Hipertensi merupakan 10% penyulit kehamilan dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Secara global, tiga penyebab utama kematian ibu berturut-turut yaitu perdarahan (30%), hipertensi dalam kehamilan (25%) dan infeksi (20%).1 Menurut National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy, terdapat 4 jenis hipertensi dalam kehamilan. Keempat jenis hipertensi dalam kehamilan tersebut antara lain hipertensi gestasional, preeklampsia dan eklampsia, superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik, dan hipertensi kronik. ( Unila ) Salah satu bagian dari dari hipertensi dalam kehamilan yang paling banyak disoroti adalah preeklamsia. Preeklamsia, baik secara mandiri maupun yang terjadi pada hipertensi kronis, memiliki berbagai risiko dan penyulit yang paling mengkhawatirkan. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya.2 ( Kevin ) Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria ( Williams ) Salah satu komplikasi yang disebabkan oleh preeklamsia berat adalah Intrauterine Growth Restriction (IUGR) . Intrauterine Growth Restriction (IUGR) merupakan istilah yang digunakan dalam mendeskripsikan keadaan fetus dengan estimated fetus weight (EFW) <10 persentil, oligohidroamnion, abnormal doppler dan atau interval kecepatan pertumbuhan dan atau EFW <3 sentil. IUGR berkaitan erat dengan Preeklampsia Berat (PEB), bahkan beberapa literatur menggunakan IUGR sebagai kriteria diagnosis untuk PEB. ( Majority ) Hingga saat ini penanganan hipertensi dalam kehamilan beserta kualitasnya di Indonesia masih beragam di antara praktisi dan rumah sakit. Hal ini dapat tidak hanya didasari karena belum ada teori yang mampu menjelaskan pathogenesis penyakit ini secara jelas, namun juga didasari karena kurangnya kesiapan sarana dan prasarana di daerah. Belum adanya evaluasi skrining secara aktif terhadap risiko terjadinya kasus hipertensi dalam kehamilan sehingga upaya pencegahan tidak optimal. Rendahnya kualitas dan kuantitas Antenatal Care (ANC) di Indonesia tersebut menyebabkan masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari hipertensi dalam kehamilan.2 ( Kevin )