Anda di halaman 1dari 57

Case Report

Anemia Mikrositik Hipokromik


Oleh : Virgi Parisa, S.Ked

Pembimbing : dr. Rosa Priambodo, Sp. PD


PENDAHULUAN

WHO(2005) : Ada 1,62 miliar menderita


Anemia : Penurunan jumlah massa Anemia.
eritrosit sehingga tidak dapat membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke Asia tenggara mempunyai angka kejadian
jaringan perifer. anemia tertinggi dimana terdapat 315 juta
individu mengalami anemia.

Di Indonesia
Pria :18,4%, Perempuan : 23,9%
IDENTITAS PASIEN

Alamat
Nama Umur Agama
Pulorejo 4/9
Tn. NTR 77 tahun Islam
Weru Sukoharjo

Tanggal
Tanggal masuk
Suku Pemeriksaan
14 Agustus
Jawa 15 Agustus
2018
2018
ANAMNESIS

Keluhan
Utama • Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke Poli Penyakit Dalam RSUD Sukoharjo dengan keluhan badan terasa lemas
dan pusing sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga merasakan mata terasa berkunang-kunang dan
sesak.

• Keluhan lain tidak didapatkan keluhan mual, muntah, keluhan pada saat buang air kecil,
buang air kecil normal, warna kuning jernih, tidak nyeri ketika buang air kecil. Keluhan buang
air besar juga tidak didapatkan.

• Pasien datang ke poli dengan surat rujukan dari Puskesmas dan membawa hasil labortorium
dari Puskesmas. Hasil laboratorium pasien terlampir bahwa Hemoglobin pasien rendah yaitu
7,1 gr/dL. Pasien di rawat inapkan dan rencana dilakukan tranfusi darah.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit Riwayat Hipertensi Riwayat Diabetes


serupa : : Mellitus:
disangkal disangkal disangkal

Riwayat
Riwayat Sakit Riwayat gangguan
penggunaan
Jantung : pernafasan:
OHO :
disangkal disangkal
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit Riwayat


Riwayat Jantung :
serupa : Hipertensi :
disangkal
disangkal disangkal

Riwayat Penyakit Riwayat


Diabetes gangguan
Melistus : pernafasan:
disangkal disangkal
Anamnesis Sistem
Sistem • Gelisah (-), lemas (+), demam (-), pusing (+),
Cerebrospinal penurunan kesadaran (-)

Sistem • Akral dingin (-), sianosis (-), palpitasi (-), nyeri dada
Cardiovascula (-), berdebar (-)

Sistem • Sesak (+), batuk (-)


Respiratorius
Sistem • Nyeri perut (-), spasme abdomen (-), mual (-) , muntah
Gastrointestinal (-), nafsu makan meningkat (-)
Anamnesis Sistem
Sistem • Nyeri BAK dan panas (-)
Genitourinarius
• Badan terasa pegal (-), atrofi otot (-), nyeri pada kedua sendi
Sistem lutut (-), kaku pada ekstremitas sup & inf (-), nyeri pada
Musculosceletal pinggang (-)

Sistem • Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi
Neuropsikiatri tidak stabil (-)

Sistem • Kulit Pucat (+), kulit kuning (-), Sikatriks (-), tanda inflamasi
Integumentum (-), gatal pada kulit (-)
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum Vital Sign


• Keadaan Umum : Tampak • Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Lemah • HR : 80 x/menit
• Kesadaran : Compos • RR : 20 x/menit
Mentis, GCS E4V5M6
• Suhu : 36,5oC
• Gizi : Kesan gizi cukup
Status Generalis
Kepala
• Bentuk : Normocephal
• Rambut : Rambut berwarna hitam
• Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
• Telinga: Normotia, serumen (+), Tragus pain (-), Mastoid pain (-), Benjolan (-)
• Hidung : Deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
• Mulut : Stomatitis (-)
Status Generalis

