma desmoplastik didapatkan daerah-daerah nekrosis dan kalsifikasi
7. Pertanyaan dijadikan LO
8. Pertanyaan dijadikan LO
9. Pertanyaan dijadikan LO
10. Kanker payudara dapat bermetastasis melalui saluran limfe dan darah.
Metastasis ke KGB ditemukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi
sebagai massa yang dapat dipalpasi, tapi pada kurang dari 15% kasus yang
ditemukan dengan mammografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran
luar, biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar axilla. Tumor yang terletak di
kuadran dalam sering mengenai KGB di sepanjang arteria mamaria interna.
Kelenjar supraklavikula kadang menjadi tempat utama penyebaran, tetapi
kelenjar ini terkena setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena.
8
Akhirnya terjadi penyebaran ke tempat yang lebih distal, dengan kelainan
metastatik di hampir semua organ atau jaringan di tubuh. Lokasi yang disukai
adalah paru, tulang, hati, dan kelenjar serta (yang lebih jarang) otak, limpa,
dan hipofisis (Robin dkk, 2007).
9
pN3 Metastasis ke 10 atau lebih limfonodus aksiler atau infraclavikuler.
STAGE GROUPING
Stage 0 TIS N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
Stage IIIB T4 semua N M0
Semua T N3 M0
Stage IIIC Semua T N3 M0
Stage IV Semua T Semua N M1
10
diferensiasi baik (BR low grade), diferensiasi medium (BR intermediate
grade) dan diferensiasi jelek (BR high grade)
11
14. 5 years survival grade pada penderita kanker payudara dapat dijelaskan
sebagai berikut:
- Stadium 0: 99%
- Stadium I: 92%
- Stadium II A: 82%
- Stadium II B: 65%
- Stadium III A: 47%
- Stadium III B: 44%
- Stadium IV: 14%
Jadi, pasien dalam scenario mempunyai prognosis 5-years survival rate
44-47 % berdasarkan grade kanker payudara yang diderita pasien.
15. Radiologi digunakan sebagai terapi pasca operasi. Tujuannya adalah untuk
membersihkan sel-sel kanker dalam tubuh, untuk mencegah sel kanker
tumbuh kembali (residif). Dalam kasus neoplasma pada payudara, penyinaran
sinar radiasi menggunakan sinar X dan sinar gamma. Namun, radiasi yang
dilakukan tidak hanya berdampak pada sel kanker. Sel normal dalam tubuh
juga akan mendapatkan efek yang bergantung pada dosis, lama penyinaran,
dan luas jaringan yang disinari. Sel-sel normal dengan daya regenerasi yang
tinggi akan mendapatkan efek radiasi akut. Misalnya pada rambut dan kulit.
12
4. Langkah IV :Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah III.
13
5. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran
14
1. Menjelaskan hubungan overweight (BMI) dengan risiko terjadinya
kanker payudara.
2. Menjelaskan mengapa yang dioperasi hanya mammae dextra dan
limfonodi dextra.
3. Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan penunjang (USG, foto thoraks,
mammografi, biopsi).
4. Menjelaskan fungsi pemberian neoadjuvan kemoterapi dan mengapa
diberikan sebelum operasi.
5. Menejelaskan apa saja gejala klinis jika sudah metastasis ke paru kanan.
6. Menjelaskan patogenesis invasive ductal Carcinoma.
7. Menjelaskan mekanisme angioinvasi & limfangioinvasi.
8. Menjelaskan bagaimana sel tumor bisa lolos dari sistem imun.
15
tinggi mempunyai resiko kematian karena kanker payudara dua kali lipat
dibandingkan dengan wanita dengan BMI yang lebih rendah.
Wanita yang memiliki BMI (Body Mass Index) yang tinggi, memiliki
kadar lemak yang juga tinggi. Lemak merupakan salah satu hal yang dapat
memicu peningkatan estrogen. Estrogen akan meningkatkan aktivitas stroma
payudara dan meningkatkan aktivitas duktus di payudara.
Overweight dan obesitas memiliki kaitan dengan meningkatnya resiko
terkena kanker payudara setelah menopause. Naiknya berat badan saat dewasa,
lebih sering pada umur 18-50 dan 60 diketahui meningkatkan resiko kanker
payudara setelah menopause.
