Anda di halaman 1dari 162

ELEKTROKARDIOGRAFI

Dr. Ismir Fahri, SpJP, FIHA

SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular


RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

1
KONSEP DASAR EKG
SISTEM SANDAPAN PADA EKG
KONSEP VEKTOR PADA EKG

2
SIFAT-SIFAT LISTRIK SEL OTOT
JANTUNG
1. Sel otot jantung: susunan ion berbeda, kadar K+ intrasel 30
kali K+ ekstrasel
2. Permeabilitas membran sel ion K+ >ion Na+
3. Polarisasi: Membran sel otot jantung saat istirahat
Depolarisasi: Perubahan permeabilitas membran bila ada
stimulus dan akan timbul potensial aksi disertai kontraksi
Bila depolarisasi selesai, potensial membran kembali
normal disebut repolarisasi disertai relaksasi

3
..SIFAT-SIFAT LISTRIK SEL OTOT
JANTUNG..

4. Proses stimulasi-kontraksi-konduksi-relaksasi akan


diteruskan dari satu sel otot jantung ke sekitarnya;
penerusan ini disebut konduksi
5. Sel otot jantung:
- sel otot jantung biasa
- sel otot jantung khusus (sifat otomatisitas dan
ritmisitas sistem konduksi jantung)

4
PROSES AKTIVASI OTOT JANTUNG

Istirahat Aktifasi Repolarisasi


(polarisasi) (depolarisasi)

5
POTENSIAL AKSI
Definisi: Perubahan potensial listrik sebagai fungsi dari
waktu, setelah sel otot jantung mendapat stimulus

Kurva potensial aksi menunjukkan karakteristik yang


khas, dibagi menjadi 4 fase:

Fase 0 : -90 mV - +20 mV (ion Na+ masuk)


Fase 1 : +20 mV 0 mV
Fase 2 : 0 mV (ion Ca++ masuk, K+ keluar)
Fase 3 : -90 mV

6
KURVA POTENSIAL AKSI

7
SISTEM KONDUKSI
JANTUNG

8
SISTEM KONDUKSI JANTUNG

Simpul SA
Jalur Bachman

Jalur Internodal

Simpul AV
Berkas His
Cabang berkas kiri
Cabang berkas kanan

Fasikel kiri posterior


Fasikel kiri anterior

Serabut Purkinje

9
OTOMATISITAS DAN RITMISITAS
PADA SISTEM KONDUKSI
JANTUNG
Sifat Otomatisitas
Ritmisitas
Masing-masing bagian sistem konduksi jantung
mempunyai frekuensi ritmisitas sendiri-sendiri
Fisiologis: Simpul sinus mempunyai otomatisitas dan
ritmisitas tertinggi, serabut Purkinje yang terendah
Dipengaruhi sistem saraf simpatik dan parasimpatik

10
GAMBARAN SIKLUS
JANTUNG PADA EKG

11
GAMBARAN SIKLUS
JANTUNG PADA EKG

Rekaman EKG dibuat pada kertas


dengan kecepatan standard 25
mm/detik, defleksi 10 mm yang
sesuai dengan potensial +1 mV

12
GAMBARAN SIKLUS JANTUNG PADA EKG

P wave : depolarisasi atria kanan & kiri


PR interval : garis isoelektrik
QRS complex : depolarisasi ventrikel kanan &
kiri
ST segment : garis isoelektrik
T wave : repolarisasi ventrikel kanan &
kiri
U wave

13
GAMBARAN SIKLUS JANTUNG
PADA EKG

14
SISTEM SANDAPAN
EKG

15
SANDAPAN PADA EKG
EKG konvensional memakai 10 elektroda:
4 buah elektroda ekstremitas
6 buah elektroda prekordial

Elektroda ekstremitas pada :


Lengan kanan (Lka)
Lengan kiri (Lki)
Tungkai kanan (Tka)
Tungkai kiri (Tki)

Elektroda Tkaground/bumipotensial nol


yang stabil

16
ELEKTRODA EKSTREMITAS

17
ELEKTRODA PREKORDIAL
V1 : garis parasternal kanan, interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, interkostal IV
V3 : titik tengah antara V2 dan V4
V4 : garis klavikula tengah, interkostal V
V5 : garis aksila depan, setinggi V4
V6 : garis aksila tengah, setinggi V4 dan V5.

