Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

Meningitis

Disusun oleh:
dr. Jajang Andriatna

Pembimbing:
dr. Susan Ira Susanti
dr. Iis Aisah

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD DR. DRADJAT PRAWIRANEGARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah presentasi kasus ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah presentasi kasus ini, terutama kepada:

1. dr. Susan Ira Susanti dan dr. Iis Aisah selaku pembimbing presentasi kasus ini.
2. Semua dokter dan staff Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara.
3. Rekan-rekan dokter internsip RSUD dr. Dradjat Prawiranegara.

Penulis menyadari bahwa makalah presentasi kasus ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk makalah presentasi kasus ini. Besar harapan penulis bahwa
makalah presentasi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Serang, agustus 2021

Penulis
ILUSTRASI KASUS

1.1 Triase
Seorang perempuan penurunan kesadaran kurang lebih sudah 6 hari.

Jalan Napas Bebas


Pernapasan Napas spontan, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, pergerakan
dinding dada simetris, tidak ada retraksi
Sirkulasi Frekuensi nadi 80 kali/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup,
tekanan darah 90/60 mmHg, akral hangat, CRT <2 detik
Status Mental GCS 9 (E2M5V2)
Skor Nyeri 8

Assessment Triase : Prioritas I (merah)

1.2 Primary Survey


Airway : bebas

Breathing : napas spontan, frekuensi pernapasan 22 kali/menit, pergerakan

dinding dada simetris, tidak ada retraksi, SaO2 90%

Circulation : frekuensi nadi 80 kali/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup,

tekanan darah 90/60 mmHg, akral hangat, CRT <2 detik

Disability : GCS 9 (E2M5V2)

Environment : skala nyeri 8

Tatalaksana :
1. Oksigen nasal canul 4 liter/menit
2. Pemasangan akses intravena dengan cairan maintenance NaCl 0,9% 20
tetes/menit
3. Pro DC
1.3 Secondary Survey
1.3.1 Identitas Pasien
No. Rekam Medis : 00.44.07.44
Nama Pasien : Ny. R
Tgl. Lahir/ Umur : 10 mei 1978/ 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Kiasmara
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Sudah menikah

1.3.2 Anamnesis
Pasien masuk IGD RSUD dr. Dradjat Prawiranegara pada 29 juli 2021 pukul
11.00 WIB.

Keluhan Utama
Pasien datang dengan penurunan kesadaran kurang lebih sudah 6 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan penurunan kesadaran , sebelumnya pasien masih bisa bicara
walaupun. Pasien tidak sadarkan diri kurang lebih 6 hari. Dilakukan perawatan di
rmh 4 hari, di pkm 2 hari, Demam (+), mual (+), muntah (+), tidk nafsu mkn (+)
Kelemahan anggota gerak sebelah kiri (-), bicara pelo (-), batuk dan pilek (-),

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien punya riwayat DM(+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi, kencing manis, maupun sakit jantung di keluarga disangkal.

Riwayat Kebiasaan dan Sosial


Pasien bekerja sebagai IRT, Pasien sering konsumsi gorengan dan makanan
bersantan serta jarang berolahraga.

1.3.3 Pemeriksaa Fisik


Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran :Somnolen - delirium
Tanda Vital
Tekanan darah : 90/60mmHg
Frekuensi nadi : 80 kali/menit
Frekuensi napas : 22 kali/menit
Suhu : 36,7 °C
Saturasi O2 : 90% dengan room air
Status Generalis
Kepala : normocephal
Mata : pupil bulat isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera
anikterik
THT : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak tampak
deformitas
Wajah : simetris
Leher : trakea di tengah, KGB tidak teraba, JVP tidak
meningkat Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS V midclavicula sinistra
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : kesan batas jantung tidak melebar
Auskultasi : S1 – S2 reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, tidak tampak retraksi
Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik,
1.3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG (29/07/2021)

