Anda di halaman 1dari 65

REFLEKSI KASUS

Hipertensi

Raditya Kevin Adrianto Taslim


14/362210/KU/16935
Kelompok 18201

Pembimbing: dr. Gigih RP, Sp.PD, M.Kes


DESKRIPSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. M
• Tanggal Lahir : 15 Agustus 1969
• Usia : 49 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Somagede
• No. RM : 00751xxx
• Tanggal MRS : 19 Februari 2019
RIWAYAT PENYAKIT
• Keluhan Utama: Mual dan Muntah
• Riwayat Penyakit Sekarang :
• ± 3 HSMRS pasien merasakan mual dan muntah setiap kali makan. Pasien
juga mengeluhkan nyeri perut. Keluhan pasien disertai demam, lemas dan
pusing. Pasien mengkonsumsi obat warung
• HMRS keluhan dirasa tidak berkurang. Sakit kepala dirasa memberat dan
disertai nyeri pada leher belakang. Sakit kepala seperti berdenyut. Keluhan
sesak, nyeri dada, demam, pandangan kabur, kesulitan BAK disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT
• Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat hipertensi (+)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit ginjal (-)
• Riwayat asma (-)
• Riwayat stroke (-)
• Riwayat alergi (-)
RIWAYAT PENYAKIT
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak dijumpai keluhan serupa pada anggota keluarga yang lain.
RIWAYAT PRIBADI
• Riwayat merokok (-)
• Aktivitas fisik (+)
REVIEW ANAMNESIS SISTEM
• Umum : Demam (-), Mual (+), Muntah (+)
• Kulit : Tidak ada keluhan
• Kepala & Leher : Sakit kepala (+)
• Mata : Tidak ada keluhan
• Telinga : Tidak ada keluhan
• Hidung : Tidak ada keluhan
• Mulut & Tenggorokan : Tidak ada keluhan
• Pernapasan : Tidak ada keluhan
REVIEW ANAMNESIS SISTEM
• Jantung : Tidak ada keluhan
• Vaskuler : Tidak ada keluhan
• Abdomen : Mual (+), muntah (+)
• Ginjal & sal. kemih: Tidak ada keluhan
• Reproduksi : Tidak ada keluhan
• Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
• Sistem saraf : Tidak ada keluhan
• Status psikologis : Tidak ada keluhan
RESUME ANAMNESIS
Ny. M, usia 49 tahun, mengeluhkan mual dan muntah sejak 3 hari
yang lalu, sempat demam selama 2 hari dan sakit kepala. Saat masuk
rumah sakit, sakit kepala dirasa pada seluruh bagian kepala serta
nyeri pada leher bagian belakang. Keluhan mual dan muntah
menetap, namun keluhan demam sudah tidak dirasakan. Riwayat
Hipertensi (+).
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Compos mentis, sedang
• Tanda Vital :
• Tekanan Darah : 148/100 mmHg
• Nadi : 102x/menit, kuat, reguler, simetris
• Respirasi : 22x/menit, tipe abdominothoracal
• Suhu : 36,7 °C (axilla)
PEMERIKSAAN FISIK
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Telinga : discharge (-)
• Hidung : discharge (-), hiperemis (-)
• Rongga mulut : bibir kering (-), pucat (-), erosi (-), lidah kotor (-)
• Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil dbn.
• Leher : limfonodi tidak teraba.
• Kulit : dbn.
PEMERIKSAAN FISIK
• Paru :
• Inspeksi : Simetris, retraksi (-),
ketinggalan gerak (-), datar
• Palpasi : Fremitus taktil dbn. SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Perkusi : Sonor (+/+)
• Auskultasi : SDV (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), RBB (-/-) SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)


RBB (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Jantung :
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC 4-5, linea midclavicularis sinistra
• Perkusi : Cardiomegaly (-)
• Auskultasi : S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen :
• Inspeksi : Rounded,
permukaan perut lebih tinggi dari
dada
• Perkusi : Timpani 13 titik,
shifting dullness (-)
• Auskultasi : Bising usus (+)
• Palpasi : Supel, nyeri tekan
epigastric(+), hepar dan lien tidak
teraba, hepatojugular refleks (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Ekstremitas Atas • Ekstremitas Bawah
• Akral hangat (+/+) • Akral hangat (+/+)
• Akral pucat (-/-) • Akral pucat (-/-)
• Edema (-/-) • Edema (-/-)
• WPK < 2 detik • WPK < 2 detik
• ROM dbn. • ROM dbn.
