Disusun Oleh:
Shallsha Angelina Octaviany
Pembimbing:
dr. Yusuf Galenta, Sp. JP (K)-FIHA
1
Latar Belakang
Penyakit jantung koroner merupakan suatu kondisi adanya plak di dinding
sebelah dalam pembuluh darah koroner sehingga terjadi penyempitan dan
kekakuan pembuluh darah yang akan mengurangi aliran darah ke otot jantung.
Plak ini terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium dan substansi lain di darah. Plak
inilah yang kemudian menyumbat atau merusak arteri sehingga dapat
menghentikan aliran darah menuju jantung, dan dapat jantung akan kekurangan
suplai oksigen dan tidak bekerja dengan optimal.
Angina tidak stabil memiliki spektrum presentasi klinis yang disebut secara
kolektif sebagai Sindrom Koroner Akut (SKA), yang terdiri dari infark miokard
dengan elevasi Segmen-ST (STEMI) dan non-STEMI (NSTEMI) serta Angina
tidak stabil (APTS). Angina tidak stabil dianggap sebagai SKA di mana tidak
terdeteksi enzim dan biomarker nekrosis miokard.
2
3
Laporan
Kasus
Identitas
1.Nama : Ny. LS
3.Usia : 64 tahun
6.Status : Kawin
7.Agama : Islam
5
6
Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : Nyeri dada 2 jam SMRS
Faktor Pencetus : sebelum nyeri berlangsung pasien sedang
beristirahat tidur
Kualitas nyeri : Nyeri seperti ditindih beban berat
Penjalaran nyeri : Menjalar hingga lengan kiri hingga ke
punggung belakang
Tingkat Nyeri : VAS 7
Durasi nyeri : 25 menit
7
8
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Budaya
9
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM KESADARAN
Tampak sakit sedang Compos mentis (E4V5M6)
TTV ANTROPOMETRI
TD : 130/99 mmHg BB : 83 kg
HR : 105 x/m TB : 157 cm
RR : 23x/m IMT : 33,6 kg/
Suhu : 36,7
SpO2 : 98 % free air
10
PEMERIKSAAN FISIK
Mata Telinga
Edema palpebra (-/-)
Kelainan bentuk (-/-)
Konjungtiva anemis (-/-)
Sekret (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Nyeri tekan (-/-)
Pupil isokor (2mm/2mm)
Hidung Mulut
Sekret (-/-) Bibir pucat (-/-)
Deviasi septum (-) Sianosis (-/-)
Napas cuping hidung (-/-)
11
PEMERIKSAAN FISIK
LEHER
- KGB : Pembesaran KGB (-)
- Tiroid : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
- JVP : 5+2 cmH20, reflux hepatojugular (-)
- Massa (-)
12
13
PEMERIKSAAN FISIK
THORAX : Normochest, benjolan (-), scar (-), pelebaran sela iga (-), penggunaan otot bantu napas(-),
dan spider nevi (-)
PULMO Anterior Posterior
Inspeksi Kanan Simetris, massa(-), jejas (-), bekas operasi (-), Simetris, massa(-), jejas (-), bekas operasi (-),
penggunaan otot bantu napas(-) penggunaan otot bantu napas(-)
Kiri Simetris, massa(-), jejas (-), bekas operasi (-) Simetris, massa(-), jejas (-), bekas operasi (-),
penggunaan otot bantu napas(-) penggunaan otot bantu napas(-)
Palpasi Kanan Benjolan (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), Benjolan (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), fremitus
fremitus vokal normal vokal normal
Kiri Benjolan (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), Benjolan (-) , nyeri tekan (-), krepitasi (-),
pengembangan simetris, vocal Fremitus pengembangan simetris, vocal Fremitus normal
normal
14
PEMERIKSAAN FISIK
PULMO Anterior Posterior
Perkusi Kanan Sonor Sonor
nyeri ketuk(-) nyeri ketuk(-)
Kiri Sonor Sonor
nyeri ketuk(-) nyeri ketuk(-)
Auskultasi Kanan Vesikuler (+), Bronkial(-), Vesikuler (+), Bronkial(-), Wheezing (-), Rhonki
Wheezing (-), Rhonki (-) (-)
Kiri Vesikuler (+), Bronkial(-), Vesikuler (+), Bronkial(-), Wheezing (-), Rhonki
Wheezing(-), Rhonki (-) (-)
15
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea axilliaris anterior
Auskultasi : murmur (-), gallop (-)
- aorta : ics 2 paraternalis dextra : S1 S2 tunggal reguler
- pulmonal : ics 2 parasternalis sinistra : S1S2 tunggal reguler
- trikuspid : ics 4 parasternal sinistra : S1 S2 tunggal reguler
- mitral : apeks jantung ics VI axillaris anterior: S1S2 tunggal reguler
16
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen Ekstremitas
Inspeksi : Tampak datar, asites (-) caput medusa (-) Superior : Akral hangat, CRT <2
Auskultasi : Bising usus (+) detik, pucat (-/-), edema
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri (-/-)
tekan (-) murphy sign (-) Inferior : Akral hangat, CRT <2
Perkusi : Timpani (+) di 9 regio abdomen, detik, pucat (-/-), edema
shifting dullnes(-), undulasi (-) (-/-)
Diagnosis Klinis
Unstable Angina Pectoris ec HHD
17
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 18
07/12/2022
Indikator Satuan Nilai Rujukan
Foto Thorax AP :
Kesan :
Kardiomegali
20
PEMERIKSAAN EKG
22
23
TATALAKSANA
IVFD NS 1000 cc/ 24 jam
Inj Ranitidine 2x50 mg
Clopidogrel 1x75 mg (PO)
Aspillet (Aspirin) 1x80 mg (PO)
Atorvastatin (Statin) 0-0-20 mg (PO)
Merlopam (Lorazepam) 0-0-0,5mg (PO)
Candesartan (Angiotensin receptor blocker)1x8 mg (PO)
Tinjauan
Pustaka
Angina Pectoris 32
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak
nyaman yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan
yang disebabkan oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi
nekrosis. Rasa tidak nyaman tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa
tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa
seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar dengan durasi
kurang dari 20 menit hingga lebih di daerah retrosternal, tetapi dapat juga
menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri.
