PORTOFOLIO
Topik:STEMI
Tanggal (kasus) : 8Februari2017 Presenter : dr. Irine Ika Andriani
Tangal presentasi : 31 Agustus 2017 Narasumber: dr. Benny TM Togatorop, Sp.Jp
Pembimbing:dr. Hj. Rosda, MM
dr. Chadijah Adnan
Tempat presentasi: Ruang diskusi RSUD Argamakmur
Obyektif presentasi:
Keilmuan
Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen
Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Tn. A, 65tahun datang dengan keluhan nyeri dada dialami os 3,5 jam sebelum masuk RS.
Tujuan:
Mengetahui penegakkan diagnosis, faktor resiko, dan tata laksana STEMI
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan Email Pos
diskusi
Page 1
LAPKAS KARDIOLOGI
Page 2
LAPKAS KARDIOLOGI
Abdomen :
a) Inspeksi : Cembung
b) Auskultasi : Bising usus (+) N, undulasi (-), shifting dullness (-)
c) Palpasi : Soepel, turgor baik, nyeri tekan epigastrium (-), hepar teraba 2
jari di bawah arcus costae
d) Perkusi : Timpani di ke 4 kuadran abdomen, shiffting dullnes (-)
Ektremitas :
Superior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis -/-, CRT < 2 detik
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis -/-, CRT < 2 detik
6. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin Hasil Nilai Normal
Page 3
LAPKAS KARDIOLOGI
7. EKG
Interpretasi EKG:
Sinus rhytm, QRS rate 75x/i, axis LAD, P wave normal, PR interval 0,16 detik, QRS
duration 0,08 detik, ST elevasi di (II,III,aVF), T inverted (II,III,aVF),Q patologis
(II,III,aVF), LVH (+), VES (-)
Page 4
LAPKAS KARDIOLOGI
8. Radiologi : Ro Thorax PA
CTR 56%, aorta normal, segmen pulmonal normal, pinggang jantung normal, apeks
tertanam, kongesti (+), infiltrate (-)
Page 5
LAPKAS KARDIOLOGI
3. Snell, Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC. Jakarta. 2006
4. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of ST- Elevation Myocardial
Infarction
5. Hass, Emily. Hursts The Heart Manual of Cardiology. Mc Graw Hill Medical. 2013 :
258-269
6. Alwi, Idrus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Interna Publishing. Jakarta
Pusat. 2009 : 1741-1754
7. Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculapius. 2001
8. Rilantono Lily I, dkk. Buku Ajar Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1996
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis STEMI
2. Patofisiologi STEMI
3. Penatalaksanaan STEMI
4. Edukasi tentang perjalanan penyakit STEMI
Page 6
LAPKAS KARDIOLOGI
Obyektif
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
ditegakkan diagnosis STEMI Inferior Onset 3,5 jam dengan Killip I.
Anamnesis:nyeri dada sudah dialami os 3,5jam sebelum masuk RS. Nyeri dada
timbul saat os sedang melakukan aktivitas, nyeri dada terasa seperti diremas-remas,
menjalar ke lengan kiri dan punggung durasi > 30 menit, tidak hilang dengan
istirahat, berkeringat dingin menahan nyeri dada dijumpai.Os merasa cepat lelah jika
berjalan agak jauh. Tiga bulan yang lalu pernah mengalami gejala yang sama.Riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol.
Pemeriksaan Fisik: vital sign dalam batas normal, edema tidak dijumpai, undulasi
tidak dijumpai, shifting dullness tidak dijumpai, ronchi basah basal tidak dijumpai,
distensi vena jugularis tidak dijumpai.
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium : Dalam batas normal
Radiologi : Cardiomegali (LVH)
EKG : Sinus rhytm, QRS rate 75x/i, axis LAD, P wave normal, PR interval
0,16 detik, QRS duration 0,08 detik, ST elevasi di (II,III,aVF), T inverted
(II,III,aVF), Q patologis (II,III,aVF), LVH.
Assessment
Definisi2,3
STEMI merupakan bagian dari spektrum sindroma koroner akut yang
menggambarkan cedera miokard transmular, akibat oklusi total arteri koroner oleh
trombus.Bila tidak dilakukan revaskularisasi segera, maka akan terjadi nekrosis
miokard yang berhubungan linear dengan waktu. Maka dikenalah paradigma time is
muscle, yang berarti bila tidak dilakukan reperfusi segera maka otot jantung tidak
akan bisa diselamatkan. Paradigma ini menekankan perlunya reperfusi sedini
mungkin.1
STEMI (ST Elevation Miocard Infarct)adalah suatu sindroma klinis yang
mempunyai karakteristik gejala dari iskemia miokardial (nyeri dada yang khas) yang
diikuti dengan ST elevasi yang persisten pada EKG dan pelepasan dari biomarker
nekrosis miokardial.4
7
LAPKAS KARDIOLOGI
Etiologi
Ada empat faktor biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia,
jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga. Resiko aterosklerosis koroner meningkat
seiring bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun.
Faktor resiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat
proses aterogenik. Faktor-faktor tersebut adalah abnormalitas kadar serum lipid,
hipertensi, merokok, diabetes melitus, obesitas, faktor psikososial, diet dan alkohol.6
Terlepasnya suatu plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner dan
kemudian tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh
miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark
miokard. Infark miokard juga dapat terjadi apabila lesi trombotik yang melekat ke
suatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total aliran
darah, atau apabila suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat sehingga
kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi.6
Patofisiologi
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran
darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.Stenosis arteri koroner berat yang
berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner secara
cepat pada lokasi injuri vaskular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor
seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.7
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami
fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis,
sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri
koroner.Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur
jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada
STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang
dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon terhadap trombolitik.7
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP,
epinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit yang selanjutnya akan memproduksi
8
LAPKAS KARDIOLOGI
9
LAPKAS KARDIOLOGI
Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat
dan tepat apakah pasien menderita IMA atau tidak. Diagnosis yang terlambat
atau salah, dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi yang berat. 2
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA.