DIAGNOSIS KERJA
• Dyspepsia
• Hipertensi grade 2
TATALAKSANA AWAL
• IVFD RL 20 tpm
• Inj. Ondansetron 3 x 8 mg
• Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
• Inj. Ketorolac 2 x 30 mg
• PO. Amlodipin 1 x 10 mg
• PO. Paracetamol 3 x 500 mg

• EKG, Darah Rutin, elektrolit, urin rutin


PEMERIKSAAN PENUNJANG (19/2/19)
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI. KIMIA
Hemoglobin 12,2 g/dL 12.0 – 16.0 BUN 12 mg/dL 7 – 18
Hematokrit L 35,1 % 39.6 – 51.9 SGOT 26 U/L 0 – 50
Eritrosit 5,82 106/µL 4.06 – 5.80 SGPT 35 U/L 0 – 50
Leukosit H 12,14 103/µL 3.70 – 10.10 Kreatinin 1,16 mg/dL 0,4 – 1,30
Trombosit H 531 103/µL 150 – 450 ELEKTROLIT
MCV 81,6 fL 81.0 – 96.0 Na 140 mEq/L 135 – 155
MCH 28,5 pg 37.0 – 31.2 K 3,0 mEq/L 3.5 – 5.5
MCHC 35,0 % 31.8 – 35.4 Cl 95 mEq/L 94 – 111
RDW 12,2 % 11.5 – 14.5
Neutrofil 62,05 % 39.30 – 73.70
Limfosit 28,13 % 18.00 – 48.30
Monosit 7,106 % 4.400 – 12.700
Eosinofil H 8,207 % 0.600 – 7.300
Basofil 1,078 % 0.0 – 1.7
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
• Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan
hemodinamik sistem kardiovaskuler yang patofisiologinya
multifaktorial.
• Menurut JNC VII, hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah
sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg dan/atau diastolik sama
atau lebih dari 90 mmHg.
KLASIFIKASI JNC VII
Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II > 160 > 100
ETIOLOGI
• Hipertensi disebut primer apabila penyebabnya tidak diketahui
(90%), bila ditemukan penyebabnya disebut sekunder (10%)
• Penyebab-penyebabnya antara lain
• Penyakit : CKD, Cushing syndrome, coarctatio aorta, obstructive sleep
apnea, tiroid, paratiroid, aldosteronisme primer, feokromositoma
• Obat-obatan : prednison, fludrokortison, triamsinolon, amfetamin,
kontrasepsi oral (estrogen), siklosporin, takrolimus, PPA, eritropoietin,
NSAID, metoklopramid, karbamazepin, klozapin, bromokriptin, dll.
• Makanan : sodium, etanol, licorice
PATOGENESIS
• Peran volume intravaskular
• Peran kendali saraf otonom
• Peran renin angiotensin aldosteron (RAA)
• Peran dinding vaskular pembuluh darah
PERAN VOLUME INTRAVASKULAR
PERAN KENDALI SARAF OTONOM
• Saraf simpatis dan parasimpatis
• Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di jantung, ginjal, pembuluh
darah yaitu α1, α2, β1, β2
• Pengaruh lingkungan akan meningkatkan neurotransmitter simpatis seperti
katekolamin, norepinefrin, dan dopamine
• Neurotransmiter ini akan meningkatkan denyut jantung (Heart Rate) lalu di
ikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga tekanan darah akan meningkat
• Karena pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor α1, maka bila NE
meningkat hal tersebut akan memicu vasokonstriksi
• Pada ginjal NE juga berefek negatif, sebab di ginjal ada reseptor β1 dan α1
yang akan memicu terjadinya retensi natrium, mengaktifasi sistem RAA
PERAN RAA SISTEM
PERAN DINDING PEMBULUH DARAH
• Terjadi perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah
• Disfungsi endotel : terjadi gangguan keseimbangan tonus
pembuluh darah yang ditandai dengan menurunnya faktor relaksasi
vaskuler seperti NO dan meningkatnya faktor yang menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi seperti faktor proinflamasi
• Remodeling vaskuler : penebalan dinding arteri sehingga terjadi
peningkatan rasio antara media dan lumen, paling dominan
diperantarai oleh RAA
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Lama menderita hipertensi
• Indikasi adanya hipertensi sekunder : riwayat penyakit ginjal, pemakaian
analgesik, dan obat lainnya
• Feokromositoma (episode berkeringat, sakit kepala, palpitasi)
