DISUSUN OLEH:
Aprindo Donatus, S. Ked
PEMBIMBING:
dr. Sherly Yosephina F., Sp. JP
dr. Vita Karima Fadhilah
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KARDIOVASKULAR DAN BANTUAN JANTUNG LANJUT
RUMKIT TK. II 03.05.01 DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
CIMAHI
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. S
2. Usia : 63 tahun
3. Pekerjaan : Pensiunan Polri
4. Agama : Islam
5. Alamat : Batujajar, Bandung Barat
6. Status Pernikahan : Menikah
7. Tanggal Masuk RS : 1 November 2019
8. Tanggal periksa : 6 November 2019
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit.
4. Riwayat Pengobatan
Pasien rutin kontrol dan mengonsumsi obat untuk penyakit yang
dideritanya. Obat-obatan yang sering dikonsumsi oleh pasien adalah
Furosemide, Nitrokaf, ISDN, Ramipril, Akarbose, dan Glikuidon.
2. Pemeriksaan Generalis
a) Kepala : normocephal
b) Mata : konjungtiva anemis (+), Sklera Ikterik (-
), pupil isokor 3 mm / 3 mm refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/+).
c) Leher : JVP meningkat, perbesaran KGB (-)
d) Thorak
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris statis
dan dinamis, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Fremitus taktil simetris, thrill (-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, redup di
basal paru kanan kiri (posterior), batas
jantung kanan ICS IV linea
midklavivula, batas jantung kiri di ICS
V linea anterior aksilaris, batas jantung
kanan atas di ICS 2 linea parasternal
dextra, dan batas jantung kiri atas di ICS
2 linea parasternalis sinistra
Auskultrasi : suara napas dasar bronkovesikuler,
ronkhi (+) di basal kedua lapang paru,
bunyi jantung S1 S2 reguler, murmur(-),
gallop (-)
e) Abdomen:
Inspeksi : Datar, massa (-), jejas (-), massa (-)
Auskultrasi : Bising Usus (+) 6x per menit
Palpasi : Nyeri (-), massa (-) hepar dan lien tidak
teraba, shifting dullness (-)
Perkusi : Timpani di semua lapang perut
f) Ekstremitas : CRT < 2”, akral hangat, pitting edema di
kedua ekstermitas atas dan bawah
3. Pemeriksaan Neurologis
a) Nervus Kranialis
N. II dalam batas normal
N. III, IV, VI: Normal
N.VII
o Mengerutkan dahi: simetris
o Menutup kelopak mata: simetris
o Gerakan tersenyum: sudut bibir kiri lebih rendah
o Menyeringai: sudut bibir kiri lebih rendah
o Mencucu: sulit dilakukan
N.XII: Kesan lidah deviasi ke kiri
b) Pemeriksaan Motorik
Ekstermitas Atas : 5555 / 4444
Ekstremitas Bawah : 5555/ 4444
c) Pemeriksaan Sensorik: tidak dievaluasi
d) Refleks Fisiologis:
Biceps :+2 / +2
Triceps : +2 / +2
Patella : +2 / +2
Achiles : +2 / +2
e) Refleks patologis
Babinski :-/-
Chaddock :-/-
Gordon :-/-
Openheim :-/-
f) Pemeriksaan Meningeal Sign
Kaku kuduk :-
Burdzinski :-
Laseq :-/-
Kernig :-/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah
a) Hematologi Rutin (01/11/19 – 07/11/19)
- RBC : 3.5 - 3.4 (4.0 - 5.5 x 106 /uL)
- HGB : 9.4 - 9.2 (13.0 - 18.0 g/dL)
- HCT : 28.8 - 27.7 (38.0 – 51.0%)
- WBC : 6.4 - 7.9 (4.0 -10.0 x 103 /uL)
- PLT : 329 – 280 (150 – 450 x 103 /uL)
- MCV : 82.3 - 81.7 (75.0 – 100.0 fL)
- MCH : 26.9 - 27.1 (25.0 – 32.0 Pq)
b) Fungsi Ginjal (01/11/19 – 03/11/19 – 04/11/19 – 07/11/19)
- Ureum : 65 – 95 – 102 – 104 (10-50 mg/dL)
- Kreatinin : 3.6 – 4.6 – 4.4 – 3.9 (0.9 – 1.3 mg/dL)
- Creatinin Clearance (04/11/19): 28
