Oleh:
Annisa Delia 41181396100057
Faras Sabilla Kuswatim 41181396100029
Nabila Putri Hazima 41171396100049
Pembimbing:
Dr. Lita Dwi Suryani, SpJP
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang diberikan
oleh-Nya, Tuhan Yang Maha Esa, sehingga presentasi kasus ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas selama
kepanitraan klinik di stase Emergensi di RSUP Fatmawati Jakarta.
Terima kasih kepada dr. Lita Dwi Suryani, Sp.JP, selaku pembimbing kami di
kepaniteraan klinik stase Emergensi RSUP Fatmawati Jakarta yang telah memberikan
bimbingan dan kesempatan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya
bagi mahasiswa kedokteran.
Penulis
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. SSP
Tgl lahir : 11/02/1956
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Pria
Alamat : Pancoran mas permai blok F9
Status Perkawinan: Menikah
No.RM : 01542846
Tgl masuk : 29 Januari 2020
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 29 Januari 2020 di
IGD RS Fatmawati
Keluhan Utama
Nyeri dada kiri memberat sejak 5 jam SMRS
Riwayat Sosial
Pasien merokok 6 batang – 1 bungkus per hari sejak muda, riwayat konsumsi
alkohol dan obat-obatan terlarang disangkal. Pasien suka makan makanan padang 3x
seminggu. Selain itu pasien suka minum kopi 2 cangkir perharinya.
Trakhea di tengah
Mediastinum superior tak melebar
Cor : Ukuran dan bentuk normal,
CTR= 50%, aorta baik
Pulmo : Kedua hilus tak menebal,
coracan bronkovasculer dan parenkim
baik
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang – tulang iga dan soft tissue baik
Kesan: cor/ pulmo dalam batas normal
Elektrokardiografi
• Kalibrasi :10 mm/mV
• Ritme :Sinus rythm
• Heart rate :107 bpm
• P wave :0,08 s
• PR interval :0,12 s
• QRS complex : durasi gelombang 0,08 s, progesi gelombang R/S normal
• ST segment :ST depresi pada lead I, aVL, v2, v3, v4 dan v5
• T wave :T wave inverted pada lead I, aVL, V2, V3, dan V4
• QT interval :0,32 s
• Aksis :normoaksis (0o)
Kesan : Iskemia myokardium antero lateral
V. RESUME
Pasien seorang laki-laki berusia 64 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri
dada kiri menjalar ke arah belakang dan lengan kiri sejak 3 hari terakhir dan
memberat sejak 5 jam SMRS. Keluhan nyeri dada dirasakan saat aktivitas. Nyeri
tidak berkurang dan tidak hilang dengan beristirahat. Durasi nyeri dira sakan selama
15 menit. Pasien juga mengeluh dada berdebar yang dirasakan hilang timbul. Selain
itu mengeluh adanya sesak nafas, mual dan keluar keringat dingin. Riwayat hipertensi
tidak terkontrol sejak 3 tahun lalu. Pasien merupakan seorang perokok dan peminum
kopi serta suka makan makanan berlemak.
VI. DIAGNOSIS
- ACS: NSTEMI infark antero lateral onset 5 jam
- Hipertensi grade I
X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanasionam: Dubia ad bonam
Ad Fungsionam: Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
• Definisi
• Patofisiologi
Lapisan endotel pembuluh darah yang normal akan mengalami kerusakan
karena adanya faktor resiko antara lain, faktor hemodinamik seperti hipertensi, zat –
zat vasokontriktor, mediator (sitokin) dari sel darah, asap rokok, peningkatan gula
darah dan oksidasi oleh LDL-C. Kerusakan ini akan menyebabkan sel endotel
menghasilkan cell molecule adhesion seperti sitokin (IL-1), TNF alfa, kemokin
(monocyte chemoattractant factor-1), dan PDGF. Sel inflamasi seperti monosit dan
T-limfosit masuk ke permukaan endotel dan bermigrasi dari endotelium ke sub
endotel. Monosit kemudian berproliferasi menjadi makrofag dan mengambil LDL
teroksidasi yang bersifat aterogenik. Makrofag ini terus membentuk sel busa. LDL
yang teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respon
inflamasi. Sebagai tambahan terjadi respon dari angiotensin II yang menyebabkan
gangguan vasodilatasi dan mengaktifkan efek protrombin dengan melibatkan platet
dan faktor koagulasi. Akibat kerusakan endotel terjadi respon protektif yang dipicu
oleh inflamasi dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous. Plak yang stabil bisa menjadi
tidak stabil dan mengalami ruptur.