• Aldosteronisme (Lemah otot dan tetani)
• Pengobatan anti hipertensi sebelumnya
• Faktor pribadi, keluarga dan lingkungan
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Faktor risiko
• Riwayat hipertensi atau kardiovaskuler pada pasien atau keluarga
• Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga
• Riwayat DM pada pasien atau keluarga
• Kebiasaan merokok
• Pola makan
• Kegemukan
• Intensitas olahraga
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Gejala kerusakan organ
• Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, TIA, defisit
sensoris atau motoris
• Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan posisi
tinggi
• Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria, hipertensi disertai kulit anemis
• Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Fisik
• Pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer
• Pengukuran dilakukan pada arteri brachialis kanan dan kiri. Normalnya
apabila kanan dan kiri ada perbedaan sebesar 5 - 10 mmHg. Perlu dicurigai
adanya obstruksi atau kompresi pada sisi yang tensinya lebih rendah
apabila ada perbedaan sebesar >10 - 15 mmHg
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Pemeriksaan penunjang
• Darah rutin
• Glukosa puasa (DM)
• Total kolestrol, LDL, HDL, trigliserida (aterosklerosis)
• Asam urat, kreatinin, kalium, hemoglobin, hematokrit, urinalisis (fungsi
ginjal)
• EKG
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Pemeriksaan kerusakan organ target
• Jantung : pemeriksaan fisik, rontgen (kardiomegali, intrathoraks, sirkulasi
pulmoner), EKG (iskemia, aritmia, hipertrofi)
• Pembuluh darah : pemeriksaan fisik, USG karotis, fungsi endotel
• Otak : pemeriksaan neurologis, CT scan, MRI
• Mata : funduskopi retina
• Fungsi ginjal : penentuan proteinuria, rasio albumin kreatinin urin, LFG
MANAJEMEN HIPERTENSI
OBAT ANTIHIPERTENSI
• Alpha Blocker
• Beta Blocker
• Calcium Channel Blocker
• Diuretics
• Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
• Angiotensin Receptor Blocker
• Vasodilator
ALPHA BLOCKER
• Alpha blocker bekerja dengan mentarget post-ganglionic α1 Gq
protein-coupled receptor yang membuat vasodilatasi pembuluh
darah perifer sehingga menurunkan SVR.
• Contoh : Labetalol, Phentolamine
• Efek samping : hipotensi ortostatik, reflex takikardia, edema, nyeri
kepala, inkontinensia, mengantuk
BETA BLOCKER
• Beta blocker bekerja dengan cara berikatan dengan beta
adrenoreceptor sehingga menjadi antagonis bagi katekolamin
• Reseptor beta dibagi menjadi 2 yaitu β1 (jantung, ginjal) dan β2
(paru-paru, pembuluh darah, dan otot)
• Blok dari reseptor β1 menurunkan kontraktilitas otot jantung,
denyut nadi, serta aktivitas simpatis
• Contoh : Propanolol, Bisoprolol, Metoprolol, Atenolol
• Efek samping : pusing, mual, diare, penglihatan kabur, kelelahan
CALCIUM CHANNEL BLOCKER
• Calcium channel blocker bertindak dengan menghambat L-type
calcium channel pada pembuluh darah, otot jantung, dan nodus
• Pada jantung efeknya kronotropik dan inotropic negative
• Pada pembuluh darah efeknya vasodilatasi perifer dan menurunkan
SVR
• Contoh obat : Amlodipine, diltiazem, verapamil, nifedipine
• Efek samping : sakit kepala, edema, konstipasi, ruam, mengantuk
DIURETIK
• Thiazid diuretic bekerja dengan menghambat reabsorbsi Na dan Cl
pada tubulus distal bagian proksimal dari ginjal sehingga
menyebabkan diuresis
• Efek antihipertensi yang diberikan adalah dengan mengurangi
volume secara langsung
• Contoh : furosemide, spironolactone, hydrochlorothiazide
• Efek samping : hypokalemia, hiperkalsemia, hyponatremia,
hipomagnesemia
ACEI
• Agen ACEI bekerja dengan cara menghambat ACE sehingga tidak