Ada elektroda prekordial kanan :


V3R, V4R, V5R dan V6R, berseberangan dengan V3,
V4, V5 dan V6

23
SANDAPAN PADA EKG
Sandapan Ekstremitas Bipolar:
I : Potensial Lki - Potensial Lka
II : Potensial Lka - Potensial Tki
III : Potensial Tki - Potensial Lki

Sandapan Ekstremitas Unipolar:


aVR : Potensial Lka
aVL : Potensial Lki
aVF : Potensial Tungkai

24
SANDAPAN PADA EKG

Sandapan Prekordial :
V1,V2,V3,V4,V5, dan V6
Sandapan Ekstremitas :
I, II, III, aVR, aVL, aVF

25
CONTOH REKAMAN EKG YANG BAIK

26
CONTOH EKG NORMAL

27
ELEKTRODA TERBALIK

28
DEXTROCARDIA: DIREKAM BIASA

29
CARA MEREKAM DEXTROCARDIA

30
KONSEP VEKTOR
PADA EKG

31
KONSEP VEKTOR PADA EKG

Rekaman gaya-gaya listrik selama depolarisasi atria, ventrikel,


repolarisasi ventrikel gelombang P, QRS, dan T

Gelombang P, QRS, dan T vektor-vektor ruang, besar dan arahnya


berubah-ubah vektor P, vektor QRS, dan vektor T

32
SANDAPAN
KONVENSIONAL

Bidang frontal:
I, II, III, aVR, aVL, aVF

Bidang horisontal:
V1, V2, V3, V4, V5, V6

33
SISTEM SUMBU PADA BIDANG
FRONTAL
Berdasarkan Penelitian :
O = pusat jantung
I = garis mendatar 0o
II= membuat sudut 60o dengan I, searah
jarum jam, yaitu +60o
III = +120o
aVR = - 150o
aVL = - 30o
aVF = +90o

34
SISTEM SUMBU PADA BIDANG
FRONTAL

35
SISTEM SUMBU PADA BIDANG
HORISONTAL

Berdasarkan Penelitian :
V6 = garis mendatar 0o
V5 = +22o
V4 = +47o
V3 = +58o
V2 = +94o
V1 = +115o

36
SISTEM SUMBU PADA BIDANG
HORISONTAL

37
SUMBU LISTRIK
VEKTOR QRS

38
SUMBU LISTRIK VEKTOR QRS
Disebut Sumbu QRS saja
Sumbu QRS pada bidang frontal ditentukan:
Cukup dengan 2 dari 6 sandapan
Cara praktisnya:
Pilih 2 sandapan, yang termudah, yang saling
tegak lurus, misalnya I dan aVF
Tentukan jumlah aljabar defleksi pada masing-
masing sandapan
Gambar sebagai vektor pada masing-masing
sumbu
Dibuat resultanta yang menggambarkan sumbu
QRS

39
Menentukan sumbu QRS bid. frontal

I: aVF :

40
CARA LAIN PENENTUAN SUMBU
QRS
Pilih satu sandapan yang mempunyai jumlah
aljabar defleksi nol (defleksi positif sama
dengan defleksi negatif)
Sumbu QRS tegak lurus pada sandapan ini
Arah dari sumbu QRS ditentukan meninjau
salah satu sandapan lain, untuk memilih salah
satu dari dua arah
Lebih tepat, yang diukur bukan tinggi defleksi,
tetapi luas area di bawah defleksi

41
Menentukan sumbu QRS bid. Frontal dg
perhitungan luas

42
MENENTUKAN SUMBU QRS PADA BIDANG
FRONTAL DENGAN MENCARI SANDAPAN
YANG JUMLAH DEFLEKSINYA NOL

43
Menghitung sumbu QRS aVF -
-7 A) Lihat I aVF :
bidang Frontal I: R = +4
S=-2
+2
75
aVF : R = +3
I- I+
2 S = -10
aVF + -7

