Anda di halaman 1dari 38

CASE REPORT II

ANEMIA GRAVIS
DECOMPENSATIO CORDIS

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing : dr. Rosa Priambodo, Sp.PD

Oleh :
Nyda Chaerin Noor
J 500 070 046

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
LATAR
BELAKANG

BAB I
PENDAHULUAN

TUJUAN
PENULISAN
LATAR BELAKANG

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa


eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
Permasalahan yang timbul adalah beberapa kadar hemoglobin dan
eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin,
ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu misalnya
kehamilan (Bhakta, 2007)
Jenis
usia kehamilan geografis
kelamin

Anemia

Penurunan
eritrosit

Tidak cukup Membawa O2


ke jaringan

parameter

HB HTC Hitung
eritrosit
Derajat Anemia

Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah sebagai


berikut:
•Ringan sekali : Hb 10g/dl-cut off point
•Ringan : Hb 8g/dl-Hb. 9,9 g/dl
•Sedang : Hb 6g/dl – Hb 7,9 g/dl
•Berat : Hb<6 g/dl
LATAR BELAKANG

Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh suatu


kelainan jantung dan dapat dikenali dari respon hemodinamik, renal,
neural dan hormonal yang karakteristik. Batasan gagal jantung yang
lebih sederhana lagi gagal jantung adalah disfungsi ventrikel kiri yang
disertai gejala. (Prabowo P, 1994)
Penyakit jantung iskemik (IHD)

Penyakit katup jantung


Kardiomiopati

Defisiensi thiamin Hipertensi

ETIOLOGY
Aritmia
Endokarditis infektif

Miokarditis Emboli paru

Tirotoksikosis Anemia
TUJUAN PENULISAN

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk


mempelajari kasus anemia gravis dan gagal jantung
sehingga dapat mengenali terjadinya gejala dan
tanda yang muncul, penegakan diagnosis dan
menentukan penatalaksanaan yang tepat
BAB II
CASE REPORT
•IDENTITAS
Nama : Ny S
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Madegondo 4/3 Grogol Sukoharjo
No RM : 186491
MRS : 21 Januari 2012
Tanggal Pemeriksaan : 21 Januari 2012

•ANAMNESA
Keluhan Utama
Badan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
3 hari SMRS : Badan lemas (+), sesak (+) terus-menerus, perut kembung (+), nyeri dada,
deg-degan, sulit tidur, kedua kaki bengkak (+), gelisah, keringat dingin malam hari, cepat lelah.
2 Hari SMRS : Badan lemas (+), nyeri dada, deg-degan, perut kembung (+), sulit tidur dan
nafsu makan menurun, susah bernafas, kedua kaki bengkak (+), sering terbangun waktu tidur
karena sesak nafas, keringat dingin malam hari.
HMRS : Pasien datang dengan keluhan badan lemas (+), sesak nafas (+) terus
menerus, lemas (+), kedua kaki bengkak (+), perut kembung (+), nyeri perut (+), flatus (-), deg-
degan, susah nafas, sulit tidur, gelisah, tidur harus dengan posisi agak duduk.
Riwayat Penyakit Dahulu
•Riwayat sakit kuning : (-)
•Riwayat penyakit diabetes melitus : (-)
•Riwayat penyakit hipertensi : (+)
•Riwayat alergi obat : (-)
•Riwayat sesak nafas : (-)
•Riwayat anemia : (+)

Riwayat Penyakit Keluarga


•Riwayat penyakit serupa : (-)
•Riwayat penyakit diabetes melitus : (-)
•Riwayat penyakit hipertensi : (+)
•Riwayat alergi obat : (-)
•Riwayat sakit kuning : (-)

Riwayat Lingkungan Sosial


Pasien adalah seorang buruh, namun setahun terahkir ini aktivitas pasien
menjadi berkurang karena mudah lelah, nyeri perut, dan sesak nafas.
ANAMNESA SISTEM

Sistem Cerebrospinal Gelisah (+), Lemah (+), Demam (-)