Pemeriksaan Laboratorium (29/07/2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 15,4 g/dL 13,0 – 17,0
Hematokrit 48 % 40 – 52
Leukosit 15.000/uL 4.400 – 11.300
Trombosit 279.000/uL 150.000 – 450.000
Hitng Jenis Leukosit
Neutrofil Batang 0% 3–5
Neutrofil Segmen 79 % 50 – 70
Limfosit 13 % 25 – 40
Monosit 8% 2–8
Eosinofil 3% 2–4
Basofil 0% 0–1
KIMIA KLINIK
Fungsi Jantung
CK-MB 20,7 U/l 5,0 – 25,0
Fungsi Ginjal
Ureum 36 mg/dl 6,0 – 46,0
Kreatinin 0,8 mg/dl 0,6 – 1,5
Elektrolit
Natrium (Na) 146 mmol/l 135 – 148
Kalium (K) 4,27 mmol/l 3,50 – 5,40
Klorida (Cl) 106 mmol/l 96 – 111

Karbohidrat
Glukosa Darah Sewaku 267 mg/dL < 140
IMUNOSEROLOGI
Troponin I <0.03 ng/ml < 0,1
Rapid Test Antigen
SARS-CoV-2 Negatif Negatif

Pemeriksaan Radiologi (16/06/2021)

Kesan:
 Kardiomegali
 Elongasi Aorta
1.3.5 Resume
Pasien datang dengan penurunan kesadaran , sebelumnya pasien masih bisa bicara
walaupun. Pasien tidak sadarkan diri kurang lebih 6 hari. Dilakukan perawatan di rmh
4 hari, di pkm 2 hari, Demam (+), mual (+), muntah (+), tidk nafsu mkn (+) Kelemahan
anggota gerak (-), bicara pelo (-), batuk dan pilek (-). Pasien mempunyai riwayat DM
(+). Riwayat darah tinggi, kencing manis, maupun sakit jantung di keluarga disangkal.
Pasien bekerja sebagai IRT, Pasien sering konsumsi gorengan dan makanan bersantan
serta jarang berolahraga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit berat,
somnolen-delirium, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 80 kali/menit,
frekuensi pernapasan 22 kali/menit, saturasi 90% dgn room air, suhu 36,7oC. Status
generalis normal,Pada pemeriksaan EKG tidak terdapat kelainan. Pada pemeriksaan
rontgen thorax didapatkan kardiomegali dan elongasi aorta.

1.3.6 Diagnosis
Altered Mental Status susp meningitis dd sepsis

1.1.1 Tatalaksana
1. ivfd NS 20 tpm
2. 02 4 lpm
3. inj ceftriaxone 2x1gr
4. inj paracetamol 1gr
5. inj ranitidine 2x1amp
6. inj ondansetron 3x1amp
7. neurobion drip 3x1
8. Pro ngt dan Dc
9. Rencana rawat ICU

1.1.2 Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
1.1.3 Follow Up
Tanggal 17/6/2021 pukul 10.40

S: Os masih belum sadar, sesak (-), BAB & BAK mormal.

O: KU : Tampak sakit berat


Kesadaran : somnolen
TD : 110/70 mmHg
HR : 85 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,5oC

A: Altered Mental Status susp meningitis dd sepsis

P:
 ivfd NS 20 tpm
 02 4 lpm
 inj ceftriaxone 2x1gr
 inj paracetamol 1gr
 inj ranitidine 2x1amp
 inj ondansetron 3x1amp
 neurobion drip 3x1

Konsul dr. Ririek sp. Em


 Loading asering 500 cc
 Acc rencana

Tanggal 18/6/2021 pukul 15.50


S: Pasien sudah mulai sadar, sesak (-), BAB & BAK mormal.

O: KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
TD : 128/90 mmHg
HR : 89 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,8oC

A: Altered Mental Status susp meningitis dd sepsis


P:
 ivfd NS 20 tpm ( Loading Asering 500cc)
 02 4 lpm
 inj ceftriaxone 2x1gr
 inj paracetamol 1gr
 inj ranitidine 2x1amp
 inj ondansetron 3x1amp
 neurobion drip 3x1

Tanggal 19/6/2021 pukul 16.40

S: pasien sudah sadar penuh, mual(-), muntah (-), sesak (-), makan biasa, BAB
& BAK mormal

O: KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6oC

A: Altered Mental Status susp meningitis dd sepsis

P:
 ivfd Nacl0,9% 20 tpm
 inj paracetamol 1gr
 neurobion drip 3x1
 Pasien hari ini (19/6/2021) pulang paksa karena alasan biaya
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meningitis
2.1.1 Definisi

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung
yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Meningitis terkadang sulit dikenali,
karena penyakit ini memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, seperti demam dan
sakit kepala.
Meningitis atau radang selaput otak dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
atau parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti melemahnya sistem imun tubuh, juga
dapat memicu munculnya meningitis.