B) Lihat II aVL :
aVL + II : R = +2
S = -7
75 -5
I aVL : R = +9
S = -1
+8

aVF II +

44
Sumbu QRS Frontal dan A) Frontal :
Horizontal
I+
20

aVF +
I: R : +9 X 1 = + 9
S:0 = 0
+9

aVF : R = +3 X 1 = + 3
S= 0 = 0
+3

B) Horizontal :
Lihat rekaman V1-V6
Transisional di V3 (normal)

45
Sumbu pada bidang horizontal

Transisional di V 2 :
sumbu lawan arah
jarum jam

46
KELAINAN SUMBU QRS PADA BIDANG
FRONTAL

Normal: -30o hingga +90o


Deviasi Sumbu ke Kiri (DSKi):
-30o hingga -90o
Deviasi Sumbu ke Kanan(DSKa):
+90o hingga -180o
Sumbu Superior: +180o hingga -90o

47
KELAINAN SUMBU QRS PADA BIDANG
FRONTAL

49
SUMBU QRS PADA BIDANG
HORISONTAL
Sandapan dengan jumlah defleksi nol daerah transisi bidang
prekordial
Daerah transisi normal: V3 dan V4
Transisi berpindah ke arah jarum jam (dilihat dari arah tungkai)
V5 atau V6 sumbu QRS rotasi searah jarum jam
Transisi berpindah ke arah V2 rotasi lawan arah jarum jam

50
SUMBU LISTRIK PADA BIDANG
HORISONTAL YANG NORMAL

51
SUMBU LISTRIK QRS PADA BIDANG
HORISONTAL

52
INTERPRETASI EKG
EKG NORMAL
ABNORMALITAS ATRIA
HIPERTROFI VENTRIKEL

53
KALIBRASI

Kalibrasi standar
Defleksi 10 mm = 1 mV
Kecepatan kertas 25 mm/detik
1 mm = 0,04 detik
5 mm = 0,20 detik
10 mm = 0,40 detik

54
BENTUK DASAR EKG DAN NAMA
INTERVAL

55
GELOMBANG P
Pada bidang frontal:
Positif di I, II, dan aVF
Negatif di aVR
Positif, negatif, bifasik di aVL dan III
Pada bidang horisontal:
Bifasik atau negatif di V1 dan V2
Positif di V3 hingga V6
Gelombang P dari sinus normal tidak lebih lebar dari
0,11 detik dan tingginya tak melebihi 2,5 mm

56
GELOMBANG P

57
KOMPLEKS QRS

58
Komplek QRS

59
KOMPLEKS QRS

Dinding Ventrikel Kanan lebih tipis daripada Ventrikel Kiri


Gaya listrik Ventrikel Kiri lebih kuat
V1 dan V2: kompleks ventrikel kanan
V5 dan V6: kompleks ventrikel kiri

60
61
62
ISTILAH-ISTILAH UNTUK BERBAGAI
BENTUK KOMPLEKS QRS

63
Gelombang T, Gelombang U

64
GELOMBANG T
Tegak di semua sandapan kecuali di
aVR dan V1

65
GELOMBANG U
Biasanya tegak terbesar di V2 dan V3
Sering tak jelas, bersatu dengan gelombang T

66
NILAI NORMAL INTERVAL

Interval P (durasi) : < 0,12 detik


Interval PR : 0,12 0,20 detik
Interval QRS : 0,07 0,10 detik
Interval QT tergantung frekuensi jantung

67
INTERVAL

68
INTERVAL QT
Tergantung dari frekuensi jantung
Dapat ditentukan dengan rumus atau tabel
Praktis:
Frek 60 x/menit : 0,33 0,43 detik
Frek 80 x/menit : 0,29 0,38 detik
Frek 100 x/menit : 0,27 0,35 detik

69
PENGUKURAN WAKTU

Frekuensi jantung (atrial atau ventrikel)


Dapat dihitung berdasar kecepatan kertas
Kecepatan = 25 mm/detik
1 menit = 60 X 25 mm = 1500 mm
Frekuensi jantung = 1500 : jarak siklus dalam mm
(jarak R-R atau P-P)
Interval PR
Durasi QRS
Interval QT

70
ABNORMALITAS
ATRIA

71
ABNORMALITAS GELOMBANG P

Gangguan konduksi intra-atrial


Gelombang P mengalami
kelainan
Tidak selalu disebabkan
hipertrofi atria

72
ABNORMALITAS ATRIUM KANAN
(AAKA)
Tinjauan Vektor:
Bidang Frontal: Sumbu P bergeser ke
arah kanan
Bidang Horisontal: Sumbu P bergeser
ke arah lawan jarum jam

