LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Dokter Pendamping:
RSU GANESHA
2017
2
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MS
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Br. Lebah Bukian Payangan
Agama : Hindu
No. RM : 05.65.25
Tangungan : BPJS-PBI
II. ANAMNESA
Diambil dari Autoanamnesis pada tanggal 01 Maret 2017 pukul 12.20 WITA.
KELUHAN UTAMA : Dada terasa berdebar-debar
III.STATUS PRESENS
1. Status Umum
KU : tampak sesak
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
TTV : TD = 150/90mmHg
Nadi = 120x/menit
Nafas = 24x/menit
Suhu = 36.30C
Kulit : warna kulit kecoklatan, turgor baik, ikterik (-)Kelenjar
limfe : pembesaran kel.limfe (-)
Wajah : raut wajah tampak menangis, simetris
Kepala : bentuk dan ukuran normal, benjolan (-)
Mata : kedudukan bola mata normal, CA (-/-), SI (-/-), pupil
bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya langsung
dan tidak langsung (+/+)
Telinga : bentuk dan ukuran normal, COA (+/+)
Hidung : bentuk normal, depresi tulang hidung (-), septum
deviasi (-)
Mulut : bibir dan mukosa kering (-), mukosa hiperemis (-)
Tenggorok : T1/T1 tenang, Faring hiperemis (-), post nasal drip (-),
uvula ditengah.
Leher : trakea ditengah, pembesaran kel.tiroid (-), pembesaran
KGB (-)
Jantung : I : pulsasi ictus cordis (-)
P : pulsasi ictus cordis teraba di ICS IV MCLS
P : batas jantung kanan ICS V SLD
batas jantung kiri (apex) ICS V MCLS
4
K: 3.6
Ca: 8.5
2. EKG
6
RONTGEN THORAX
RESUME
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 62 tahun dengan keluhan dada
terasa berdebar-debar disertai sesak nafas memberat sejak kemarin malam.
Pasien memiliki riwayat asma sejak 30 tahun yang lalu dan hipertensi rutin
minum obat amlodipine 5 mg satu kali sehari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sesak, kesadaran
compos mentis (GCS 15), TD 150/90 mmHg, nadi 120x/menit, nafas 24x/menit,
suhu 36,30C. Pada pemeriksaan fisik dada didapatkan ictus cordis terlihat, teraba
thrill, auskultasi paru terdapat wheezing dikedua lapang. Pada pemeriksaan lab
darah lengkap didapatkan dalam batas normal dan pemeriksaan rekam jantung
EKG didapatkan Atrial Fibrilasi respons cepat, foto roentgen dada menunjukan
tidak ada kelainan
V. DIAGNOSA KERJA
Atrial Fibrilasi RVR
7
VI. TATALAKSANA
Nebul Ventolin 1amp + NaCl 1cc + bisolvon 10 tts wh -/-
EKG AF rapid
Saran MRS
Konsul dr. Wismanthara, Sp.JP
o Inj digoxin 0.5 IV evaluasi ekg 6 jam kemudian.
o Bila HR tetap > 100x inj digoxin 0.25 mg I.V
o Bila HR < 100x beri digoxin tab 1 x 0.25 mg
o Clopidogrel 1 x 75mg
o Amlodipine 1 x 5 mg
o Konsul peny dalam untuk PPOK
o EKG setiap hari
Konsul dr. Tri Astawa, Sp. PD
o IVFD RL 14 tpm
o Nebul varbivent @ 8 jam
o Inj Methylprednisolon 2 x 62.5 mg I.V
o Salbutamol 3 x 2 mg tab
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Atrial fibrilasi (AF) merupakan suatu aritmia jantung paling umum yang
melibatkan peran dari bagian-bagian jantung, terutama atrium1. Pengertian kata AF
berasal dari fibrillating atau bergetarnya otot-otot jantung atrium, jadi bukan
merupakan suatu kontraksi yang terkoordinasi. Hal ini sering diidentifikasi dengan
peningkatan denyut jantung dan ketidakteraturan irama jantung. Sedangkan untuk
indicator untuk mementukan ada tidaknya AF adalah tidak adanya gelombang P pada
elektrokardiogram (EKG), yang secara normal ada saat kontraksi atrium yang
terkoordinasi2.