Semua golongan usia berpotensi terjangkit meningitis, termasuk bayi. Apabila


meningitis tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat memburuk dan memicu
komplikasi seperti kejang, gagal ginjal, atau bahkan kematian.
2.1.2 Gejala dan Faktor Pemicu Meningitis

Meski gejalanya awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap harus diwaspadai, karena
juga dapat menimbulkan kejang dan kaku pada leher. Pada bayi di bawah usia 2 tahun,
meningitis umumnya ditandai dengan memunculkan benjolan di kepala.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu meningitis, antara lain:

 Infeksi kuman.

 Penyakit kanker dan lupus.

 Efek samping obat dan operasi otak.

Risiko terkena meningitis juga akan meningkat pada ibu yang sedang hamil atau lupa
menjalani imunisasi

2.1.3 Cara Mengobati dan Mencegah Meningitis

Pengobatan meningitis atau radang selaput otak umumnya berbeda-beda tergantung


kepada penyebabnya. Sebagai contoh, dokter bisa meresepkan obat antimikroba, atau
menjalankan terapi lain bila meningitis disebabkan oleh kanker atau lupus.

Penyakit ini bisa dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat dan menghindari kondisi
yang dapat memicu penyebaran infeksi. Guna meningkatkan kekebalan tubuh dari
kuman penyebab meningitis, lakukan vaksinasi (termasuk vaksin PCV) sesuai anjuran
dokter. Vaksin meningitis ini juga perlu diperoleh oleh setiap orang yang hendak
menjalani ibadah haji.

2.1.3 Gejala Meningitis

Gejala meningitis dapat berbeda-beda, tergantung tipe, usia, dan keparahan kondisi
pasien. Gejala yang umumnya muncul pada penderita meningitis yang berusia di atas 2
tahun meliputi:

 Demam tinggi

 Leher kaku

 Sakit kepala berat

 Kejang

 Sensitif terhadap cahaya

 Mual atau muntah

 Sulit berkonsentrasi atau kebingungan

 Ruam
 Nafsu makan berkurang

Pada bayi atau anak-anak di bawah 2 tahun, beberapa gejala yang muncul umumnya
serupa dengan penderita meningitis yang berusia di atas 2 tahun, seperti demam tinggi,
mengalami gangguan tidur, nafsu makan berkurang, dan kaku pada leher. Namun,
terdapat beberapa gejala lain yang lebih spesifik, seperti adanya benjolan di bagian
kepala dan bayi terus menangis. Ketika gejala ini muncul, pasien harus segera
mendapatkan penanganan yang tepat.

2.1.4 Penyebab Meningitis

Berdasarkan penyebabnya, meningitis terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

Meningitis Bakterialis

Meningitis tipe ini disebabkan oleh bakteri dan dapat menular. Bakteri yang
menyebabkan meningitis meliputi:

 Streptococcus pneumoniae
Bakteri ini sering menjadi penyebab meningitis bakterialis. Meningitis akibat bakteri
ini kerap dikaitkan dengan infeksi bakteri ini di bagian tubuh lain,
seperti pneumonia, sinusitis, atau endokarditis.

 Neisseria meningitidis
Bakteri ini menyebar melalui air liur atau lendir saluran pernapasan.

 Haemophilus influenza
Haemophilus influenza tipe B atau Hib adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan
meningitis pada anak-anak. Selain meningitis, bakteri ini juga dapat menyebabkan
infeksi pada darah, tenggorokan, kulit, dan sendi.

 Listeria monocytogenes
Bakteri tipe ini umumnya terdapat pada makanan, seperti melon, keju, dan sayuran
mentah.

 Staphylococcus aureus
Bakteri tipe ini umumnya ditemukan pada kulit dan saluran pernapasan. Kondisi ini
kerap di kaitkan dengan prosedur operasi di otak atau cedera otak.
Meningitis Virus

Virus yang menyebabkan meningitis meliputi virus kelompok enterovirus,


virus herpes simplex, virus HIV, virus West Nile, atau virus mumps. Masing-masing
jenis virus memiliki pola penyebaran dan penularan yang berbeda-beda.