Meningkatnya resiko terkena kanker payudara setelah menopause
disebabkan oleh meningkatnya kadar estrogen pada wanita dengan obesitas.
Setelah menopause, saat ovarium berhenti memproduksi hormon-hormon,
jaringan lemak menjadi sumber penting estrogen. Karena wanita dengan obesitas
memiliki lebih banyak jaringan lemak, kadar estrogennya lebih tinggi, berpotensi
untuk mempercepat perkembangan estrogen responsive breast tumors
(www.cancer.gov).
16
Invasi Matriks Ektraseluler
Jaringan manusia tersusun oleh dua jenis matriks ekstrasel : membran
basal dan jaringan ikat interstisium. MES terdiri atas kolagen, protein, dan
proteogligan. Suatu karsinoma mula-mula harus melewati membran basal
dibawahnya, kemudian berjalan melintasi jaringan ikat interstisium, dan akhirnya
memperoleh akses ke sirkulasi dengan menembus membran basalpembuluh darah.
Siklus ini berulang saat embolus sel tumor mengalami ekstravasasi di tempat yang
jauh.
Invasi MES diselesaikan
dalam empat langkah
3. Terlepasnya sel tumor satu
dengan yang lain
Langkah pertama adalah
merenggangnya tautan antar sel
tumor. E-kaderin sebagai lem
antar sel, dan bagian E-kaderin
yang berada di sitoplasma
berikatan denagn β-katenin.
Molekul E-kaderin yang
berdekatan mempertahankan agar
sel tetap menyatu, sedangkan
perlekatan homotipik yang
diperantarai oleh E-kaderin
menyalurkan sinyal anti
pertumbuhan melalui β-katenin.
Β-katenin bebas dapat
mengaktifkan transkrpsi gen yang
mendorong pertumbuhan.
Fungsi E-kaderin lenyap
hampir pada semua kanker sel
epitel, baik akibat mutasi aktivasi
17
gen E-kaderin maupun
oleh aktivasi β-katenin.
4. Langkah kedua
melekatnya sel tumor ke
berbagai protein MES,
seperti laminin dan
fibronektin penting untuk
invasi dan metastasis.
Sel epitel normal
memiliki reseptor untuk
laminin membran basal
yang terpolarisasi di
permukaan basalnya. Sel
karsinoma memiliki lebih
banyak reseptor, dan
reseptor ini tersebar
diseluruh membran basal
sel.
5. Langkah ketiga
dalam invasi adalah
degradasi lokal membran
basal jaringan ikat
interstisium.
Sel tumor itu
sendiri mengeluarkan
enzim proteolitik atau menginduksi pejamu untuk mengeluarkan
metaloproteinase, termasuk gelatinase, kolagenase, serta stromilin. Kolagenase
tipe IV adalah suatu gelatinase yang dapat memecah kolagen tipe IV epitel
18
membrana basalis pembuluh. Sementara itu kadar inhibitor metaloprotease
berkurang sehingga keseimbangan bergeser ke penghancuran jaringan.
6. Pergerakan pada tahap akhit invasi, mendorong sel tumor berjalan menembus
membran basal yang telah rusak dan matriks yang telah mengalami lisis.
Kemudia sel tumor dapat masuk ke dalam pembuluh dan terbaw oleh aliran
darah (angioinvasi) atau aliran limfe (limfangioinfasi).
Migrasi sel-sel tumor dipengaruhi oleh :
a. Sitokin yang dibentuk oleh sel tumor autocrine motility factors (AMF).
b. Limbah penghancuran komponen matriks (kolagen, laminin,
proteoglikan)
c. Faktor pertumbuhan misalnya insuline-like growth factor 1 dan 11
19
fibronektin yang merupakan komponen dari matriks ekstraseluler. Sel epithel
normal mengekspresikan reseptor dengan afinitas tinggi terhadap laminin pada
membrana basalis. Akan tetapi, sel kanker mempunyai reseptor yang lebih banyak
lagi yang terdistribusi pada membran sel sehingga sel tumor dapat melekat erat
pada matriks ekstraseluler di sekitarnya. Reseptor terhadap komponen matriks
ekstraseluler banyak ditemukan pada karsinoma kolon dan payudara yang
memang sering metastasis.