Gejala ini merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien IMA.7
Sifat nyeri dada angina sebagai berikut: 7
- Lokasi : substernal, retrosternal, dan precordial
- Sifat nyeri : sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, diperas, dan dipelintir.
- Faktor pencetus : latihan fisik, stress, emosi, udara dingin dan sesudah
makan
10
LAPKAS KARDIOLOGI
2.7.3 Elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG 12 sadapan harus dilakukan pada semua pasien dengan
nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus
dilakukan segera dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD. Pemeriksaan
EKG di IGD merupakan landasan dalam menentukan keputusan terakhir
karena bukti kuat menunjukkan gambaran elevasi segmen ST dapat
mengidentifikasi pasien yang bermanfaat untuk dilakukan terapi reperfusi.
Jika pemeriksaan EKG awal tidak didiagnosis untuk STEMI tetapi pasien
tetap simtomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serial dengan
interval 5-10 menit atau pemantauan EKG 12 sadapan secara continue
harus dilakukan untuk mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen
ST. Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG sisi kanan harus diambil
untuk mendeteksi kemungkinan infark pada ventrikel kanan.7
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST
mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya
didiagnosis infark miokard gelombang Q, sebagian kecil menetap menjadi
infark miokard gelombang non Q. Jika obstruksi trombus tidak total,
obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya
tidak ditemukan elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya mengalami
angina pektoris tak stabil atau NSTEMI. Pada sebagian pasien NB tampak
elevasi ST berkembang tanpa menunjukkan gelombang Q disebut infark
non Q. Sebelumnya istilah infark transmural digunakan jika EKG
menunjukkan gelombang Q atau hilangnya gelombang R atau infark
miokard non transmural jika EKG hanya menunjukkan perubahan
sementara segmen ST dan gelombang T, namun ternyata tidak selalu ada
korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi infark (mural/transmural)
sehingga terminologi IMA gelombang Q dan non Q menggantikan IMA
mural/nontransmural.7
11
LAPKAS KARDIOLOGI
2.7.4 Laboratorium
Pada infark miokard terjadi pelepasan-pelepasan enzim-enzim dan protein
jantung yang dapat dideteksi beberapa jam setelah onset terjadi seperti CKMB
dan troponin.7
- CKMB
Troponin adalah suatu protein di sel otot yang mengontrol interaksi antara
aktin dan miosin.Kadar troponin mulai meningkat 3-4 jam setelah infark dan
mencapai puncaknya 18-36 jam kemudian mulai menurun perlahan-lahan,
sehingga troponin masih dapat dideteksi 10-14 hari setelah infark.7
Penatalaksanaan2,3
Tatalaksana infark miokard akut dengan elevasi ST saat ini mengacu pada data-
data dari evidence based berdasarkan penelitian randomized clinical trial yang terus
berkembang ataupun konsensus dari para ahli sesuai pedoman (guideline).7
1. Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi arteri <90%.
Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama
6 jam pertama.5,7
2. Nitrogliserin (NTG)
12
LAPKAS KARDIOLOGI
13
LAPKAS KARDIOLOGI
perfusi pada STEMI jika dilakukan dalam beberapa jam pertama infark miokard
akut. PCI primer lebih efektif dari fibrinolysis dalam membuka arteri koroner
yang tersumbat dan dikaitkan dengan outcome klinis jangka pendek dan jangka
panjang yang lebih baik. Dibandingkan trombolisis, PCI primer lebih dipilih jika
terdapat syok kardiogenik (terutama pada pasien < 75 tahun) , resiko perdarahan
yang meningkat, atau gejala sudah ada sekurang-kurangnya 2 atau 3 jam jika
bekuan darah lebih matur dan kurang mudah hancur dengan obat fibrinolisis.
Namun demikian PCI lebih mahal dalam hal personil dan fasilitas, dan
aplikasinya terbatas berdasarkan tersedianya sarana, hanya dibeberapa rumah
sakit.7
Fibrinolisis
14
LAPKAS KARDIOLOGI
- tPA : Bolus 15 mg, lalu infus 0,75 mg/kg dalam 30 menit (max 50 mg),
lalu infus 0,5 mg/kg (max 35 mg) dalam 60 menit, dosis total tidak
melebihi 100 mg
15
LAPKAS KARDIOLOGI
16
LAPKAS KARDIOLOGI
17
LAPKAS KARDIOLOGI
terjadi dalam beberapa menit kecuali apabila keadaan ini cepat diketahui
dan dipulihkan dengan perikardiosentesis transtoraks.
7. Aneurisme Ventrikel
18
LAPKAS KARDIOLOGI
Prognosis3
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis pasca IMA, yaitu :7
1. Klasifikasi Killip berdasarkan pemeriksaan fisik bedside sederhana: S3
gallop, kongesti paru dan syok kardiogenik.
Klasifikasi Killip pada Infark Miokard Akut
Kelas Definisi Mortalitas (%)
I Tak ada tanda gagal jantung kongestif 6
II + S3 dan/ atau ronki basah 17
III Edema paru 30 40
IV Syok kardiogenik 60 80
2. TIMI risk score adalah sistem prognotik paling akhir yang menggabungkan
anamnesis sederhana dan pemeriksaan fisis yang dinilai pada pasien STEMI
yang mendapat terapi trombolitik.
19