Anda di halaman 1dari 68

Case based

discussion
Seorang WANITA usia 68
Tahun dengan
CKD, CHOLELITIASIS DAN
ANEMIA

Pembimbing:
dr. Irma Zaimatuddunia, Sp.PD, M.Sc

oleh :
Okasyati Lestari P
IDENTITAS PASIEN
✘ Nama : Ny. S
✘ Jenis Kelamin : Perempuan
✘ Usia : 68 tahun
✘ Agama : Islam
✘ Pekerjaan : Tidak Bekerja
✘ Alamat :Kudus
✘ Nomor RM : 908-xxx
✘ Ruang : Melati 1
✘ Tanggal masuk : 31 Maret 2024

3
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan utama: Lemas


✘ Seorang wanita berusia 68 Tahun datang ke IGD RSUD dr. Loekmono Hadi dengan
keluhan Lemas sejak 1 minggu SMRS. Keluhan disertai degan nyeri ulu hati hilang
timbul, perut terasa mbeseseg dan penuh, riwayat BAB hitam +- 1 bulan yang lalu,
Keluhan lain yaitu nafsu makan berkurang dan kedua kaki bengkak ,sesak -, bak
sedikit.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
✘ Keluhan yang sama : (+)
RIWAYAT SOSEK
✘ Riwayat Imunisasi : (-)
✘ Riwayat TB : (-)
✘ Riwayat penyakit jantung : (-) ✘ JKN Non PBI
✘ Riwayat penyakit ginjal : (+)
✘ Riwayat CA Cervix : (+)
✘ Riwayat Hipertensi : (+) tidak terkotrol

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


✘ Sakit yang sama : (-)
✘ Riwayat Hipertensi : (+)
✘ Riwayat TB : (-)
✘ Riwayat penyakit jantung : (-)
✘ Riwayat penyakit ginjal : (-)
✘ Riwayat GERD, Gastritis : (-)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : E4V5M6, GCS = 15

Vital Sign:
✘ TD : 117/ 53 mmHg
✘ Nadi : 75x/menit
✘ RR : 22x/menit
✘ Suhu : 37oC
✘ SpO2 : 98 %
Status gizi
✘ BMI = BB/TB
= 58/(160x160)

= 22.6
(Normoweight)

7
Pemeriksaan Fisik Umum

✗ Kulit : Pucat (+)seluruh tubuh, spider angioma- spiderangiomata (spider telangiektasis) (-)
✗ Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor diameter 2 mm, refleks
cahaya +/+
✗ Telinga : Bentuk normal, secret (-/-)
✗ Hidung : Sekret (-/-), deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
✗ Mulut : Bentuk rahang normal, mukosa mulut tidak kering, lidah tidak atrofi (-), bibir pucat (+),
sariawan (-), selaput putih pada lidah (-) fetor hepatikum (-) pursed lips breathing (-)
✗ Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trachea (-)
Interpretasi : Kulit pucat, bibir pucat, sklera ikterik, kulit ikterik
PARU-PARU

RR 22x/menit, Hyperpigmentasi (-), tumor (-), inflammation, (-),


Inspeksi spider nevi (-), pergerakan hemithorax dextra = hemithorax sinistra

Nyeri tekan (-), Deviasi trakea (-), Tumor (-), Stem fremitus normal,
Palpasi pergerakan dinding thorax simetris

Perkusi Sonor pada kedua lapang paru

suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan ronkhi


Auskultasi (-/-), wheezing (-/-), stridor (-/-)
9
Pemeriksaan jantung

Inspeksi Ictus cordis (-)

pulsasi ictus cordis tidak teraba kuat angkat, pulsus parasternal (-), sternal lift (-),
Palpasi
pulsus epigastrium (-)

Batas atas : ICS II, linea sternal sinistra


Batas pinggang : ICS III, linea parasternal sinistra
Perkusi Batas bawah kanan : ICS V, linea sternal dextra
Batas bawah kiri : ICS V, linea midclavicular sinistra

Katup aorta : S1 & S2 standar, suara tambahan (-)


Katup pulmonal : S1 & S2 standar, suara tambahan (-)
Auskultasi Katup triskupid : S1 & S2 standar, suara tambahan (-)
Katup mitral: S1 & S2 standar, suara tambahan (-)
Bising jantung (-)
Pemeriksaan abdomen

Tampak datar, warna kulit sama dengan sekitar (+), dermatitis kontak alergi (+)
Inspeksi caput medusa (-), hiperpigmentasi (-), benjolan (-).

