Oleh :
dr. Cynthia Andrina Illahi Hermawan
Pendamping :
dr. Ellya Yudianti
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. H S
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa
Alamat : Kelon, Borobudur, Magelang
No. RM : 157***
Status Pasien : BPJS
Tanggal MRS : 25/06/2023 , pk 17.00
B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Timbul plenting merah yang nyeri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang anak perempuan berusia 16 tahun diantar orang
tuanya ke IGD RSAM pada hari Selasa, 25 Juni 2023 dengan keluhan:
+ 3 hari sebelum periksa, , pasien mengeluhkan demam + dan
nyeri pada ekstremitas, nafsu makan menurun.
+ 1 hari sebelum periksa ke RS Merah Putih, pasien dibawa ke
IGD RS Merah Putih kemudian diberi obat paracetamol dan Vitamin,
malamnya pasien mengeluhkan badan lems, sulit bergerak pada
bagian tubuh kiri, dan timbul plenting kecil-kecil berwarna merah,
muncul mendadak dan pertama kali terlihat di punggung bawah kiri,
paha kiri, dan kemaluan bagian atas . Keluhan disertai rasa gatal dan
rasa panas.
+ pagi hari sebelum periksa ke RSAM, pasien sudah tidak
demam, mual +, muntah + 1x dan plenting berubah menjadi berisi
cairan. Cairan dikatakan bening dan tidak ada nanah. Plenting terasa
nyeri seperti ditusuk, gatal dan panas, kemudian ibu Pasien membalur
plenting dengan tumbukan daun binahong. Karena pasien tidak mau
makan minum, lemas dan merasa kesakitan orang tua membawa
pasien ke IGD RSAM.
Tidak ada riwayat penggunaan bedak/ kosmetik, digigit
hewan atau terkena bahan kimia. Pasien baru pertama kali seperti ini.
Orang serumah tidak ada yang mengalami seperti ini.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat gastritis : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat sakit ginjal : disangkal
- Riwayat stroke : disangkal
- Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
- Riwayat cacar air : saat SD
RIWAYAT ALERGI
- Pasien mengaku tidak mempunyai alergi terhadap makanan /obat-
obatan.
RIWAYAT KEBIASAAN
- Riwayat hygiene : pasien mandi 2x sehari
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Olahraga : jarang
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6 Composmentis
Tanda Vital
- TD : 110/91mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36,7 o C
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 98% on room air
Status Gizi
- BB : 50 kg
- TB : 160 cm
- IMT : 19.5 kg/m2 (normoweight)
Pemeriksan Fisik
- Kepala : Mesocephal, hematom (-)
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik
(-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor,
edema palpebra (-/-)
- Mulut : Mukosa basah (+), lidah kotor (-), bibir
sianosis (-), bibir pucat (-)
- Telinga : Sekret (-/-)
- Hidung : Dispneu (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
defromitas (-/-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), Palpable tiroid (-),
bruit (-)
- Thorax : Normochest, simetris
Cardio
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
- Perkusi :
Batas kanan : SIC II - IV linea parasternalis
dextra
Batas kiri : SIC II linea para sternalis sinistra –
SIC lV linea midclavicula sinistra
- Auskultasi : S1 S2 iregular, S3 gallop (-),
murmur (-)
Pulmo
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris
- Palpasi : Fremitus taktil simetris
- Perkusi : Sonor kedua lapang paru
- Auskultasi : SDV (+/+) kedua lapang paru,
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
- Inspeksi : Sikatrik (-), distensi (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : Timpani di seluruh regio
- Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)
- Ekstremitas : Akral hangat +/+|+/+,
oedema tungkai -/-/-/-,CRT <2”
- Kulit : Vesikel berkelompok dengan dasar
eritem setinggi lumbal 1 pada Punggung kiri, pubis atas
dan paha kiri tampak tumbukan daun binahong.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (25/06/2023)
Detail Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Elektrolit (Na, K,
Cl)
E. DIAGNOSIS
Herpes Zooster Lumbalis Sinistra
F. PLANNING
Terapi di IGD
Inf. NaCL 0.9% 20 tpm
Inj. Ondancetron 1A
Inj. Omeprazole 1A
G. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Dubia Ad Bonam
- Quo ad sanationam : Dubia Ad Bonam
- Quo ad kosmetikan : Dubia Ad Bonam
H. EDUKASI
- Edukasi kondisi pasien dan diagnosis pasien kepada keluarganya
