Oleh :
Oka Wilsen Joung
1
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
OLEH
OKA WILSEN JOUNG
Mengetahui,
2
DAFTAR MASALAH
NO PROBLEM AKTIF TANGGAL NO PROBLEM TANGGA
PASIF L
1. STEMI inferior dan RV 06-01-2019
2. TAVB 06-01-2019
3. DM tipe II 06-01-2019
5. Azotemia 06-01-2019
AKI prerenal 09-01-2019
3
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. PRN
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Semarang
Status : BPJS
No. CM : C731327
Tgl. MRS : 6 Januari 2019
Ruang : Ruang Elang Putri
Sebab dikasuskan : diagnostik dan tatalaksana
Pasien mengeluhkan dada terasa berat sejak 3 jam SMRS, nyeri dirasakan
tiba-tiba setelah pasien makan siang dan hendak melanjutkan perjalanan naik
mobil. Nyeri seperti tertindih benda berat, rasa tidak nyamana dirasakan
menjalar ke leher, penjalaran ke lengan kiri atau tembus ke belakang
disangkal. Pasien menjadi lemah cenderung mengantuk, berkeringat banyak
dan hanya berbaring di tempat tidur.
4
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit darah tinggi (-)
- Riwayat sakit kencing manis (-)
- Riwayat keluarga meninggal mendadak karena sakit jantung (-)
Riwayat Psikososial
Pasien seorang ibu rumah tangga, tinggal bersama suami dan salah satu anaknya
yang sudah berkeluarga. Kesan sosioekonomi cukup, saat perawatan pasien
didampingi sang anak.
5
Leher : JVP tidak meningkat, Pembesaran nnll (-), Pembesaran
Thyroid (-), Trakhea di tengah
Thoraks : Bentuk dada normal, spider nevi (-), sela iga tidak
melebar, retraksi intercosta (-), retraksi suprasternal dan
supraclavicula (-), pembesaran nnll axilla (-/-)
Paru depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+) dan ST -/-
Paru belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi: SD Vesikuler (+/+)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V 2cm medial Linea
midclavicularis sinistra, kuat angkat (-), melebar (-), pulsasi
parasternal (-), sternal lift (-), pulsasi epigastrium (-)
Perkusi : Batas atas jantung: SIC II LPS Sinistra.
Batas kiri jantung: SIC V Linea mid clavicularis sinistra
Batas kanan jantung: Linea parasternal dextra
Pinggang jantung cekung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, bising(-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube
timpani
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
6
Ekstremitas Atas Bawah
- Oedem -/- -/-
- Akral dingin -/- -/-
- sianosis perifer -/- -/-
- motorik 555/555 555/555
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG 6 Januari 2019 pk 16.30
Hematokrit 28.5 % 40 – 54
7
Eritrosit 3.25 Juta/mmk 4.4 – 5.9
Ureum 47 mg/dL 15 – 39
8
DAFTAR ABNORMALITAS
1. Nyeri dada tipikal
2. Berkeringat banyak
3. Riwayat DM tidak terkontrol
4. Nadi 45x/menit
5. GDS 638
6. EKG: TAVB, STEMI Inferior dan RV
7. Hb 9.4
8. Creatinin 1.43
No Problem Abnormalitas
2 TAVB 4,6
4 Azotemia
5 Anemia sedang NN 7
9
- loading Ticagrelor 180mg/24jam
- Atorvastatin 20mg/24jam
- Enoxaparin 0.6mg sc
- Primary PCI
Mx : keluhan nyeri dada, EKG serial, tanda vital, tanda perdarahan
Ex : pasien menderita penyakit jantung koroner dan akan dilakukan
kateterisasi jantung.
10
Ex : akan dilakukan pemeriksaan berkala untuk memantau gula darah
CATATAN PERKEMBANGAN
1. 6 Januari 2019 (pk. 17.50)
Problem 2. TAVB
Subyektif : lemas
Obyektif :
KU : tampak sakit sedang
Kes : CM
TD : 104/67 HR: 64x/menit
RR : 16x/menit S: 36.8
Paru : SD vesikuler, RBH -/-
Abdomen : BU (+), supel
11
Evaluasi: setelah pemberian SA 0.5mg, denyut jantung meningkat
70x/menit, irama masih TAVB. Rencana dilakukan pemasangan TPM
Plan
Dx :-
Rx : - pemasangan TPM
Mx : tanda vital, saturasi oksigen
Ex : irama jantung pasien masih belum baik akan dilakukan
pemasangan pacu jantung.