Auskultasi Bising usus 10x / menit

timpani pada 4 kuadran abdomen.


Hepar : tidak ada Hepatomegaly
Perkusi Lien : tidak ada spleenomegaly, traube space pekak

Perabaan supel, Nyeri tekan epigastrium (+), Massa (-), defence muscular (-),
Palpasi hepar dan lien tidak ada pembesaran, tidak ada pembesaran kelenjar limfe inguinal.
∙ Tes undulansi :-
∙ Nyeri ketok CVA : -
Interpretasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-


Edem -/- +/+
Capillary refill <2 detik <2 detik
Selulitis -/- -/-

Interpretasi : Edema Ekstremitas Infeerior


PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
HEMATOLOGI

Hemoglobin
Hasil

L 3.1
Nilai Rujukan

14.7-18.0
Laboratorium
ELEKTROLIT
Hematokrit L 11.2 40-52
Kalsium
31/03/2024
2.32 2.20 -2.90
Leukosit 7.7 3.6-11

Eritrosit L 1.96 4.5 – 5.9 Kalium 3.5 3.5 – 5.5

Trombosit 288 150-440 Natrrium 142 135 - 145


KIMIA KLINIK Klorida H 110 98 - 108
Ureum 43.1 19-44

Creatinin H 2.2 0.6-1.3


Anemia, Hypercreatinemia, Hiperkloremia
SGPT 12 0-50

SGOT 18 0-550

Troponin I 0.02

Golongan darah+rh B Rh (D) positive


Pemeriksaan Pemeriksaan
Laboratorium Laboratorium
01/04/2024Hasil 04/04/2024
HEMATOLOGI Nilai Rujukan HEMATOLOGI Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin L 3.0 14.7-18.0 Hemoglobin L 6.7 14.7-18.0


Hematokrit L 10.8 40-52 Hematokrit L 21.2 40-52
Leukosit 7.5 3.6-11 Leukosit 9.2 3.6-11
Eritrosit L 1.89 4.5 – 5.9 Eritrosit L 3.06 4.5 – 5.9
Trombosit 286 150-400 Trombosit 246 150-440
Laju endap darah/bbs 29

Interpretasi : Anemia
Pemeriksaan Pemeriksaan
Laboratorium Laboratorium
05/0/2024 06/04/2024
HEMATOLOGI Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin L 8.2 14.7-18.0
HbsAg rapid Negatif Negatif
Hematokrit L 25.8 40-52