terjadi pembentukan angiotensin II
• Mekanisme aksi lain adalah dengan mencegah metabolism dari
bradykinin sehingga membuat vasodilatasi
• Contoh obat : Captopril, Ramipril, Enalapril, Lisinopril
• Efek samping : Batuk, disfungsi ginjal, hyperkalemia, angioedema,
ruam, gangguan pengecap
ARB
• Agen ARB bertindak dengan cara berikatan dengan AT1 G protein-
coupled receptor sehingga menjadi antagonis dari angiotensin II
• Contoh obat : Candesartan, Valsartan, Losartan
• Efek samping : hipotensi, pusing, lemas, mengantuk, rasa logam
pada lidah, gangguan pencernaan
VASODILATOR
• Mekanisme kerja dari agen vasodilator adalah dengan cara relaksasi
otot polos pada pembuluh darah resisten
• Contoh obat : Hydralazine, Minoxidil
• Vasodilator saat ini sudah jarang digunakan karena efek samping
yang ditimbulkan
• Efek samping yang dimaksud adalah stimulasi reflex jantung
sehingga berisiko iskemia dan juga aktivasi RAS
• Efek samping lainnya meliputi pusing, retensi cairan, edema,
hipertrofi ventrikel kiri, efusi pleura/pericardial, neuropati perifer
MEKANISME ANTIHIPERTENSI
MEKANISME ANTIHIPERTENSI
ANTIHIPERTENSI
Kelas Nama Obat Dosis (mg/hari)
Diuretik Hidroklorotiazid 12,5 – 50
Furosemid 20 – 80
Spironolakton 25 – 50
Beta Bloker Metoprolol 50 – 100
Bisoprolol 2,5 – 10
Propanolol 40 – 160
CCB Amlodipine 2,5 – 10
Nifedipine 30 – 60
Verapamil 120 – 360
Diltiazem 120 – 540
ACEI Captopril 25 – 100
Enalapril 5 – 40
Lisinopril 10 – 40
ARB Losartan 25 – 100
Valsartan 50 – 320
Alpha Bloker Labetalol 200 – 800
Vasodilator Hydralazine 25 – 100
Minoxidil 2,5 – 80
MODIFIKASI GAYA HIDUP
Modifikasi Rekomendasi Rerata Penurunan TDS
Penurunan berat Jaga berat badan ideal (IMT = 18,5 – 22,9 5-20 mmHg/ 10 kg
badan kg/m2)
Dietary Approach to Diet tinggi serat dan rendah lemak 8-14 mmHg
Stop Hypertension
(DASH)
Pembatasan intake Kurangi hingga < 100 mmol per hari ( 2,0 g 2-8 mmHg
natrium natrium atau 6,5 g natrium klorida atau 1 sendok
teh garam per hari )
Aktivitas fisik aerobik Aktivitas fisik aerobik yang teratur selama 20-30 4-9 mmHg
menit dengan frekuensi 2-3 kali seminggu
Pembatasan konsumsi Konsumsi alkohol maksimal 30 ml bagi laki laki 2-4 mmHg
alkohol dan maksimal 20 ml bagi perempuan atau orang  
yang lebih kurus.
DIET DASH
• Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun
makanan bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan (makanan
kalengan), dan makanan cepat saji.
• Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.
• Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan mengandung
lemak trans.
• Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah
lemak.
• Mengonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan
gandum utuh.
DIET DASH
Jenis Makanan Porsi per hari
Sayuran 4-5
Beras dan gandum 6-8
Buah-buahan 4-5
Daging, ayam, ikan 2
Kacang-kacangan dan biji-bijian 3-5
Lemak dan minyak 2-3
Susu rendah lemak 2-3
Cemilan 5
JNC 8
• Secara umum, JNC 8 memberikan 9 rekomendasi terbaru terkait
dengan target penurunan tekanan darah
JNC 8
• Pada tahun 2013, Joint National Committee telah mengeluarkan
guideline terbaru mengenai tatalaksana hipertensi atau tekanan
darah tinggi, yaitu JNC 8.
• Secara umum, JNC 8 memberikan 9 rekomendasi terbaru terkait
dengan target penurunan tekanan darah
JNC 8 (REKOMENDASI 1)
• Rekomendasi pertama yang dipublikasikan melalui JNC 8 ini terkait dengan target
tekanan darah pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih. Berbeda dengan
sebelumnya, target tekanan darah pada populasi tersebut lebih tinggi yaitu tekanan
darah sistolik kurang dari 150 mmHg serta tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg.