73
KRITERIA EKG UNTUK AAKA

P tinggi dan lancip di II, III, dan aVF: tinggi


2,5 mm dan interval 0,11 detik
Defleksi awal di V1 1,5 mm
Bentuk gelombang P pada AAKa disebut P
pulmonale

74
ABNORMALITAS ATRIUM KANAN

75
76
ABNORMALITAS ATRIUM KIRI
(AAKI)
Tinjauan Vektor:
Bidang Frontal: sumbu P bergeser ke
arah kiri
Bidang Horisontal: sumbu P bergeser
ke arah jarum jam

77
KRITERIA EKG UNTUK AAKI
Interval P di II melebar 0,12 detik. Sering gelombang P
berlekuk, karena mempunyai 2 puncak
Defleksi terminal V1 negatif dengan lebar 0,04 detik dan dalam
1mm
Kriteria ini disebut Kriteria Morris
Bentuk P pada AAKi disebut P mitrale

78
ABNORMALITAS ATRIUM KIRI

79
80
HIPERTROFI
VENTRIKEL

81
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI (HVKI)

Tinjauan Vektor Pada HVKi


Pada umumnya vektor QRS membesar
dalam ukurannya
Penebalan septum menyebabkan vektor
QRS awal membesar, sehingga terlihat
gelombang Q yang lebih dalam di I, II,
III, aVL, V5 dan V6, dan gelombang R
yang lebih besar di V1

82
HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI (HVKI)

Sumbu QRS terjadi pergeseran sbb


:
Bidang Frontal: Sumbu QRS bergeser
ke arah kiri
Bidang Horisontal: Sumbu QRS
bergeser ke arah lawan jarum jam

83
WAKTU AKTIVASI VENTRIKEL
(WAV)
Waktu antara awal QRS hingga puncak gelombang R
Menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi masa
otot jantung yang ada di bawah elektroda prekordial
Makin tebal otot jantung, waktu makin panjang
WAV memanjang pada HVKi

84
KRITERIA EKG UNTUK HVKI
1. Kriteria Voltase : Voltase Ventrikel Kiri meninggi
Kriteria:(dapat dipilih salah satu)
R atau S di sandapan ekstremitas 20 mm
S di kompleks VKa 25 mm
R di kompleks VKi 25 m m
S di VKa + VKi 35 mm

85
KRITERIA EKG UNTUK HVKI
2. Depresiasi ST dan inversi T di kompleks VKi (sering disebut
strain pattern)
3. AAKi
4. Sumbu QRS pada bidang Frontal > -15o
5. Interval QRS atau WAV di kompleks VKi memanjang :
1. Interval QRS 0,09 detik
2. WAV 0,04 detik

86
SISTEM SKORING ROMHILT ESTES
No. 1 = nilai 3
No. 2 = nilai 3
No. 3 = nilai 3
No. 4 = nilai 2
No. 5 = nilai 1
Bila jumlah nilai > 5, dianggap definitif HVKi
Bila jumlah nilai = 4, dianggap kemungkinan HVKi

87
BEBERAPA CATATAN TENTANG
HVKI
Gambaran HVKi pada EKG terutama berkorelasi dengan masa
otot ventrikel kiri
Kurang berkorelasi dengan tebal otot atau volumenya
HVKi karena beban volume, gambaran EKG terutama
menunjukkan aktivasi septal awal yang menonjol gelombang Q
di I, aVL, V5 dan V6, gelombang R yang menonjol di V5 dan V6

88
BEBERAPA CATATAN TENTANG
HVKI
HVKi, karena beban tekanan,
gambaran EKG menunjukkan R
yang tinggi disertai depresi ST
dan inversi T pada sandapan
ventrikel kiri (V5 dan V6)

89
90
91
HIPERTROFI VENTRIKEL KANAN
(HVKA)
Dinding Ventrikel Kanan jauh lebih tipis daripada Ventrikel Kiri
HVKa baru tampak pada EKG bila HVKa sudah cukup menonjol
Tinjauan Vektor:
Bidang Frontal: Sumbu QRS bergeser ke kanan
Bidang Horisontal: Sumbu QRS bergeser searah jarum jam