Atrial fibrilasi merupakan aritmia yang paling umum ditemukan dalam
praktek klinis3. Hal ini juga menyumbang 1/3 dari penerimaan pasien rumah sakit
untuk gangguan irama jantung4. Hal itu juga sesuai dengan pernyataan bahwa tingkat
penerimaan untuk AF telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir 5. Sedangkan
untuk presentase stroke yang berasal dari AF berkisar 6-24% dari semua stroke
iskemik, sedangkan 3-11% dari mereka yang secara struktural terdiagnosis AF,
memiliki jantung yang normal6. Dari sekitar 2,2 juta orang di Amerika Serikat,
ditemukan kurang lebih 160.000 kasus baru setiap tahun. Pada prevalensi umum AF,
terdapat peningkatan seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sekitar 1-2%. Pada usia
kurang dari 50 tahun (<50 tahun), prevalensi AF kurang lebih berkisar pada nilai
presentase 1 % dan kemudian meningkat menjadi 9 % pada usia 80 tahun. AF lebih
banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan dengan wanita, walaupun sebenarnya
tidak ada kepustakaan yang mengatakan adanya perbedaan yang relevan antara jenis
kelamin pria dengan wanita yang mempengaruhi prevalensi AF7.
Pada dasarnya, jantung bisa melakukan kontraksi karena adanya system
konduksi sinyal elektrik yang berasal dari nodus sino-atrial (SA). Pada AF, nodus SA
tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, hal ini menyebabkan tidak
9
teraturnya konduksi sinyal elektrik dari atrium ke ventrikel. Akibat dari hal tersebut,
detak jantung menjadi tidak teratur dan terjadi peningkatan denyut jantung. Keadaan
ini dapat terjadi dan berlangsung dari menit ke minggu atau dapat terjadi sepanjang
waktu selama bertahun-tahun. Kecenderungan alami dari AF sendiri adalah
kecenderungan untuk menjadi kondisi kronis dan menyebabkan adanya komplikasi
lain8.
AF seringkali tanpa disertai adanya gejala, tapi terkadang AF dapat
menyebabkan palpitasi, penurunan kesadaran, nyeri dada dan gagal jantung kongestif.
Orang dengan AF biasanya memiliki peningkatan signifikan risiko stroke (hingga >7
kali populasi umum). Pada AF, risiko stroke meningkat tinggi, hal ini dikarenakan
adanya pembentukan gumpalan di atrium sehingga menurunkan kemampuan
kontraksi jantung, khususnya pada atrium kiri jantung9. Disamping itu, tingkat
peningkatan risiko stroke tergantung juga pada jumlah faktor risiko tambahan. Tetapi,
banyak orang dengan AF memang memiliki faktor risiko tambahan dan AF juga
merupakan penyebab utama dari stroke10.
AF dapat diobati dengan pengobatan yang baik dengan memperlambat
denyut jantung atau mengembalikan irama jantung kembali normal. Elektrik
kardioversi juga dapat digunakan untuk mengkonversi irama jantung AF kembali ke
irama jantung yang normal. Disamping hal tersebut, bedah dan terapi berbasis kateter
juga dapat digunakan untuk mencegah terulangnya AF dalam individu-individu
tertentu.
a. Fisologi Jantung
Jantung berkontraksi atau berdenyut dengan irama yang ritmik, akibat
adanya potensial aksi (otoritmisitas). Terdapat dua jenis khusus sel otot
jantung, yaitu 99% sel-sel kontraktil yang melakukan kerja mekanik
(kontraksi), tetapi tidak menghasilkan potensial aksi dan 1 % sel-sel otoritmik
10
Proses kontraktilitas otot jantung terjadi pada fase plateau proses potensial
aksi, dimana terjadi penutupan saluran Na2+ dan pembukaan saluran Ca2+
secara lambat. Proses kontraktilitas otot jantung ini terjadi akibat influks Ca2+
atau kenaikan konsentrasi Ca2+ bebas intraseluler. Pada dasarnya terdapat dua
mekanisme yang dapat menerangkan hal tersebut, yaitu Ca 2+ ekstraseluler
berdifusi kedalam intraseluler akibat pembukaan saluran Ca2+ selama fase
plateu pada potensial aksi jantung dan Ca2+ yang dikeluarkan dari cadangan
intraseluler (sarcoplamic reticulum) akibat rangsangan masuknya Ca2+ yang
berasal dari ekstraseluler13,14.