Leukosit 9.6 3.6-11

Eritrosit L 3.60 4.5 – 5.9

Trombosit 216 150-440


Pemeriksaan
Laboratorium
07/04/2024
KIMIA KLINIK

Ureum H 83.0 19-44

Creatinin 3.4 0.6-1.3


o PEMERIKSAAN USG ABDOMEN
USG-ABDOMEN
o KLINIS : Riw ca cervix
o Hepar :ukuran normal, struktur dan ekogenesitas parenkim normal, permukaan reguler, liver
tip lancip, tak tampak nodul, v.porta tak melebar, v.hepatika tak melebar
o Duktus biliaris :intra dan ekstrahepatal tak melebar
o Vesika felea :dinding tak menebal, tampak batu (ukuran t 0.3 cm), tak tampak sludge
o Pankreas :ukuran normal, struktur parenkim homogen, tak tampak kalsifikasi.
o Lien: ukuran normal, struktur parenkim homogen, tak tampak nodul, v.lienalis tak melebar.
o Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan
korteks, tak tampak batu, PCS melebar. Ureter proksimal tak melebar
o Ginjal kiri :bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan
korteks, tak tampak batu, PCS melebar. Ureter proksimal melebar
o Aorta :tak tampak limfadenopati paraaorta
o Vesika urinaria :dinding menebal focal ireguler, tak tampak batu
o Uterus : ukuran tak membesar, endometrial line tak menebal
o PEMERIKSAAN USG ABDOMEN
USG-ABDOMEN
o USG whole abdomen
o Vesika felea :dinding tak menebal, tampak batu (ukuran + 0.3 cm), tak tampak sludge
o Pankreas :ukuran normal, struktur parenkim homogen, tak tampak kalsifikasi.
o Lien: ukuran normal, struktur parenkim homogen, tak tampak nodul, v.lienalis tak
melebar.
o Ginjal kanan :bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan
korteks, tak tampak batu, PCS melebar. Ureter proksimal tak melebar
o Ginjal kiri : bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan
korteks, tak tampak batu, PCS melebar. Ureter proksimal melebar
o Aorta :tak tampak limfadenopati paracorta
o Vesika urinaria :dinding menebal focal ireguler, tak tampak batu
o Uterus :ukuran tak membesar, endometrial line tak menebalmpak penebalan struktur cervix
uteri (tebal + 5. 17 cm) disertai infiltrasimUrinaria Tak tampak cairan bebas pada intraabdomen
o KESAN :
Penebalan struktur cervix uteri (tebal + 5.17 cm) disertai infittrasi ke vesika > cenderung massa cervix uteri
o Hidronefrosis kanan grade l|
o Hidronefrosis kiri grade IV disertai hidroureter proksimal kiri
o Cholelithiasis (ukuran + 0.3 cm)
o Tak tampak nyata nodul pada struktur liver dan lien
X- FOTO THORAX
oCor : Membesar

Batas kiri ke laterocaudal


o Pulmo : Corakan bronkovaskuler normal

Tak tampak bercak infiltrate di kedua paru


Diafragma sinus kanan-kiri tumpul

KESAN :
- Kardiomegali
- Efusi pleura dupleks minimal
ABNORMALITAS DATA
Anamnesis:
1. Lemas
2. Nafsu makn berkurang PP
3. Kaki bengkak LABORATORIUM :
4. Nyeri ulu hati Anemia, Hiperkloremia, Hypercreatinemia
5. Perut mbeseseg
6. Bak sedikit
USG ABDOMEN
- Penebalan cervix uteri
- Hidronefrosis
- Cholelitiasis

Pemeriksaan Fisik: - X FOTO THORAX


1. Tampak lemas
2. Bibir pucat - Kardiomegali
3. Sklera ikterik - Efusi pleura dupleks minimal
4. Konjungtiva anemis
5. Nyeri tekan epigastrium
6. Edema ekstremitas inferior
Problem
1. CKD list
2. CHOLELITIASIS
3. ANEMIA

