Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

SEORANG PEREMPUAN USIA 16 TAHUN DENGAN


HERPES ZOOSTER LUMBALIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Program Internsip Dokter Indonesia

Oleh :
dr. Cynthia Andrina Illahi Hermawan

Pendamping :
dr. Ellya Yudianti

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE 2023-2024
RS AISYIYAH MUNTILAN
KABUPATEN MAGELANG
2023
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Nn. H S
 Umur : 16 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pelajar
 Suku : Jawa
 Alamat : Kelon, Borobudur, Magelang
 No. RM : 157***
 Status Pasien : BPJS
 Tanggal MRS : 25/06/2023 , pk 17.00

B. ANAMNESIS
 KELUHAN UTAMA
Timbul plenting merah yang nyeri
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang anak perempuan berusia 16 tahun diantar orang
tuanya ke IGD RSAM pada hari Selasa, 25 Juni 2023 dengan keluhan:
+ 3 hari sebelum periksa, , pasien mengeluhkan demam + dan
nyeri pada ekstremitas, nafsu makan menurun.
+ 1 hari sebelum periksa ke RS Merah Putih, pasien dibawa ke
IGD RS Merah Putih kemudian diberi obat paracetamol dan Vitamin,
malamnya pasien mengeluhkan badan lems, sulit bergerak pada
bagian tubuh kiri, dan timbul plenting kecil-kecil berwarna merah,
muncul mendadak dan pertama kali terlihat di punggung bawah kiri,
paha kiri, dan kemaluan bagian atas . Keluhan disertai rasa gatal dan
rasa panas.
+ pagi hari sebelum periksa ke RSAM, pasien sudah tidak
demam, mual +, muntah + 1x dan plenting berubah menjadi berisi
cairan. Cairan dikatakan bening dan tidak ada nanah. Plenting terasa
nyeri seperti ditusuk, gatal dan panas, kemudian ibu Pasien membalur
plenting dengan tumbukan daun binahong. Karena pasien tidak mau
makan minum, lemas dan merasa kesakitan orang tua membawa
pasien ke IGD RSAM.
Tidak ada riwayat penggunaan bedak/ kosmetik, digigit
hewan atau terkena bahan kimia. Pasien baru pertama kali seperti ini.
Orang serumah tidak ada yang mengalami seperti ini.
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat gastritis : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat sakit ginjal : disangkal
- Riwayat stroke : disangkal
- Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
- Riwayat cacar air : saat SD

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat gastritis : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat sakit ginjal : disangkal
- Riwayat stroke : disangkal

 RIWAYAT ALERGI
- Pasien mengaku tidak mempunyai alergi terhadap makanan /obat-
obatan.

 RIWAYAT KEBIASAAN
- Riwayat hygiene : pasien mandi 2x sehari
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Olahraga : jarang

 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


- Pasien merupakan siswi SMA
- Kesan ekonomi : cukup

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Sakit sedang
 Kesadaran : GCS E4V5M6 Composmentis
 Tanda Vital
- TD : 110/91mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36,7 o C
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98% on room air
 Status Gizi
- BB : 50 kg
- TB : 160 cm
- IMT : 19.5 kg/m2 (normoweight)
 Pemeriksan Fisik
- Kepala : Mesocephal, hematom (-)
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik
(-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor,
edema palpebra (-/-)
- Mulut : Mukosa basah (+), lidah kotor (-), bibir
sianosis (-), bibir pucat (-)
- Telinga : Sekret (-/-)
- Hidung : Dispneu (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
defromitas (-/-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), Palpable tiroid (-),
bruit (-)
- Thorax : Normochest, simetris
Cardio
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
- Perkusi :
Batas kanan : SIC II - IV linea parasternalis
dextra
Batas kiri : SIC II linea para sternalis sinistra –
SIC lV linea midclavicula sinistra
- Auskultasi : S1 S2 iregular, S3 gallop (-),
murmur (-)
Pulmo
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris
- Palpasi : Fremitus taktil simetris
- Perkusi : Sonor kedua lapang paru
- Auskultasi : SDV (+/+) kedua lapang paru,
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
- Inspeksi : Sikatrik (-), distensi (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : Timpani di seluruh regio
- Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)
- Ekstremitas : Akral hangat +/+|+/+,
oedema tungkai -/-/-/-,CRT <2”
- Kulit : Vesikel berkelompok dengan dasar
eritem setinggi lumbal 1 pada Punggung kiri, pubis atas
dan paha kiri tampak tumbukan daun binahong.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium (25/06/2023)
Detail Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Darah Lengkap