- Edukasi tujuan dari pengobatan pasien kepada keluarganya
- Edukasi tentang penyakit dan faktor risiko kepada keluarganya
- Edukasi untuk menghindari penggunaan daun daunan yang dibalur
pada plenting plenting merah
I. FOLLOW UP
Tgl S O A P
25/06/2023 lemas,nyeri pada KU : Sakit sedang, GCS E4V5M6 CM Herpes Zooster Inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
pinggang dan atas TD : 119/ 74 mmHg Lumbalis Sinistra Inj. Metilprednisolone 31.25mg/
pubis karena HR : 79 x/menit 24 jam
plenting- plenting RR : 24 x/menit Inj. Ondancetron 1A k/p
seperti di tusuk2, SpO2 : 99% on room air PO Acyclovir 5x 800mg
nyeri hilang Suhu : 36.6 oC PO Gabapentn 1x 300mg malam
timbul, mual +, PO Paracetamol 500mg k/p
muntah - , makan Kep : CA (-/-), SI (-/-), PO Sucralfat syrp 3x 10cc ac
minum sedikit Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Gentamicin Cr 2x1 lenting/ luka
Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-) Kompres basah NS 4x 15mnt
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, pada lenting/ lepuh
NT (-)
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-),
urtika (-/-)
Kulit : Vesikel berkelompok dengan
dasar eritem setinggi lumbal 1 pada
Punggung kiri, pubis atas dan paha kiri
26/06/2023 Lemas +,nyeri KU : Sakit sedang, GCS E4V5M6 CM Herpes Inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
pada pinggang TD : 99/78mmHg Zooster Inj. Metilprednisolone 31.25mg/
dan atas pubis HR : 86 x/menit Lumbalis 24 jam
karena plenting- RR : 24 x/menit Sinistra Inj. Ondancetron 1A k/p
plenting SpO2 : 99% on room air PO Acyclovir 5x 800mg
seperti di tusuk2, Suhu : 36.7oC PO Gabapentn 1x 300mg malam
nyeri hilang PO Paracetamol 500mg k/p
timbul, mual -, Kep : CA (-/-), SI (-/-), PO Sucralfat syrp 3x 10cc ac
muntah - , makan Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Gentamicin Cr 2x1 lenting/ luka
minum + Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-) Kompres basah NS 4x 15mnt
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, pada lenting/ lepuh
NT (-)
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-),
urtika (-/-)
Kulit : Vesikel berkelompok dengan
dasar eritem setinggi lumbal 1 pada
Punggung kiri, pubis atas dan paha kiri
27/06/202 ,nyeri pada KU : Sakit ringan, GCS E4V5M6 CM Herpes Inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
3 pinggang dan atas TD : 94/59 mmHg Zooster Inj. Metilprednisolone 31.25mg/
pubis berkurang HR : 78 x/menit Lumbalis 24 jam -> stop diganti PO
, mual -, muntah - RR : 20 x/menit Sinistra Metilpredinosolon 16mg 1x1 5
, makan minum +, SpO2 : 98% on room air hari
plenting plenting Suhu : 36.3 oC Inj. Ondancetron 1A k/p
menggelap PO Acyclovir 5x 800mg
Kep : CA (-/-), SI (-/-), PO Gabapentn 1x 300mg malam
Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) PO Sucralfat syrp 3x 10cc ac
Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-) Gentamicin Cr 2x1 lenting/ luka
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, Kompres basah NS 4x 15mnt
NT (-) pada lenting/ lepuh
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-),
urtika (-/-)
Kulit : patch eritematosa sebagian
hiperpigementasi batas tegas irreguler
dengan vesikel multiple
herpetiformis
28/06/2023 Tidak ada KU : tak tampak kesakitan, GCS Herpes BLPL
keluhan E4V5M6 CM Zooster Kontrol poli kulit Rm Tri
TD : 99/69 mmHg Lumbalis Pradesa Boco P,Dr. Sp. DV
HR : 86x/menit Sinistra Senin tanggal 3/07/2023
RR : 20 x/menit
SpO2 : 99% on room air Obat pulang :
Suhu : 36.7 oC PO Methylprednisolon
16mg 1x1 selama 3 hari
Kep : CA (-/-), SI (-/-), PO Methylprednisolon 8mg
Thr : SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) 1x1 3 hari kedua
Cor : BJ 1-2 dbn, murmur (-), gallop (-) PO Acyclovir 5x800 total 7
Abd : BU (+) normal, supel, timpani, hari,
NT (-) PO Gabapentin 300mg 1x1
Eks : akral hangat (+/+), edema (-/-), k/p
urtika (-/-)
PO Sulcrafat sirup 3x1,
Kulit : patch eritematosa sebagian
Gentamicin krim 2x1,
hiperpigementasi batas tegas irreguler
Kompres basah NS 4x15
dengan vesikel multiple
mnt
herpetiformis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Herpes zoster adalah penyakit virus yang lazim dan melemahkan yang
sering menyebabkan komplikasi yang parah. Herpes zoster terjadi akibat
penyebaran virus varicella zoster yang menyerang saraf ganglia (Sterling, 2016).