Sistem Cardiovascular Akral dingin (+), Sianosis (-), anemis (+), deg-
degan (+)
Sistem Respiratorius Batuk (-), Sesak nafas (+)
Sistem Genitourinarius BAK sulit (-), sedikit (-), nyeri saat BAK (-)
Sistem Gastrointestinal Nyeri perut (+), mual (-), muntah (-), makan dan
minum sulit (+), Nafsu makan menurun (+), BAB
sulit (+)
Sistem Musculosceletal Badan terasa lemas (+), atrofi otot (-)
Sistem Integumentum Perubahan warna (+), sikatriks (-)

Kesan : Terdapat masalah pada Sistem Cerebrospinal, Sistem Cardiovascular,


Sistem Respiratorius, Sistem Musculosceletal, system Gastrointestinal
•PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
•Keadaan Umum : Lemah, gelisah
•Kesadaran : Compos Mentis
•Vital Sign :
•Tekanan Darah : 150/100 mmHg
•Nadi : 120 x/menit
•Respirasi : 36 x/menit
•Suhu : 36,7°C
•Kepala : Mata  CA (+/+); Ikterik (-/-)
•Leher : KGB tidak teraba membesar,
•Thorax :

Paru Posisi
Depan Belakang

Inspeksi Simetris Simetris

Palpasi Simetris KG(-) Simetris KG(-)

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler, Rh (+/+), Wheez (-/-) Vesikuler, Rh (+/+), Wheez (-/-)


Inspeksi Kulit berwarna kuning (-), Sikatrik (-), Dinding perut dan dinding dada
sama rata, pulsasi aorta (+), Ascites (-)
Auskultasi Peristaltik (+) Normal
Palpasi Hepatomegali (-)
Perkusi Timpani

Abdomen
Jantung Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Iktus Cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus Cordis di SIC VI Linea Midclavicularis Sinistra
Perkusi Batas atas jantung, SIC III linea parasternalis sinistra
Batas jantung bawah, SIC VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi Suara Jantung S1S2 irreguler, Suara Tambahan (+) bising jantung
dearajat III
Extremitas
Extremitas Superior Dextra Akral hangat (-), Edema (+); Clubbing Finger (-)
Extremitas Superior Sinistra Akral hangat (-), Edema (+); Clubbing Finger (-)
Extremitas Inferior Dextra Akral hangat (-), Edema (+)
Extremitas Inferior Sinistra Akral hangat (-), Edema (+)
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 21 - 01 - 2012:

Pemeriksaan Tanggal Satuan Nilai Normal


21-09-2012
Hemoglobin 1,7 gr / dl Lk : 13,0 – 16,0
Pr : 12,0 – 14,0
Eritrosit 1,21 106ul Lk : 4,5 – 5,5
Pr : 4,0 – 5,0
Hematokrit 6,5 % Lk : 40 – 48
Pr : 37 – 43
MCV 53,7 Pf 82 – 92
MCH 14,0 Pg 27 – 31
MCHC 26,2 % 32 – 36
Leukosit 4,3 103ul 5,0 – 10,0
Trombosit 434 103ul 150 – 400
Golongan Darah B
Eosinofil - % 1–3
Basofil - % 0–1
Netrofil Batang - % 2–6
Netrofil Segmen - % 50 – 70
Limfosit % 20 – 40
Monosit % 2–8
Pemeriksaan Gula Darah (21– 01– 2012)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Level


Glucose 120 70 – 120 mg/dl Normal

Pemeriksaan Faal Ginjal (21 – 01 – 2012)

Pemeriksaan 21-01-2012 Nilai Rujukan Level


Ureum 28,50 10 – 50 mg/dL Normal
Creatinin 0,92 0.6 – 1.1 mg/dL Normal

Pemeriksaan Faal Hati (21 – 01 – 2012)

