Disusun Oleh :
dr. Misbahri
Pembimbing :
dr. Agnismaya Wonoagung, Sp.PD
Pendamping :
dr. Hj. Nanie Rusanty, M.Kes
dr. Neni Hartati, Sp. OG
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
EKG (21/10/2018)
6
EKG 21/10/2018
Irama sinus
Rate 88 bps
RAD
Gelombang P 0,12 detik,
Interval PR 0,12 detik
Kompleks QRS normal (0,08 detik)
Segmen ST elevasi di V1 dan V2
Segmen ST depresi di II,III, aVF, V5 dan V6
Gelombang S’ di lead I, II, III dan aVF
Gelombang T normal (0,12 detik)
3.5 Kesimpulan
7
3.7 Penatalaksanaan
Non Farmakologis :
- Oksigen 5 lpm NC
- Bedrest, membatasi aktifitas fisik sehari-hari
- Diet rendah garam dan kurangi asupan cairan
Farmakologis :
- IVFD RL 12 tpm
- Injeksi ranitidine 2x1 iv
- injeksi furosemide 2 ampul
- Nebulisasi ventolin + pulmicort per 8 jam
- aspirin 160 mg + clopidogrel 300mg
- simvastatin 1 x 40mg
- ISDN 3 x 5mg
- arixtra 1 x 2,5 mg
EKG :
interpretasi
• Ritme : Sinus irreguler
• Heart Rate : 33 bpm
• Axis : LAD
• Gelombang P dan QRS berjalan terpisah
• Kesan = total AV blok
BAB III
PEMBAHASAN
10
Pasien ini diberikan terapi aspirin 160 mg dan clopidogrel 300mg, hal ini
sesuai teori, dimana dikatakan bahwa aspirin dan clopidogrel digunakan untuk
mengurangi area infark pada miokard :
Aspirin
Aspirin berfungsi sebagai penghambat aktivitas cyclooxygenase (COX) pada
platelets. Akibatnya platelet tidak dapat menghasilkan thromboxane
A2sehingga menghambat agregasi platelet. Selain itu aspirin juga berpengaruh
pada proses perjalanan penyakit unstable angina. Dosis yang diberikan
kepada pasien sekitar 75 – 300 mg/hari. Aspirin memiliki efek samping
berupa gangguan pada gastrointestinal.
Clopidogrel
Clopidogrel merupakan thienooyridine yang menghambat adenosine
diphospate – mediated platelet activation. Obat anti platelet jenis ini
bersinergi dengan aspirin karena sama – sama bekerja pada jalur asam
arakhidonat. Clopidogrel direkomendasikan sebagai pilihan antiplatelet pada
pasien yang tidak toleran terhadap aspirin, dan juga digunakan sebagai agen
antiplatelet adjunctive selain aspirin (terapi antiplatelet ganda).
Pada percobaan menunjukkan bahwa penambahan clopidogrel pada terapi
aspirin mengurangi kejadian kematian kardiovaskular, infark miokard, atau
stroke. Clopidogrel kurang efektif dalam mencegah perdarahan, sehingga
kurang tepat diberikan pada pasien pasca operasi seperti CABG. Dosis awal
diberikan 300mg dilanjutkan dengan 75 mg/hari.
Pasien diberikan terapi ISDN, Pada EKG pasien ini didapatkan ST depresi
di II,III, aVF, V5 dan V6 dan Gelombang S’ di lead I, II, III dan aVF. Hal ini
sesuai teori dimana dikatakan bahwa pada NSTEMI sering berupa unstable angina.
Untuk mengurangi angina dapat diberikan nitrogliserin. Selain mengurangi nyeri
dada, nitrogliserin juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara
dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri
dada terus berlangsung dapat diberikan NTG intravena. NTG intravena juga
diberikan untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru. Terapi nitrat harus
dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik < 90mm Hg atau pasien yang
dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior pada EKG, JVP
meningkat, paru bersih dan hipotensi).
Penyebab gagal jantung pada pasien ini adalah akibat adanya infark pada
dinding anterior sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan otot jantung.
Kerusakan otot jantung terjadi karena adanya sumbatan pada arteri koroner
sehingga terjadi gangguan aliran darah dan suplai oksigen menjadi berkurang. Jika
hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, otot jantung akan nekrosis. Hal ini
menyebabkan terjadi gangguan pompa jantung (disfungsi sistolik). Selain itu,
kurangnya aliran darah juga dapat menurunkan kemampuan jantung untuk
relaksasi sehingga terjadi gangguan pengisian jantung (disfungsi diastolik)..
Pasien ini diberikan terapi Nebulisasi ventolin + pulmicort yg merupakan
bronkodilator, hal ini tidak sesuai dengan teori, berdasarkan teori dikatakan bahwa
Sesak napas yang merupakan keluhan utama pada pasien ini disebabkan oleh
karena adanya kongesti pulmoner, dengan adanya akumulasi dari cairan
interstisial yang menstimulasi pernapasan cepat dan dangkal yang khas untuk
sesak napas yang disebabkan oleh penyakit jantung. Sesak napas pada malam hari
saat pasien tidur merupakan akibat pasien tidur dalam keadaan datar sehingga
aliran balik darah meningkat, akibatnya ventrikel kanan juga memompakan darah
yang lebih banyak ke arteri pulmonalis. Banyaknya darah di vaskuler paru
mengakibatkan ekstravasasi cairan dari vaskuler ke intersisial, dengan adanya
ekstravasasi cairan ke intersisial jaringan paru akan menimbulkan suara ronki
basah basal saat di lakukan auskultasi pada kedua lapangan paru. Ronkhi yang
14
timbul akibat adanya peradangan paru dapat disingkirkan karena tidak adanya
manifestasi demam pada pasien ini.
Penatalaksanaan pasien gagal jantung pada kasus ini dapat dilakukan
dengan pemberian oksigen 3 liter yang adekuat yang berfungsi untuk mencegah
disfungsi end organ dan serangan gagal organ yang multipel. Gagal jantung
ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan
manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik
secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari : beban awal, kontraktilitas,
dan beban akhir. Penatalaksanaan spesifik dapat diberikan terapi sesuai dengan
tingkatan gagal jantung pasien.
Pemberian diuretik diberikan sebagai ujung tombak pengobatan gagal
jantung hingga tercapai euvolemik (asites dan edema hilang). Diberikan juga
ramipril yang merupakan golongan ACEI, obat ini merupakan obat pilihan pada
gagal jantung kongestif, ACE inhibitor dapat mengurangi volume dan tekanan
pengisian ventrikel kiri, dan meningkatkan curah jantung. Pemberian obat
vasodilator pada pasien ini berupa pemberian ISDN, pemberian obat ini berguna
dalam mengurangi preload jantung dengan meningkatkan kapasitas vena.
Pada follow up pasien ini didapatkan komplikasi dari cad yaitu aritmia
jantung yang berupa AV Blok Derajat 2 tipe 2, berdasarkan teori dikatakan bahwa
Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang merujuk kepada setiap
gangguan frekuensi, regularitas, lokasi asal atau konduksi impuls listrik jantung
dapat disebabkan oleh CAD, dimana pada Iskemik miokardium ditandai dengan
perubahan ion dan biokimiawi yang mengakibatkan aktivitas listrik yang tidak
stabil yang memicu dan mempertahankan aritmia, dan infark menciptakan daerah
aktif dan blok konduksi listrik, yang juga memromosikan aritmogenesis sehingga
dapat memicu terjadinya aritmia jantung, Hasil penelitian mendapatkan 101 data
pasien PJK yang mengalami aritmia, diantaranya Angina Pektoris Stabil (APS) 57
kasus (56%), Old Myocardial Infarction (OMI) 6 kasus (6%), Unstable Angina
Pectoris (UAP) 16 kasus (16%), Non ST Segment Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI) 20 kasus (20%), dan ST Segment Elevation Myocardial
Infarction (STEMI) 2 kasus (2%). Mayoritas kasus ialah jenis kelamin laki-laki
(66%), usia 51-60 tahun (35%). Faktor risiko tertinggi pada pasien PJK dengan
15
aritmia ialah hipertensi (41%) dan terendah ialah merokok (12%). Kasus tertinggi
ialah APS, dengan aritmia terbanyak ialah Premature Ventricular Contraction
(PVC)
DAFTAR PUSTAKA
16
5. Fadi shamsham, M.D, Judith mitchell, M.D. State University of New York
Health Science Center at Brooklyn, Brooklyn, New York Am Fam
Physician. 2000 Mar 1;61(5):1319-1328.
6. King M, et al. Diagnosis and evaluation heart failure. In: American family
physician. Available from :
http://www.aafp.org/afp/2012/0615/p1161.html#afp20120615p1161-b3.
2012 Jun 15;85(12):11611168.