23
RENCANA PEMECAHAN
MASALAH

24
CKD Ip Tx
Non farmakologi :
Asessment • Hemodialysis
Etiologi : Nefropati HT Farmakologi :
Farmakologi :
GFR = (140-68 )58x 0.85/72x 2.2 Infus D5 NS 20tpm
= x ml/min/1,73m2 (Grade IV) Transfusi PRC sd Hb 8/9
Inj Vit K 3x1 amp
✘ Komplikasi : Hipertensi, Anemia,
Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam
Asidosis Metabolik, CVD, Inj Mecobalami 2x1
Hipokalsemia Tablet Fe 2x1
Ip Dx : Ip Mx
• Keadaan umum
✘ Sphygmamometer • TTV
✘ Hema rutin • Urin output
• Tes fungsi ginjal
✘ Indeks eritrosit • Kadar kalsium darah
✘ AGD Ip Ex
• Perhatikan konsumsi air
✘ EKG • Diet rendah protein (0.8 g/kg/hari pada orang dewasa dengan
✘ Pemeriksaan kadar elektrolit DM)
• Hindari makanan tinggi protein (protein >1.3g/kg/hari)
25
Problem 1: Cholelitiasis
Initial plan of Therapy
Assessment Farmakologi :
- Faktor resiko : kurang minum air putih, Farmakologi :
genetic Infus D5 NS 20tpm
Transfusi PRC sd Hb 8/9
Initial plan of diagnosis: Inj Vit K 3x1 amp
✘ USG abdomen Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam
Inj Mecobalami 2x1
✘ ERCP ( Endoscopic Retrograde Tablet Fe 2x1
Cholangiography)
Non- Farmakoterapi :
• DESWL

Innitial plan of Monitoring


Vital sign dan keadaan umum
Murphy Sign
Tanda akut abdomen

Initial plan of Educational


• Menjelaskan mengenai penyakit kepada pasien dan keluarga pasien
• Konsumsi obat harus rutin
Anemia
Asessment ✘ Inf PRC 3 kolf
Ip Mx
Etiologi : Def Besi, penyakit kronik, penyakit ✘Infus D5 NS 20tpm Keadaan umum
ginjal
✘Transfusi PRC sd Hb 8/9 TTV
Ip Dx Darah rutin
✘Inj Vit K 3x1 amp Fungsi ginjal
✘ Indeks Eritrosit
✘Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam
✘ TIBC Ip Ex
✘Inj Mecobalami 2x1
✘ Serum Iron (SI) Menjelaskan kepada pasien mengenai
✘ Hitung retikulosit
✘Tablet Fe 2x1 penyakit
Konsumsi makanan tinggi besi
✘ Pemeriksaan fungsi ginjal
Non farmakoterapi : radioembolisasi
Ip Tx
- radioterapi
Rumus PRC
(Hb target – Hb saat ini) X BB X 4
= (11- 6.7) X 58 X 4
= 5,5 X 45 X 4
= 997.6 ML
1 PRC = 150-300 ML
27
FOLLOW UP
PASIEN

28
Follow Up Pasien

4/04/2024 5/04/2024
Panas dingin =, kedua kaki bengkak BAK
S S Pusing +
tidak terasa
O TD 139/75 mmHg O TD 144/71
Nadi 90 x/menit Nadi 85
RR 20 x/menit RR 20
SpO2 98 % SpO2 96
Suhu 36.6 o
C Suhu 36.5
A CKD, Anemia, Cholelitiasis A CKD, Anemia, Cholelitiasis
Infus D5 NS 20tpm Infus D5 NS 20tpm
Transfusi PRC sd Hb 8/9 Transfusi PRC sd Hb 8/9
Inj Vit K 3x1 amp Inj Vit K 3x1 amp
Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam Inj Lansoprazole 1 amp/ 12 jam
Inj Mecobalami 2x1 Inj Mecobalami 2x1
P Tablet Fe 2x1 P Tablet Fe 2x1
Follow Up Pasien
6/04/2024 7/04/2024

S Keluhan berkurang S Pkeluhan berkurang

O TD 140/73 mmHg O TD 139/80


Nadi 87 x/menit Nadi 87
RR 20 x/menit RR 20
SpO2 98 % SpO2 98
Suhu 36.6 o
C Suhu 36.6
CKD, Anemia,
A CKD, Anemia, Cholelitiasis A Cholelitiasis
Infus D5 NS 20tpm BLPL
Transfusi PRC sd Hb 8/9
Inj Vit K 3x1 amp
Inj Lansoprazole 1 amp/ 12
jam
P Inj Mecobalami 2x1 P
Tablet Fe 2x1
TINJAUAN
PUSTAKA