2. Urinalisa
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Makroskopis
Warna Kuning Keruh Kuning Jernih
Berat Jenis 1.025 1.005-1.030
pH 6.0 5.0-8.0
Kimiawi
Protein 2+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 0.2 <2.0 mg/dL
Keton Urin Negatif Negatif
Darah Samar 3+ Negatif
Nitrit Positif Negatif
Sedimen Urin
Leukosit 7-8 0-5
Eritrosit Banyak 0-3
Epitel 3-5 0-5
Silinder Granular (+) -
Kristal -
Lain-lain Bakteri (+) -
3. Analisis Gas Darah
Diperiksa tanggal 05/10/2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
pH 7.366 7.350-7.450
pCO2 28.3 mmHg 35.0-45.0
pO2 128.0 mmHg 83.0-108.0
HCO3 16.5 mmol/L 22.0-26.0
SO2 99.0 % 95.0-99.0
BE (Base Excess) -7.10 mmol/L (-) 2.00 – 3.00
TCO2 17.4 mmol/L 23.0 -27.0
Temperatur 36.0 Celcius
Pengambilan Sampel 11.00 WIB
Terima Sampel 11.15 WIB
Tipe Sampel ARTERI
Kesimpulan: Asidosis Metabolik Terkompensasi Sempurna
4. EKG
a) 01 November 2019
Interpretasi:
- Irama : Sinus rhytm ECG
- HR : 94 x/m, reguler
- Aksis : LAD
- PR Interval : 0.20”
- Kompleks QRS : 0.04”-0.08”
- QT interval : 0.24”-0.28”
- Abnormality :
Kesimpulan: Sinus rhytm ECG with LAD, OMI di Anterolateral, dan
RVH
b) 05 November 2019
Interpretasi:
- Irama : Sinus rhytm ECG
- HR : 79 x/m, reguler
- Aksis : LAD
- PR Interval : 0.20”
- Kompleks QRS : 0.04”
- QT interval : 0.28”
- Abnormality : q-wave di lead V3-V6, S persistent
c) 13 November 2019
Interpretasi:
- Irama : Sinus Ryhtm
- HR : 83 x/m reguler
- Aksis : LAD
- PR Interval : 0.20”
- Kompleks QRS : 0.08”
- QT interval : 0.28”
- Abnormality : q-wave di lead V3-V6, S-Persistent
Kesimpulan: Sinus rhytm ECG with LAD, OMI di Anterolateral, dan
RVH
5. Foto Thoraks
a) Thorax AP tanggal 01/11/19
Kesimpulan:
- Suspect kardiomegali curiga dengan edema paru /dd
bronkopneumonia / Konsul TS Sp. Paru
Kesimpulan:
- Kardiomegali dengan edema paru dan suspect efusi pleura bilateral
/dd penebalan pleura
6. USG Urologi
Kesimpulan:
- Gambaran proses kronik (CKD) ginjal bilateral disertai kista ginjal
dextra
- Pembesaran prostat
- VU dalam batas normal saat ini
E. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Acute Pulmonary Edema & Cardiorenal Syndrome Type 2
Etiologis : Asidosis Metabolik
Anatomis : Kardiomegali dan diffuse parenkimal renal disease
F. TATALAKSANA
1. Rawat Inap
a) Cardiology
- O2 via NRM 10-12 tpm
- Inf. NTG 30 ug/menit (titrasi sesuai klinis, 20-70 ug)
- Inj. Lasix 20 mg/jam (titrasi sesuai klinis: sesak dan UO)
- PO. Spironolakton 1 x 25 tab
- PO. Adalat Oros 1 x 30 mg tab
- PO. Aptor 1 x 100 mg tab
- PO. Avesco 1 x 20 mg tab
- Observasi Urin Output (target > 1cc/kgBB/jam)
b) Interna Medicine
- PO. Asam Folat 3 x 1 caps
- PO. Nocid 3 x 1 tab
- PO. Calcido 3 x 1 tab
c) Pulmonology
- Inf. Moxifloxacine 1 x 400 mg
2. Rawat Jalan
- PO. Furosemide 3 x 40 mg tab
- PO. (initial) Concor 1 x 0.625 mg tab
- PO. Adalat Oros 1 x 30 mg tab
- PO. Aptor 1 x 100 mg tab
- PO. Avesco 1 x 20 mg tab
G. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad Functionam : ad malam
Ad Sanactionam : ad malam
BAB II
PEMBAHASAN
A. RESUME MEDIS
Laki-laki 63 tahun datang dengan keluhan dispnea sejak 1 hari SMRS.
Dispnea disertai edema di wajah dan ekstremitas sejak 6 hari SMRS. Pasien
juga mengeluhkan orthopnea, dan paroxysmal nocturnal dispnea, dan.