12
PEMERIKSAAN HASIL
Irama sinus
Frekuensi 93x/menit, reguler
Axis normoaxis
Gelombang P P mitral -, P pulmonal -
PR interval 0.18 detik
QRS complex RV5/V6 + SV1/V2 < 35, R/S di V1 < 1
Q patologis Q patologis III, AVF
Segmen ST STE resolusi, STD -
Gelombang T T inverted -
Kesan Sinus ritme, OMI inferior
13
Evaluasi : Pasien post PPCI, tampak dari EKG irama sinus, dan dari
PPCI didapatkan stenosis di RCA, setelah dipasang stent
tampak flow RCA baik. Problem 2. TAVB perbaikan
Plan
Dx :-
Rx :- infus NaCl 0.9% 10 tpm
- Aspilet 80mg/24jam
- Ticagrelor 90mg/12jam
- Atorvastatin 20mg/24jam
- Enoxaparin 0.6mg/12jam sc
Mx : tanda perdarahan spontan, tanda vital, EKG, nyeri dada
Ex : tampak perbaikan dari EKG setelah dilakukan kateterisasi
dan pemasangan ring di pembuluh darah koroner.
14
3. Tanggal 9 Januari 2019
Problem 5. Anemia sedang NN
Subyektif :-
Obyektif : KU sakit sedang, E4M6V5
TD : 120/70 RR: 18x/menit
N : 86x/menit t : 36.8ºC
Paru: suara dasar vesikuler, RBH -/-
Lab: Hb 8.6, ureum 25, creatinin 1.02
15
PEMERIKSAAN HASIL
Irama sinus
Frekuensi 100x/menit, reguler
Axis normoaxis
Gelombang P P mitral -, P pulmonal -
PR interval 0.18 detik
QRS complex RV5/V6 + SV1/V2 < 35, R/S di V1 < 1
Q patologis Q patologis III, AVF
Segmen ST STE resolusi, STD -
Gelombang T T inverted III, AVF
Kesan Sinus ritme, OMI inferior
Plan
Dx :-
Rx : - Aspilet 80mg/24jam
- Ticagrelor 90mg/12jam
- Atorvastatin 20mg/24jam
- Candesartan 8mg/24jam
16
- Lantus 0 – 0 -10 unit
- Gliclazid 60mg 1-0-0
Mx : tekanan darah dan kadar gula, kontrol rutin
Ex : pasien boleh rawat jalan, kontrol teratur dan minum obat
sesuai anjuran.
17
Deskripsi Echocardiography:
• Dimensi ruang jantung: dalam batas normal
• LVH (-), IAS dan IVS intak, trombus (-), efusi pericard (-)
• Gerakan LV global normokinetik
• Fungsi sistolik LV: normal dengan LVEF 55.8% (teichz)
• Fungsi diastolik LV: disfungsi diastolik gr 1
• Fungsi sistolik RV: menurun dengan TAPSE 23.5mm
• Katup-katup:
• AoV : 3 cuspis, kalsifikasi (-), AS (-), AR (-)
• MV : MS (-), MR (-)
• TV : TR (-), TS (-)
• PV : PS (-), PR (-)
• PH: (-)
Kesimpulan
• Fungsi sistolik kedua ventrikel baik
• Disfungsi diastolik ringan
• Saat resting echo gerakan global normokinetik
• Katup-katup jantung struktur dan fungsi normal
Evaluasi : pasien CAD post PPCI, hasil echo kesan fungsi kedua
ventrikel baik dan EF baik.