Hb 12.7 g/dL 10.9-14.9g/dL

Leukosit 4.77x103/µL 4.79-11.34

Trombosit 242 x 103/µL 216-451

Hematokrit 37.3 % 34,0-45,1

Eritrosit 4,83 x 106/µL 4,11-5,55

MCV 77.2 % 71,8-92,0

MCH 26.3 pg 22,6-31,0

MCHC 34.0 g/dl 30,8-35,2

Limfosit 26.2 % 20,4-44,6

Monosit 10.3 % (H) 3.6 – 9.9

RDW-CV 12.0 % 11,3-14,6

Eosinofil 0,8 % 0,7-5.4

Basofil 0,2 % 0-1

Elektrolit (Na, K,
Cl)

Natrium (Na) 138.4 mmol/ L 135 - 147

Kalium (K) 3.27 mmol/L 3.5 – 5.0


Clorida (Cl) 106.8 mmol/L 95 - 105

Gula Darah Sewaktu 180


69 mg/dL
Stik

 Rontgen Thorax (25/06 /2023)

Hasil Pemeriksaan Thorax AP :


Thorax AP

Corakan bronchovasculer dbn


Kedua diafragma , licin
Pleural space tidak menebal
Cor CTR kurang dari 0,56
Kesan :

 Pulmo dlm batas normal


 Besar Cor normal

E. DIAGNOSIS
Herpes Zooster Lumbalis Sinistra
F. PLANNING
Terapi di IGD
 Inf. NaCL 0.9% 20 tpm
 Inj. Ondancetron 1A
 Inj. Omeprazole 1A

Terapi dr. Ferry Kurniasih, Sp.PD


 Inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
 Inj. Metilprednisolone 31.25mg/ 24 jam
 Inj. Ondancetron 1A k/p
 PO Acyclovir 5x 800mg
 PO Gabapentn 1x 300mg malam
 PO Paracetamol 500mg k/p
 PO Sucralfat syrp 3x 10cc ac
 Gentamicin Cr 2x1 lenting/ luka
 Kompres basah NS 4x 15mnt pada lenting/ lepuh

G. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Dubia Ad Bonam
- Quo ad sanationam : Dubia Ad Bonam
- Quo ad kosmetikan : Dubia Ad Bonam

