CARDIOLOGY
GAGAL JANTUNG
PENYUSUN:
LIDYA ANIN
0607012310008
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CIPUTRA
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II RINCIAN KASUS 2
BAB III DISKUSI KASUS 10
BAB IV KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
ii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 5
GAMBAR 2.2 5
GAMBAR 2.3 6
GAMBAR 3.1 11
GAMBAR 3.2 14
GAMBAR 3.3 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung kongestif merupakan kompleksitas sindrom klinis yang timbul akibat
gangguan fungsional atau struktural pada jantung, yang mempengaruhi kemampuan ventrikel
dalam mengisi atau memompa darah. Gagal jantung dapat dipicu oleh kelainan pada
endokardium, miokardium, perikardium, katup jantung, pembuluh darah, atau gangguan
metabolisme. Penyakit kardiovaskular, yang merupakan jenis penyakit tidak menular,
memiliki prevalensi tertinggi di seluruh dunia, menyebabkan 17,8 juta kematian pada tahun
2017 atau mencakup 31,8% dari total kasus kematian. Data kematian dari tahun 1990 hingga
2017 menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular secara konsisten menjadi penyebab utama
kematian global setiap tahun. Pada tahun 2016, sekitar 35% dari total kasus kematian di
Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, menjadikannya penyebab utama
kematian di negara tersebut (Ridwan dan Suryoadji, 2022).
1
dan mengurangi angka rehospitalisasi melalui penanganan yang komprehensif (Kemenkes,
2021).
BAB II
RINCIAN KASUS
Anamnesa IGD
Nama : Tn. J
Usia : 55 Tahun
Agama : Islam
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan sejak 1 bulan SMRS
dan dirasakan hilang timbul. Sesak dirasakan saat pasien sedang beristirahat dan saat berjalan
jauh. Pasien merasa sesak saat tidur terlentang dan lebih nyaman tidur dengan posisi agak
tinggi atau posisi duduk. Selain itu, pasien juga mengeluh kedua kaki bengkak sejak 3 hari
SMRS. Sebelumnya, bengkak dirasakan sudah lama dan biasanya menghilang sendiri. Pasien
juga mengeluhkan adanya demam (+) dan batuk (+) serta keringat dingin (+). Keluhan lain
seperti nyeri dada (-), mual (+), muntah (-), nyeri perut (-), diare (-) disangkal. Nafsu makan
dan minum pasien dirasakan normal, pasien merasa kehausan namun diminta untuk
mengurangi minum. BAB dan BAK dalam batas normal.
Penyakit jantung (+), Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Kolesterol (-)
Riwayat Pengobatan:
2
Bisoprolol, Lansoprasol, Simvastatin, Candesartan, Acetylsisteine, CPS, Spironolakton
Riwayat MRS : Tahun 2018 karena nyeri dada sehingga dilakukan kateterisasi (Ditemukan
aterosklerosis namun hanya 30%)
Pasien bekerja sebagai pedagang di pasar, merokok (-), alkohol (-), Suka makan gorengan
dan makanan berminyak, jarang olahraga
Pemeriksaan Fisik
10 Desember 2023
Tanda-tanda Vital
Leher : peningkatan JVP (-), trakea letak tengah (+), pembesaran KGB (-)
3
Thorax
Pulmo
Cor
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
EKG
4
Gambar 2.1 EKG Minggu, 10 Desember 2023
Sumber : Data primer
Deskripsi :
o Irama : sinus takikardia
o Frekuensi : 102 x/menit
o Axis: Normal axis (lead 1 dan aVF positif)
o P-R interval : 0.148
o QRS interval : 0,78
o Kesimpulan : Irama sinus takikardia
Foto thorax
5
Deskripsi :
o Proyeksi PA, simetris
o Trakea di tengah, COR tampak membesar CTR> 50% (74%)
o Pulmo, tak tampak infiltrat / perivaskular hazziness
o Sinus costophrenicus dextra sinistra tajam
o Diafragma dextra sinistra tak tampak kelainan
o Tulang dan soft tissue tak tampak kelainan
Kesimpulan : Cardiomegali
Laboratorium
6
● Monosit# (0.85) H
Kimia Darah
● Troponin I (2.80) H
● SGOT (68) H
● SGPT (67) H
● GDA (206) H
● BUN (24) H
● Kreatinin (1.5) H
● Natrium (127) L
BGA
● PCO2 (23) L
● PO2 (169) H
● cHCO3 (15.3) L
● Base Excess (-7.2) L
● SO2 (100) H
URINALISIS
● Protein (+3)
Problem List
Tabel 2.1
7
Hiperglikemia Hiperglikemia
Hiponatremia Hiponatremia
High SGOT, SGPT Susp. Cirrhosis hepatis
Azotemia Susp. CKD
Acidosis metabolic compensated
Assessment
Tatalaksana (IGD)
8
o SpO2 : 99% SM
Assessment :
o Gagal jantung
o DM Hiperglikemia
o Susp. UAP
Planning :
9
BAB III
DISKUSI KASUS
Pasien atas nama Tn. J usia 55 tahun datang ke IGD RS Dokter Moch Soewandhi
dengan keluhan sesak sejak dan memberat 1 hari sebelum masuk IGD. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan di IGD
merujuk pada diagnosis Gagal jantung NYHA IV. Penjelasan mengenai gagal jantung akan
dijabarkan sebagai berikut.