92
KRITERIA EKG UNTUK HVKA
1. Rasio R/S yang terbalik:
R/S di V1 >1
R/S di V6 <1
2. Sumbu QRS pada bidang Frontal bergeser ke kanan, meskipun
belum DSKa
3. Beberapa kriteria tambahan (tak begitu kuat): WAV di V1
>=0,035 detik, depresi ST dan inversi T di V1;S di I, II, dan III

93
BEBERAPA CATATAN TENTANG
HVKA
Diagnosis HVKa pada EKG, sensitivitas rendah, spesifisitas
tinggi
Kriteria EKG HVKa terkuat : rasio R/S di V1
Dibagi 3 tipe berdasar konfigurasi QRS di V1:
Tipe A
Tipe B
Tipe C (Blok Cabang Berkas Kanan
Inkomplit)

94
95
96
Defek Konduksi Intraventrikular
Sindroma Pre-eksitasi
Penyakit Jantung Koroner
Aneka Kelainan EKG

97
DEFEK KONDUKSI INTRAVENTRIKULAR

Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)


Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
Blok Intraventrikular Nonspesifik
Blok Fasikular

98
DEFINISI
Blok gangguan penghantaran
impuls melalui suatu jalur
Konduksi intraventrikular
konduksi melalui Cabang Berkas
Kanan (CBKa), Cabang Berkas Kiri
(CBKi), Fasikel-fasikel dan serabut-
serabut Purkinje

99
BLOK INTRAVENTRIKULAR MENURUT
TEMPATNYA DIBAGI MENJADI:

Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)


Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
Blok Intraventrikular Nonspesifik
Blok Fasikular :
Blok Fasikular Kiri Anterior
Blok Fasikular Kiri Posterior

100
BLOK CABANG BERKAS KANAN
(BCBKA)
Bila CBKa mengalami blok depolarisasi ventrikel kanan
mengalami kelambatan
Septum mengalami depolarisasi disusul oleh Ventrikel kiri lebih
dulu
Pada fase yang terakhir, vektor berasal dari ventrikel kanan,
yang mengarah ke depan (pd bidang H) dan ke kanan (pada
bidang F)

101
GAMBARAN EKG PADA BCBKA

Interval QRS memanjang > 0,10 detik


S yang lebar di I dan V6
R yang lebar di V1
Bila interval QRS 0,10 0,12 detik,
maka disebut BCBKa inkomplit
Bila interval QRS 0,12 detik, maka
disebut BCBKa komplit

102
Blok Cabang Berkas Kanan
QRS melebar, S yang lebar dan dalam di I dan V6
(V5), dan berbentuk RR di V1 (V2)

103
BLOK CABANG BERKAS KANAN

104
BLOK CABANG BERKAS KIRI
(BCBKI)
Bila CBKi mengalami blok depolarisasi
ventrikel kiri mengalami kelambatan
Pada awal depolarisasi ventrikel, QRS inisial
menggambarkan depolarisasi ventrikel kanan
dan septum, kemudian menyusul depolarisasi
ventrikel kiri
Vektor terminal dari ventrikel kiri yang kuat,
yang bergeser ke arah kiri (pada bidang F)
dan ke arah belakang (pada bidang H)

105
GAMBARAN EKG PADA BCBKI
Interval QRS melebar 0,10 detik
Gelombang R yang lebar, sering berlekuk di I,
V5 dan V6 dengan WAV > 0,08 detik
rS atau QS di V1, disertai rotasi searah jarum
jam
Bila interval QRS 0,10-0,12 detik, maka
disebut BCBKi inkomplit
Bila interval QRS > 0,12 detik, maka disebut
BCBKi komplit

106
Blok Cabang Berkas Kiri
QRS melebar, bentuk R di I dan V6 (V5), dan
S yang dalam di V1 (V2,V3)

107
108
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

EKG pada PJK


Sarana diagnostik yang penting
untuk jantung koroner
Yang ditangkap EKG ialah
kelainan miokard, yang
disebabkan terganggunya aliran
koroner