H. EDUKASI
- Edukasi kondisi pasien dan diagnosis pasien kepada keluarganya
- Edukasi tujuan dari pengobatan pasien kepada keluarganya
- Edukasi tentang penyakit dan faktor risiko kepada keluarganya
- Edukasi untuk menghindari penggunaan daun daunan yang dibalur
pada plenting plenting merah
I. FOLLOW UP
Tgl S O A P
25/06/2023 lemas,nyeri pada KU : Sakit sedang, GCS E4V5M6 CM Herpes Zooster Inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
pinggang dan atas TD : 119/ 74 mmHg Lumbalis Sinistra Inj. Metilprednisolone 31.25mg/
pubis karena HR : 79 x/menit 24 jam
plenting- plenting RR : 24 x/menit Inj. Ondancetron 1A k/p
seperti di tusuk2, SpO2 : 99% on room air PO Acyclovir 5x 800mg
nyeri hilang Suhu : 36.6 oC PO Gabapentn 1x 300mg malam
timbul, mual +, PO Paracetamol 500mg k/p
muntah - , makan Kep : CA (-/-), SI (-/-), PO Sucralfat syrp 3x 10cc ac
minum sedikit Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Gentamicin Cr 2x1 lenting/ luka
Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-) Kompres basah NS 4x 15mnt
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, pada lenting/ lepuh
NT (-)
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-),
urtika (-/-)
Kulit : Vesikel berkelompok dengan
dasar eritem setinggi lumbal 1 pada
Punggung kiri, pubis atas dan paha kiri
26/06/2023 Lemas +,nyeri KU : Sakit sedang, GCS E4V5M6 CM  Herpes Inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
pada pinggang TD : 99/78mmHg Zooster Inj. Metilprednisolone 31.25mg/
dan atas pubis HR : 86 x/menit Lumbalis 24 jam
karena plenting- RR : 24 x/menit Sinistra Inj. Ondancetron 1A k/p
plenting SpO2 : 99% on room air PO Acyclovir 5x 800mg
seperti di tusuk2, Suhu : 36.7oC PO Gabapentn 1x 300mg malam
nyeri hilang PO Paracetamol 500mg k/p
timbul, mual -, Kep : CA (-/-), SI (-/-), PO Sucralfat syrp 3x 10cc ac
muntah - , makan Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Gentamicin Cr 2x1 lenting/ luka
minum + Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-) Kompres basah NS 4x 15mnt
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, pada lenting/ lepuh
NT (-)
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-),
urtika (-/-)
Kulit : Vesikel berkelompok dengan
dasar eritem setinggi lumbal 1 pada
Punggung kiri, pubis atas dan paha kiri
27/06/202 ,nyeri pada KU : Sakit ringan, GCS E4V5M6 CM  Herpes Inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
3 pinggang dan atas TD : 94/59 mmHg Zooster Inj. Metilprednisolone 31.25mg/
pubis berkurang HR : 78 x/menit Lumbalis 24 jam -> stop diganti PO
, mual -, muntah - RR : 20 x/menit Sinistra Metilpredinosolon 16mg 1x1 5
, makan minum +, SpO2 : 98% on room air hari
plenting plenting Suhu : 36.3 oC Inj. Ondancetron 1A k/p
menggelap PO Acyclovir 5x 800mg
Kep : CA (-/-), SI (-/-), PO Gabapentn 1x 300mg malam
Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) PO Sucralfat syrp 3x 10cc ac
Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-) Gentamicin Cr 2x1 lenting/ luka
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, Kompres basah NS 4x 15mnt
NT (-) pada lenting/ lepuh
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-),
urtika (-/-)
Kulit : patch eritematosa sebagian
hiperpigementasi batas tegas irreguler
dengan vesikel multiple
herpetiformis
28/06/2023 Tidak ada KU : tak tampak kesakitan, GCS Herpes  BLPL
keluhan E4V5M6 CM Zooster  Kontrol poli kulit Rm Tri
TD : 99/69 mmHg Lumbalis Pradesa Boco P,Dr. Sp. DV
HR : 86x/menit Sinistra Senin tanggal 3/07/2023
RR : 20 x/menit
SpO2 : 99% on room air Obat pulang :
Suhu : 36.7 oC  PO Methylprednisolon
16mg 1x1 selama 3 hari
Kep : CA (-/-), SI (-/-),  PO Methylprednisolon 8mg
Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) 1x1 3 hari kedua
Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-)  PO Acyclovir 5x800 total 7
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, hari,
NT (-)  PO Gabapentin 300mg 1x1
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-), k/p
urtika (-/-)
 PO Sulcrafat sirup 3x1,
Kulit : patch eritematosa sebagian
 Gentamicin krim 2x1,
hiperpigementasi batas tegas irreguler
 Kompres basah NS 4x15
dengan vesikel multiple
mnt
herpetiformis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Herpes zoster adalah penyakit virus yang lazim dan melemahkan yang
sering menyebabkan komplikasi yang parah. Herpes zoster terjadi akibat
penyebaran virus varicella zoster yang menyerang saraf ganglia (Sterling, 2016).
Gejala dari herpes zoster antara lain nyeri neuropatik yang disertai ruam
vesikuler . Herpes zoster adalah infeksi penyakit kulit akut yang sifatnya
localized, menyerang kulit dan mukosa, dengan ciri khas nyeri radikuler,
unilateral dan gerombolan vesikelnya tersebar sesuai dermatom, yang di inervasi
oleh satu ganglion saraf sensoris. Populasi terbesar yang rentan mengalami herpes
zoster yaitu 50 tahun keatas (Pusponegoro, 2014)