Pemeriksaan 21-01-2012 Nilai Rujukan Level


SGOT 60,86 0 – 25 mg/dL High
SGPT 57,12 0 – 29 mg/dL High
Pemeriksaan Electrocardiogram (ECG) : Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan
adanya gelombang sinus tachicardi
dan atrial fibrilasi.
RESUME
 Dari hasil alloanamnesis didapatkan keluhan berupa badan
lemas (+), sesak nafas (+), sering terbangun waktu tidur, nyeri perut
(+), nyeri dada, deg-degan, sulit tidur, gelisah, nafsu makan
menurun
 Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak
buruk. Kesadaran koma, Vital Sign, TD: 150/100 mmHg,
Nadi:120x/menit, Respirasi : 36x /menit, Suhu: 36,7°C, suara
jantung S1S2 irregular, didapatkan bising jantung derajat III, SDV
kanan dan kiri. Dinding perut dan dinding dada sama rata, timpani,
akral hangat (+), edema kaki (+/+).
 Hasil laboratorium menunjukkan adanya perubahan yaitu
penurunan Hemoglobin, Eritrosit, Leukosit, MCV, MCH, MCHC,
Hematokrit dan peningkatan Trombosit, SGOT dan SGPT.
 Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan adanya gelombang sinus
tachicardi dan atrial fibrilasi
•DIAGNOSIS KERJA
Anemia Gravis
Decompensatio Cordis
•PENATALAKSANAAN (TERAPI)
O2 4 Liter/menit
PRC 4 Colf
Asering 12 tpm
Furosemid /12jam
Fargoxin ½ Amp /12jam
ISDN 3x1
KSR 1x1
RL 24 tpm
Dopamin 24 tpm
Dexametason 1gr / 12jam
Dulcolax 2 Supp
HASIL FOLLOW UP
Tanggal Anamnesa (S) Pemeriksaan (O) Diagnosa (A) Penatalaksanaa
n(P Tx)
21-01- Pasien datang dengan - Ku : Lemah, gelisah - Decompensatio - O2 3
2012 keluhan badan lemas (+), - Kesadaran: Compos mentis Cordis Liter/menit
Jam sesak nafas (+) terus - Vital Sign - D5% 8 tpm
01.03 menerus, lemas (+), Tekanan Darah : 150/100 mmHg micro
kedua kaki bengkak (+), Nadi : 120 x/menit
perut kembung (+), nyeri Respirasi : 36 x/menit
perut (+), flatus (-), deg- Suhu : 36,7°C
degan, sulit tidur, gelisah, - Kepala : Mata  CA (+/+); Ikterik (-/-)
tidur harus dengan posisi - Leher : KGB tidak teraba membesar
agak duduk. - JVP: tidak ada peningkatan
- Dada :Sim, KG (-/-), Retraksi (-/-).
- Cor : Suara Jantung S1S2 irreguler, suara tambahan
bising jantung derajat III
- Pulmo : SDV (+/+)
- Perut : Ins  supel ; Aus Peristaltik (+),
Pal  NT
- Ekstremitas : akral dingin, edema (+/+)
21-01- Pasien mengeluh badan VS TD (130/90) - Decompensatio - O2 3
2012 lemas (+), sesak nafas (+) Suhu : 36,2 Cordis Liter/menit
Jam terus menerus, lemas (+), RR : 40 x/menit - D5 % 8 tpm
04.00 kedua kaki bengkak (+), Nadi : 116 x/menit - PRC 3 colf
perut kembung (+), nyeri Hb : 1,7
perut (+), flatus (-), deg- Glukosa : 120
degan, sulit tidur, gelisah, Ureum : 28,50
tidur harus dengan posisi Kreatinin : 0,92
agak duduk. SGOT : 60,86
SGPT : 57,12
21-01- Pasien mengeluh - Ku : Lemah, gelisah - Anemia - O2 4
2012 badan lemas (+), - Kesadaran: Compos mentis Gravis
Liter/menit
Jam sesak nafas (+) - Vital Sign - Decompe
07.00 terus menerus,  TD : 140/80 nsatio - PRC 4 Colf
lemas (+), kedua  RR : 40 x/menit cordis - Asering 12
kaki bengkak  S : 36,30 C
tpm
(+), perut  N : 116
kembung (+), - Kepala : Mata  CA (+/+); Ikterik (-/-) - Furosemid
nyeri perut (+), - Leher : KGB tidak teraba membesar /12jam
flatus (-), deg- - JVP : tidak ada peningkatan - Fargoxin ½
degan, sulit tidur, - Dada :Sim, KG (-/-), Retraksi (-/-).
gelisah, tidur - Cor : Suara Jantung S1S2 irreguler, suara tambahan bising jantung Amp /12jam
harus dengan derajat III - ISDN 3x1
posisi agak - Pulmo : SDV (+/+) - KSR 1x1
duduk. - Perut : Ins  supel ; Aus Peristaltik (+), Pal  NT
Ekstremitas : akral dingin, edema (+/+)
22-01- S : Perut sesak - Ku : Lemah, gelisah - Anemia - Terapi lanjut
2012 (+), kembung - Kesadaran: Compos mentis Gravis - Ekstra
Jam (+), nyeri perut - Vital Sign - Decompe dulcolax
09.05 (+), BAB  TD : 100/60 nsatio
terakhir jumat  RR : 32 x/menit cordis
pagi (-), flatus (-  S : 360 C
), belum dapat  N : 100
BAB - Kepala : Mata  CA (+/+); Ikterik (-/-)
- Leher : KGB tidak teraba membesar
- JVP : tidak ada peningkatan
- Dada :Sim, KG (-/-), Retraksi (-/-).
- Cor : Suara Jantung S1S2 irreguler, suara tambahan bising jantung
derajat III
- Pulmo : SDV (+/+)
- Perut : Ins  supel ; Aus Peristaltik (+), Pal  NT
Ekstremitas : akral dingin, edema (+/+)
22-01- S : Pasien - Ku : Tidak sadarkan diri - Anemia Gravis - Dopamin
2012 tidak - Kesadaran: Koma, (E1V1M1) - Decompensatio dinaikkan
Jam sadarkan - Vital Sign cordis 24 tpm
15.30 diri, keadaan  TD : 60/ Palpitasi - Furosemid
umum  RR : 38 x/menit 1 A/8 jam
menurun  N : 125x/ menit - Terapi
- Kepala : Mata  CA (+/+); Ikterik (-/-) lanjut
- Leher : KGB tidak teraba membesar
- JVP : tidak ada peningkatan
- Dada :Sim, KG (-/-), Retraksi (-/-).
- Cor : Suara Jantung S1S2 irreguler, suara
tambahan bising jantung derajat III
- Pulmo : SDV (+/+)
- Perut : Ins  supel ; Aus Peristaltik
(+),
- Ekstremitas : akral dingin, edema (+/+)
22-01- S : tidak - Nadi tidak teraba - Anemia Gravis - RJP ± 15
2012 sadarkan diri - Arteri carotis tidak teraba - Decompensatio menit
Jam - Henti jantung cordis
15.30