Jantung
• Inspeksi : Iktus cordis tidak • Perkusi :
• Batas kiri jantung
tampak, dinding dada simetris
Atas : SIC II linea parasternalis sinistra.
kanan dan kiri.
Bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra
• Palpasi : Iktus cordis teraba • Batas kanan jantung
di SIC V linea midclavicularis Atas : SIC II linea parasternalis dextra.

sinistra namun tidak kuat angkat. Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler,
bising (-), murmur (-).
Status Generalis
Paru
KANAN   KIRI

Simetris (+), Ketinggalan gerak Simetris (+), Ketinggalan gerak


Inspeksi
(-) (-)

Ketinggalan Gerak (-), Fremitus Ketinggalan Gerak (-), Fremitus


Palpasi
Kanan Kiri Sama (+) Kanan Kiri Sama (+)

Sonor Perkusi Sonor

SDV (+/+) normal, SDV (+/+) normal,


Ronkhi basah halus (-/-), Auskultasi Ronkhi basah halus (-/-),
Wheezing (-/-) Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi Dinding abdomen sejajar dengan dinding dada, distensi (-), tidak ada sikatriks.

Auskultasi Peristaltik (+), bising usus (-)

Perkusi Timpani (+), pekak alih (-), undulasi (-)

Massa abnormal (-) berbenjol-benjol (-), ascites (-), nyeri tekan epigastrium (-),
Palpasi hepatomegali (-), splenomegali (-)

Ekstrmitas Akral hangat +/+, edema -/-


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (Puskesmas) Tanggal 13 Agustus 2018

Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai normal Index      


Eritrosit fL 80 – 100
MCV 72.7 (L) pg 26 – 34
HEMATOLOGI MCH 21.8 (L) g/dL 32-37
Paket Darah MCHC 29.3
Lengkap
Lekosit 8.3 10ˆ3/uI 3.6 – 11.0 Trombosit 425 10ˆ3/uI 150 – 450

Eritrosit 3.33 10ˆ6/uL 3.80 – 5.20 Jenis Leukosit :      


Limfosit 19.5 (L) % 22-40
Monosit 12.1 (H) % 4-8
Hemoglobin 7.1 (L) g/dL 11.7 – 15.5 Granulosit 68.4 (H) % 26-70

Hematokrit 24.2 (L) % 35 – 47 Golongan Darah B    


EKG

Kesimpulan :

Frekuensi : 83x/menit
Irama : Sinus
Ritme : Reguler
Posisi : Normal
Diagnosis Kerja

Anemia Mikrositik
Hipokromik
Terapi

Infus Ringel Lactat 20 tpm

Transfusi PRC 2 kolf


Follow Up
TANGGAL SO AP
15 Desember 2017 S/ Pasien mengeluh lemas (-), mual (-), muntah (-), A/ Anemia mikrositik hipokromik
  nafsu makan menurun (+)
    P/
 
O/ - Infus RL 20 tpm
KU : lemas - Transfusi PRC 2 kolf
TD : 110/70 mmHg - Cek feses
T : 36,4 oC - Cek Darah Rutin
HR : 86 kali/menit   
RR : 28 kali/menit Jika hasil feses bagus, pasien
- KL : CA (+/+) BLPL
- TH : BJ I.II Reguler, SDV (+/+), Ronkhi (-/-),  
Whezzing (-/). - Omeprazol 20 mg tab/12 jam
- AB : Peristaltik (+)  
- EK : akral hangat (+), edema (-)  
 
