discussion
Seorang WANITA usia 68
Tahun dengan
CKD, CHOLELITIASIS DAN
ANEMIA
Pembimbing:
dr. Irma Zaimatuddunia, Sp.PD, M.Sc
oleh :
Okasyati Lestari P
IDENTITAS PASIEN
✘ Nama : Ny. S
✘ Jenis Kelamin : Perempuan
✘ Usia : 68 tahun
✘ Agama : Islam
✘ Pekerjaan : Tidak Bekerja
✘ Alamat :Kudus
✘ Nomor RM : 908-xxx
✘ Ruang : Melati 1
✘ Tanggal masuk : 31 Maret 2024
3
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Vital Sign:
✘ TD : 117/ 53 mmHg
✘ Nadi : 75x/menit
✘ RR : 22x/menit
✘ Suhu : 37oC
✘ SpO2 : 98 %
Status gizi
✘ BMI = BB/TB
= 58/(160x160)
= 22.6
(Normoweight)
7
Pemeriksaan Fisik Umum
✗ Kulit : Pucat (+)seluruh tubuh, spider angioma- spiderangiomata (spider telangiektasis) (-)
✗ Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor diameter 2 mm, refleks
cahaya +/+
✗ Telinga : Bentuk normal, secret (-/-)
✗ Hidung : Sekret (-/-), deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
✗ Mulut : Bentuk rahang normal, mukosa mulut tidak kering, lidah tidak atrofi (-), bibir pucat (+),
sariawan (-), selaput putih pada lidah (-) fetor hepatikum (-) pursed lips breathing (-)
✗ Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trachea (-)
Interpretasi : Kulit pucat, bibir pucat, sklera ikterik, kulit ikterik
PARU-PARU
Nyeri tekan (-), Deviasi trakea (-), Tumor (-), Stem fremitus normal,
Palpasi pergerakan dinding thorax simetris
pulsasi ictus cordis tidak teraba kuat angkat, pulsus parasternal (-), sternal lift (-),
Palpasi
pulsus epigastrium (-)
Tampak datar, warna kulit sama dengan sekitar (+), dermatitis kontak alergi (+)
Inspeksi caput medusa (-), hiperpigmentasi (-), benjolan (-).
Perabaan supel, Nyeri tekan epigastrium (+), Massa (-), defence muscular (-),
Palpasi hepar dan lien tidak ada pembesaran, tidak ada pembesaran kelenjar limfe inguinal.
∙ Tes undulansi :-
∙ Nyeri ketok CVA : -
Interpretasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Superior Inferior
Hemoglobin
Hasil
L 3.1
Nilai Rujukan
14.7-18.0
Laboratorium
ELEKTROLIT
Hematokrit L 11.2 40-52
Kalsium
31/03/2024
2.32 2.20 -2.90
Leukosit 7.7 3.6-11
SGOT 18 0-550
Troponin I 0.02
Interpretasi : Anemia
Pemeriksaan Pemeriksaan
Laboratorium Laboratorium
05/0/2024 06/04/2024
HEMATOLOGI Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin L 8.2 14.7-18.0
HbsAg rapid Negatif Negatif
Hematokrit L 25.8 40-52
KESAN :
- Kardiomegali
- Efusi pleura dupleks minimal
ABNORMALITAS DATA
Anamnesis:
1. Lemas
2. Nafsu makn berkurang PP
3. Kaki bengkak LABORATORIUM :
4. Nyeri ulu hati Anemia, Hiperkloremia, Hypercreatinemia
5. Perut mbeseseg
6. Bak sedikit
USG ABDOMEN
- Penebalan cervix uteri
- Hidronefrosis
- Cholelitiasis
23
RENCANA PEMECAHAN
MASALAH
24
CKD Ip Tx
Non farmakologi :
Asessment • Hemodialysis
Etiologi : Nefropati HT Farmakologi :
Farmakologi :
GFR = (140-68 )58x 0.85/72x 2.2 Infus D5 NS 20tpm
= x ml/min/1,73m2 (Grade IV) Transfusi PRC sd Hb 8/9
Inj Vit K 3x1 amp
✘ Komplikasi : Hipertensi, Anemia,
Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam
Asidosis Metabolik, CVD, Inj Mecobalami 2x1
Hipokalsemia Tablet Fe 2x1
Ip Dx : Ip Mx
• Keadaan umum
✘ Sphygmamometer • TTV
✘ Hema rutin • Urin output
• Tes fungsi ginjal
✘ Indeks eritrosit • Kadar kalsium darah
✘ AGD Ip Ex
• Perhatikan konsumsi air
✘ EKG • Diet rendah protein (0.8 g/kg/hari pada orang dewasa dengan
✘ Pemeriksaan kadar elektrolit DM)
• Hindari makanan tinggi protein (protein >1.3g/kg/hari)
25
Problem 1: Cholelitiasis
Initial plan of Therapy
Assessment Farmakologi :
- Faktor resiko : kurang minum air putih, Farmakologi :
genetic Infus D5 NS 20tpm
Transfusi PRC sd Hb 8/9
Initial plan of diagnosis: Inj Vit K 3x1 amp
✘ USG abdomen Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam
Inj Mecobalami 2x1
✘ ERCP ( Endoscopic Retrograde Tablet Fe 2x1
Cholangiography)
Non- Farmakoterapi :
• DESWL
28
Follow Up Pasien
4/04/2024 5/04/2024
Panas dingin =, kedua kaki bengkak BAK
S S Pusing +
tidak terasa
O TD 139/75 mmHg O TD 144/71
Nadi 90 x/menit Nadi 85
RR 20 x/menit RR 20
SpO2 98 % SpO2 96
Suhu 36.6 o
C Suhu 36.5
A CKD, Anemia, Cholelitiasis A CKD, Anemia, Cholelitiasis
Infus D5 NS 20tpm Infus D5 NS 20tpm
Transfusi PRC sd Hb 8/9 Transfusi PRC sd Hb 8/9
Inj Vit K 3x1 amp Inj Vit K 3x1 amp
Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam
Inj Mecobalami 2x1 Inj Mecobalami 2x1
P Tablet Fe 2x1 P Tablet Fe 2x1
Follow Up Pasien
6/04/2024 7/04/2024
31
CKD
CKD
Chronic kidney disease (CKD) alias penyakit ginjal kronis, merupakan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal
secara signifikan selama beberapa waktu (lebih dari 3 bulan), sehingga CKD juga sering dianggap sebagai gagal ginjal
kronis.
Definisi
✘ Suatu proses patofisiologi terkait dengan gangguan fungsi ginjal dan
penurunan progresif laju filtrasi glomerulus.1
✘ Abnormalitas struktur atau fungsi ginjal yang timbul selama >3
bulan, dengan implikasi terhadap kesehatan dan diklasifikasikan
berdasarkan penyebab, kategori laju filtrasi glomerulus, dan kategori
albuminuria.2
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal medicine
19th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2015.
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012 clinical practice
guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease. Kidney Int Suppl. 2013;3:1–150.
Menghitung laju GFR dapat dilakukan
dengan perhitungan berikut :
Klasifikasi
(KDIGO 2013) :
Kategori
Albuminuria
LFG
Penyebab
✘ Nefropati diabetic
✘ Glomerulonefritis
✘ Hipertensi terkait GGK (termasuk penyakit ginjal
iskemik dan vascular dan penyakit glomerular primer
terkait hipertensi)
✘ Penyakit ginjal polikistik dominan autosom
✘ Nefropati kistik dan tubulointerstitial lainnya
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal
medicine 19th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2015.
Etiologi Gagal Ginjal Kronik di Indonesia
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s
principles of internal medicine 19th edition. United States: McGraw-Hill Education;
2015.