22-01- S : pasien - - Anemia Gravis -


2012 meninggal - Decompensatio
Jam dunia cordis
15.45
BAB II
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan laboratorium pada pasien ini didapatkan
nilai hemoglobin 1,7. Pasien ini mengalami anemia berat ,
hal ini seseuai berdasarkan Derajat Anemia antara lain
ditentukan oleh kadar hemoglobin. Derajat anemia perlu
disepakati sebagai dasar pengelolaan kasus anemia.
Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah
sebagai berikut:
Ringan sekali : Hb 10g/dl-cut off point
Ringan : Hb 8g/dl-Hb. 9,9 g/dl
Sedang : Hb 6g/dl – Hb 7,9 g/dl
Berat : Hb<6 g/dl (Bhakta, 2003)
Strategi Diagnosis Kasus Anemia

Untuk menegakkan diagnosis anemia harus ditempuh 3 langkah yaitu:

Langkah pertama: membuktikan adanya anemia


Langkah kedua: menetyapkan jenis anemia yang dijumpai
Langkah ketiga: menentukan penyebab anemia tersebut

Untuk dapat melaksanakan ketiga langkah tersebut dilakukan

Pendekatan klinik
Pendekatan laboratorik
Pendekatan epidemiologic
Prinsip Terapi

•Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan


•Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional dan efisien

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:


Terapi gawat-darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah
jantung maka harus segera diberikan terapi darurat dengan tranfusi sel
sel darah merah yang dimampatkan (packed red cell) untuk mencegah
perburukan payah jantung tersebut.