Diketahui pasien memiliki riwayat merokok, mengalami diabetes melitus,
gagal jantung, dan stroke. Pasien mengonsumsi obat-obatan seperti Nitrokaf,
ISDN, Ramipril, Akarbose, dan Glikuidon dengan rutin. Ibu pasien meninggal
di usia 60 tahun akibat serangan jantung.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien mengalami
hipertensi, takipnea, konjungtiva anemis, terdapat peningkatan JVP, kesan
kardiomegali, suara napas bronkovesikuler, ronkhi di basal kedua lapang paru,
dan pitting edema. Pemeriksaan neurologis terhadap pasien di dapatkan kesan
parese hemiparese sinistra, parese N.VII perifer sinistra, dan pasere N.XII
sinistra.
Pasien kemudian menjalani beberapa pemeriksaan penunjang dan
didapatkan hasil anemia normokrom normositer, nilai GFR 16.04 – 20.49
mL/min/1.73m2, hiperglikemia, urinalisa menunjukkan proses infeksi, asidosis
metabolik terkompensasi sempurna, gambaran EKG memberikan kesan OMI
anterolateral dan RVH, foto thoraks menunjukan adanya kardiomegali dan
edema paru, serta proses kronik ginjal bilateral.
B. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Acute Pulmonary Edema
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang diakibatkan oleh
abnormalitas struktur dan/atau fungsi jantung yang mengakibatkan
penurunan cardiac output dan/atau peningkatan tekanan intrakardiak saat
istirahat maupun beraktivitas. Oleh karena gagal jantung merupakan
sindroma klinis, maka terdapat kumpulan tanda dan gejala sebagai akibat
terjadinya perubahan fungsi dan/atau kelainan anatomi jantung. Adapun
tanda dan gejala tersebut adalah seperti gambar berikut ini. 1
3. Patofisiologi
Acute Pulmonary Edema (APE)
Patofisiologi terjadinya AHFS merupakan suatu proses yang
kompleks dan melibatkan banyak faktor. Adapun proses tersebut terlihat
pada gambar berikut ini.3
Gambar 2.4 Patofisiologi AHFS
Gejala kongesti pada gagal ginjal jantung merupakan manifestasi
dari peningkatan tekanan intrakardiak akibat kegagalan ventrikel kanan
memompakan darah sehingga menurunkan cardiac ouput dan
meningkatkan tekanan atrium kiri dan vena pulmonal. Peningkatan tenakan
atrium kiri dan vena pulmonal akan mengakibatkan peningkatan preload
yang mengakibatkan terjadinya edema pulmonal. Manifestasi dari edema
pulmonal adalah hipoksia, yang nantinya akan merangsang aktivasi
neurohormonal dan proses inflamasi. Kedua proses ini meningkatkan
vasokontriksi dan kebocoran alveolar-capillary yang memperparah gejala
edema pulmonal itu sendiri.3,7
Gambar 2.5 patofisologi APE
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tujuan dilakukannya pemeriksaan penunjang selain sebagai diagnostik,
juga sebagai landasan mencari faktor pencetus dan menentukan terapi yang
tepat.
Acute Pulmonary Edema
ESC: Acute and Chronic Heart Failure Guidelines 2016,
merekomendasikan bahwa setiap pasien yang datang dengan keluhan dispnea
akut dan kecurigaan mengarah kepada Acute Heart Failure, hendak dilakukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut.1
2. EKG
EKG penting untuk menilai kejadian ACS pada AHF. Hal ini
berimplementasi pada tatalaksana AHF. 1
3. Foto Thoraks
Selain untuk menentukan presentasi AHF berupa edema pulmonal,
foto thoraks juga bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya penyakit paru
yang menyertai, misalnya COPD, Infeksi, Asma, dan neoplasma.1
4. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah: kadar troponin,
fungsi ginjal (BUN, creatinine, atau urea), Elektrolit (Sodium, Potassium),
Fungsi Hati, Fungsi Tiroid, dan Glukosa darah. Tujuan utama dari semua
pemeriksaan ini adalah mendukung menentukan penyebab AHF, tingkat
keparahan penyakit,1
5. Echocardiography
Direkomendasikan untuk dilakukan segera pada pasien dengan AHF
dengan hemodinamik tidak stabil dan <48 jam untuk menilai fungsi dan
struktur jantung.
D. PENDEKATAN ASESMEN
1. Acute Pulmonary Edema
Pasien dengan presentasi AHFS telah dijelaskan memiliki 6
presentasi klinis. Bagan berikut ini digunakan untuk membantu
mengelompokkan AHFS tersebut berdasarkan temuan klinis dan Acute
Pulmonary Edema dikelompokkan ke dalam spectrum klinis warm-wet.1
E. TATALAKSANA FARMAKOLOGI
1. Diuretik
Diuretik merupakan landasan utama dalam tatalaksana pasien
dengan acute pulmonary edema yang menunjukkan gejala kongesti dan
overload cairan. Penggunaan diuretik dalam tatalaksana Acute Heart
Failure sesuai rekomendasi dari ESC: Acute and Chronic Heart Failure
Guidelines 2016 adalah sebagai berikut.