Faktor Risiko
Tidak Dapat Dimodifikasi Dapat Dimodifikasi
Usia tua Hipertensi
Jenis kelamin (♂ lebih cepat) Proteinuria
Ras (Afrika-Amerika lebih Albuminuria
cepat)
Hilangnya massa ginjal Glikemia
Genetik Obesitas
Dislipidemia
Merokok
Kadar asam urat
Patofisiologi
Sta • Hilangnya daya cadang ginjal (LFG N/↑)
diu • ↓ fungsi nefron progresif
m
dini
LF • Asimptomatik
G
60
%
Asidosis
Analisa gas metablok (pH ↓,
darah
HCO3 ↓)
Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical diagnosis & treatment
2017 56th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2017.
Urinalisa Sedimen urin : sel
tubulus ginjal, sedimen
Albumin urin
eritrosit, leukosit,
Protein urin sedimen granuler kasar,
kuantitatif 24 jam eritrosit dismorfik
USG Abdomen
Pemeriksaan BNO-IVP
Penunjang
Biopsi ginjal
EKG
Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical
Cegah Komplikasi Röntgen thorax
diagnosis & treatment 2017 56th edition. United States:
McGraw-Hill Education; 2017. echocardiography
Tatalaksana Gagal Ginjal Kronik
Berdasarkan LFG
Derajat LFG Rencana tatalaksana
(mL/mnt/1,73
m2)
Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical diagnosis & treatment
2017 56th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2017.
Terapi Komplikasi
Komplikasi Koreksi Obat
Anemia Hb ≤10 g/dL dan Ht ≤30% Epo 2000-4000 IU subkutan,
Hb 10-12 g/dL, Ht 2-3x/minggu selama 4
>30% minggu
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012 clinical practice
guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease. Kidney Int Suppl. 2013;3:1–150.
HIPERTENSI RENAL
• Hipertensi renovaskular adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik yang umumnya
mendadak dan resisten akibat hipoperfusi ginjal yang biasanya disebabkan stenosis arteri renalis dan
aktivasi sistem renin-angiotensin.
CHOLELITIAS
IS
adalah suatu keadaan di mana terdapat batu di
Definisi Cholelitiasis
dalam kantung empedu (vesica fellea)
Empedu membantu
penyerapan lemak dengan
emulsifikasi
Faktor Resiko
Cholelitiasis
Batu Empedu
imaging
Non-invasive
Invasive
Radiography / FPA
Oral cholecystography
ERC(P) Radionuclide imaging
Operative Cholangiography Ultrasound
T-tube cholangiography
Computed Tomography
PTC (PERCUTANEUNS TRANSHEPATIC
CHOLANGIOGRAPHY)
Magnetic Resonance
Imaging (MRI – MRCP)
TERAPI
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non bedah dan bedah.
1. Penanganan Bedah
a. Kolesistektomi sampai saat ini masih merupakan baku emas dalam penanganan kolelitiasis dengan gejala
(simtomatik). laparoskopik kolesistektomi merupakan tindakan yang paling umum dilakukan untuk
pengangkatan batu empedu, terutama pada kasus yang sudah mengalami komplikasi seperti kolangitis.
b. Untuk batu saluran empedu, ERCP terapeutik merupakan modalitas utama, dengan melakukan sfingterektomi
endoskopi untuk mengeluarkan batu saluran empedu. Komplikasi dari sfingterektomi dan ekstraksi meliputi
pankreatitis akut, perdarahan dan perforasi
c. Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)
✘ Adalah suatu terapi non operatif yang menggunakan gelombang suara berenergi tinggi yang dapat
mengasilkan shick wave. Shock wave ini akan ditransmisika melalui air dan jaringan serta mempunyai
kemampuan untuk memecah batu empedu. Teknik sudah jarang dilakukan karena tergeser oleh kolesistektomi
laparoskopi.
TERAPI
2. Penanganan Non-Bedah
Terapi medikamentosa dengan UDCA (ursodeoxycholic acid) untuk
menurunkan saturasi kolesterol empedu dan menghasilkan suatu cairan
lamelar yang menguraikan kolesterol dari batu serta mencegah pembentukan
inti batu.
THANK YOU