• Apabila ternyata pasien sudah mencapai tekanan darah yang lebih rendah, seperti
misalnya tekanan darah sistolik <140 mmHg (mengikuti JNC 7), selama tidak ada efek
samping pada kesehatan pasien atau kualitas hidup , terapi tidak perlu diubah.
• Rekomendasi ini didasarkan bahwa pada beberapa RCT didapatkan bahwa dengan
melakukan terapi dengan tekanan darah sistolik <150/90 mmHg sudah terjadi
penurunan kejadian stroke, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner.
• Penerapan target tekanan darah <140 mmHg pada usia tersebut tidak didapatkan
manfaat tambahan dibandingkan dengan kelompok dengan target tekanan darah sistolik
yang lebih tinggi.
JNC 8 (REKOMENDASI 2)
• Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah pada populasi umum yang
lebih muda dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk
menurunkan tekanan darah diastolik <90 mmHg.
• Terdapat bukti-bukti yang dianggap berkualitas dan kuat dari 5
percobaan tentang tekanan darah diastolic yang dilakukan oleh
HDFP, Hypertension-Stroke Cooperative, MRC, ANBP, dan VA
Cooperative. Dengan tekanan darah <90 mmHg, didapatkan
penurunan kejadian serebrovaskular, gagal jantung, serta angka
kematian secara umum. Juga, didapatkan bukti bahwa
menatalaksana dengan target 80 mmHg atau lebih rendah tidak
memberikan manfaat yang lebih dibandingkan target 90 mmHg.
JNC 8 (REKOMENDASI 3)
• Rekomendasi ketiga dari JNC adalah pada populasi umum yang
lebih muda dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk
menurunkan tekanan darah sistolik <140 mmHg.
• Pasien yang mendapatkan tekanan darah kurang dari 90 mmHg
juga mengalami penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 140
mmHg.
• Standar terapi masih mengacu pada JNC VII
JNC 8 (REKOMENDASI 4)
• Rekomendasi 4 dikhususkan untuk populasi penderita tekanan darah tinggi
dengan chronic kidney disease (CKD). Populasi usia 18 tahun atau lebih
dengan CKD perlu diinisiasi terapi hipertensi untuk mendapatkan target
tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg serta diastolik kurang dari 90
mmHg.
• RCT yang digunakan untuk mendukung rekomendasi ini melibatkan populasi
usia kurang dari 70 tahun dengan eGFR atau measured GFR kurang dari 60
mL/min/1.73 m2 dan pada orang dengan albuminuria (lebih dari 30 mg
albumin/g kreatinin) pada berbagai level GFR maupun usia.
• Pada pasien lebih dari 60 tahun kita perlu menentukan status fungsi ginjal. Jika
tidak ada CKD, target tekanan darah sistolik yang digunakan adalah 150/90
mmHg sementara jika ada CKD, targetnya lebih rendah, yaitu 140/90 mmHg.
JNC 8 (REKOMENDASI 5)
• Pada pasien usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, inisiasi terapi
dimulai untuk menurunkan tekanan darah sistolik kurang dari 140
mmHg dan diastolic kurang dari 90 mmHg.
• Target tekanan darah ini lebih tinggi dari guideline sebelumnya,
yaitu tekanan darah sistolik <130 mmHg serta diastolic <85 mmHg.
JNC 8 (REKOMENDASI 6)
• Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk pasien dengan diabetes, terapi
antihipertensi inisial sebaiknya menyertakan diuretic thiazid, Calcium channel blocker (CCB),
Angiotensin-converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
• Terapi inisiasi dengan diuretic thiazid lebih efektif dibandingkan CCB atau ACEI, dan ACEI
lebih efektif dibandingkan CCB dalam meningkatkan outcome pada gagal jantung. Jadi
pada kasus selain gagal jantung kita dapat memilih salah satu dari golongan obat tersebut,
tetapi pada gagal jantung sebaiknya thiazid yang dipilih.
• Beta blocker tidak direkomendasikan untuk terapi inisial hipertensi karena penggunaan
beta blocker memberikan kejadian yang lebih tinggi pada kematian akibat penyakit
kardiovaskular, infark miokard, atau stroke dibandingkan dengan ARB.
• Sementara itu, alpha blocker tidak direkomendasikan karena justru golongan obat tersebut
memberikan kejadian cerebrovaskular, gagal jantung dan outcome kardiovaskular yang
lebih jelek dibandingkan dengan penggunaan diuretic sebagai terapi inisiasi.