Gambar 2.15 Rekomendasi Penggunaan Diuretik pada Pasien AHF
2. Vasodilator/Nitrat
ESC: Acute and Chronic Heart Failure Guidelines 2016,
menyatakan bahwa dalam hal menangani kongesti pada pasien AHF, maka
diberika intravena diuretik diikuti dengan pemberian nitrat sebagai
vasodilator apabilan tensi memungkinkan. Rekomendasi tersebut dapat
dilihat pada gambar 2.18 berikut ini.1
Gambar 2.18 Rekomendasi Pemberian Vasodilator pada AHF
3. ACEI/ARB
Pasien ini masuk ke ruangan ICCU dengan asesmen acute
pulmonary edema dan CRS type 2. Sesuai dengan rekomendasi dari ESC:
Acute and Chronic Heart Failure Guidelines 2016, maka ACEI dan ARB
tidak direkomendasikan, dikarenakan kondisi gagal ginjal pada pasien.
Gambar 2.20 Terapi yang Tidak Direkomendasikan Pada Pasien Gagal
Jantung yang Disertai Penyakit Lainnya
4. Betablocker
ESC: Acute and Chronic Heart Failure Guidelines 2016,
menyatakan bahwa pemberian betablocker dapat munurunkan angka
morbiditas dan mortalitas pasien gagal jantung. Pemberian betablocker pada
pasien gagal jantung stabil diberikan pada dosis rendah, dan dipertahankan
pada dosis optimal sesuai pasien. Pada kondisi akut, betablocker harus
diberikan segera setelah tanda dan gejala kongesti mengalami perbaikan
yang adekuat.1
Gambar 2.21 Rekomendasi Terapi Pada Gagal Jantung dengan Reduced
Ejection Fraction
5. CCB
CCB nondihidroferidin tidak diindikasikan untuk terapi pasien
dengan HFrEF. Diltiazem dan verapamil tidak aman digunakan pada pasien
dengan HFrEF. CCB dihidroferidin yang memiliki evidence aman
digunakan pada pasien dengan HFrEF adalah amlodipine dan felodipin.
Oleh karena itu, dapat digunakan pada pasien gagal jantung apabila terdapat
indikasi yang mendesak.1
6. Anti Hiperglikemia
Berdasarkan American Diabetes Association, 2019 strategi
tatalaksana diabetes melitus dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Gambar 2.22 Algoritma Managemen DM
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien laki-laki 63 tahun didiagnosis dengan Acute Pulmonary
Edema dan Cardiorenal Syndrome Type 2. Prinsip utama tatalaksana pasien
adalah mengurangi kongesti pasien untuk memperbaiki gejala pada pasien
dengan memperhatikan keamanan obat pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. ESC. 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure. European Heart Journal (2016) 37, 2129–2200.
2. ESC. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure 2008. European Heart Journal, Volume 29, Issue 19, October 2008,
Pages 2388–2442.
3. Bonow, RO, dkk. Braunwald's Heart Disease, Ninth Edition, Volume 1.
Philadelphia: Elsevier, 2012.
4. Ronco, C, dkk. Cardiorenal Syndrome. Journal of the American College of
Cardiology, 2008, Vol. 52, No. 19.
5. Rangaswami, J. Cardiorenal Syndrome: Classification, Pathophysiology,
Diagnosis, and Treatment Strategies: A Scientific Statement From the
American Heart Association. American Heart Association, Circulation.
2019;139:e840–e878.
6. American Diabetes Association. Microvascular Complications and Foot Care:
Standards of Medical Care in Diabetesd2019. Diabetes Care 2019;42(Suppl.
1):S124–S138.
7. Lilly LS, Harvard Medical School, editors. Pathophysiology of the Heart
Disease: a Collaborative Project of Medical Student dan Faculty. Edition 6.
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2016.
8. McCullough, PA & Ahmad, A. Cadiorenal Syndromes. World J Cardiol 2011
January 26; 3(1):1-9 ISSN 1949-8462.
9. Ortega LM, Arora S. Metabolic acidosis and progression of chronic kidney
disease : incidence, pathogenesis, and therapeutic therapy. Revista Nefrologia
2012 ; 32(6).
10. Thind, GS, dkk. Acute cardiorenal syndrome: Mechanisms and clinical
implications. Cleveland Clinic Journal Of Medicine, 2018; Vol. 85, No.3.
11. Purvey, M dan Allen, G. Managing acute pulmonary oedema. Australian
Prescriber, 2017; Vol.40, No.2.