Gejala dari herpes zoster antara lain nyeri neuropatik yang disertai ruam
vesikuler . Herpes zoster adalah infeksi penyakit kulit akut yang sifatnya
localized, menyerang kulit dan mukosa, dengan ciri khas nyeri radikuler,
unilateral dan gerombolan vesikelnya tersebar sesuai dermatom, yang di inervasi
oleh satu ganglion saraf sensoris. Populasi terbesar yang rentan mengalami herpes
zoster yaitu 50 tahun keatas (Pusponegoro, 2014)
B. Epidemiologi
D. Patofisiologi
Setelah infeksi primer virus varicella zoster, virus tersebut berdiam di
ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion cranialis. Pada orang dengan
imunokompeten, infeksi biasanya mempengaruhi satu dermatom, dan pada orang
dengan imunokompromise, infeksi mengenai beberapa dermatom. Penurunan
imunitas spesifik terhadap virus karena HIV, keganasan, kemoterapi, atau
penggunaan lama kortikosteroid dapat mengaktivasi kembali infeksi virus, yang
mengenai lokasi setingkat dengan daerah persarafan ganglion yang terkena.
Reaktivasi ini menyebabkan peradangan pada ganglion yang menimbulkan
kerusakan neuron dan sel-sel pendukungnya. Virus juga terbawa ke axon ke area
kulit yang dipersarafi ganglion yang terkena, menyebabkan peradangan lokal.
Dikarakteristikan oleh masa prodromal dengan rasa terbakar selama 2 sampai 3
hari, timbul vesikelvesikel pada distribusi dermatom dari ganglion yang terinfeksi.
Semua dermatom dapat terkena, namunyang paling umum adalah T1 sampai L2.
Walaupun umumnya neuron sensoris yang terkena, neuronmotorik juga dapat
terkena pada 5%-15% pasien (Pusponegoro, 2014)
E. Gejala Klinis
Pola distribusi unilateral dan dermatomal, dan penampakan ruam herpes
zoster sangat jelas sehinggadiagnosis biasanya mudah. Sangat penting untuk
mengenali gejala sedini mungkin. Ruam herpes zoster bersifat khas yaitu ruam
vesikular yang nyeri, sepanjang satu dermatom, berlangsung selama 3-5 hari
sebelum lesi menjadi pustul dan keropeng. Ruam sering terasa gatal. Vesikel
dapat berisi cairan jernih yang bisa berubah menjadi abu-abu dan kemudian
membentuk krusta, bisa juga mengandung darah (herpes zoster hemoragik) dan
kemudian jika terjadi infeksi sekunder,dapat terbentuk ulkus dan sikatriks akibat
penyembuhan luka.
Herpete bila terjadi nyeri segmental yang tidak diikuti dengan erupsi kulit.
Herpes zoster abortif bila erupsi kulit hanya berupa eritema dengan atau
tanpa vesikel yang langsung mengalami resolusi sehingga perjalanan
penyakitnya berlangsung singkat.
Herpes zoster aberans bila erupsi kulitnya melalui garis tengah.