Anderson JL, Adams CD, Antman EM, et al. ACC/AHA 2007 Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina/Non–ST-Elevation Myocardial Infarction:
Executive Summary. Circulation 2007; 116: 803–877.
Etiologi
Ruptur Plak
Trombosis dan Agregasi trombosit
Vasospasme
Erosi plak tanpa ruptur
33
Claeys MJ. 2013 ESC guidelines on the management of stable coronary artery disease. Eur Heart J 2013; 34: 2949–3003.
Klasifikasi
1. Angina pectoris stabil / tipikal
2. Angina varian (Prinzmetal)
3. Angina pectoris tidak stabil
34
Patofisiologi
35
Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi Faktor risiko yang tidak dapat
Hipertensi dimodifikasi
Diabetes Mellitus Usia
Dislipidemia Jenis Kelamin
Merokok Genetik atau keluarga
Alkohol
36
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
37
Diagnosis
38
Anamnesis :
1. Nyeri dada yang tipikal atau atipikal
Tipikal rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher
rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium.
Atipikal nyeri di daerah penjaran angina tipikal yaitu gang. pencernaan, sesak
nafas yang tidak dapat dijelaskan, rasa lemah mendadak yang tidak diketahui
sebabnya.
2. Nyeri berlangsung secara intermitten atau persisten (>20 menit).
3. Sering disertai keluhan penyerta berupa : diaphoresis, mual/muntah, nyeri abdominal,
sesak nafas dan sinkop.
39
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan biomarka jantung
● Pemeriksaan Invasif dan non-invasif
● Pemeriksaan Laboratorium
● Pemeriksaan Rontgen thorax
41
Terapi 42
43
Terapi
Anti Iskemia
1. Beta blocker
2. Nitrat
45
Pedoman tatalaksana Sindrom Koroner Akut, Edisi Ke-4, 2018
46
Antiplatelet
Antikoagulan
48
Pedoman tatalaksana Sindrom Koroner Akut, Edisi Ke-4, 2018
49
Statin
Pembahasan
No. APS 51 APTS
1. Nyeri dirasakan di retrosternal lalu menjalar ke Nyeri dirasakan di retrosternal lalu menjalar ke
leher, rahang, interskapula, bahu, lengan kiri leher, rahang, interskapula, bahu, lengan kiri
hingga ke punggung belakang hingga ke punggung belakang
3. Terdapat faktor pencetus nyeri misal beraktivitas Keluhan dapat dirasakan saat pasien sedang
berat bekerja beristirahat
5. Membaik dengan pemberian Ñitrat atau ISDN Membaik dengan pemberian Nitrat atau ISDN
6. Pola EKG: ST depresi dan T Inversi Pola EKG: tidak ada peningkatan ST segmen
Kesimpulan
52
53
Pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri dada selama lebih dari 25 menit yang menjalar ke leher dan punggung belakang,
nyeri dada dirasakan seperti ditindih beban dan tidak membaik meski telah istirahat. Hasil EKG pasien menunjukkan tidak
ada ST elevasi dan tidak ditemukan pula adanya peningkatan dari biomarker jantung berupa Troponin I sehingga dapat
disimpulkan bahwa hal ini merupakan suatu angina pectoris tidak stabil. Angina pectoris tidak stabil merupakan suatu
keadaan sindrom koroner akut yang ditandai dengan gejala nyeri dada tipikal, tidak ada elevasi segmen ST, dan tidak ada
ditemukan peningkatan pada biomarker iskemia atau infark miokard. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama
penyebab terjadinya angina pectoris tidak stabil. Selain itu terdapat faktor resiko lainnya seperti pola hidup yang tidak
sehat. Penanganan awal yang cepat dan ketepatan diagnosa merupakan kunci utama keberhasilan penatalaksanaan angina
pektoris tidak stabil.
Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA 54
1. Anderson JL, Adams CD, Antman EM, et al. ACC/AHA 2007 Guidelines for the Management of Patients
With Unstable Angina/Non–ST-Elevation Myocardial Infarction: Executive Summary. Circulation 2007;
116: 803–877.
2. American Heart Association. Angina pectoris. (cited 2009 Jul 22).
3. Sjaifoelah Noor, 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Pustaka
4. Barbara C Long, 2006. Perawatan Medikal Bedah,Edisi II, Yayasan ikatan alumni pendidikan
keperawatan padjajaran, Bandung
5. Udjianti, Juni Wajan . 2010 . Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba Medika.
6. Claeys MJ. 2013 ESC guidelines on the management of stable coronary artery disease. Eur Heart J 2013;
34: 2949–3003.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013’, Riset Kesehatan Dasar
2013. 2013;
8. Ederle, J., Featherstone, R. L. and Brown, M. Percutaneous transluminal angioplasty and stenting for
carotid artery stenosis’, Cochrane Database of Systematic Reviews. doi:
10.1002/14651858.CD000515.pub3. 2007;
9. Pedoman tatalaksana Sindrom Koroner Akut, Edisi Ke-4, 2018
55
TERIMAKASIH