Selain reseptor laminin sel tumor juga mengekspresikan integrin yang
berfungsi sebagai reseptor untuk komponen lain pada matriks ekstraseluler yaitu
fibronektin, kollagen dan vitronektin. Setelah sel tumor melekat pada matriks
ekstraseluler, maka sel tumor harus menciptakan jalan untuk migrasi. Sel-sel
tumor harus menghancurkan matriks ekstraseluler dengan mengeluarkan enzim
proteolitik dan merangsang sel fibroblast dan sel-sel makrofag untuk
memproduksi enzim protease, yang sampai saat ini dikenal tiga enzim protease
yaitu serine, cysteine dan metalloprotease. Salah satu metalloprotease adalah
kollagenase tipe IV yang mampu memotong kollagen tipe IV yang banyak
terdapat pada membran basalis pembuluh darah dan sel epithelial. (Liotta, 2004).
Mekanisme Sel Kanker Dapat Lolos dan Menghindar dari Sistem Imun
Sel tumor tidak memiliki molekul B7 (CD 80) dan CD 86 sebagai molekul
kostimulator, dimana kostimulator bekerja sebagai sinyal kedua untuk aktivasi sel
T. Banyak sel tumor yang kurang mengekspresikan MHC-1 yang menimbulkan
resisten terhadap sel Tc (sitotoksik). Sedangkan tumor lain mengekspresikan Fas
Ligand yang menginduksi apoptosis limfosit (sel Tc). Tumor sendiri dapat
memproduksi berbagai sitokin yang bersifat immunosupresan seperti TGF-β. Sel
tumor juga mengembangkan varian antigen negative serta memproduksi musin
yang menyamarkan antigen. (Baratawidjaja, 2012)
Faktor-faktor yang mempengaruhi luputnya tumor dari pengawasan sistem
imun yaitu:
1. Kinetik Tumor
Tumor dapat menyelinap agar tidak diketahui sistem imun
20
2. Modulasi atigenik
Antibodi dapat mengubah atau memodulasi atau mengubah permukaan sel
tanpa menghilangkan determinan permukaan
3. Masking antigen
Molekul tertentu seperti sialomusin sering diikat permukaan sel tumor
dapat menutupi antigen dan mencegah ikatan dengan limfosit
4. Toleransi
Hal ini bergantung pada derajat toleransi individu dalam menanggapi sel
tumor (berhubungan dengan genetik)
5. Produk tumor
Prostaglandin yang dihasilkan sel tumor dapat mengganggu fungsi sel NK
dan sel K. Faktor humoral lain dapat mengganggu respons inflamasi,
kemotaksis, aktivasi komplemen secara nonspesifik dan menambah
kebutuhan darah yang diperlukan tumor padat.
(Andrijono, 2006)
21
CT Scan rongga dada
X-ray pada rongga dada
Studi sitologis tentang cairan paru atau dahak
Biopsi jarum pada paru-paru
Pembedahan untuk mengambil sampel pada paru-paru (surgical lung
biopsy) (www.nlm.nih.gov).
Jika tumor tidak respon (tidak mengecil) atau terus membesar selama
diberikan neoadjuvan, dokter wajib menghentikan treatment dan mengganti
dengan jenis kemoterapi lain atau melakukan pembedahan, tergantung dari stage
kanker nya (www.cancer.gov).