Plan
Dx :-
Rx : - Aspilet 80mg/24jam
- Ticagrelor 90mg/12jam
- Atorvastatin 20mg/24jam
- Candesartan 8mg/24jam
- Lantus 0 – 0 -10 unit
- Gliclazid 60mg 1-0-0
Mx : Tanda vital, kadar gula tiap kontrol
Ex : gula darah harus terkontrol, dan minum obat rutin
18
ALUR PIKIR
Seorang wanita 71 tahun dengan nyeri dada tipikal, onset 3jam, faktor risiko DM tipe II tidak terkontrol
TPM di aff
19
PEMBAHASAN
Pasien wanita 71 tahun, dengan faktor resiko DM tipe II tidak terkontrol, datang
dengan keluhan chest discomfort yang tipikal (nyeri menetap > 20menit, penjalaran
ke leher) onset 3 jam SMRS. Pasien dilakukan rekam jantung didapatkan Total AV
blok dan STEMI inferior.
1. AV blok derajat I
20
lainnya, dan interval RR yang mengandung gelombang P yang terblok lebih
pendek dari dua interval RR sebelumnya.
21
Tatalaksana av blok derajat III (AV Blok total) adalah pemasangan
pace maker. Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan, bila tidak ada
kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai
tetesan isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan kecil untuk
meningkatkan kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan
blok jantung derajat tiga memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk
menjamin curah jantung yang mencukupi. Pacu jantung diperlukan
permanen atau sementara. Implantasi pacu jantung (pace maker) merupakan
terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung permanen
adalah suatu alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular untuk
mendepolarisasi jantung melalui electrode yang dimasukkan ke sisi kanan
jantung melalui system vena. Suatu pacu jantung satu bilik memiliki
electrode pada ventrikel kanan atau atrium kanan. Pacu jantung dua bilik
memberikan impuls ke atrium dan ventrikel melalui dua electrode dan bisa
menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel setelah tiap gelombang P
yang terjadi di atrium. Sehingga timbul impuls yang mendekati depolarisasi
fisiologis pada jantung, dan memungkinkan jantung berdenyut sesuai
dengan nodus sinus.
Pada kejadian stenosis RCA dapat terjadi gangguan konduksi SA
apabila sumbatan pada proximal RCA sehingga SA branch terhambat,
kelainan lain pada daerah distal dapat ditemui seperti infark pada right
ventrikel dan infark inferior, seperti pada kasus ini.
22
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction)
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST
segment elevation myocardial infarction)
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Kematian pada pasien STEMI dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya usia
lanjut, kelas Killip, penundaan waktu untuk pengobatan, keberadaan jaringan
sistem medis darurat, strategi pengobatan, riwayat MI, diabetes mellitus, gagal
ginjal, jumlah arteri koroner yang terkena, dan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF).
Meskipun penyakit jantung iskemik berkembang rata-rata 7-10 tahun kemudian
pada wanita dibandingkan dengan pria, MI tetap menjadi penyebab utama kematian
pada wanita. Acute coronary syndrome (ACS) terjadi tiga hingga empat kali lebih
sering pada pria daripada pada wanita di bawah usia 60 tahun, tetapi setelah usia 75
tahun, wanita mewakili mayoritas pasien. Wanita cenderung lebih sering hadir
dengan gejala atipikal.
Anamnesis
Gejala yang konsisten dengan iskemia miokard (yaitu nyeri dada persisten) dan
tanda [yaitu 12-lead electrocardiogram (ECG)]. Petunjuk penting adalah riwayat
CAD dan radiasi nyeri pada leher, rahang bawah, atau lengan kiri. Beberapa pasien
datang dengan gejala yang kurang khas seperti sesak napas, mual / muntah,
kelelahan, jantung berdebar, atau sinkop.
Pemeriksaan fisik
Tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik adalah untuk menegakkan diagnosis
banding dan mengidentifikasi pencetus. Selain itu, pemeriksaan fisik jika
digabungkan dengan keluhan angina (anamnesis), dapat menunjukkan tingkat
kemungkinan keluhan nyeri dada sebagai representasi SKA
23
Elektrokardiogram
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis pertama. Bila
bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya dapat sangat
membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG awal dan penatalaksanaan, perlu
dilakukan perekaman EKG serial atau pemantauan terus-menerus.