109
TINGKAT KERUSAKAN
MIOKARD

Iskemia reversibel
Injuri reversibel
Nekrosis irreversibel ,
permanen

110
BERBAGAI DERAJAT ISKEMIA PADA INFARK
MIOKARD
111
GAMBARAN EKG
Iskemia dan injuri : kelainan pada
proses repolarisasi miokard
segmen ST dan gelombang T
Nekrosis miokard : gangguan pada
proses depolarisasi gelombang
QRS

112
ISKEMIA
Depresi ST
Inversi T
Inversi U

113
ISKEMIA
Depresi ST ciri dasar iskemia miokard
Ada 3 macam jenis depresi ST :
1. Horisontal
2. Landai ke bawah
3. Landai ke atas
Spesifik 1 dan 2
Bermakna bila lebih dari 1 mm, makin
dalam makin spesifik.

114
DEPRESI ST PADA ISKEMIA MIOKARD

115
116
ISKEMIA
Inversi T
Gelombang T yang negatif (vektor
T berlawanan arah dengan
vektor QRS)
Tanda ini tidak terlalu spesifik
Yang lebih spesifik gelombang T
ini simetris dan berujung lancip

117
INVERSI T PADA ISKEMIA MIOKARD
A. INVERSI T : KURANG SPESIFIK UNTUK ISKEMIA

B. INVERSI T BERUJUNG LANCIP & SIMETRIS (UJUNG


ANAK PANAH) : SPESIFIK UNTUK ISKEMIA

118
IRAMA SINUS
LAD
ISKEMIA
ANTEROLATERA
L

119
ISKEMIA

Inversi U
Gelombang U yang negatif
(terhadap T) cukup spesifik
untuk iskemia miokard

120
INVERSI U, CUKUP SPESIFIK UNTUK
ISKEMIA

121
INJURI
Ciri dasar : elevasi ST, yang khas
konveks ke atas.
Elevasi ST menunjukkan injuri di
daerah subepikardial
Injuri daerah subendokardial
depresi ST yang dalam.

122
INJURI MIOKARD
A. ELEVASI ST CEMBUNG KE ATAS, SPESIFIK
UNTUK INJURI (EPIKARD)
B. ELEVASI ST CEKUNG KE ATAS, TIDAK SPESIFIK
C. DEPRESI ST YANG DALAM, MENUNJUKKAN
INJURI SUBENDOKARDIAL

123
124
GAMBARAN EKG PADA
INFARK MIOKARD AKUT

Fase Awal atau Fase Hiperakut


Fase Evolusi Lengkap
Fase Infark Lama

125
FASE AWAL ATAU FASE
HIPERAKUT

Elevasi ST yang nonspesifik


T yang tinggi dan melebar

126
127
Gambaran EKG pada IMA : Evolusi
a. Fase hiperakut
b. Fase evolusi lengkap
c. Fase infark lama

128
HIPERAKUT IMA

129
INFARK MIOKARD AKUT

130
FASE EVOLUSI LENGKAP

Elevasi ST spesifik : konveks ke atas


T negatif dan simetris
Q patologis

131
132
FASE INFARK LAMA

Q patologis, bisa QS atau Qr


ST kembali iso-elektrik
T bisa normal atau negatif

133
134
NEKROSIS
Ciri : gelombang Q patologis
Q patologis :
Q lebar dan dalam
Lebar 0,04 detik
Dalam 4 mm atau 25% tinggi R.

135
NEKROSIS MIOKARD
(Q :TEBALNYA NEKROSIS, R :SISA MIOKARD YANG MASIH HIDUP)
A. BENTUK QR: NEKROSIS DENGAN SISA MIOKARD SEHAT YANG CUKUP
B. BENTUK QR: NEKROSIS TEBAL DENGAN SISA MIOKARD SEHAT YANG TIPIS
C. BENTUK QS: NEKROSIS SELURUH TEBAL MIOKARD, YAITU TRANSMURAL

136
LOKALISASI DINDING VENTRIKEL PADA
EKG (VENTRIKEL KIRI)

Anteroseptal : V1-V4
Anterior ekstensif : V1-V6, I dan aVL
Anterolateral : V4-V6, I dan aVL
Anterior terbatas : V3-V5
Inferior : II, III dan aVF
Lateral tinggi : I dan aVL
Posterior murni : bayangan cermin V1, V2, V3
pada garis horisontal

137
LOKALISASI DINDING VENTRIKEL PADA
EKG

Inferior
Lateral tinggi
Anteroseptal
Anterior luas
Anterolateral
Anterior terbatas
Ventrikel kanan
Posterior murni
(bayangan cermin)

138
Infark Miokard Posterior Murni

Gambaran EKG :
bayangan cermin infark miokard
anteroseptal pada garis
horisontal.
R tinggi di V1, V2, V3, & T yang
simetris.