Adjuvan teraphy
Lymph Estrogen
Age Group Node Receptor Tumor Recommendation
Status Status
multidrug
chemoteraphy +
Pre
Positif Positif/negatif Semua Tamoxifen (ER positif)
menopause
+ trastuzumab
(HER2/neu positif)
multidrug
>2cm/1-2cm, chemoteraphy +
Pre
Negatif Positif/negatif prognosis Tamoxifen (ER positif)
menopause
buruk + trastuzumab
(HER2/neu positif)
Post Multidrug
Positif Negatif semua
menopause chemoteraphy +
22
trastuzumab jika
HER2/neu positif
Aromatase inhibitor +
tamoxifen . Kemoterapi
Post bisa di berikan atau
Positif Positif semua
menopause tidak diberikan +
trastuzumab jika
HER2/neu positif
Aromatase inhibitor +
>2cm/1-2cm,
Post tamoxifen +
Negatif Positif prognosis
menopause trastuzumab jika
buruk
HER2/neu positif
Multidrug
>2cm/1-2cm,
Post chemoteraphy +
Negatif Negatif prognosis
menopause trastuzumab jika
buruk
HER2/neu positif
2. Mamografi.
Mamografi memiliki kelebihan menampilkan nodul yang sulit dipalpasi
atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mamae yang tanpa
nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis
diagnostic dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnosisnya sekitar 80%
3. USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar
diagnosis yang sangat baik
4. Foto thoraks
Proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis banyak kondisi yang
melibatkan dinding thorax, tulang thorax, dan struktur yang berada di dalam
kavitas thorax.
5. Biopsi jarum halus
Prosedur biopsi yang menggunakan jarum sangat tipis yang melekat pada
jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi abnormal.
6. Histopatologi
23
Merupakan pemeriksaan gold standar untuk memeriksa kondisi dan fungsi
jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatolgi berguna untuk
mendeteksi adanya komponen patogen yang bersifat infektif melalui pengamatan
secara mikroanatomi (Desen, 2008).
24
Adanya reseptor hormon membuat prognosis kanker lebih baik, alasan
praktis adanya reseptor adalah untuk mendeteksi respon terhadap terapi hormonal.
Respon tertinggi terhadap terapi antiestrogen dapat dilihat pada perempuan yang
sel-sel tumornya terdapat kedua reseptor, baik estrogen maupun progesteron
(sekitar 80 %). Smentara respon yang lebih rendah (25- 45 %) terlihat apabila
hanya terdapat reseptor estrogen yang ditemukan, apabila keduanya tidak ada,
sangat sedikit pasien yang merespon terhadap terapi (kurang dari 10 %).
7. Overekspresi dari HER2/ NEU
Overekspresi dari HER2/NEU hamper selalu disebabkan karena
amplifikasi gen dan bisa ditentukan dengan pemeriksaan immuno histokimia, atau
dengan hibridisasi fluorescence in situ. Overekspresi terkait dengan prognosis
yang buruk (Kumar, 2013).
25
mempunyai prognosis 5 Years Survival yang buruk berdasarkan data yang kami
dapatkan. Semua tipe Karsinoma mammae (tipe tubular, medullary, dan
mucinous) mempunyai prognosis yang lebih baik daripada karsinoma ductal
invasiv NOS (No other specified)(Kumar, 2013).
BAB III
KESIMPULAN
26
BAB IV
SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Andrijono, Aziz MF, Saifuddin AB. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi. Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Hal: 90-91.
Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2012. Imunologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI. pp: 462-463.
Ccrcal.org. 2013. Online Manual : Bloom Richardson Grade for Breast Cancer.
http://www.ccrcal.org/PAQC_Pubs/V1_2013_Online_Manual/Part_V_T
umor_Data/V_3_5_8_Bloom_Richardson_Grade_for_Breast_Cancer.ht
m - Diakses September 2014.
Guyton and Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC.
Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC. hal 214-215.
Kumar., et al. 2013. Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia PA:
Elsevier Saunders. Pp: 713.
29
Liotta LA, Khon EC. 2004. Invasion and Metastasis. New York.
Longo, Fauci, etc. 2012. Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition.
America : Mc Graw Hill.
Loricnz A. M. and Sukumar S.,2006. Molecular links between obesity and cancer,
13(2):279.
Mason RJ, Murray JF, Broaddus VC, et al, eds. 2010. Murray and Nadel’s
Textbook of Respiratory Medicine. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.
National Cancer Institute (2012). Obesity and Cancer Risk. National Institutes of
Health. http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/obesity -
Diakses September 2014.
National Cancer Institute (2009). Adjuvant and Neoadjuvant Therapy for Breast
Cancer. National Institutes of Health.
http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Therapy/adjuvant-breast -
Diakses September 2014.
30