Kondisi ini umumnya  menimbulkan gejala yang tergolong ringan dan dapat pulih
dengan sendirinya. Namun, pada beberapa keadaan kondisinya tetap membutuhkan
perawatan dan bisa memburuk.

Meningitis Jamur

Meningitis yang disebabkan oleh jamur masih tergolong jarang terjadi. Meningitis
tipe ini biasanya menyerang seseorang yang memiliki sistem imun lemah, seperti
penderita kanker dan AIDS.

Beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan meningitis adalah cryptococcus,


blastomyces, histoplasma, dan coccidioides. Jamur umumnya ini terdapat pada
kotoran hewan seperti burung dan kelelawar. Penyebaran jamur dapat melalui tanah
atau debu yang terkontaminasi dan terhirup oleh pasien.

Meningitis Parasit

Parasit penyebab meningitis, seperti Angiostrongylus cantonensis dan Baylisascaris


procyonis, tidak disebarkan melalui kontak langsung. Parasit ini umumnya terdapat
pada hasil bumi, serta kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan, unggas.
Memakan makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas
seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.

Meningitis juga dapat dipicu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti cedera kepala,
kanker, dan lupus. Penggunaan obat-obatan tertentu atau pernah menjalani tindakan
medis seperti operasi otak juga dapat memicu munculnya meningitis.

2.1.5 Faktor Pemicu Meningitis

Ada beberapa faktor lain yang dapat memicu meningitis, di antaranya:

 Usia
Umumnya, meningitis virus muncul pada anak-anak yang berusia di bawah 5
tahun, dan meningitis bakteri muncul pada orang di bawah 20 tahun.

 Kehamilan
Kehamilan meningkatkan potensi meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Listeria. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi berupa keguguran.
 Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang ramai, seperti siswa yang tinggal di asrama, bisa
meningkatkan risiko meningitis.

 Melewati jadwal vaksinasi


Risiko akan meningkat apabila pasien melewati jadwal vaksinasi yang telah
dianjurkan dokter.

2.1.6 Diagnosis Meningitis

Dalam mendiagnosis meningitis (radang selaput otak), awalnya dokter akan melakukan


pemeriksaan fisik, mengamati potensi penyebaran penyebab meningitis di tempat
tinggal pasien, menanyakan riwayat penyakit atau tindakan medis yang pernah dijalani,
dan memeriksa faktor risiko lain. Kemudian, pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan
melakukan tes untuk mencari tahu secara pasti penyebab meningitis. Tes yang
dilakukan dapat berupa:

Tes darah

Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk kemudian diperiksa lebih lanjut.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adakah mikroorganisme yang membahayakan
di dalam darah pasien.

Pemindaian

CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk memeriksa pembengkakan atau peradangan di


sekitar kepala.

Spinal tap (lumbal pungsi)

Dalam tes ini, cairan serebrospinal digunakan sebagai sampel untuk mendiagnosis


meningitis. Penderita meningitis umumnya memiliki kandungan gula yang rendah serta
terjadi peningkatan pada jumlah sel darah putih dan protein dalam cairan
serebrospinalnya.

Tes PCR

Dokter juga dapat melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) atau tes molekular
untuk melihat materi genetik virus dalam tubuh, apabila meningitis yang ada dicurigai
disebabkan oleh virus.

Terdapat pula tes sederhana yang dapat dilakukan untuk memeriksa meningitis. Tes
tersebut hanya menggunakan gelas sebagai medianya. Dokter akan menekankan gelas
pada area kulit yang mengalami ruam.
Apabila ruam yang ditekan dengan gelas tidak memudar, maka ruam tersebut bisa jadi
merupakan ruam pada penderita meningitis. Namun, tes ini tidak bisa dijadikan patokan
dan tetap harus dipastikan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain.

2.1.7 Pengobatan Meningitis

Pengobatan meningitis harus disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut penjelasannya:

Meningitis Virus

Pada kondisi tertentu, meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh virus
dapat pulih dengan sendirinya. Namun, jika kondisi meningitis yang disebabkan oleh
virus tergolong parah, dokter mungkin akan meresepkan obat golongan antiviral,
seperti acyclovir.

Dokter juga akan menganjurkan pasien meningitis virus untuk cukup beristirahat dan
memperbanyak minum air putih.