Gagal jantung merupakan sindrom klinik yang sifatnya kompleks, dapat berakibat
dari gangguan pada fungsi miokardium (fungsi sistolik dan diastolik), penyakit katup ataupun
perikardium, atau apapun yang dapat membuat gangguan pada aliran darah dengan adanya
retensi cairan, biasanya tampak sebagai kongesti paru, edema perifer, sesak nafas, dan cepat
lelah.
Gagal jantung dapat di definisikan sebagai abnormalitas dari struktur jantung atau
fungsi yang menyebabkan kegagalan dari jantung untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh
tubuh. Secara klinis, gagal jantung merupakan kumpulan gejala yang kompleks dimana
seseorang memiliki tampilan berupa: gejala gagal jantung, tanda khas gagal jantung, dan
adanya bukti obyektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat (Kemenkes,
2021).
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVKi) masih
dianggap penting karena prognosis, respon terapi, serta sebagian besar uji klinis membagi
pasien berdasarkan FEVKi. Uji klinis acak pada gagal jantung dengan bukti yang
menguntungkan untuk kelangsungan hidup sebagian besar terdaftar sebagai pasien dengan
FEVKi
10
Gambar 3.1 Klasifikasi gagal jantung berdasarkan FEVKi
Kelas 1 Tidak ada batasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari tidak
menimbulkan kelelahan, berdebar atau sesak nafas.
Kelas 2 Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, berdebar atau
sesak nafas.
Kelas 3 Terdapat batasan aktivitas yang bermakna. Tidak terdapat keluhan saat
istirahat, namun aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, berdebar
atau sesak nafas.
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas.
11
Pada pasien Tn. J, pasien mengeluhkan sesak sejak 1 bulan SMRS. Sesak dirasakan
saat pasien sedang beristirahat dan saat berjalan jauh. Pasien merasa sesak saat tidur
terlentang dan lebih nyaman tidur dengan posisi agak tinggi atau posisi duduk, sehingga
pasien dapat diklasifikasikan sebagai Gagal Jantung NYHA IV.
Diagnosis gagal jantung (CHF) memerlukan adanya gejala dan/atau tanda-tanda gagal
jantung dan bukti objektif disfungsi jantung. Gejala khas melibatkan sesak napas, kelelahan,
dan pembengkakan kaki. Manifestasi klinis sendiri tidak memiliki akurasi yang cukup untuk
digunakan dalam membuat diagnosis gagal jantung. Diagnosis CHF menjadi lebih mungkin
pada pasien dengan riwayat serangan jantung, hipertensi arteri, penyakit arteri koroner,
diabetes mellitus, penyalahgunaan alkohol, penyakit ginjal kronis (CKD), kemoterapi
kardiotoksik, dan pada mereka dengan riwayat keluarga penyakit otot jantung (CMP) atau
kematian mendadak (ESC, 2021).
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Sesak nafas Peningkatan JVP
Ortopneu Refluks hepatojugular
Paroxysmal Nocturnal Dyspneu Suara jantung S3 (gallop)
Toleransi aktifitas yang berkurang Apex jantung bergeser ke lateral
Cepat lelah
Bengkak pada ekstremitas inferior
Atipikal Atipikal
Batuk di malam hari / dini hari Edema perifer
Mengi Krepitasi pulmonal
Berat badan bertambah ≥ 2 Suara pekak di basal paru pada saat
kg/minggu perkusi
Berat badan turun (gagal jantung Takikardia
stadium lanjut) Nadi ireguler
Kembung / begah, cepat kenyang Nafas cepat
Nafsu makan menurun Hepatomegali
12
Perasaan bingung (terutama pasien Asites
usia lanjut) Kaheksia
Depresi
Berdebar
Pingsan
Gejala:
- Sesak
- Sesak dirasakan saat istirahat dan saat berjalan jauh
- Lebih nyaman tidur dengan posisi agak tinggi atau posisi duduk (Ortopneu)
- Kedua kaki bengkak
Tanda :
- Dispneu
- Pelebaran batas jantung
- Edema perifer
- Takikardia
- Ronchi basal paru
- Asites
Sehingga pada pasien ini dapat kita curigai memiliki gagal jantung
Tes diagnostik berikut disarankan untuk penilaian pasien yang dicurigai mengalami gagal
jantung:
13
atrium pro-mid-regional (MR-proANP) >40 pmol/L68 merupakan indikator gagal
jantung.
(3) Pemeriksaan urea dan elektrolit serum, kreatinin, hitung darah lengkap, uji fungsi
hati, dan uji fungsi tiroid disarankan untuk membedakan gagal jantung dari kondisi
lain, memberikan informasi prognostik, dan dalam pertimbangan terapi potensial.
(4) Echocardiography direkomendasikan sebagai pemeriksaan utama untuk penilaian
fungsi jantung. Selain menentukan Fraksi Ejeksi Ventrikel Kiri (LVEF),
echocardiography juga memberikan informasi mengenai parameter lain seperti ukuran
ruang jantung, hipertrofi ventrikel kiri eksentrik atau konsentrik, kelainan gerakan
dinding regional (yang mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner, sindrom
Takotsubo, atau miokarditis), fungsi ventrikel kanan, hipertensi pulmonal, fungsi
katup, dan penanda fungsi diastolik.
(5) Rontgen dada direkomendasikan untuk menyelidiki penyebab potensial lain dari sesak
napas (misalnya, penyakit paru). Ini juga dapat memberikan bukti pendukung untuk
gagal jantung (misalnya, kongesti paru atau kardiomegali).
14
Pada Tn. J, hasil pemeriksaan penunjang yang ditemukan yaitu:
Terapi Oksigen
- Berikan O2 nasal 2-4 L/menit, disesuaikan dengan hasil pulseoxymetry. Bila
diperlukan, O2 dapat diberikan dengan masker non-rebrething atau
rebreathing bila tidak membaik dalam waktu ½ jam
- Bila saturasi oksigen tetap rendah dengan mask atau terdapat distress
pernapasan, digunakan CPAP
- Bila distress pernapasan tidak membaik dan atau tidak toleran dengan CPAP
dilakukan intubasi
15
Obat-obatan
- Furosemid intravena:
Bolus 40 mg (bila tidak dalam pengobatan diuretik sebelumnya), 2.5x
dosis sebelumnya (bila sebelumnya sudah minum diuretik)
- Nitrat infus
Dimulai dari 5 microgram/menit, bila tekanan darah sistolik >110
mmHg, atau ada kecurigaan sindroma koroner akut
- Morphin Sulfat injeksi, 2-4 mg apabila masih takipnoe
- Dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit bila tekanan darah <90 mmHg
- Dopamine mulai 5 mcg/kgBB/menit bila TDs <80 mmHg
- Noradrenaline mulai dari 0.02 mcg/kgBB/menit bisa TDs < 70 mmHg
- Digoksin IV 0,5 mg bolus bila fibrilasi atrium respon cepat, bisa diulang tiap 4
jam hingga maksimal 1 mg
- Captopril mulai dari 6.25mg bila fase akut telah teratasi
16
RCI 1X4 IU
Pump Vascon dimulai 50 nano, diberikan hingga tekanan darah sistolik > 100 mmHg
Inj. Ranitidin 1 ampul
Pasang kateter
17
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien Tn. J usia 55 tahun, datang ke IGD Dr. Moch Soewandhi dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 bulan SMRS serta terdapat bengkak pada kedua kaki sejak 3 hari SMRS.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
di IGD merujuk pada diagnosis Gagal Jantung NYHA IV.
Penatalaksanaan awal yang dilakukan pada pasien adalah rawat inap dan stabilisasi
ABC serta tanda vital dilanjutkan dengan Bed rest dengan oksigen masker 6 liter/ menit,
Infus NaCl 0.9% 250cc/30 menit dilanjutkan Infus NaCl 0.9% 500cc/24 jam, Inj Furosemid 2
ampul, dilanjutkan Furosemide pump 5 mg/jam, RCI 1X4 IU, Pump Vascon dimulai 50 nano,
diberikan hingga tekanan darah sistolik > 100 mmHg, Inj. Ranitidin 1 ampul, dan Pasang
kateter.
Setelah tatalaksana gagal jantung akut diberikan pada pasien dapat diberikan plaaning
diagnosis berupa echocardiografi yang digunakan untuk menilai fungsi ventrikel.
Pemeriksaan penunjang peptide natriuretik dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis serta
membuat keputusan dalam merawat pasien.
18
DAFTAR ISI
KEMENKES. (2021) Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Gagal Jantung.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
PERKI, K.K.G.J. dan K. (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia, pp 848-853
PERKI. (2018). Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah
Ridwan, A.S. dan Suryoadji, K.A. (2022). Kombinasi Alat Cardiac Contractility Modulation
dan Terapi Sel Punca Hematopoietik CD34+CD133+ Sebagai Terapi Gagal Jantung
Dengan Penurunan Fraksi Ejeksi. Cermin Dunia Kedokteran, 49 (10), pp 573-578
19