B. Epidemiologi

C. Herpes zoster lebih


sering mengenai orang
dengan penurunan
imunitas seluler
seperti
D. pada usia lanjut,
pasien dengan
keganasan, pasien
yang mendapat
kemoterapi atau
E. terapi steroid
jangka panjang, dan
orangdengan HIV.
Namun, herpes
zoster dapat
F. terjadi pada
semua usia. Di
Amerika, herpes
zoster jarangterjadi
pada anak-anak,
G. dimana lebih dari
66% mengenai usia
lebih dari 50 tahun,
kurang dari
10%mengenai
H. usia di bawah 20
tahun dan 5%
mengenai usia kurang
dari 15 tahun.
Herpes zoster lebih sering mengenai orang dengan penurunan
imunitas seluler sepertipada usia lanjut, pasien dengan keganasan,
pasien yang mendapat kemoterapi atauterapi steroid jangka panjang,
dan orangdengan HIV. Namun, herpes zoster dapatterjadi pada
semua usia. Di Amerika, herpes zoster jarangterjadi pada anak-
anak,dimana lebih dari 66% mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang
dari 10%mengenaiusia di bawah 20 tahun dan 5% mengenai usia kurang
dari 15 tahun (Ramona, 2011).
C. Etiologi

irus Varicella zoster


merupakan virus
penyebab varisela dan
herpes zoster. Varicella
zoster merupakan virus
golongan herpes virus.
Inang dari virus ini
hanya terbatas pada
manusia dan primata.
Struktur partikel virus
(virion) berukuran 120-
300 nm. Virion
terdiri dari
glikoprotein, kapsid,
amplop (selubung)
virus, dan
nukelokapsid yang
melindungi bagian inti
berisi DNA genomutas
ganda. Bagian
nukleokapsid berbentuk
ikosahedral, ber
diameter 100-110 nm,
dan terdiri dari 152
protein yang disebut
kapsomer. Virus ini akan
mengalami inaktivasi
pada suhu 56-60°C dan
menjadi tidak
berbahaya apabila bagian
amplop (selubung) dari
virus ini rusak.
Penyebaran virus ini
dapat terjadi melalui
pernapasan.
irus Varicella zoster
merupakan virus
penyebab varisela dan
herpes zoster. Varicella
zoster merupakan virus
golongan herpes virus.
Inang dari virus ini
hanya terbatas pada
manusia dan primata.
Struktur partikel virus
(virion) berukuran 120-
300 nm. Virion
terdiri dari
glikoprotein, kapsid,
amplop (selubung)
virus, dan
nukelokapsid yang
melindungi bagian inti
berisi DNA genomutas
ganda. Bagian
nukleokapsid berbentuk
ikosahedral, ber
diameter 100-110 nm,
dan terdiri dari 152
protein yang disebut
kapsomer. Virus ini akan
mengalami inaktivasi
pada suhu 56-60°C dan
menjadi tidak
berbahaya apabila bagian
amplop (selubung) dari
virus ini rusak.
Penyebaran virus ini
dapat terjadi melalui
pernapasan.
irus Varicella zoster
merupakan virus
penyebab varisela dan
herpes zoster. Varicella
zoster merupakan virus
golongan herpes virus.
Inang dari virus ini
hanya terbatas pada
manusia dan primata.
Struktur partikel virus
(virion) berukuran 120-
300 nm. Virion
terdiri dari
glikoprotein, kapsid,
amplop (selubung)
virus, dan
nukelokapsid yang
melindungi bagian inti
berisi DNA genomutas
ganda. Bagian
nukleokapsid berbentuk
ikosahedral, ber
diameter 100-110 nm,
dan terdiri dari 152
protein yang disebut
kapsomer. Virus ini akan
mengalami inaktivasi
pada suhu 56-60°C dan
menjadi tidak
berbahaya apabila bagian
amplop (selubung) dari
virus ini rusak.
Penyebaran virus ini
dapat terjadi melalui
pernapasan.
Virus Varicella zoster merupakan virus penyebab varisela dan herpes
zoster. Varicellazoster merupakan virus golongan herpes virus. Inang dari virus
ini hanya terbatas padamanusia dan primata. Struktur partikel virus (virion)
berukuran 120-300 nm. Virionterdiri dari glikoprotein, kapsid, amplop
(selubung) virus, dan nukelokapsid yangmelindungi bagian inti berisi DNA
genomutas ganda. Bagian nukleokapsid berbentukikosahedral, ber diameter
100-110 nm, dan terdiri dari 152 protein yang disebutkapsomer. Virus
ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56-60°C dan menjadi tidakberbahaya
apabila bagian amplop (selubung) dari virus ini rusak. Penyebaran virus inidapat
terjadi melalui pernapasan (Pusponegoro, 2014).