Meningitis Bakterialis

Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri, pengobatan yang dilakukan dapat berupa
pemberian antibiotik atau kortikosteroid. Dokter akan menyesuaikan antibiotik yang
digunakan dengan bakteri penyebab meningitis.

Beberapa antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati meningitis adalah


golongan sefalosporin, seperti cefotaxim dan ceftriaxone. Selain untuk mengobati
meningitis yang disebabkan bakteri, penggunaan antibiotik juga menurunkan potensi
terjadinya komplikasi, seperti kejang atau pembengkakan pada otak.

Meningitis Jamur

Radang selaput otak yang disebabkan oleh jamur diatasi dengan obat antijamur,
seperti amphotericin B atau fluconazole. Dokter akan menyesuaikan tipe obat beserta
dosis dengan kondisi pasien.

Dalam mengatasi meningitis tipe lain, dokter akan menyesuaikan pengobatan dengan
penyebab yang menyertainya. Apabila meningitis disebabkan oleh adanya kondisi
seperti kanker atau penyakit autoimun, maka dokter akan menganjurkan terapi atau
obat yang bertujuan untuk menangani kondisi tersebut

2.1.8 Komplikasi Meningitis

Komplikasi yang muncul akibat meningitis pada tiap orang dapat berbeda-beda. Berikut
adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi:

 Kehilangan penglihatan
 Kejang

 Gangguan ingatan

 Migrain

 Kehilangan pendengaran

 Arthritis atau radang sendi

 Gagal ginjal

 Syok

 Kesulitan berkonsentrasi

 Kerusakan otak

 Hidrosefalus

2.1.9 Pencegahan Meningitis

Pencegahan meningitis dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan penyebaran


infeksi dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Beberapa upaya di bawah ini
dapat dilakukan dalam mencegah meningitis:

 Cuci tangan dengan benar tiap kali beraktivitas

 Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi

 Gunakan masker jika sedang sakit

 Rutin berolahraga

 Jangan berbagi makanan atau barang pribadi

 Pilih makanan yang telah dipasteurisasi

 Menghindari asap rokok

 Istirahat yang cukup

Selain beberapa upaya di atas, pencegahan meningitis juga dapat dilakukan dengan
menerima vaksinasi atau imunisasi. Pemberian vaksin bertujuan agar melindungi pasien
dari penyebab seperti bakteri atau virus. Beberapa vaksin yang digunakan untuk
mencegah meningitis meliputi:

 Vaksin pneumococcal, untuk memberikan perlindungan terhadap


bakteri pneumococcal.
 Vaksin Hib, untuk melindungi pasien dari bakteri Haemophilus influenzae tipe B
penyebab meningitis.

 Vaksin MenC, untuk melindungi pasien dari bakteri meningococcal grup C.

 Vaksin MMR, untuk melindungi pasien dari kondisi yang memicu meningitis,
seperti gondongan, campak, dan rubella.

 Vaksin ACWY, untuk memberikan perlindungan pada pasien terhadap


bakteri meningococcal grup A, C, W, dan Y.

 Vaksin meningitis B, untuk melindungi pasien dari bakteri meningococcal tipe B.

Pemberian vaksin harus disesuaikan dengan umur pasien. Konsultasikan dengan dokter
terkait vaksin yang tepat dengan kondisi.

.
sumber

 Griffiths, M., McGill, F., & Solomon, T. (2018). Management of Acute Meningitis.
Clin med. 18 (2), pp.164-160
 Center for Disease Control and Prevention.(2019). Meningitis
Center for Diseases Control and Prevention. (2017). Transmission of Mumps.
 NHS Choices UK (2019). Health A-Z. Meningitis.
 Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Meningitis.
 Castro, JB. Everyday Health (2018). How to Treat and Prevent the Different Types of
Meningitis?
 Holland, K. Healthline (2017). Everything You should Know about Listeria Infection
(Listeriosis).
 Bronze, S. Medscape (2019). Meningitis.
 King, JW. Medscape (2017). Cryptococcosis Medication.
 Lights, V. Boskey, E. Healthline (2018). What Do You Want to Know about
Meningitis?
 Roth, E. Healthline (2016). Bacterial Meningitis: Causes and How It’s Spread.
WebMD (2018). Meningitis Symptoms Warning Signs.

Anda mungkin juga menyukai