Anda di halaman 1dari 114

LATIHAN BACA EKG

Dr. Sri Hastuti SpJP

RSUD DR.M.YUNUS
BENGKULU
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)

Rekaman grafis dari potensial


listrik yang ditimbulkan pada
waktu jantung melakukan
kontraksi mekanis
POROS
ATAU AKSIS
DAN
SEGITIGA
EINTHOVEN
SANDAPAN EKG (ECG LEADS )
Pada pemeriksaan EKG rutin
dilakukan rekaman pada 12
sandapan yang terdiri dari :
1. Tiga buah sandapan bipolar baku
(sandapan I, II dan III)
2. Tiga buah sandapan unipolar
ekstremitas (sandapan aVR, aVL
dan aVF)
3. Enam buah sandapan unipolar
prekordial (sandapan V1 sampai
dengan V6)
SANDAPAN BIPOLAR BAKU
Sandapan I : selisih potensial antara
lengan kanan (RA) dengan lengan
kiri (LA), LA bermuatan lebih positif
dari RA
Sandapan II : selisih potensial antara
lengan kanan (RA) dengan tungkai
kiri (LL), LL bermuatan lebih positif
dari RA
Sandapan III : selisih potensial
antara lengan kiri (LA) dengan
tungkai kiri (LL), LL bermuatan lebih
positif dari LA
SANDAPAN UNIPOLAR
EKSTREMITAS
Frank Wilson menciptakan sandapan ekstremitas
unipolar dengan meletakkan tiga elektroda
positif mengikuti tiga tempat elektroda bipolar
yang setiap elektroda positif tersebut dihub
dengan elektroda negatifnya. Gab elektroda
negatifnya disebut terminal sentral.

Modifikasi sandapan ekstremitas unipolar yang


dimodifikasi ini diberi tamb huruf a
(augmented), sehingga disebut :
- Sandapan aVL : ke lengan kiri
- Sandapan aVR : ke lengan kanan
- Sandapan aVF : ke tungkai kiri
SANDAPAN UNIPOLAR
PREKORDIAL
Sandapan unipolar prekordial ini ditandai dengan
huruf V (Voltage) dan disertai angka di
belakangnya yang menunjukkan lokasi di atas
prekordium

Enam tempat di prekordial yang umum dipakai adalah :


V1 : sela iga ke-4 di garis sternalis kanan
V2 : sela iga ke-4 di garis sternalis kiri
V3 : terletak antara V2 dan V4
V4 : sela iga ke-5 di garis midklavikula kiri
V5 : garis aksilaris anterior kiri setinggi V4
V6 : garis mid-aksila kiri setinggi V4
TAMBAHAN SANDAPAN EKG
SANDAPAN PREKORDIAL KANAN
Tambahan sandapan di V3R V6R
Pada infark inferior yang dicurigai disertai
infark ventrikel kanan
Pada infark dengan penurunan tekanan
darah yang belum jelas etiologinya

SANDAPAN PREKORDIAL KIRI


POSTERIOR
Tambahan sandapan di prekordial kiri
posterior : V7 V9
Bila dicurigai terdapat infark posterior,
misalnya terdapat depresi segmen ST di
sandapan prekordial kiri (V1- V3)
SANDAPAN PREKORDIAL EKG
BENTUK DASAR EKG DAN INTERVAL
CONTOH EKG NORMAL
KERTAS EKG

Merupakan kertas grafik yang dibagi dengan


garis tipis (1 mm x 1 mm) dan garis agak tebal
(5 mm x 5 mm) secara horizontal dan vertikal

Aksis horizontal menggambarkan kurun waktu

Kecepatan mencatat mesin EKG : 25 mm/dtk

Setiap 1 mm horizontal mewakili 0,04 detik,


dan 5 mm mewakili 0,2 detik

Aksis vertikal menggambarkan voltage

Standarisasi baku voltage (amplitudo) adalah 1,


10 kotak kecil vertikal (1 cm) mewakili 1 mV
BACA DAN INTERPRETASI EKG

- Frekuensi atau Kecepatan


- Irama
- Aksis QRS
- Gelombang P
- Interval PR
- Gelombang Q
- Kompleks QRS
- Interval QT
- Segmen ST
Menghitung Frekuensi Jantung