Sindrom Ramsay-Hunt jika terjadi erupsi kulit timbul di liang telinga luar
atau membran timpani disertai paresis fasialis, gangguan lakrimasi,
gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah; tinitus, vertigo dan tuli.
Herpes zoster oftalmikus bila virus menyerang cabang pertama nervus
trigeminus (N. Ophtalmicus). Jika mengenai ramus nasosiliaris akan timbul
vesikel di puncak dan tepi hidung (Hutchinson sign)
Gambar 2.2 Gambar Peta Anaotmi Dermatom
F. Pemeriksaan Penunjang
Herpes zoster ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis berupa nyeri
prodromal dan erupsi kulit dengan distribusi yang khas. Pada beberapa
kasus, diagnosis HZ dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang
antara lain Tzanck smear, biopsi kulit, direct fluorescent assay (DFA), dan
polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan Tzanck smear pada HZ
memberikan sensitivitas sekitar 84%, menunjukkan multinucleated giant
cells (sel raksasa berinti banyak). Pemeriksaan Tzanck tidak dapat
membedakan antara VVZ dan virus herpes simpleks, tetapi dapat
membedakan dengan lesi erupsi vesikuler lainnya (misalnya, yang
disebabkan oleh variola dan pox virus lainnya, coxsackieviruses dan
echoviruses) (Sterling, 2016).
G. Tatalaksana
Prinsip dasar pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan nyeri secepat
mungkin dengan cara membatasi replikasi virus dan mengurangi kerusakan saraf
lebih lanjut (Widaty, 2017)
Sistemik
Antivirus : diberikan sebelum 72 jam awitan lesi, selama 7 hari
Famsiklovir 3 x 500 mg atau
Valasiklovir 3 x 1000 mg atau
Asiklovir 5 x 800 mg
Analgetik
OAINS :asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak
Non-Opioid : parasetamol, tramadol, asam mefenamat
Opioid :kodein, morfin atau oksikodon
Antidepresan Trisiklik dan atau Antikonvulsan (Gabapentin) : untuk
menurunkan prevalensi Neuralgia post herpetic
Topikal
Analgetik
Kompres terbuka dengan solusio Burowi (alumunium asetat 5%) dan
solusio Calamin 4-6 kali/hari selama 30-60 menit 🡪 mengurangi nyeri
dan pruritus
OAINS seperti aspirin dalam kloromform atau etil eter; krim
indometasin atau diklofenak 🡪 waspada gangguan GIT
Anestetik
Infiltrasi lokal subkutan, blok saraf perifer, ruang paravertebral atau
epidural, dan blok simpatis
Pencegahan :
Pemberian vaksin Herpes Zoster atau Recombinant Glycoprotein E subunit
Herper Zoster terhadap orangtua harus dipikirkan untuk meningkatkan
kekebalan spesifik terhadap VVZ sehingga dapat memodifikasi perjalanan
penyakit herpes zoster.
H. Komplikasi
Penderita yang tidak disertai keadaan penurunan imunitas, biasanya tanpa
komplikasi.Komplikasi yang dapat terjadi ialah adanya vesikel yang berubah
menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik (Sterling, 2016).
● Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus yang terjadi akibat penjalaran virus
secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan.Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya
lesi. Berbagai
paralisis dapat terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas,
vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.Infeksi juga dapat
menjalar ke organ dalam, misalnya paru, hepar, dan otak
a.
DAFTAR PUSTAKA
Sterling JC. Varicella-zoster virus infections. Dalam: Griffiths C, Barker J,
Bleiker T, Chalmers R, penyunting. Rook’s textbook of dermatology. Edisi ke- 9.
London: Willey Blackwell. 2016.h.30-1.
Pusponegoro E, Nilasari H, Lumintang H, Niode NJ, Daili SF, Djauzi S.
Buku panduan herpes zoster di Indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2014.
Ramona Dumasari L. Varicella dan Herpes Zoster. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf varicela &
herpes zoster. 2011
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan lanjut usia di pusat kesehatan masyarakat. Permenkes RI. 2015; 67.
Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan MY, Siswati AS, Triwahyudi
D, dkk,. Herpes zoster. Panduan Praktik Klinis. Perdoski. 2017: h. 61-4.