24
Dalam konteks klinis yang tepat, elevasi segmen ST (diukur pada titik-J) dianggap
sugestif dari oklusi akut arteri koroner yang sedang berlangsung dalam kasus-kasus
berikut: setidaknya dua lead yang berdekatan dengan elevasi segmen ST 2.5 mm
pada pria <40 tahun, 2 mm pada pria 40 tahun, atau 1,5mm pada wanita dalam
sadapan V2-V3 dan / atau 1 mm pada sadapan lain (jika tidak ada hipertrofi
ventrikel kiri (LV) atau LBBB).
Pada pasien dengan MI inferior, dianjurkan untuk mencatat sadapan prekordial
kanan (V3R dan V4R) yang mencari elevasi segmen ST, untuk mengidentifikasi
infark ventrikel kanan (RV) yang bersamaan.
Demikian juga, depresi segmen ST pada sadapan V1-V3 menunjukkan iskemia
miokard, terutama ketika gelombang T terminal positif (setara dengan elevasi
segmen-ST), dan konfirmasi oleh elevasi segmen ST yang bersamaan 0,5 mm yang
dicatat dalam sadapan V7-V9 harus dianggap sebagai sarana untuk
mengidentifikasi MI posterior
Pasien dengan kecurigaan klinis iskemia miokard yang sedang berlangsung dan
LBBB harus dikelola dengan cara yang mirip dengan pasien STEMI.
Beberapa pasien dengan oklusi koroner akut mungkin memiliki EKG awal tanpa
peningkatan segmen-ST, kadang-kadang karena mereka terlihat sangat awal setelah
onset gejala (pada kasus yang mana, seseorang harus mencari gelombang T hiper-
akut, yang dapat mendahului ST- elevasi segmen). Penting untuk mengulangi EKG
atau memantau perubahan segmen ST yang dinamis.
25
Pada keadaan di mana EKG ulang tetap menunjukkan kelainan yang nondiagnostik
dan marka jantung negatif sementara keluhan angina sangat sugestif SKA, maka
pasien dipantau selama 12-24 jam untuk dilakukan EKG ulang tiap 6 jam dan setiap
terjadi angina berulang.
26
Marka jantung
Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku emas dalam diagnosis NSTEMI, di
mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi dalam waktu 2 hingga
4 jam. Penggunaan troponin I/T untuk
diagnosis NSTEMI harus digabungkan dengan kriteria lain yaitu keluhan angina
dan perubahan EKG. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika marka jantung meningkat
sedikit melampaui nilai normal atas (upper limit of normal, ULN).
Dalam menentukan kapan marka jantung hendak diulang seyogyanya
mempertimbangkan ketidakpastian dalam menentukan awitan angina. Tes yang
negatif pada satu kali pemeriksaan awal tidak dapat dipakai untuk menyingkirkan
diagnosis infark miokard akut. Kadar troponin pada pasien infark miokard akut
meningkat di dalam darah perifer 3 – 4 jam setelah awitan infark dan menetap
sampai 2 minggu. Peningkatan ringan kadar troponin biasanya menghilang dalam
2 hingga 3 hari, namun bila terjadi nekrosis luas, peningkatan ini dapat menetap
hingga 2 minggu.
Tatalaksana STEMI
Terapi reperfusi segera, baik dengan PPCI atau farmakologis, diindikasikan untuk
semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan elevasi segmen ST
yang menetap atau Left Bundle Branch Block (LBBB) yang (terduga) baru.
Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP primer) diindikasikan apabila terdapat
bukti klinis maupun EKG adanya iskemia yang sedang berlangsung, bahkan bila
gejala telah ada lebih dari 12 jam yang lalu atau jika nyeri dan perubahan EKG
tampak tersendat.
Dalam menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah menentukan ada tidaknya
rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila tidak ada, langsung pilih terapi
brinolitik. Bila ada, pastikan waktu tempuh dari tempat kejadian (baik rumah sakit
atau klinik) ke rumah sakit tersebut apakah kurang atau lebih dari (2 jam). Jika
membutuhkan waktu lebih dari 2 jam, reperfusi pilihan adalah fibrinolitik. Setelah
fibrinolitik selesai diberikan, jika memungkinkan dikirim ke pusat fasilitas IKP.