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis seperti kolagen, ADP,
epinefrin dan serotonin memicu aktivitas trombosit, yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokontriktor lokal yang poten).
Selain itu, aktivitas trombosit memicu reseptor glikoprotein IIb/IIIa yang mempunyai
afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin)
seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen. Dimana keduanya adalah
molekul multivalen yang mengikat platelet yang berbeda secara simultan,
menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi.
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang
rusak. Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi
trombin yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang
terlibat kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri dari agregat
trombus dan fibrin.1
Gambar 1. Pembentukan atherosclerosis dan plak pembuluh darah
Lebih dari 90% SKA dihasilkan dari gangguan plak aterosklerotik dengan
agregasi trombosit berikutnya dan pembentukan trombus intrakoroner. Trombus
mengubah daerah penyempitan plak menjadi salah satu oklusi berat atau lengkap, dan
aliran darah yang terganggu menyebabkan ketidakseimbangan yang nyata antara
supply and demand oksigen miokard. Bentuk SKA yang dihasilkan tergantung pada
derajat obstruksi koroner dan iskemia terkait.
Komplikasi ACS yang mungkin terjadi bisa berupa gangguan hemodinamik dan
komplikasi kardiak.1
a. Gangguan hemodinamik
1. Gagal jantung
ACS dapat menyebabkan komplikasi berupa kegagalan pompa dengan
remodeling patologis disertai tanda dan gejala klinis gagal jantung, yang
dapat berakhir dengan gagal jantung kronik. Dapat juga terjadi sebagai
komplikasi dari aritmia.
2. Hipotensi
Hipotensi ditandai dengan tekanan darah sistolik menetap dibawah 90
mmHg. Dapat terjadi akibat gagal jantung, namun juga dapat terjadi akibat
hipovolemik, gangguan irama atau komplikasi mekanis.
3. Kongesti paru
Ditandai dengan dyspneu dengan ronkhi basah paru di segmen basal,
berukurangnya saturasi oksigen arterial, kongesti paru pada rontgen dada,
dan perbaikan klinis terhadap diuretik dan atau terapi vasodilator.
4. Keadaan curah jantung rendah
Menggabungkan tanda perfusi perifer yang buruk dengan hipotensi,
gangguan ginjal dan berkurangnya produksi urin.
5. Syok kardiogenik
Merupakan penyebab kematian utama, dengan laju mortalitas di rumah
sakit hampir 50%, pasien biasa datang dengan hipotensi, disertai kongesti
paru dan bukti cardiac output cardiac output yang rendah ; takikardia saat
istirahat, perubahan status mental, oliguria, ekstremitas dingin. Indeks
jantung <2.2 L/menit/m2 dan peningkatan wedge pressure >18 mmHg.
6. Aritmia dengan gangguan konduksi
Sering ditemukan beberapa jam pertama setelah infark miokard,
diantaranya adalah aritmia supraventrikular, aritmia ventrikular, sinus
bradikardi dan blok jantung.
b. Komplikasi kardiak
Usia lanjut, gejala killip II-IV, penyakit 3 pembuluh, infark dinding anterior,
iskemik berkepanjangan atau berkurangnya aliran TIMI merupkana faktor
risiko terjadi komplikasi kardiak. Pada pemeriksaan klinis berulang dapat
ditemukan murmur jantung baru yang menunjukkan regugitasi mitral atau
defek septum ventrikel.
1. Regurgitasi katup mitral
Dapat terjadi selama fase subakut akibat dilatasi ventrikel kiri, gangguan
m.papillaris, atau pecahnya ujung m. Papillaris atau corda tendinae.