 
Hasil Feses Rutin 15-08-2018
PEMERIKSAA HASIL Nilai Rujukan MIKROSKOPIS
N
Sel Epitel Negatif Negatif
MAKROSKOPIS
Eritrosit Negatif Negatif
Warna Coklat Kuning
Kehitaman Lekosit Negatif Negatif
Konsistensi Lunak   Amuba Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif Lain-lain Negatif Negatif
Pus Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Makanan Tidak Negatif Negatif
dicerna
Hasil Darah Rutin 15-08-2018
  Nilai Normal Trombosit 288 217 – 497 103/uL
Leukosit 6.8 3.8 – 10.6 103/ RDW – CV 16,3 11.5 – 14 .5 %
uL
PDW 8,4 FL
Eritrosit 4,19 (L) 4.40 – 5.90 106/
uL MPV 8,7 FL
Hemoglobin 9,2 (L) 13.2 – 17.3 g/dL P-LCR 14,6 %
Hematokrit 31,91 (L) 40 – 52 % PCT 0,25 %
Index eritrosit    
MCV 74,2 (L) 80 – 100 fl
MCH 22,0 (L) 26 – 35 pg
MCHC 29,6 (L) 32 – 37 g/dL
Pembahasan

Dari klinis pasien didapatkan bahwa pasien merasa lemas, pusing,


mata berkunang, sesak. Nilai HR pasien 80x/menit. Dan terdapat
pucat pada konjungtiva pasien.

Secara teori klinis pada pasien anemia didaptakan lemas, cepat


lelah, tinitus, takikardi pucat pada konjungtiva.
Kriteria Anemia
(WHO, 2011)
Populsi Non-Anemia Anemia

Ringan Sedang Berat

Hamil ≥11 10-10,9 7-9,9 <7

Wanita >15 tahun ≥12 11-11,9 8-10,9 <8

Laki-laki ≥13 11-12,9 8-10,9 <8


Diagnosis anemia berdasarkan kriteria anemia menurut
WHO 2011, pasien termasuk Anemia Berat. Karena
pasien merupakan pasien laki-laki dan nilai
Hemoglobin pasien adalah 7,1 mg/dl. Menurut WHO
anemia berat dengan nilai <8 mg/dl.
Pasien

Teori
- MCV 72.7 Fl - MCV <80 Fl
- MCH 21.8 pg - MCH <27
pg

Anemia Hipokromik
Mikrositik
Anemia Penyakit Kronis
Anemia Defisiensi Besi

Produksi eritropoetin
Kehilangan zat besi berkurang
Anemia
Hipokromik
Mikrositik
Talasemia Anemia Sideroblastik

Penurunan sintesis rantai Gangguan sintesis molekul


globin heme
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan kadar serum besi, feritin dan
TIBC sehingga tidak diketahui penyebab terjadinya anemia mikrositik
hipokromik

Jika berdasarkan pendekatan probabilistik atau pendekatan berdasarkan pola


etiologi anemia, kejadian anemia di daerah tropis paling sering disebabkan
karena defisiensi besi kemudian disusul oleh anemia akibat penyakit kronik
dan thalassemia

Pasien diberikan transfusi PRC 2 kolf karena kadar hemoglobin pasien


hanya 7.1 g/dL untuk mempercepat naiknya kadar hemoglobin pada pasien.
Medikamentosa Pasien

• Infus RL 20 tpm

• Inj Omeprazole/12jam
• Merupakan obat golongan PPI yang berfungsi untuk mengatur sekresi asam lambung.

• Transfusi PRC 3 kolf


• Diberikan untuk meningkatkan kadar hemoglobin pasien karena kadar hemoglobin pasien
kurang dari 10 g/dL
Penatalaksanaan

Diet tinggi zat besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin C.

Transfusi darah.