Peningkatan Ca2+ dalam intraseluler mengakibatkan adanya ikatan
Ca2+ dengan troponin. Ikatan antara Ca2+ dengan troponin, mengakibatkan
kontraksi otot-otot jantung. Selama kontraksi otot jantung, filamen-filamen
tebal (miosin) dan tipis (aktin) akan saling menggeser untuk memperpendek
tiap sarkomer. Berkurangnya ikatan antara Ca2+ dengan troponin akan
menyebabkan stimulasi proses relaksasi otot jantung. Pada fase ini, Ca 2+ yang
tidak berikatan dengan troponin akan disimpan kembali di dalam sarcoplamic
reticulum dan sebagian Ca2+ keluar ke ekstraseluler. Proses keluarnya Ca2+ ke
ekstraseluler terjadi karena adanya pertukaran dengan ion Na2+ yang berada di
ekstraseluler. Kemudian ion Na+ yang telah masuk kedalam intraseluler akan
bertukaran secara aktif dengan ion K+ melalui proses Na+- K+-ATPase13,14.
12
Atrial Fibrilasi
a. Definisi
Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan pada jantung (aritmia) yang
ditandai dengan ketidakteraturan irama denyut jantung dan peningkatan
frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit. Pada dasarnya atrial
15
Gambar 7. A. Proses Aktivasi Lokal Atrial Fibrilasi dan B. Proses Multiple Wavelets
Reentry Atrial Fibrilasi
g. Penatalaksanaan
Sasaran utama pada penatalaksanaan AF adalah mengontrol
ketidakteraturan irama jantung, menurunkan peningkatan denyut jantung dan
menghindari/mencegah adanya komplikasi tromboembolisme. Kardioversi
merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk AF.
Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri adalah suatu tata laksana yang
berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut
jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan
farmakologi (Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik
(Electrical Cardioversion)8,10.
a. Mencegah pembekuan darah (tromboembolisme)
Pencegahan pembekuan darah merupakan pengobatan untuk
mencegah adanya komplikasi dari AF. Pengobatan yang digunakan adalah
jenis antikoagulan atau antitrombosis, hal ini dikarenakan obat ini
berfungsi mengurangi resiko dari terbentuknya trombus dalam pembuluh
darah serta cabang-cabang vaskularisasi. Pengobatan yang sering dipakai
untuk mencegah pembekuan darah terdiri dari berbagai macam,
diantaranya adalah :
1. Warfarin
20
3. Operatif
22
a. Catheter ablation
Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan
sayatan pada daerah paha. Kemudian dimasukkan kateter kedalam
pembuluh darah utma hingga masuk kedalam jantung. Pada bagian
ujung kateter terdapat elektroda yang berfungsi menghancurkan
fokus ektopik yang bertanggung jawab terhadap terjadinya AF.
b. Maze operation
Prosedur maze operation hamper sama dengan catheter ablation,
tetapi pada maze operation, akan mengahasilkan suatu “labirin”
yang berfungsi untuk membantu menormalitaskan system
konduksi sinus SA.
c. Artificial pacemaker
Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yang
ditempatkan di jantung, yang berfungsi mengontrol irama dan
denyut jantung.
Kesimpulan
1. Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan pada jantung (aritmia) yang ditandai
dengan ketidakteraturan irama denyut jantung dan peningkatan frekuensi
denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit.
2. Menurut AHA (American Heart Association), klasifikasi dari atrial fibrilasi
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu AF deteksi pertama, paroksismal AF,
persisten AF dan kronik/permanen AF.
3. Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi lokal dan multiple
wavelet reentry.
a. Aktivasi lokal merupakan mekanisme AF yang berasal dari fokus ektopik
yang dominan (vena pulmonalis superior), dimana fokus ektopik ini
menimbulkan sinyal elektrik yang mempengaruhi aktivitas potensial aksi
nodus SA pada atrium.
23
DAFTAR PUSTAKA
14. Harrison (2000). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Edisi 13. EGC:
1418-87.