LS usia 83 tahun datang ke IGD RSUD Palabuhan Ratu tanggal 20 Februari 2019 dengan
keluhan lemah anggota gerak kanan sejak 12 jam sebelum masuk RS, dirasakan tiba- tiba saat pasien
bangun tidur. Pasien tidak dapat bicara dan tidak dapat memahami pembicaraan. Keluhan nyeri
kepala sebelumnya (-), trauma kepala sebelumnya (-), penurunan kesadaran (-), gangguan
pengelihatan (-), demam (-), kejang (-), mual (-), muntah (-). Riwayat stroke satu kali tahun 2017
dengan lemah anggota gerak kanan lalu membaik tanpa sisa kelemahan anggota gerak, pasien dapat
berjalan dan beraktivitas seperti biasa. Riwayat hipertensi dan penyakit jantung, pasien rutin
konsumsi obat miniaspi 1x80 mg, furosemid 1x40 mg, bisoprolol 1x5 mg, losartan 1x50 mg, dan
amlodipine 1x5 mg.
RR: 18x/menit
T: 36,7 C
motorik 4444/5555
4444/5555
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), brudzinsky I (-), brudzinsky II (-), kernig (-)
Pemeriksaan penunjang
Lab: hematologi kesan anemia & leukositosis, elektrolit dalam batas normal, fungsi ginjal dalam batas
normal, GDS dalam batas normal.
lgoritma Gajah Mada : penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks babinsky (-).
Diagnosis Klinis : Hemiparese dextra + parese N. VII dekstra tipe sentral + afasia
global
Tatalaksana IGD:
Stroke merupakan penyebab kematian utama dan disabilitas didunia. Pada tahun 2013 dilaporkan
25,7 juta orang selamat dari stroke, 6,5 juta orang meninggal karena stroke dan 113 juta orang
mengalami disabilitas serta 10,3 juta ditemukan kasus stroke baru. Prevalensi stroke di Indonesia
meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu dari 0,83% menjadi 1,2%. Berdasarkan kelompok umur,
didapatkan prevalensi stroke di Indonesia tahun 2013 pada usia 45-54 tahun sebesar 1,7% usia 55- 64
tahun 3,3 %, 65-74 tahun 4,6% dan ≥75 tahun 6,7%. Semakin meningkat usia maka prevalensi stroke
semakin meningkat. Usia ≥55 tahun berisiko 5,8 kali dibandingkan kelompok 15-44 tahun.
2.
Pukul 05.40: Pasien datang ke UGD dengan keluhan utama perut mules sejak 3 jam sebelum datang
ke puskesmas. Riwayat operasi, trauma, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun penyakit ginjal
disangkal pasien. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal.
Pukul 06.05: Bayi lahir hidup spontan, menangis kuat, tonus otot aktif, kulit kemerahan, jenis
kelamin laki-laki, BB 3100 gram, PB 49 cm, LK 31 cm, LD 30 cm, mekonium (+), tidak ada janin kedua.
Pukul 06.10: Plasenta lahir spontan. Kotiledon dan selaputnya kesan tidak lengkap. Dilakukan
eksplorasi terdapat sisa plasenta dan kesan bersih. TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih kosong, perdarahan lewat vagina 200 cc, TD 120/80 mmHg.
Pukul 12.30: Pasien ingin ke kamar mandi, tetapi pusing dan pandangannya gelap. Terasa keluar
darah yang banyak.
Pukul 14.30: Pasien mengatakan perut mules. Terasa keluar darah seperti merembes.
Status Generalis :
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor
(3mm/3mm), refleks cahaya +/+
Paru : sonor +/+, bunyi napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), timpani, bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), reflex dbn.
Abdomen : datar, simetris, nyeri tekan (-), TFU 1 jari di bawah pusat
Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam
waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang merembes
perlahan-lahan tapi terjadi terus menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu
lemas ataupun jatuh kedalam syok.
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan darah, nadi dan napas
cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok. tekanan darah, nadi dan napas cepat, pucat,
extremitas dingin, sampai terjadi syok.
a. Sisa plasenta
b. Robekan Rahim
c. Plasenta succenturiata
4.Pembahasan
Pada pasien ini didapatkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis akhir
P2A1 post partum spontan dengan HPP ec rest placenta dan anemia ringan. Pada pemeriksaan
penunjang, hasil laboratorium menunjukkan Hemoglobin 9,9 g/dL. Pasien diberikan tata laksana
sesuai dengan tata laksana HPP ec rest placenta.
Amoxicilin 3x500 mg
SF 1x300 mg
Pada pasien ini didapatkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis akhir
P2A1 post partum spontan dengan HPP ec rest placenta dan anemia ringan. Pada pemeriksaan
penunjang, hasil laboratorium menunjukkan Hemoglobin 9,9 g/dL. Pasien diberikan tata laksana
sesuai dengan tata laksana HPP ec rest placenta.
3.
Sesak nafas sejak lama,memberat 5 hari smrs. DOE(+) orthopnea(+) PND(+) sesak disertai batuk
berdahak, dahak sulit keluar. nyeri dada(-) bengkak(-) demam(-). riwayat merokok 1 bungkus sehari
sejak muda, sekarang masih merokok kadang2. riwayat berobat ke poli jantung, namun pasien dan
keluarga sudah lupa kapan dan diagnosisnya, tidak kontrol lagi.pasien juga bilang pasien sering di uap
di rumah.
dada: B/G simetris, retraksi (+), cor: S1S2 murni reguler, takikardi.