Tindakan pembedahan dilakukan jika terjadi perdarahan serius yang


mengancam jiwa.
Beberapa obat-obatan yang bisa digunakan
untuk mengatasi anemia adalah (Maakaron,
2016):
Preparat besi :
- Ferrous sulfate, Carbonyl Iron, Ferric Carboxymaltose

Antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Glucocorticoids untuk mengatasi anemia yang disebabkan


karena proses autoimun.
Kesimpulan
Pasien laki-laki Tn. NTR usia 77 tahun dengan keluhan badan terasa lemas,
pusing, mata berkunang-kunang, sesak, konjungtiva anemis

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, compos mentis, TD 110/70


mmHg, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5 C. Nilai Hemoglobin 7,1
mg/dl, dengan MCV 72,7 Fl dan MCH 21,8 pg.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


ditegakkan diagnosis Anemia Hipokromik Mikrositik.
ALHAMDULILLAH
TERIMA KASIH
TINJAUAN PUSTAKA
ANEMIA
Definisi

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah tidak bisa mencukupi
kebutuhan fisiologis tubuh yang menyebabkan distribusi oksigen ke jaringan tubuh
berkurang

Kebutuhan fisiologis tubuh seseorang bermacam-macam tergantung pada usia, jenis


kelamin, kebiasaan merokok, lokasi tempat tinggal, dan kehamilan (WHO, 2011).

Anemia juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana kadar hemoglobin darah di
bawah nilai normal (Hoffbrand & Moss, 2011).
Epidemiologi
Anemia masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia dan
sebesar 1,62 juta penduduk di dunia telah menderita anemia.

Angka kejadian anemia pada anak-anak pada usia kurang dari lima tahun
sebesar 47%, wanita hamil sebesar 42%, dan pada wanita tidak hamil
dengan usia 15-49 tahun sebesar 30%.

Kematian yang disebabkan oleh anemia per tahunnya adalah sebesar


115.000 jiwa pada ibu dan 591.000 jiwa pada perinatal (Balarajan, et al.,
2011)
Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) menyatakan bahwa angka kejadian anemia
di Indonesia sebesar 21,7% pada tahun 2013.

Angka kejadian anemia pada perempuan sebesar 23,9% sedangkan angka kejadian
pada laki-laki sebesar 18,4%.

Persentase anak-anak usia sekolah yang mengalami anemia di Indonesia adalah sebesar
26,4% (Balitbang Kemenkes RI, 2013).

Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2007 berdasarkan acuan baku nilai rerata
minimum hemoglobin yang ditetapkan oleh RISKESDAS adalah sebesar 35,6% dari populasi
penduduk Jawa Tengah (Balitbang Kemenkes RI, 2008)
Kriteria Anemia
(WHO, 2011)
Populsi Non-Anemia Anemia

Ringan Sedang Berat

Hamil ≥11 10-10,9 7-9,9 <7

Wanita >15 tahun ≥12 11-11,9 8-10,9 <8

Laki-laki ≥13 11-12,9 8-10,9 <8


Etiologi
• Perdarahan yang berat akibat trauma, operasi,
Perdarahan perdarahan gastrointestinal, dan menstruasi (WHO,
2008).

• Infeksi parasit hookworms, ascariasis dan


Infeksi Parasit schistosomiasis dapat menyebabkan konsentrasi
hemoglobin dalam darah menurun (WHO, 2008).

Defisiensi • Defisiensi vitamin A dan B12, asam folat, riboflavin,


besi dan tembaga dapat meningkatkan risiko terkena
Mikronutrien anemia (WHO, 2008).
Defisiensi • Defisiensi eritropoetin disebabkan karena adanya gangguan di ginjal
Eritropoetin sebagain organ yang menghasilkan eritropoetin (Baldy, 2015).

• Hemolisis adalah penghancuran eritrosit sebelum pada


Hemolisis waktunya yang disebabkan oleh respon autoimun. (Baldy,
2015).

Gangguan • Penyakit-penyakit kronis yang mengenai hati dan ginjal dapat menyebabkan
gangguan pada proses pembentukan eritrosit.
Pembentukan • kurangnya mengonsumsi vitamin-vitamin penting seperti B 12, asam folat,
Eritrosit vitamin C, dan zat besi  pembentukan sel darah merah

• Dapat menyebabkan eritropoesis terbatas


Inflamasi dan • pelepasan sitokin dapat menyebabkan produksi eritropoetin oleh ginjal
Penyakit Kronis menurun dan terjadi penghancuran sel darah merah oleh makrofag (McEvoy
& Shander, 2013).
Klasifikasi
Anemia Normokromik Normositik

Mean Corpuscular Volume


(MCV) normal  80-95 fl

Mean Corpuscular Hemoglobin


Concentration (MCHC) normal
atau normal rendah  27-34 pg
Klasifikasi
Anemia Normokromik Makrositik

Mean Corpuscular Volume


(MCV) Meningkat  > 95 fl.