JNC 8 (REKOMENDASI 7)
• Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan diabetes, terapi inisial hipertensi
sebaiknya menggunakan diuretic tipe thiazide atau CCB. Pada populasi ini, ARB dan
ACEI tidak direkomendasikan.
• Pada studi yang digunakan, didapatkan bahwa penggunaan diuretic thiazide
memberikan perbaikan yang lebih tinggi pada kejadian cerebrovaskular, gagal jantung
dan outcome kardiovaskular yang dikombinasi dibandingkan ACEI. Sementara itu,
meski CCB lebih kurang dibandingkan diuretic dalam mencegah gagal jantung, tetapi
outcome lain tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan diuretik thiazide.
• CCB juga lebih direkomendasikan dibandingkan ACEI karena ternyata didapatkan hasil
bahwa pada pasien kulit hitam memiliki 51% kejadian lebih tinggi mengalami stroke
pada penggunaan ACEI sebagai terapi inisial dibandingkan dengan penggunaan CCB.
Selain itu, pada populasi kulit hitam, ACEI juga memberikan efek penurunan tekanan
darah yang kurang efektif dibandingkan CCB.
JNC 8 (REKOMENDASI 8)
• Pada populasi berusia 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, ACEI atau ARB sebaiknya
digunakan dalam terapi inisial atau terapi tambahan untuk meningkatkan outcome pada ginjal. Hal
ini berlaku pada semua pasien CKD dalam semua ras maupun status diabetes.
• Pasien CKD, dengan atau tanpa proteinuria mendapatkan outcome ginjal yang lebih baik dengan
penggunaan ACEI atau ARB.
• Sementara jika tidak ada proteinuria, pilihan terapi inisial masih belum jelas antara thiazide, ARB,
ACEI atau CCB. Jadi, bisa dipilih salah satunya. Jika ACEI atau ARB tidak digunakan dalam terapi
inisial, obat tersebut juga bisa digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi.
• Penggunaan ACEI dan ARB secara umum dapat meningkatkan kadar kreatinin serum dan mungkin
menghasilkan efek metabolic seperti hiperkalemia, terutama pada mereka dengan fungsi ginjal
yang sudah menurun. Peningkatan kadar kreatinin dan potassium tidak selalu membutuhkan
penyesuaian terapi. Namun, kita perlu memantau kadar elektrolit dan kreatinin yang mana pada
beberapa kasus perlu mendapatkan penurunan dosis atau penghentian obat.
JNC 8 (REKOMENDASI 9)
• Rekomendasi 9 dari JNC 8 mengarahkan kita untuk melakukan penyesuaian
apabila terapi inisial yang diberikan belum memberikan target tekanan darah
yang diharapkan.
• Jangka waktu yang menjadi patokan awal adalah satu bulan, Jika dalam satu
bulan target tekanan darah belum tercapai, kita dapat memilih antara
meningkatkan dosis obat pertama atau menambahkan obat lain sebagai terapi
kombinasi.
• Obat yang digunakan sesuai dengan rekomendasi yaitu thiazide, ACEI, ARB
atau CCB. Namun, ARB dan ACEI sebaiknya tidak dikombinasikan. Jika dengan
dua obat belum berhasil, kita dapat memberikan obat ketiga secara titrasi.
• Rekomendasi ini merupakan expert opinion (Rekomendasi E)
JNC 8
Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
• Greenberger, N. J., et al. 2012. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th ed. New
York : McGraw-Hills
• Yogiantoro. 2014. Pendekatan Klinis Hipertensi. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi Keenam. Jakarta : Interna Publishing
• Tanto, C. 2014. Hipertensi. In : Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
• Tanto, C. 2014. Krisis Hipertensi. In : Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
• Alwi, I., et al. 2015. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam: Panduan Praktik
Klinis. Jakarta: Interna Publishing.
• Jackson, R.E, Bellamy, M.C. Antihypertensive Drugs. BJA Education. 2015;15(6): 280-5
• Joseph, A.C. Karthik M,S. et al. JNC 8 versus JNC 7 – Understanding the Evidences. Int.
J. Pharm. Sci. Rev. Res. 2016:36(1); 38-43
TERIMA KASIH
MOHON SARAN DAN ASUPAN

Anda mungkin juga menyukai