1. Tentukan satu gelombang R


(atau P) yang tepat di garis
vertikal kotak sedang
2. Tentukan puncak gelombang R
(atau P) ke II
3. Hitung jarak antara R pertama
dan kedua dalam ukuran kotak
sedang
4. Frekuensi jantung kemudian
ditentukan dengan rumus :

a. Jarak 1 kotak sedang : 300 x/menit


b. Jarak 2 kotak sedang : 150 x/menit
c. Jarak 3 kotak sedang : 100 x/menit
d. Jarak 4 kotak sedang : 75 x/menit
e. Jarak 5 kotak sedang : 60 x/menit
f. Jarak 6 kotak sedang : 50 x/menit
IRAMA JANTUNG :
SISTEM KONDUKSI JANTUNG
SISTEM KONDUKSI JANTUNG
PACEMAKER JANTUNG NORMAL :
simpul SA dengan frekuensi 70-80
x/menit

Terdapat PACEMAKER JANTUNG


POTENSIAL lain yaitu :
1. Atrium : 75 x/menit
2. Simpul AV : 60 x/menit
3. Berkas His : 50 x/menit
4. Serabut Purkinje dan ventrikel : 30-40
x/menit
AKSIS

Untuk vektor ruang dipergunakan


sumbu ruang
Terdapat 3 buah bidang yang saling
tegak lurus : horizontal (H), frontal
(F) dan sagital (S)
Biasanya cukup dipakai 2 bidang
saja : H dan F
Horizontal : sandapan di V1-V6
Frontal : sandapan di I, II, III, aVR,
aVL dan aVF
- Paling mudah dan cepat
dengan menentukan
aksis menggunakan
sandapan I dan aVF
(tegak lurus)
- Nilai normal aksis :
antara - 30 sampai +
105
- menentukan jumlah
aljabar amplitudo gelomb
EKG (skala mm)
- diekstrapolasikan di
sandapan yang
bersangkutan

CARA MENENTUKAN AKSIS


DEVIASI AKSIS
Deviasi aksis kiri (Left Axis
Deviation) :
Left Anterior Hemiblock
Left Bundle Branch Block : kadang-
kadang
Hipertrofi ventrikel kiri : jarang
ditemukan LAD kecuali terdapat
LAHB
Non-kardiak : diafragma letak tinggi,
asites, tumor abdominal dll
Individu normal
DEVIASI AKSIS
Deviasi aksis kanan (Right Axis
Deviation) :
Hipertrofi ventrikel kanan
Bila perubahan aksis terjadi tiba-tiba :
dicurigai terjadi emboli paru atau infark
miokard lateral
Gangguan konduksi : left posterior
hemiblock, RBBB, WPW syndrome, gangguan
irama ventrikular
Hipertensi pulmonal
PPOK
Perikarditis Konstriktiva
GELOMBANG P
Menggambarkan aktivitas depolarisasi
atrium.
Karekteristik Gelombang P :
Tinggi kurang dari 2,5 mm (0,25 mV)
Lebar (Durasi) kurang dari 3 mm (0,08-
0,11 dtk)
Gambarannya :
Selalu positif di sandapan II dan selalu
negatif di sandapan aVR
Defleksi positif di sandapan lateral (I, aVL, V5
dan V6)
Biasanya bifasik pada sandapan V
JENIS-JENIS GELOMBANG P
P-Pulmonal
P-Mitral
Gabungan P-Pulmonal dan P-Mitral :
pada pembesaran biatrial
Tidak terdapat Gelombang P
Memang tidak ada gel P : sinus arrest, blok
SA, FA
Gel P tertutup kompleks QRS yang lebar :
junctional tachycardia, takikardia
supraventrikular
Gelombang P yang berbeda-beda
(wandering atrial pacemaker )
Gelombang Ta (Auricular T-wave)
Beberapa bentuk gelombang P
P-Pulmonal
Kelainan gel P akibat
depolarisasi atrium kanan yang
lebih besar dari normal
Terdapat pada : Penyakit pada
katup Trikuspid, hipertensi
pulmonal yang disertai
hipertrofi atrium kanan
Arus depolarisasi atrium kanan :
inferior dan anterior. Gamb P-
Pulmonal paling sering terlihat
pada sandapan inferior dan
anterior
P-Mitral
Gelombang P yang berbentuk
bifida dengan lebar > 3 mm
(0,12 detik)
Tanda khas dari pembesaran
atrium kiri
Arus depolarisasi lebih besar
sehingga waktu depolarisasi
lebih lama.
Sering ditemukan pada penyakit
katup mitral dan aorta
GELOMBANG Q