Gambar 2.1 Varicella Zoster Virus

D. Patofisiologi
Setelah infeksi primer virus varicella zoster, virus tersebut berdiam di
ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion cranialis. Pada orang dengan
imunokompeten, infeksi biasanya mempengaruhi satu dermatom, dan pada orang
dengan imunokompromise, infeksi mengenai beberapa dermatom. Penurunan
imunitas spesifik terhadap virus karena HIV, keganasan, kemoterapi, atau
penggunaan lama kortikosteroid dapat mengaktivasi kembali infeksi virus, yang
mengenai lokasi setingkat dengan daerah persarafan ganglion yang terkena.
Reaktivasi ini menyebabkan peradangan pada ganglion yang menimbulkan
kerusakan neuron dan sel-sel pendukungnya. Virus juga terbawa ke axon ke area
kulit yang dipersarafi ganglion yang terkena, menyebabkan peradangan lokal.
Dikarakteristikan oleh masa prodromal dengan rasa terbakar selama 2 sampai 3
hari, timbul vesikelvesikel pada distribusi dermatom dari ganglion yang terinfeksi.
Semua dermatom dapat terkena, namunyang paling umum adalah T1 sampai L2.
Walaupun umumnya neuron sensoris yang terkena, neuronmotorik juga dapat
terkena pada 5%-15% pasien (Pusponegoro, 2014)

E. Gejala Klinis
Pola distribusi unilateral dan dermatomal, dan penampakan ruam herpes
zoster sangat jelas sehinggadiagnosis biasanya mudah. Sangat penting untuk
mengenali gejala sedini mungkin. Ruam herpes zoster bersifat khas yaitu ruam
vesikular yang nyeri, sepanjang satu dermatom, berlangsung selama 3-5 hari
sebelum lesi menjadi pustul dan keropeng. Ruam sering terasa gatal. Vesikel
dapat berisi cairan jernih yang bisa berubah menjadi abu-abu dan kemudian
membentuk krusta, bisa juga mengandung darah (herpes zoster hemoragik) dan
kemudian jika terjadi infeksi sekunder,dapat terbentuk ulkus dan sikatriks akibat
penyembuhan luka.

Pada beberapa kasus dapat didahului dengan gejala prodromal, yang


meliputi demam, malaise, nyerikepala, nyeri otot-tulang, pegal, gatal, dan sensasi
kulit lokal. Ruam dan nyeri paling sering timbul di dada(torakal) dan di wajah.
Masa tunas antara 7 – 12 hari, dengan masa aktif berupa lesi yang tetap timbul
berlangsung kira-kira satu minggu, kemudian masa resolusi antara 1 – 2 minggu,
sehingga biasanya akansembuh dalam 2-3 minggu.