Mean Corpuscular Hemoglobin


Concentration (MCHC) normal
atau normal rendah  27-34 pg
Anemia normokromik makrositik
disebabkan oleh :
Bentuk Megaloblastik :
Adanya gangguan dari sintesis DNA sehingga menyebabkan pengembangan eritroblast
dan mempengaruhi granulosit, megakariosit, lapisan saluran pencernaan, dan replikasi
sel di seluruh tubuh (defisiensi B12 (kobalamin) dan asam folat )

Bentuk Non-Megaloblastik :
Disebabkan oleh penyakit hati, mielodisplasia, retikulositosis,
hipotiroidisme, alkoholisme, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Klasifikasi
Anemia Hipokromik Mikrositik

Mean Corpuscular Volume


(MCV) Rendah < 80 fl

Mean Corpuscular Hemoglobin


Concentration (MCHC)
Rendah  < 27 pg
Anemia Hipolormik Mikrositik
disebabkan oleh :

Anemia Defisiensi Besi  Kehilangan zat besi

Anemia Penyakit Kronik  Produksi


eritropoetin berkurang

Talasemia  penurunan sintesis rantai globin

Anemia Sideroblastik  gangguan sintesis


molekul heme
Patofisiologi
Tanda dan Gejala

Tanda Gejala
• Pucat (dasar kuku, konjungtiva) • Lemah, lesu, cepat lelah

• Takikardi • Tinnitus
• Mata berkunang-kunang
• Koilonikia (kuku sendok)  ADB
• Kaki terasa dingin
• Ikterus  Anemia Megaloblastik • Sesak napas
• Deformitas tulang  Talasemia • Pucat (konjungtiva, mukosa mulut, jaringan
mayor dibawah kuku, dan telapak tangan)
Anemia Anemia Anemia Anemia
Defisiensi Besi Megaloblastik Hemolitik Aplastik
• Ikterus • Perdarahan
• Splenomegali • Tanda infeksi
• Disfagia • Glossitis • Hepatomegali
• Atrofi papil • Gangguan .
lidah neurologis
• Stomatitis pada
angularis defisiensi B12.
• Kuku sendok.
Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan penyaring terdiri atas pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, dan hapusan darah tepi.
• Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit,
trombosit, retikulosit, dan laju endap darah.
• Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi keadaan
sistem hematopoiesis
Pemeriksaan Khusus
Anemia Defisiensi Anemia
Anemia Hemolitik Anemia Aplastik
Besi Megaloblastik

• Serum iron • Folat serum • Bilirubin serum • Biopsi sumsum


• TIBC • Vitamin B12 serum • Tes Coomb tulang
• Saturasi transferrin • Tes supresi • Elektroforesis.
• Protoporfirin, deosiuridin
eritrosit • Tes Schilling.
• Ferritin serum
• Reseptor transferrin
• Pengecatan besi
pada sumsum
tulang
Penatalaksanaan

Diet tinggi zat besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin C.

Transfusi darah.

Tindakan pembedahan dilakukan jika terjadi perdarahan serius yang


mengancam jiwa.
Beberapa obat-obatan yang bisa digunakan
untuk mengatasi anemia adalah (Maakaron,
2016):
Preparat besi :
- Ferrous sulfate, Carbonyl Iron, Ferric Carboxymaltose

Antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Glucocorticoids untuk mengatasi anemia yang disebabkan


karena proses autoimun.

Anda mungkin juga menyukai