Defleksi ke bawah yang pertama


pada kompleks QRS
Awal dari fase depolarisasi ventrikel
Gelombang Q patologis :
Lebarnya sama atau lebih dari 0,04 detik
(1 mm)
Dalamnya lebih dari 25% amplitudo gel R
Gel Q pada sandapan aVR : Normal
Menggambarkan adanya nekrosis
miokard
KOMPLEKS QRS

Mewakili depolarisasi ventrikel


atau penyebaran impuls di seluruh
ventrikel
Komponen yang membentuk
kompleks ini : - Gel Q yaitu defleksi
negatif sebelum defleksi positif
- Gel R yaitu defleksi positif yang
pertama muncul disertai atau tidak
disertai gel Q
- Gel S yaitu defleksi negatif
setelah gel R
GELOMBANG R

Defleksi positif pertama dari


kompl QRS
Menggambarkan fase
depolarisasi ventrikel
Abnormal :
1. Adanya hipertrofi ventrikel
2. Adanya tanda-tanda bundle
branch block
GELOMBANG S

Defleksi negatif setelah


gelombang R
Menggambarkan fase
depolarisasi ventrikel
Kepentingan hampir sama
dengan gel R
GELOMBANG T
Menggambarkan fase repolarisasi
ventrikel
Bila abnormal menunjukkan :
Adanya iskemia/infark
Kelainan elektrolit
Amplitudo normal :
< 10 mm di sandapan prekordial
< 5 mm di sandapan ekstremitas
Minimum 1 mm
Normal bila :
Arah sesuai dengan arah gelombang utama
kompleks QRS
Positif di sandapan II
GELOMBANG U
Gelombang kecil yang kadang-kadang
terlihat setelah gel T
Bagian akhir dari repolarisasi yang seb
nya masih termasuk bag gel T
Normal :
Kurang dari 2 mm
Selalu lebih kecil dari gel T di sandapan II
Abnormal :
Amplitudo > 2 mm atau > T, tdp
hipokalemia
Gel U terbalik (sandapan I, II, V5 dan V6) :
pada iskemia dan hipertrofi
INTERVAL PR
Waktu mulai depolarisasi atrium
sampai onset depolarisasi ventrikel
Jarak antara permulaan gel P-
permulaan kompleks QRS
Batas normal : 0,12-0,20 detik
Interval PR < 0,12 detik : pada
keadaan hantaran dipercepat
(sindrom WPW)
Interval PR > 0,20 detik : terdapat
blok AV
Interval PR berubah-ubah :
wandering pacemaker
INTERVAL QRS

Lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel


Jarak antara permulaan gel Q akhir gel S
Nilai normal : < 0,12 detik
Abnormal pada :
Bundle branch block
Hiperkalemia
Gangguan konduksi ventrikel
Aritmia ventrikel
INTERVAL QT
Jarak antara permulaan gel Q akhir gel T
Lamanya aktivitas depolarisasi dan
repolarisasi ventrikel
Nilai interval dipengaruhi : frekuensi jantung
Batas nilai normal dilihat dalam tabel/kurva
Interval QTc (corrected QT interval) : nilai
interval QT yang telah dikoreksi dengan
interval QT pada frekuensi jantung 60 x/menit
dan nilainya ditentukan dengan NOMOGRAM
Rumus : QTc = QT (dtk)/ R-R (dtk). Nilai normal
QTc = 0,38 0,42 detik
Interval QT memanjang

Risiko timbulnya aritmia


Kongenital : Long QT syndrome
(autosomal dominan)
Didapat :
Pengaruh obat-obatan antiaritmia :
quinidin, prokainamid, hipnotik,
major tranquilizer
Gangguan elektrolit : hipokalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia
Interval QT memendek

Pemakaian digitalis
Hiperkalsemia
VAT
(VENTRICULAR ACTIVATION TIME)