Ditandai dengan perburukan hemodinamis dan dyspnea akut, kongesti
paru dan murmur sistolik baru.
2. Ruptur jantung
Ruptur dinding bebas ventrikel kiri dapat terjadi pada fase subakut setelah
infark transmural, dan muncul sebagai nyeri tiba-tiba dan kolaps
kardiovaskuler dengan disosiasi elektromekanis. Hemoperikardium dan
tamponade jantung kemudian akan terjadi secara cepat dan bersifat fatal.
3. Ruptur septum ventrikel
Ditandai perburukan klinis yang berlangsung cepat dengan gagal jantung
akut dan murmur sistolik yang kencang yang terjadi pada fase subakut.
4. Infark ventrikel kanan
Terkait dengan sumbatan pada dinding inferior. Gejalanya muncul ebagai
triad hipotensi, lapangan paru yang bersih serta peningkatan tekanan vena
jugularis.
5. Perikarditis
Nyeri dada berulang, bersift tajam, terkait dengan postur dan pernapasan.
6. Aneurisma ventrikel kiri
Pasien dengan infark transmural besar, terutama di inding anterolateral,
dapat mengalami perluasan infark yang diikuti dengan pembentukan
aneurisma ventrikel kiri. Terjadi akibat kombinasi gangguan sistolik dan
diastolik dan seringkali regurgitasi mitral.
• Tatalaksana
Terapi awal adalah terapi yang diberikan kepada pasien dengan diagnosis kerja
Kemungkinan SKA atau atas dasar keluhan angina sebelum dilakukan pemeriksaan
EKG dan biomarka jantung.
1. Tirah baring
2. Oksigen pada pasien dengan saturasi <90% atau PaO2 <60 mmHg)
3. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien secara sublingual
4. Penghambat reseptor adenosin difosfat (ADP)
Dosis awal ticagrelor 180 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 2x90
mg/hari kecuali pada pasien yang direncanakan untuk reperfusi dengan
trombolitik, atau clopidogrel 300 mg dilanjut dengan dosis pemeliharaan 75
mg/hari.
5. Nitrogliserin spray/tablet sublingual untuk pasien nyeri dada yang masih
berlangsung saat pasien berada di IGD dengan dosis 0,4 mg. Jika tidak membaik
dengan 1 kali pemberian, ulangi pemberian dalam jarak 5 menit, maksimal 3 kali
pengulangan. Nitrogliserin intravena diberikan jika tidak membaik dalam 3 kali
pemberian. Isosorbid dinitrat (ISDN) dapat digunakan jika tidak tersedia
nitrogliserin. NTG dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dada juga
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan preload dan
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner.
6. Morfin sulfat 1-5 mg intravena dapat diulang 10-30menit bagi pasien yang tidak
responsif dengan 3 kali pengulangan nitrogliserin. Efeksamping morfin yaitu
konstriksi vena dan arteriol melalui penurunan simpatis sehngga terjadi pooling
vena yang akan mengurangi curah jantung, dapat juga menyebabkan bradikardi
atau blok jantung.
A. Algoritma penanganan
A. Tatalaksana invasive
Waktu untuk melakukan angiografi, jika dihitung dari kontak medis pertama,
dapat dikelompokkanmenjadi 4 kategori.
• Prognosis
ANALISA KASUS
Pemeriksaan penunjang lab darah didapatkan enzim jantung CK, CK-MB, dan
Troponin I meningkat yang menunjukkan adanya kerusakan dari otot jantung. Ketiga
enzim ini meningkat karena masih dalam fase akut yaitu <24 jam. CK-MB akan
meningkat dalam waktu 4-6 jam dan mencapai puncak pada 12 jam serta menetap
sampai 2 hari. Total CK masih terus tinggi hingga lebih dari 80 jam setelah kejadian
akut dan Troponin I meningkat 3-4 jam setelah awitan infark dan menetap setelah
lebih dari 160 jam setelah masa akut.
DAFTAR PUSTAKA