31
CKD
CKD
Chronic kidney disease (CKD) alias penyakit ginjal kronis, merupakan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal
secara signifikan selama beberapa waktu (lebih dari 3 bulan), sehingga CKD juga sering dianggap sebagai gagal ginjal
kronis.
Definisi
✘ Suatu proses patofisiologi terkait dengan gangguan fungsi ginjal dan
penurunan progresif laju filtrasi glomerulus.1
✘ Abnormalitas struktur atau fungsi ginjal yang timbul selama >3
bulan, dengan implikasi terhadap kesehatan dan diklasifikasikan
berdasarkan penyebab, kategori laju filtrasi glomerulus, dan kategori
albuminuria.2

Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal medicine
19th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2015.
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012 clinical practice
guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease. Kidney Int Suppl. 2013;3:1–150.
Menghitung laju GFR dapat dilakukan
dengan perhitungan berikut :

GFR laki laki=(140 - umur) x kgBB /


(72 x serum kreatinin)

GFR perempuan=(140 - umur) x


kgBB x 0,85 / (72 x serum kreatinin
Kriteria Gagal Ginjal Kronik
✘ Kriteria gagal ginjal kronik (KDIGO 2013) :
✗ Petanda kerusakan ginjal (1 atau lebih) :
✗ Albuminuria (AER ≥30 mg/24 jam; ACR ≥30 mg/g [≥3 mg/mmol])
✗ Sedimen urin abnormal
✗ Kelainan elektrolit akibat kelainan tubular
✗ Kelainan yang dideteksi dengan pemeriksaan histologi
✗ Kelainan structural yang dideteksi dengan pencitraan
✗ Riwayat transplantasi ginjal
✗ Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
✗ LFG < 60 ml/menit/1,73 m2 (Kategori LFG G3a-G5)
Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi
Penyebab

Klasifikasi
(KDIGO 2013) :

Kategori
Albuminuria
LFG
Penyebab
✘ Nefropati diabetic
✘ Glomerulonefritis
✘ Hipertensi terkait GGK (termasuk penyakit ginjal
iskemik dan vascular dan penyakit glomerular primer
terkait hipertensi)
✘ Penyakit ginjal polikistik dominan autosom
✘ Nefropati kistik dan tubulointerstitial lainnya
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal
medicine 19th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2015.
Etiologi Gagal Ginjal Kronik di Indonesia

Indonesian Renal Registry. 7th report of Indonesian renal registry. IRR: .


Kategori Laju Filtrasi Glomerulus
KDIGO 2013 Identification, Evaluation, and
Management of CKD3
Albuminuria
Rumus Estimasi LFG

Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s
principles of internal medicine 19th edition. United States: McGraw-Hill Education;
2015.
Faktor Risiko
Tidak Dapat Dimodifikasi Dapat Dimodifikasi
Usia tua Hipertensi
Jenis kelamin (♂ lebih cepat) Proteinuria
Ras (Afrika-Amerika lebih Albuminuria
cepat)
Hilangnya massa ginjal Glikemia
Genetik Obesitas
Dislipidemia
Merokok
Kadar asam urat
Patofisiologi
Sta • Hilangnya daya cadang ginjal (LFG N/↑)
diu • ↓ fungsi nefron progresif
m
dini

LF • Asimptomatik
G
60
%

LF • Keluhan nokturia, lemah, mual, ↓ nafsu makan, ↓ BB


G
30
%
• Gejala & tanda uremia yang nyata (lemas, mual, muntah, rasa kecap logam, pruritus)
LF • Gangguan keseimbangan air (hipo/hipervolemia); gangguan keseimbangan elektrolit (Na
G
& K)
<30
%

LF • End stage renal failure  gejala komplikasi serius


G • Perlu terapi pengganti ginjal (dialisis/transplantasi ginjal)
<15
%
Diagnosis
Sistem Organ Gejala Tanda