Terapi khas untuk masing-masing anemia


Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai. Misalnya,
preparat besi untuk anemia defisiensi besi, asam folat untuk defisiensi
asam folat, dan lain-lain.
Dari hasil alloanamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini
didapatkan keluhan badan lemas (+), sesak nafas (+), edema pada ekstremitas
inferior dextra et sinistra, suara jantung irreguler dan bising jantung yang
merupakan beberapa kondisi klinis dari gagal jantung kongestif. Hal ini sesuai
dengan Berdasarkan pada kriteria Framingham. Kriteria Framingham:

Kriteria Mayor Kriteria Minor


- Paroksismal Nocturnal Dispnea - Edema ekstremitas
- Distensi Vena Leher - Batuk malam hari
- Ronchi paru - Dyspnea d’effort
- Kardiomegali - Hepatomegali
- Edema paru akut - Efusi pleura
- Gallop S3 - Penurunan kapasitas vital 1/3
- Peninggian tekanan vena jugularis dari normal
- Refluks hepatojugular - Takikardia (> 120/menit)

Diagnosis ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor


Pada pasien ini terdapat bising jantung derajat 3, bising
jantung terjadi akibat adanya aliran turbulen darah melalui
jalan yang sempit, baik itu penyempitan mutlak/ organic
maupun penyempitan relatif (jumlah darah yang berlebih
melalui lubang/ lumen yang normal).

Pada setiap bising harus diperinci berturut-turut :


Derajat bising, yang dibagi dalam skala 1-6 :
Derajat I, bising sangat lemah hanya terdengar oleh pemeriksa yang berpengalaman
ditempat yang tenang.
Derajat II, bising lemah tapi mudah didengar, penjalaran terbatas.
Derajat III, bising cukup keras, tidak disertai dengan getaran wheezing, penjalaran
sedang sampai luas.
Derajat IV, Bising yang keras dengan disertai getaran wheezing, penjalaran luas.
Derajat V, bising keras, yang juga terdengar meskipun stetoskop tidak seluruhnya
menempel di dinding thoraks, penjalaran luas.
Derajat VI, bising sangat keras, terdengar bila stetoskop diangkat 1 cm dari
dinding thoraks, penjalaran sangat luas
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas pasien gagal jantung, (Prabowo P 1994) yaitu:

Kelas 1 Penderita penyakit jantung tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari – hari
tidak menimbulkan sesak nafas atau keluhan.
Kelas 2 Penderita penyakit jantung disertai sedikit limitasi dari aktivitas fisik. Saat istirahat tidak
ada keluhan. Aktivitas sehari – hari menimbulkan sesak nafas atau kelelahan
Kelas 3 Penderita penyakit jantung disertai limitasi aktivitas fisik yang nyata. Saat istirahat tidak
ada keluhan. Aktifitas fisik yang lebih ringan dari aktivitas sehari – hari sudah
menimbulkan sesak nafas atau kelelahan.
Kelas 4 Penderita penyakit jantung yang tak mampu melakukan setiap aktivitas fisik tanpa
menimbulkan keluhan. Gejala – gejala gagal jantung bahkan mungkin sudah Nampak
saat istirahat. Setiap aktivitas fisik akan menambah beratnya keluhan

Pasien ini termasuk ke dalam klasifikasi fungsional kelas 4. Karena pasien tidak
mampu melakukan setiap aktivitas fisik tanpa menimbulkan keluhan
Pada allo anamnesis juga didapatkan sesak nafas dan nyeri dada, yang merupakan
beberapa kondisi klinis dari penyakit jantung iskemik yaitu angina pectoris. angina
pectoris adalah nyeri episodic atau sensasi seperti ditekan/diremas pada dada yang
disebabkan oleh iskemia miokard. Rasa tidak nyaman dapat menjalar ke leher, rahang,
dan lengan (terutama bagian kiri), daan lebih jarang ke punggung. Gejala umum lain
meliputi sesak nafas, nyeri abdomen, dan pusing. Sinkop bisa terjadi namun jarang.
(Philip I et al, 2008) Dalam menentukan gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh
Canadian Cardiovascular Society:.

Kelas 1 Aktivitas sehari-hari tidak menimbulkan nyeri dada. Nyeri timbul pada
saat aktifitas berat
Kelas 2 Aktifitas sehari-hari agak terbatas, nyeri timbul bila melakukan
aktifitas yang lebih berat dari biasanya
Kelas 3 Aktifitas sehari-hari nyata terbatas. AP timbul dalam aktifitas biasa
Kelas 4 AP bisa timbul waktu istirahat sekalipun