139
Contoh lokalisasi infark miokard
a. Infark akut anteroseptal
b. Infark akut posterior murni

140
ARITMIA
Sifat Sistem Konduksi Jantung
Batasan dan Pembagian Aritmia
Gangguan Pembentukan Impuls
Gangguan Penghantaran Impuls

141
ARITMIA

Kelainan Elektrofisiologi
Jantung dan
Terutama kelainan sistem
konduksi jantung
Istilah bervariasi WHO/ISFC Task Force (1978)

142
BATASAN DAN PEMBAGIAN
ARITMIA

Irama Jantung yang bukan irama


sinus normal (60-100/menit) ialah
ARITMIA

143
PEMBAGIAN ARITMIA

Gangguan Pembentukan
Impuls
Gangguan Penghantaran
Impuls

144
GANGGUAN PEMBENTUKAN
IMPULS
A. Gangguan pembentukan impuls di sinus
1. Takikardia sinus
2. Bradikardia sinus
3. Aritmia sinus
4. Henti sinus
B. Pembentukan impuls di atria (aritmia atrial)
1. Ekstrasistol atrial
2. Takikardia atrial
3. Gelepar atrial
4. Fibrilasi atrial
5. Pemacu kelana atrial
145
GANGGUAN PEMBENTUKAN
IMPULS
C. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia
penghubung)
1. Ekstrasistol penghubung AV
2. Takikardia penghubung AV
3. Irama lolos penghubung AV
D. Pembentukan impuls di ventrikel (aritmia ventrikuler)
1. Ekstrasistol ventrikuler
2. Takikardia ventrikuler
3. Gelepar ventrikuler

146
GANGGUAN PEMBENTUKAN IMPULS

D. Lanjutan.
4. Fibrilasi ventrikuler
5. Henti ventrikuler
6. Irama lolos ventrikuler

147
Aritmia Supraventrikuler
Ekstrasistol Supraventrikuler

Takikardi Supraventrikuler

Gelepar Atrial

Fibrilasi Atrial

Blok SA,
Irama lolos supraventrikuler

148
GANGGUAN PENJALARAN
IMPULS/KONDUKSI
Blok SA

Blok AV derajat 1

Blok AV derajat 2, Mobitz I

Blok AV derajat 2, Mobitz II

Blok AV derajat 3
Irama lolos penghubung

Blok AV derajat 3
Irama lolos ventrikuler

Blok cabang berkas kiri


Blok cabang berkas kanan

149
150
151
152
153
154
PEMACU JANTUNG
PADA EKG

155
PEMAKAIAN PEMACU
JANTUNG
Bradi-aritmia, sukar diobati secara farmakologis
Mempercepat frekuensi jantung dengan rangsangan listrik
merupakan pengobatan terpenting untuk
bradi-aritmia
Alat stimulasi listrik pada jantung disebut pemacu jantung
artifisial pemacu jantung atau pemacu

156
KOMPONEN-KOMPONEN PEMACU
G : GENERATOR
E : ELEKTRODA

157
CARA KERJA GENERATOR DAN
ELEKTRODA
Elektroda punya 2 fungsi :

Fungsi penginderaan menangkap


impuls-impuls dari jantung sendiri
(intrinsik) terutama mendeteksi
gelombang P dan (terutama) QRS.
Fungsi pemacuan mengeluarkan
impuls listrik yang dikirimkan oleh
generator berdasarkan hasil
penginderaan

158
Gambaran EKG pada Pemacuan Jantung

159
Pemacuan Atrial Frekuensi Tetap

160
Pemacuan Ventrikuler Terpicu Atrial

161
Thank You

162

Anda mungkin juga menyukai