Umum Lemas, kelelahan Tampak pucat

Kulit Pruritus, mudah digaruk Pucat, ekimosis, ekskoriasi,


edema
THT Rasa kecap logam, epistaksis Urinous breath

Mata Konjungtiva pucat

Paru-paru Napas pendek Rales, efusi pleura

Kardiovaskular Dispneu, nyeri retrosternal saat inspirasi Hipertensi, kardiomegali, friction


(pericarditis) rub
Gastrointestinal Anorexia, mual, muntah

Genitourinaria Nokturia, disfungsi ereksi isothenuria

Neuromuskular Restless legs, ensefalopati uremikum

Neurologi Iritabilita secara umum, ketidakmampuan Stupor, asterixis, neuropati


konsentrasi perifer
↑ ureum Hiperkalemia
↑ serum kreatinin hipokalsemia
hiperfosfatemia
hipermagnesemia
Elektrolit

Pemeriksaan Lab darah


Penunjang lengkap Hiperkolesterolemi
a
Glukosa darah, Hipertrigliseridemia
profil lipid ↑ LDL

Asidosis
Analisa gas metablok (pH ↓,
darah
HCO3 ↓)

Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical diagnosis & treatment
2017 56th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2017.
Urinalisa Sedimen urin : sel
tubulus ginjal, sedimen
Albumin urin
eritrosit, leukosit,
Protein urin sedimen granuler kasar,
kuantitatif 24 jam eritrosit dismorfik

USG Abdomen
Pemeriksaan BNO-IVP
Penunjang

Biopsi ginjal

EKG
Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical
Cegah Komplikasi Röntgen thorax
diagnosis & treatment 2017 56th edition. United States:
McGraw-Hill Education; 2017. echocardiography
Tatalaksana Gagal Ginjal Kronik
Berdasarkan LFG
Derajat LFG Rencana tatalaksana
(mL/mnt/1,73
m2)

1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,


evaluasi perburukan fungsi ginjal, perkecil
risiko kardiovaskular
2 60-89 Hambat perburukan fungsi ginjal

3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

5 <15 Terapi pengganti ginjal


Tatalaksana NonFarmakologi
✘ Restriksi asupan protein
✘ Restriksi cairan
✘ Retriksi asupan garam
✘ Modifikasi gaya hidup
✗ Atur BB
✗ Berhenti merokok, minum jamu atau konsumsi minuman
berenergi
✗ Olahraga 30 menit minimal 3 hari dalam seminggu
Tatalaksana Farmakologi
Aspek Dikontrol Target Obat
Tekanan darah <130/80 mmHg (tanpa ACE inhibitor, ARB,
tinggi proteinuria) CCB
<125/75 mmHg (dengan nondihidropiridin
proteinuria)
Glukosa darah HbA1C <7% Gol. Glitazon
Lipid LDL <100 mg/dL statin
Trigliserida ≥200 mg/dL 
target kolesterol nonHDL
<130 mg/dL
Komplikasi

Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical diagnosis & treatment
2017 56th edition. United States: McGraw-Hill Education; 2017.
Terapi Komplikasi
Komplikasi Koreksi Obat
Anemia Hb ≤10 g/dL dan Ht ≤30% Epo 2000-4000 IU subkutan,
 Hb 10-12 g/dL, Ht 2-3x/minggu selama 4
>30% minggu

Asidosis metabolik HCO3 <22 mmol/L Bicnat 3x2 tab (325-2000


Rumus koreksi : 0,3 x BB mg)
x ∆[HCO3]
Hiperhomosisteinemia As. Folat 15 mg
vit. B12 500µg/hari
Hiperfosfatemia Calcium carbonat 3-6 g/hari
Prognosis

Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012 clinical practice
guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease. Kidney Int Suppl. 2013;3:1–150.
HIPERTENSI RENAL
• Hipertensi renovaskular adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik yang umumnya
mendadak dan resisten akibat hipoperfusi ginjal yang biasanya disebabkan stenosis arteri renalis dan
aktivasi sistem renin-angiotensin.
CHOLELITIAS
IS
adalah suatu keadaan di mana terdapat batu di
Definisi Cholelitiasis
dalam kantung empedu (vesica fellea)