Jarak antara permulaan gelombang Q ke


puncak gelombang R
Menggambarkan waktu yang diperlukan
oleh impuls untuk menyebar dari
permukaan dalam ventrikel (endokardium)
ke permukaan luar ventrikel (epikardium)
Bila nilai memanjang : bundle branch
block, hipertrofi ventrikel
Nilai normal :
V1-V2 : < 0,03 detik
V5-V6 : < 0,05 detik
TITIK J ( J POINT )

RS T Junction
Titik dimana kompleks QRS
berakhir dan awal segmen ST
Sebagai titik acuan untuk
menentukan adanya deviasi
segmen ST
SEGMEN S-T

Mulai dari titik J sampai permulaan


gelombang T
Normal : isoelektrik ( range antara
0,5 mm sampai + 2 mm )
Guna :
Elevasi segmen ST : infark miokard akut,
aneurisma LV, perikarditis
Depresi segmen ST : iskemia, efek
digitalis, LV strain
HIPERTROFI ATRIUM

Gel P merupakan depolarisasi atrium


kanan dan kiri
Defleksi awal gel P : depol atrium kanan
Defleksi akhir gel P : depol atrium kiri
Peninggian gelombang P menunjukkan
adanya abnormalitas di atrium
Peninggian gel P ini tidak spesifik, dapat
berarti :
Hipertrofi dinding atrium
Pembesaran ruang atrium
Perlambatan konduksi di atrium
HIPERTROFI ATRIUM KANAN

Harus dicurigai bila ditemukan gel P


tinggi di sandapan inferior (terutama
sand II)
Etiologi : setiap tekanan atau overload
volume di sisi kanan jantung
Paling banyak disebabkan oleh :
Regurgitasi trikuspid
Stenosis trikuspid
Regurgitasi pulmonal
Stenosis pulmonal
Hipertensi pulmonal
PPOK
RVH
Kriteria EKG untuk Abnormalitas
Atrium Kanan

Gel P tinggi dan lancip di II, III


dan aVF : tinggi > atau sama
dengan 2,5 mm dan interval >
atau sama dengan 0,11 detik
Defleksi awal di V1 > atau = 1,5
mm
P pulmonal
Rasio P/segmen PR < 1
HIPERTROFI ATRIUM KIRI

Durasi gel P bertambah besar (> 0,12 detik).


Bentuk gel P lebar dengan puncak
bergelombang (broad and notched ).
Terutama di sandapan I dan II
Bentuk gel P di sini sering disebut P mitral
Di sandapan dada seb kanan (V1 dan V2) gel P
difasis, dengan bagian akhir yang lebar dan
negatif (durasi 0,04 dtk dan dalam 1 mm).
Disebut P terminal force
Rasio P/segmen PR > 1
Pembesaran atrium kiri paling banyak
disebabkan oleh kelainan katup mitral
(Stenosis Mitral), kmd stenosis aorta,
regurgitasi aorta, LVH
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI
Peningkatan voltage QRS
Hipertrofi ventrikel dengan
dinding yang tebal serta
permukaan yang lebih luas
menyebabkan potensial listrik yg
lebih besar
Letak lebih dekat pada dinding
dada sehingga potensial yang
dicatat lebih besar
Etiologi : pressure overload pada
ventrikel kiri
Kriteria EKG untuk LVH
Kriteria voltage : dapat dipilih
salah satu
R atau S di sandapan ekstremitas
> 20 mm atau
S di kompleks ventrikel kanan >
25 mm, atau
R di kompleks ventrikel kiri > 25
mm, atau
S di ventrikel kanan + R di
ventrikel kiri > 35 mm
Kriteria EKG untuk LVH

Depresi ST dan inversi T di


kompleks ventrikel kiri. Disebut
strain pattern
Abnormalitas atrium Kiri
Sumbu QRS pada bidang frontal >
atau = -15
Interval QRS (> atau = 0,09 detik)
atau waktu aktivasi ventrikel
memanjang (> atau = 0,04 detik)
Kriteria EKG untuk LVH

INDEKS SOKOLOW-LYON :
Jumlah amplitudo gelombang S di
V1 dan tinggi gelombang R di V5
atau V6 > atau = 3,5 mV
Amplitudo gelombang R di aVL >
atau = 1,1 mV
Kriteria EKG untuk LVH

KRITERIA VOLTAGE CORNELL :

LAKI-LAKI : S V3 + R aVL > 2,8


mV
PEREMPUAN : S V3 + R aVL > 2,0
mV
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI
HIPERTROFI VENTRIKEL KANAN