Pada individu dengan imunitas yang buruk (imunokompromais), herpes


zoster dapat mengenai lebih dari satu dermatom, penyebaran ruamnya generalisata
atau ruam menetap lebih lama. Komplikasi neuralgia pasca herpes, superinfeksi
bakterial dan terjadinya jaringan parut di kulit juga meningkat. Bila menyerang
cabang N. Oftalmikus, disebut herpes zoster opthalmikus. Sindrom Ramsay Hunt
diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan optikus, sehingga memerikan
gejala paralisis otot muka (paralisis Bell). Kelainan kulit yang sesuai dengan
tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea.
Bila menyerang wajah, daerah yang dipersarafi N. V cabang atas disebut herpes
zoster frontalis.

Beberapa variasi Herpes zoster (KEMENKES, 2015):

 Herpete bila terjadi nyeri segmental yang tidak diikuti dengan erupsi kulit.
 Herpes zoster abortif bila erupsi kulit hanya berupa eritema dengan atau
tanpa vesikel yang langsung mengalami resolusi sehingga perjalanan
penyakitnya berlangsung singkat. 
 Herpes zoster aberans bila erupsi kulitnya melalui garis tengah.
 Sindrom Ramsay-Hunt jika terjadi erupsi kulit timbul di liang telinga luar
atau membran timpani disertai paresis fasialis, gangguan lakrimasi,
gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah; tinitus, vertigo dan tuli.
Herpes zoster oftalmikus bila virus menyerang cabang pertama nervus
trigeminus (N. Ophtalmicus). Jika mengenai ramus nasosiliaris akan timbul
vesikel di puncak dan tepi hidung (Hutchinson sign)
Gambar 2.2 Gambar Peta Anaotmi Dermatom

F. Pemeriksaan Penunjang
Herpes zoster ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis berupa nyeri
prodromal dan erupsi kulit dengan distribusi yang khas. Pada beberapa
kasus, diagnosis HZ dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang
antara lain Tzanck smear, biopsi kulit, direct fluorescent assay (DFA), dan
polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan Tzanck smear pada HZ
memberikan sensitivitas sekitar 84%, menunjukkan multinucleated giant
cells (sel raksasa berinti banyak). Pemeriksaan Tzanck tidak dapat
membedakan antara VVZ dan virus herpes simpleks, tetapi dapat
membedakan dengan lesi erupsi vesikuler lainnya (misalnya, yang
disebabkan oleh variola dan pox virus lainnya, coxsackieviruses dan
echoviruses) (Sterling, 2016).

Pemeriksaan biopsi dilakukan bila klinis meragukan. Pada hasil


pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermis dengan
degenerasi sel epidermis dan akantolisis, pada dermis bagian atas dijumpai
infiltrat limfosit 3 Pemeriksaan DFA memberikan hasil yang cepat untuk
membantu membedakan antara infeksi virus VVZ dan virus herpes
simpleks. Pemeriksaan ini kurang sensitif karena tidak dapat menemukan
antigen VVZ. Pemeriksaan PCR adalah metode sangat sensitif (97-100%)
dengan hasil yang cepat untuk mendeteksi DNA VVZ sehingga PCR
menjadi pemeriksaan baku emas untuk diagnosis.Pemeriksaan PCR
berguna pada kasus-kasus atau spesimen yang tidak biasa (misalnya lesi
hanya berupa krusta), tidak muncul ruam (kecurigaan HZ sine herpete)
dengan spesimen diambil dari kerokan dasar vesikel atau lesi saat
terbentuk krusta.

Keluhan nyeri akut segmental pada stadium prodormal HZ sulit


dibedakan dengan nyeri yang timbul akibat penyakit sistemik, sedangkan
stadium erupsi perlu dibedakan dengan herpes simpleks zosteriformis,
dermatitis kontak, gigitan serangga, luka bakar, dan pioderma.