Dalam kasus ini, pasien termasuk ke dalam kategori Kelas 4. Karena pasien merasakan
keluhan meskipun sedang istirahat.
Penatalaksanaan gagal jantung dengan cara diuretik oral maupun
parenteral tetap merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung
sampai edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE (Angiotensin
Converting Enzyme)-inhibitor atau Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)
dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal.
Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik
dan ACE-inhibitor tersebut diberikan. Digitalis diberikan bila terdapat
aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) atau ketiga
obat di atas belum memberikan hasil yang memuaskan. Intoksikasi
digitalis sangat mudah terjadi bila fungsi ginjal menurun (ureum/kreatinin
meningkat) atau kadar kalium rendah (kurang dari 3,5 meq/L).
Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada
pasien dengan hipokalemia. (pangabean, 2007)
Menurut Mansjoer et al 2001, prinsip
penatalaksanaan terapi gagal jantung yaitu:
• Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian
oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui
istirahat/pembatasan aktifitas.
• Memperbaiki kontraktilitas otot jantung,
mengatasi keadaan yang reversibel termasuk
tirotoksikosis, miksedema dan aritmia.
• Menurunkan beban jantung dengan
menurunkan beban awal dengan diet rendah
garam, diuretik dan vasodilator
Non farmakologis O2 3-4L/m oksigenasi

terapi Beban
diuretik
jantung

Farmakologis ACE inhibitor vasodilator

Anti agregasi
antikoagulan
trombosit
Terapi farmakologis pada pasien ini terdiri atas:
Asering 12 tpm
Furosemide /8 jam
Indikasi penggunaan furosemide adalah untuk mengurangi edema pada tungkai. Sesuai
dengan Panggabean 2007 bahwa diuretik oral maupun parenteral tetap merupakan
ujung tombak pengobatan gagal jantung sampai edema hilang (tercapai euvolemik).
Fargoxin ½ Amp /12j
Indikasi penggunaan digoksin adalah memperbaiki kontraktilitas otot jantung.
penggunaan digitalis dapat diberikan bila ada aritmia (pangabean, 2007).
ISDN 3x1
Indikasi untuk Profilaksis serangan angina pada penyakit koroner kronik, dan kelainan
angina setelah infark miokardium.
RL 24 tpm + Dopamin 24 tpm
Indukasi penggunaan dopamine adalah untuk memulihkan perfusi yang buruk, kardiak
output rendah, gagal ginjal dan sindroma syok karena miocard infark, trauma,
septicemia endotoksik, bedah jantung terbuka dan gagal jantung (Santoso, 2010)
Dexametason 1gr / 12jam
KSR 1x1
Dulcolax 2 Supp
PROGNOSIS

Meskipun telah dilakukan penanganan yang maksimal terhadap


pasien ini, namun dalam evaluasinya pasien tidak memberikan
perkembangan yang signifikan hingga memberikan prognosis
yang buruk dan pasien pada hari ke-2 meninggal dunia.
BAB III
KESIMPULAN
Telah dilaporkan perempuan usia 54 tahun dengan diagnosa Anemia Gravis dan
Decompensatio Cordis.
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan berupa badan lemas (+), sesak nafas
(+), nyeri dada, sulit tidur, sering terbangun saat tidur, gelisah, nafsu makan
menurun.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak buruk. Kesadaran
Compos Mentis, Vital Sign, TD : 150/100 mmHg, Nadi : 120x/menit, Respirasi: 36x
/menit, Suhu: 36,7°C. suara jantung S1S2 irregular, didapatkan bising jantung
derajat III, SDV kanan dan kiri. Dinding perut dan dinding dada sama rata, timpani,
akral dingin.
Pemeriksaan penunjang (EKG) ditemukan hasil gelombang sinus tachicardi dan
atrial fibrilasi.
Telah diberikan terapi O2 4 Liter/menit, PRC 4 kolf, Asering 12 tpm, Furosemide
/24jam, Fargoxin 1/2 Ampul /12jam, Dopamin /24jam, KSR 1x1, ISDN 3x1 RL 24
tpm, Dopamin 24 tpm, Dexametason 1gr / 12jam, Dulcolax 2 Supp.
Telah dilakukan penanganan yang maksimal terhadap pasien ini, namun dalam
evaluasinya pasien tidak memberikan perkembangan yang signifikan hingga
memberikan prognosis yang buruk. Pada hari ke-2 pasien meninggal dunia.
Terapi pada pasien ini secara prinsip sudah sesuai dengan tinjauan pustaka yang
ada.
Hatur Nuhun

Anda mungkin juga menyukai