Perubahan EKG baru tampak bila


ada pembesaran yang nyata
Etiologi : tekanan tinggi yang terus
menerus di ventrikel kanan
Rasio R/S yang terbalik :
R/S di V1 > 1
R/S di V6 < 1
Perubahan bentuk kompleks QRS :
Gelombang R yang besar
Terdapat kompleks R
HIPERTROFI VENTRIKEL KANAN
BLOK CABANG BERKAS KANAN
(RIGHT BUNDLE BRANCH BLOCK = RBBB )

Depolarisasi septum dari ventrikel kiri


normal
Depolarisasi ventrikel kanan terjadi
perlambatan akibat blok di right bundle
branch
Setelah depolarisasi septum dan ventrikel
kiri atau setelah terbentuk gamb rS di
V1dan qR di V5, baru terekam depolarisasi
ventrikel kanan yang datangnya terlambat
ke V1.
Sehingga kompleks QRS di V1 menjadi
bentuk rSR atau rabbit ear appearance
Sedangkan di V5 akan menjadi gamb qRS
KRITERIA RBBB :

Interval QRS memanjang > 0,12 detik


S yang lebar di I dan V6
R yang lebar di V1
Bentuk rSR di sandapan V1 dan V2
Deviasi aksis ke kanan
Bila interval QRS 0,10 0,12 detik :
RBBB inkomplit
Bila interval QRS > 0,12 detik : RBBB
komplit
BLOK CABANG BERKAS KIRI
(LEFT BUNDLE BRANCH BLOCK = LBBB )

Bila konduksi di cabang berkas kiri


terganggu maka depolarisasi septum
hanya dibentuk oleh komp cabang berkas
kanan sehingga mengarah ke ventrikel kiri
Akibatnya terjadi :
Gel r di V1 dan gel q di V5 tidak
terbentuk
Terjadi gel q di V1 dan R di V5
Gamb kompleks QRS kebalikan dari
RBBB : V1 menjadi bentuk qrS (~ telinga
kelinci terbalik) dan di V5 menjadi RsR
KRITERIA LBBB :

Interval QRS melebar > 0,10 detik


Tidak tampak gelombang q dan
gelombang R yang lebar, sering
berlekuk di I, V5 dan V6 dengan VAT
> 0,08 detik
rS atau QS di V1
Deviasi aksis ke kiri
Bila interval QRS 0,10 0,12 detik :
LBBB inkomplit
Bila interval QRS > 0,12 detik : LBBB
komplit
RIGHT
AND
LEFT
BUNDLE
BRANCH
BLOCK
IRAMA SINUS

KRITERIA IRAMA SINUS :


- Gelombang P harus ada
- Morfologi gel P harus sesuai dengan sandapan
- Aksis gel P harus normal
- Gel P harus konstan dengan frekuensi 60-100 x/menit
- Gel P harus diikuti dengan kompleks QRS dan mempunyai
laju yang konstan
- Gel P harus berada di depan kompleks QRS
- Interval PR harus normal dan konstan
GANGGUAN PEMBENTUKAN
IMPULS

GANGGUAN PEMBENTUKAN
IMPULS DI SINUS :
SINUS TAKIKARDIA
SINUS BRADIKARDIA
SINUS ARITMIA
SINUS ARREST (HENTI SINUS)
SINUS TAKIKARDIA

KRITERIA SINUS TAKIKARDIA :


- Gel P harus ada dan morfologi yang sesuai
- Aksis gel P normal
- Gel P konstan dan laju > 100 x/menit
- Harus terdapat kompleks QRS yang konstan
- Setiap gel P harus diikuti kompleks QRS
- Gel P berada di depan kompleks QRS
- Interval PR harus normal dan konstan
SINUS BRADIKARDIA

KRITERIA SINUS BRADIKARDIA :