AKI dd CKD
Trombositopenia reaktif ec ?
ivfd rl 20 tpm
o2 3lpm
nebu combivent 1x
ADHF (Acute Decompensatio heart Failure) adalah kumpulan gejala gagal jantung (nafas pendek yang
tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan) dan tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema pergelangan kaki) yang terjadi akut dengan riwayat gagal jantung
sebelumnya. Pasien dengan ADHF memiliki tanda klinis berupa perburukan gejala gagal jantung
kronis, ditandai dengan sesak napas yang makin memberat, ortopnea, edema tungkai, ronki basah
halus; rontgen dada biasanya normal. Sedangkan, ALO (Acute Lung Oedeme) adalah akumulasi cairan
di interstitial dan alveolus paru yang terjadi secara mendadak. Tanda klinis dapat berupa sesak napas
tiba-tiba disertai distress pernapasan dan penurunan saturasi oksigen (<90%), ronki basah lebih dari
½ lapangan paru dapat disertai wheezing atau batuk darah.
4. pneumonia
S: Batuk berdahak sejak 2 bulan smrs. Batuk disertai nyeri dada, demam malam, keringat malam, BB
turun. Riwayat pengobatan TB (-)
O: ku lemah, kes cm
Td 80/50mmhg
N 96 x/ mnt
Rr 22 x/mnt
S 38 C
Dx Pneumonia komuniti + susp tb paru kasus baru + anemia ringan ec penyakit kronis.
Ivdf RL 20 tpm
Nac 3x1
Paracetamol 3x500
Omeprazole 2x1
Ondancetron 2x1
Ceftriaxone 2x1grm
Azitromisin 1x500mg
Salbutamol 3x2mg
Tn suryana 36 thn
S: Batuk berdahak sejak 2 bulan smrs. Batuk disertai nyeri dada, demam malam, keringat malam, BB
turun. Riwayat pengobatan TB (-)
O: ku lemah, kes cm
Td 80/50mmhg
N 96 x/ mnt
Rr 22 x/mnt
S 38 C
Ny Empu 51 thn
S : muntah muntah sejak 1 hari smrs. Muntah > 5x, muntah setiap kali makan/ minum, muntah darah
(-), BAB hitam (-)
Nyeri pinggang kanan (+) menjalar ke perut, BAK nyeri (+). Bak bedarah (-) BAK terputus putus (-),
riwyat kencing seperti pasir (-)
O: ku lemas, kes CM
N 96 x/menit
Rr 22 x/ mnt
S 37,2 C
Cva +/-
Aki superimposed on ckd ec dkd dd ckd stage 5, dm tipe 2, gastropathy, pyelonefritis akut dd
nefrolithiasis
Bedrest, ivfd rl 2000 cc per 24 jam, pasang catheter catat urin output per 24 jam, periksa ur cr dan
h2tl ulang besok, evalhasi tanda overhidrasi, omeprazole 1 x 40 mg iv, ondansetron 3 x 4 mg iv,
paracetamol 3 x 650 mg jika suhu lebih dari 38,5 ektra 1 gr iv, dexketoprofen 1 x 1 ampl drip dalam
d5 100 cc habis dalam 1 jam, ciprofloxacin 1 x 400 mg iv, levemir 0-0-0-10 unit novorapid 3 x 4 unit px
gdp gd2pp besok pagi, ketosteril 3 x 1 tab, usg urologi
S : muntah muntah sejak 1 hari smrs. Muntah > 5x, muntah setiap kali makan/ minum, muntah darah
(-), BAB hitam (-)
Nyeri pinggang kanan (+) menjalar ke perut, BAK nyeri (+). Bak bedarah (-) BAK terputus putus (-),
riwyat kencing seperti pasir (-)
O: ku lemas, kes CM
N 96 x/menit
Rr 22 x/ mnt
S 37,2 C
Cva +/-
pasien datang dengan penurunan kesadaran. istri pasien mengatakan pasien sulit diajak komunikasi
sejak hari ini, tidak bisa makan dan minum. sebelumnya pasien mengeluh demam sejak lebih dari
2minggu, BAB cair >10x/hari sejak 2minggu, pasien sudah berobat ke klinik dan diberi obat anti diare
dan demam namun keluhan masih timbul bahkan menjadi sulit diajak berkomunikasi, keluhan
tambahan : mual (+), muntah (). riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat sakit
dalam keluarga tidak diketahui
kesadaran : apatis
pemeriksaan fisik :
Hasil Laboratorium
Hb : 13,0 g/dL
Leukosit : 44.600 / uL
Hematokrit :37%
Trombosit : 675.000juta / mm
GDS : >600mg/dL
keton urin : +2
pasien datang dengan penurunan kesadaran, riwayat DM tidak diketahui. pada pemeriksaan fisik
ditemukan KU lemah, kesadaran apatis, nafas cepat dan dalam dengan hasil laboratorium GDS : >600
dan keton urin +2
terapi rehidrasi
guyur cairan RL 1000cc dalam 1/2jam pertama, lalu 1000cc dalam 1 jam, 1000cc dalam 2jam, 1000cc
dalam 4jam
medikamentosa lain :
- ondancetron 2x4mg IV
- ceftriaxone 1x2gr IV
- metronidazole 3x500mg IV
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita di Indonesia. Diabetes melitus
membutuhkan terapi yang berkesinambungan dan edukasi yang baik terhadap penderitanya untuk
menurunkan komplikasi. Diabetes Melitus memiliki beberapa komplikasi yang dapat berakibat fatal
bahkan kematian. Ketoasidosis diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang patut diwaspadai
dan ditatalaksana dengan segera. Pentingnya anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang secara
tepat mampu menurunkan mortalitas pasien. Tatalaksana ketoasidosis diabetikum memerlukan
terapi awal berupa terapi rehidrasi dan pemberian insulin secara tepat.