27
1. Intervensi koroner perkutan primer
IKP primer adalah terapi reperfusi yang lebih disarankan dibandingkan dengan
fibrinolisis apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit dari
waktu kontak medis pertama. IKP primer diindikasikan untuk pasien dengan gagal
jantung akut yang berat atau syok kardiogenik, kecuali bila diperkirakan bahwa
pemberian IKP akan tertunda lama dan bila pasien datang dengan awitan gejala
yang telah lama.
Tidak disarankan untuk melakukan IKP secara rutin pada arteri yang telah
tersumbat total lebih dari 24 jam setelah awitan gejala pada pasien stabil tanpa
gejala iskemia, baik yang telah maupun belum diberikan brinolisis.
Bila pasien tidak memiliki indikasi kontra terhadap terapi antiplatelet dual (dual
antiplatelet therapy-DAPT) dan kemungkinan dapat patuh terhadap pengobatan,
28
drug-eluting stents (DES) lebih disarankan daripada bare metal stents (BMS)
Farmakoterapi periprosedural
Pasien yang akan menjalani IKP primer sebaiknya mendapatkan terapi antiplatelet
ganda (DAPT) berupa aspirin dan penghambat reseptor ADP sesegera mungkin
sebelum angiogra (Kelas I-A), disertai dengan antikoagulan intravena (Kelas I-C).
Aspirin dapat dikonsumsi secara oral (160- 320 mg). Pilihan penghambat reseptor
ADP yang dapat digunakan antara lain:
1. Ticagrelor (dosis loading 180 mg, diikuti dosis pemeliharaan 90 mg dua kali
2. Atau clopidogrel (disarankan dengan dosis lebih tinggi yaitu dosis loading
600 mg diikuti 150 mg per hari), bila ticagrelor tidak tersedia atau
Antikoagulan intravena harus digunakan dalam IKP primer. Pilihannya antara lain:
2. Terapi fibrinolitik
29
disarankan. Terapi brinolitik direkomendasikan diberikan dalam 12 jam sejak
awitan gejala pada pasien-pasien tanpa indikasi kontra apabila IKP primer tidak
bisa dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak medis
pertama (Kelas I-A). Pada pasien-pasien yang datang segera (<2 jam sejak awitan
gejala) dengan infark yang besar dan risiko perdarahan rendah, fibrinolisis perlu
dipertimbangkan bila waktu antara kontak medis pertama dengan inflasi balon lebih
dari 90 menit (Kelas IIa-B). Fibrinolisis harus dimulai pada ruang gawat darurat.
2. Heparin tidak terfraksi diberikan secara bolus intravena sesuai berat badan
B).
Pemindahan pasien ke pusat pelayanan medis yang mampu melakukan IKP setelah
brinolisis diindikasikan pada semua pasien (Kelas I-A). IKP
“rescue”diindikasikan segera setelah brinolisis gagal, yaitu resolusi segmen ST
kurang dari 50% setelah 60 menit disertai tidak hilangnya nyeri dada (Kelas I-A).
IKP emergency diindikasikan untuk kasus dengan iskemia rekuren atau bukti
adanya reoklusi setelah brinolisis yang berhasil (Kelas I-B). Hal ini ditunjukkan
oleh gambaran elevasi segmen ST kembali.
30
Angiografi emergensi dengan tujuan untuk melakukan revaskularisasi
diindikasikan untuk gagal jantung/pasien syok setelah dilakukannya fibrinolisis
inisial (Kelas I-A). Jika memungkinkan, angiogra dengan tujuan untuk melakukan
revaskularisasi (pada arteri yang mengalami infark) diindikasikan setelah brinolisis
yang berhasil (Kelas I-A). Waktu optimal angiogra untuk pasien stabil setelah lisis
yang berhasil adalah 3-24 jam (Kelas IIa-A).
Langkah 2: Tentukan pilihan yang lebih baik antara brinolisis atau strategi invasif
untuk kasus tersebut Bila pasien <3 jam sejak serangan dan IKP dapat dilakukan
Pasien datang kurang dari 3 jam setelah awitan gejala dan terdapat halangan
31
Halangan untuk strategi invasif
o Transportasi bermasalah
menit
jam
32
33
DAFTAR PUSTAKA
34