Pada kolelitiasis terdapat batu partikel


padat yang terdiri dari kombinasi
kolesterol dan bilirubin yang terbentuk
di dalam kantong empedu
Selama pencernaan
Fisiologi makanan, ketika kimus
mencapai usus halus,
Sirkulasi keberadaan makanan,
khususnya lemak dalam
Enterohepatik lumen duodenum memicu
Empedu pelepasan hormon
Empedu mengandung beberapa konstituen cholecystokinin (CCK).
organik, yaitu garam empedu, kolesterol,
lesitin (suatu fosfolipid), dan bidirubin
(semua berasal dari aktivitas hepatosit)
dalam suatu cairun encer alkalis. Menstimulasi kontraksi
kandung empedu dan
relaksasi sfingter Oddi,
sehingga kandung empedu
dikosongkan ke duadenum

Empedu membantu
penyerapan lemak dengan
emulsifikasi
Faktor Resiko
Cholelitiasis
Batu Empedu

Batu Empedu Kolestrol Batu Pigmen Empedu


a. Batu pigmen hitam (terbentuk didalam
Peningkatan sekresi kolestrol dan
kandung empedu, disertai hemolisis
penurunan produksi garam empedu.
kronik/ sirosis hepatis dan Tanpa infeksi)
batu kolestrol berwarna kuning.
batu hitam tampak radioopaq
sebagian besar batu kolestrol tampak
b. Batu pigmen coklat (ditemukan
radiolusen
disepanjang saluran empedu, dengan
infeksi) batu coklat tampak radiolusen
Patofisiologi
Etiologi

Kolesterol yang Faktor hormonal Infeksi dalam saluran


berlebihan ini (hormon kolesistokinin empedu dapat
mengendap dalam dan sekretin) dapat berperan dalam
kandung empedu dikaitkan dengan pembentukan batu
untuk membentuk keterlambatan
batu empedu pengosongan
kandung empedu
Penunjang diagnostik
kolelitiasis Laboratorium

imaging

Non-invasive
Invasive
Radiography / FPA
Oral cholecystography
ERC(P) Radionuclide imaging
Operative Cholangiography Ultrasound
T-tube cholangiography
Computed Tomography
PTC (PERCUTANEUNS TRANSHEPATIC
CHOLANGIOGRAPHY)
Magnetic Resonance
Imaging (MRI – MRCP)
TERAPI
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non bedah dan bedah.

1. Penanganan Bedah
a. Kolesistektomi sampai saat ini masih merupakan baku emas dalam penanganan kolelitiasis dengan gejala
(simtomatik). laparoskopik kolesistektomi merupakan tindakan yang paling umum dilakukan untuk
pengangkatan batu empedu, terutama pada kasus yang sudah mengalami komplikasi seperti kolangitis.
b. Untuk batu saluran empedu, ERCP terapeutik merupakan modalitas utama, dengan melakukan sfingterektomi
endoskopi untuk mengeluarkan batu saluran empedu. Komplikasi dari sfingterektomi dan ekstraksi meliputi
pankreatitis akut, perdarahan dan perforasi
c. Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)
✘ Adalah suatu terapi non operatif yang menggunakan gelombang suara berenergi tinggi yang dapat
mengasilkan shick wave. Shock wave ini akan ditransmisika melalui air dan jaringan serta mempunyai
kemampuan untuk memecah batu empedu. Teknik sudah jarang dilakukan karena tergeser oleh kolesistektomi
laparoskopi.
TERAPI
2. Penanganan Non-Bedah
Terapi medikamentosa dengan UDCA (ursodeoxycholic acid) untuk
menurunkan saturasi kolesterol empedu dan menghasilkan suatu cairan
lamelar yang menguraikan kolesterol dari batu serta mencegah pembentukan
inti batu.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai