HEPATITIS B
2.1 Sejarah
Virus Hepatitis B pertama kali ditemukan pada tahun 1965 oleh DR. Blumberg ketika
sedang mempelajari tentang Hemophilia. VHB merupakan double stranded DNA a42nm dari
kelas Hepadnaviridae. Permukaan paling luar dari membrannya mengandung antigen yang
disebut yang disebut HBsAg yang bersirkulasi dalam darah sebagai partikel spheris dan tubuler
dengan ukuran 22 nm. Inti paling dalam dari virung mengandung HBcAg. VHB (partikel dane),
antigen inti (HBcAg), dan antigen permukaan (HBsAg) serta semua jenis antibody yang
bersesuaian dapat dideteksi melalui berbagai cara pemeriksaan.
Masa inkubasi infeksi hepatitis B adalah 45-180 hari (rata-rata 60-90 hari). Onset
penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang tergantung usia penderita. Kasus yang
fatal dilaporkan di USA sebesar 0,5-1 %. Sebagian infeksi akut VHB pada orang dewasa
menghasilkan penyembuhan yang sempurna dengan pengeluaran HBsAg dari darah dan produksi
anti HBs yang dapat memberikan imunitas untuk infeksi berikutnya.
Diperkirakan 2-10 % infeksi VHB menjadi kronis dan sering bersifat asimptomatik
dimana 15-25 % meninggal sebelum munculnya sirosis hepatis atau kanker hati. Gejala akut
dapat berupa mual, muntah, nafsu makan menurun, demam, nyeri perut dan ikterik.
Konsentrasi VHB dalam berbagai cairan tubuh dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :
Kontak seksual yang tidak aman baik pervaginal ataupun anal dengan penderita
dengan HBsAg positif.
Melalui oral seks dengan penderita HBsAg positif yaitu melalui saliva yang sama
infeksiusnya dengan cairan alat genital.
Kontak darah dengan penderita HBsAg positif seperti : jarum suntik, transfuse
dara dan lain sebagainya.
Transmisi ibu – anak baik selama kehamilan, saat persalinan maupun waktu
menyusui. Transmisi dapat diturunkan dengan memberikan vaksinasi, dimana
bayi yang dilahirkan dari ibu yang infeksius diberikan immunoglobulin dalam 24
jam pertama sebelum disusui. Hanya bayi yang dapat vaksinasi yang boleh
disusui oleh ibu yang infeksius.
Dilaporkan 10-20% ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak mendapatkan
imunoprofilaksis menularkan virus pada neonatusnya dan ± 90% wanita hamil dengan
seropositive untuk HBsAg dan HBeAgmenularkan virus secara vertical kepada janinnya dengan
insiden ± 10% pada trimester I dan 80-90% pada trimester III. Adapun factor predisposisi
terjadinya transmisi vertical adalah :
Sedangkan ± 90 % janin yang terinfeksi akan menjadi kronis dan mempunyai resiko
kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada usia dewasanya nanti.
Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan insident Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Prematuritas yang lebih tinggi diantara ibu hamil yang terkena
infeksi akut selama kehamilan. Dalam satu studi pada infeksi hepatitis akut pada ibu hamil (tipe
B atau non B) menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap kejadian malformasi kongenital, lahir
mati atau stillbirth, abortus, ataupun malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier VHB
tidak akan mempengaruhi janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik
pervaginam maupun perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier pada tahun
pertama dan kedua kehidupannya. Pada bayi yang tidak divaksinasi dengan ibu karier
mempunyai kesempatan 40% terinfeksi VHB selama 18 bulan pertama kehidupannya dan
sampai 40% menjadi karier jangka panjang dengan resiko sirosis dan kanker hepar dikemudian
harinya.
Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya Immunoglobulin
Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12 jam sebelum disusui untuk
pertama kalinyadan sebaiknya vaksinasi VHB diberikan dalam 7 hari setelah lahir.
Immunoglobulin merupakan produk darah yang diambil dari darah donor yang memberikan
imunitas sementara terhadap VHB sampai vaksinasi VHB memberikan efek. Vaksin hepatitis B
kedua diberikan sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan dari vaksinasi
pertama. Penelitian yang dilakukan Lee SD, dkk mengenai peranan seksio sesarea dalam
mencegah transmisi VHB dari ibu kejanin menghasilkan kesimpulan bahwa SC yang
dikombinasikan dengan imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi yang ibunya penderita kronis
karier HbsAg dengan level DNA – VHB serum yang tinggi.
Tes hepatitis B terhadap HBsAg dianjurkan pada semua wanita hamil pada saat
kunjungan antenatal pertama atau pada wanita yang akan melahirkan tapi belum pernah diperiksa
HBsAg-nya. Lebih dari 90% wanita ditemukan HBsAg positif pada skreening rutin yang
menjadi karier VHB. Tetapi pemeriksaan rutin wanita hamil tua untuk screening tidak dianjurkan
kecuali pada kasus – kasus tertentu seperti pernah menderita hepatitis akut, riwayat tereksposure
dengan hepatitis, atau mempunyai kebiasaan yang beresiko tinggi untuk tertular seperti
penyalahgunaan obat-obatan parenteral selama hamil, maka test HBsAg dapat dilakukan pada
trimester III kehamilan. HBsAg positif tanpa IgM anti HBc menunjukkan infeksi kronis sehingga
bayinya harus mendapat HBIg dan vahsin VHB.
2.4. Pencegahan
Pencegahan penularan VHB dapat dilakukan dengan melakukan aktifitas seksual yang
aman, tidak menggunakan bersama obat-obatan yang mempergunakan jarum suntik, siringe,
filter, spons, air dan tourniquite, dsb. Tidak memakai bersama alat-alat yang bisa terkontaminasi
darah seperti sikat gigi, gunting kuku, dsb. Memakai pengaman waktu kerja kontak dengan
darah, dan melakukan vaksinasi untuk mencegah penularan.
Profilaksis pada wanita hamil yang tereksposure dan rentan terinfeksi adalah sebagai
berikut :
Rekomendasi dari SOGC (The Society Obstetric and Gynecologic Of Canada) mengenai
amniosintesis sebagai berikut :
Resiko infeksi VHB pada bayi melalui amniosintesis adalah rendah. Pengetahuan
tentang status antigenHBc pada ibu sangat berharga dalam konseling tentang
resiko penularan melalui amniosintesis.
Untuk wanita yang terinfeksi dengan VHB, VHC dan HIV yang memerlukan
amniosintesis diusahakan setiap langkah-langkahyang dilakukan jangan sampai
jarumnya mengenai plasenta.
Pilihan Persalinan
Pilihan persalinan dengan seksio sesaria telah diusulkan dalam menurunkan resiko
transmisi VHB dari ibu kejanin. Walaupun dari penelitian para ahli cara persalinan tidak
menunjukkan pengaruh yang bermaknadalam transmisi VHB dari ibu ke jani yang mendapatkan
imunoprofilaksis. ACOG tidak merekomendaikan SC untuk menurunkan transmisi VHB dari ibu
ke janin. Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (>3,5 pg/ml atau HBeAg positif )
lebih baik SC sebagai pilihan persalinan.
2.5 Terapi
Terapi infeksi akut VHB adalah supportif. Terdapat 4 jenis obat dalam mengobati
hepatitis B kronik yaitu interferon (IFN), Pegylated interferon, lamivudine (3TC) dan adefovir.
Obat-obatan ini efektif pada 40-45% pasien. Jika infeksi terjadi dalam fase inisial dapat
diberikan immunoglobulin Hepatitis B sebagai profilaksispost eksposure. Interferon tidak
diketahui mempunyai efeksamping terhadap embrio atau fetus. Data yang ada sangat terbatas
tapi penggunaan interferon dalam kehamlan mempunyai resiko yang lebih berat.
Tidak ada data yang mendukung fakta efek teratogenik lamivudine. Lamivudine telah
digunakan pada kehamilan lanjut sebagai usaha mencegah transmisi perinatal VHB.