- Gel P harus ada
- Morfologi gel P harus normal
- Aksis gel P harus normal
- Laju gel P harus konstan
- Frekuensi jantung < 60 x/menit
- Gel P harus diikuti kompleks QRS yang konstan
- Gel P harus berada di depan kompleks QRS
- Interval PR harus normal dan konstan
SISTEMATIKA MEMBACA EKG
IRAMA : irama sinus atau bukan. Sinus :
setiap kompleks QRS selalu didahului oleh gel
P
LAJU QRS :
Irama sinus : laju QRS normal ant 60-100
x/menit
< 60 x/menit : sinus bradikardia
> 100 x/menit : sinus takikardia
Laju QRS > 150 x/menit : takikardia
supraventrikular (QRS sempit) atau
takikardia ventrikular (QRS lebar)
REGULARITAS
AKSIS : normal antara -30 sampai +110
INTERVAL PR : normal < 0,20 detik
MORFOLOGI : Gel P, kompleks QRS, segmen
ST dan gel T
VARIASI NORMAL EKG

Benign Early Repolarization


Athletes Heart
Persistent Juvenile Pattern
Nonspecific T wave pattern
Benign Early Repolarization
ST segment elevation, usually from
leads V2 to V6, ranging from 0,5 to 5
mm
Tall T waves usually concordant
with the QRS complex, ranging from
5 to 6,5 mm
Tall R waves in the left precordial
leads
Prominent J point best seen in leads
V4 and V5 and occasionally
prominent in leads II, III and aVF
BENIGN EARLY REPOLARIZATION
Athletes Heart
Sinus bradycardia (as low as 40
bpm)
First degree AV block and second
degree AV block, Mobitz type I
Increased R or S wave voltages
ST segment elevation at the J point
with an upwardly concave
morphology
T waves concordant with QRS
complex and relatively tall
Deep Q waves occur in up to 10% of
athletes
ATHLETES HEART
Persistent Juvenile Pattern

Inverted T waves in the right


precordial leads up to a depth of
5 mm
Nonspecific T wave patterns

T wave inversion or flattening


QRS-T angle may be widened
Salah meletakkan elektroda :
Bagaimana cara mendeteksinya ?

L arm R arm :
- Inverted P wave and QRS
complex in lead I
- Unexpected right or extreme
QRS axis deviation
- Inverted P wave in lead I,
together with normal precordial
R wave progression
ECG obtained from a normal volunteer

Arm electrode reversal


Salah meletakkan elektroda :
Bagaimana cara mendeteksinya ?

L arm L leg :
- Lead III is upside down (may not
appear abnormal)
- Leads I and II switched ; aVL
and aVF switched; aVR no
change
- P wave is unexpectedly larger
in lead I than in lead II
Salah meletakkan elektroda :
Bagaimana cara mendeteksinya ?

R arm L leg :
- P-QRS-T upside down in all
leads except lead aVL
- Upright P-QRS-T in lead aVR
L arm-L arm reversal
Salah meletakkan elektroda :
Bagaimana cara mendeteksinya ?

R leg L leg :
- Looks like normal electrode
placement
- Immaterial because of similarity
of potentials in lower
extremities
Salah meletakkan elektroda :
Bagaimana cara mendeteksinya ?

R leg L arm :
- Lead III is practically a flat line

R leg R arm :
- Lead II is practically a flat line
Salah meletakkan elektroda :
Bagaimana cara mendeteksinya ?

L arm- L leg and R arm- R leg :


- Lead I is practically a flat line
- Leads aVL and aVR are same
polarity and amplitude
- Lead II is upside-down image of
lead III
L arm L leg reversal
TERIMA KASIH
KASUS 1
KASUS 2
KASUS 3
KASUS 4
KASUS 5
KASUS 6
KASUS 7
KASUS 8
KASUS 9
KASUS 10
KASUS 11
KASUS 12
KASUS 13
KASUS 14
KASUS 15
KASUS 16
KASUS 17
KASUS 18
KASUS 19
KASUS 20
KASUS 21
KASUS 22
INTERPRETASI EKG

1. STEMI INFERIOR-POSTERIOR
2. NSTEMI INFERIOR-POSTERIOR
3. STEMI INFERIOR-POSTERIOR +
INFARK VENTRIKEL KANAN
SINDROMA KORONER
AKUT

ANGINA PEKTORIS
TAK STABIL NON ST ST ELEVASI
ELEVASI MI MI
ST Elevation Myocardial
Infarction (STEMI)
HIPERAKUT T
Non-ST Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI)
Evolusi EKG pada STEMI
Fase Akut
pada Infark
Miokard
Akut
Anteroseptal
EVOLUSI EKG PADA STEMI ANTERIOR
EVOLUSI EKG PADA STEMI INFERIOR

Anda mungkin juga menyukai