Gambar 2.3 Multinucleated Giant Cels dengan karakteristik perubahan inti

G. Tatalaksana
Prinsip dasar pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan nyeri secepat
mungkin dengan cara membatasi replikasi virus dan mengurangi kerusakan saraf
lebih lanjut (Widaty, 2017)
Sistemik
 Antivirus : diberikan sebelum 72 jam awitan lesi, selama 7 hari
 Famsiklovir 3 x 500 mg atau 
 Valasiklovir 3 x 1000 mg atau 
 Asiklovir 5 x 800 mg 
 Analgetik 
 OAINS :asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak
 Non-Opioid : parasetamol, tramadol, asam mefenamat
 Opioid :kodein, morfin atau oksikodon
 Antidepresan Trisiklik dan atau Antikonvulsan (Gabapentin) : untuk
menurunkan prevalensi Neuralgia post herpetic
Topikal
 Analgetik
 Kompres terbuka dengan solusio Burowi (alumunium asetat 5%)  dan
solusio Calamin 4-6 kali/hari selama 30-60 menit 🡪 mengurangi nyeri
dan pruritus
 OAINS seperti aspirin dalam kloromform atau etil eter; krim
indometasin atau diklofenak 🡪 waspada gangguan GIT
 Anestetik
 Infiltrasi lokal subkutan, blok saraf perifer, ruang paravertebral atau
epidural, dan blok simpatis 
Pencegahan :
 Pemberian vaksin Herpes Zoster atau Recombinant Glycoprotein E subunit
Herper Zoster terhadap orangtua harus dipikirkan untuk meningkatkan
kekebalan spesifik terhadap VVZ sehingga dapat memodifikasi perjalanan
penyakit herpes zoster.

H. Komplikasi
Penderita yang tidak disertai keadaan penurunan imunitas, biasanya tanpa
komplikasi.Komplikasi yang dapat terjadi ialah adanya vesikel yang berubah
menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik (Sterling, 2016).

● Neuralgia pasca herpetik

Nyeri merupakan komplikasi tersering herpes zosteryang membuat pasien


menderita. Pada fase akut,nyeri biasanya berkurang alam beberapa minggu. Jika
nyerinya masih menetap lebih dari 3 bulansetelah hilangnya ruam zoster, maka
diduga pasien mengalami komplikasi neuralgia pasca herpes (NPH). Nyeri ini
dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan
gradasinyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan ini
dijumpai pada orang yangmenderita herpes zoster di atas usia 40 tahun,ruam yang
meluas, dan intensitas nyeri akut yang lebih berat merupakan indikator
meningkatnya risiko terjadinya NPH.

● Pada herpes zoster oftalmikus, dapat terjadi berbagai komplikasi, di antaranya


ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.

● Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus yang terjadi akibat penjalaran virus
secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan.Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya
lesi. Berbagai
paralisis dapat terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas,
vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.Infeksi juga dapat
menjalar ke organ dalam, misalnya paru, hepar, dan otak

a.
DAFTAR PUSTAKA
Sterling JC. Varicella-zoster virus infections. Dalam: Griffiths C, Barker J,
Bleiker T, Chalmers R, penyunting. Rook’s textbook of dermatology. Edisi ke- 9.
London: Willey Blackwell. 2016.h.30-1.
Pusponegoro E, Nilasari H, Lumintang H, Niode NJ, Daili SF, Djauzi S.
Buku panduan herpes zoster di Indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2014.
Ramona Dumasari L. Varicella dan Herpes Zoster. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf varicela &
herpes zoster. 2011
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan lanjut usia di pusat kesehatan masyarakat. Permenkes RI. 2015; 67.
Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan MY, Siswati AS, Triwahyudi
D, dkk,. Herpes zoster. Panduan Praktik Klinis. Perdoski. 2017: h. 61-4.

Anda mungkin juga menyukai