Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis.1 Sarcoptes
scabiei ini dapat ditemukan didalam terowongan lapisan tanduk kulit pada
tempat-tempat predileksi. Wabah scabies pernah terjadi pada zaman
penjajahan Jepang (1942-1945),2 kemudian menghilang dan timbul lagi pada
tahun 1965. Hingga kini, penyakit tersebut tidak kunjung reda dan insidensnya
tetap tinggi.3 pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von
Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh
Benomo pada tahun 1667, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan
induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.1
Skabies menduduki peringkat ke-7 dari sepuluh besar penyakit utama
di puskesmas dan menempati urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit tersering di
Indonesia.3 Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain
keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual
yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan
dermografik seperti keadaan penduduk dan ekologik.1 Penyakit ini juga dapat
dimasukkan dalam Infeksi Menular Seksual (IMS).5

REFERAT SCABIES | 1
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo.Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan
produknya.1 Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua
geografi daerah, semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi
masalah utama pada daerah yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang
buruk, dan negara dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies
ditularkan melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) maupun tak langsung
(pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama).2,3 Gejala utama adalah pruritus
intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi dimana suhu tubuh
meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan, papul, ekskoriasi dan
kadang-kadang vesikel.4,5 Tungau penyebab skabies merupakan parasit obligat
yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut
tidak dapat terbang atau meloncat namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm
per menit pada kulit yang hangat.6

B. Sejarah
Kepustakaan tertua mengenai skabies menyatakan bahwa orang
pertama yang menguraikan skabies adalah dokter Aboumezzan Abdel Malek
ben Zohar yang lahir di Spanyol pada tahun 1070 dan wafat di Maroko pada
tahun 1162. Dokter tersebut menulis sesuatu yang disebut “soab” yang hidup
pada kulit dan menimbulkan gatal. Bila kulit digaruk muncul binatang kecil
yang sulit dilihat dengan mata telanjang.3
Pada tahun 1687, Giovan Cosimo Bonomo menulis surat kepada
FransiscoRedi dan menyatakan bahwa seorang wanita miskin dapat
mengeluarkan “little bladder of water” dari lesi skabies anaknya.3
Surat Bonomo ini kemudian dilupakan orang dan pada tahun 1812
Gales melaporkan telah menemukan Sarcoptes scabiei dan tungau yang

REFERAT SCABIES | 2
ditemukannya dilukis oleh Meunir. Sayangnya, penemuan Gales ini tidak
dapat dibuktikan oleh ilmuwan lainnya. Pada tahun 1820 Raspail menyatakan
bahwa tungau yang ditemukan Gales identik dengan tungau keju sehingga
Gales dinyatakan sebagai penipu. Penemuan Gales baru diakui pada tahun
1839 ketika Renucci seorang mahasiswa dari Corsica berhasil
mendemonstrasikan cara mendapatkan tungau dari penderita skabies dengan
sebuah jarum.3

C. Etiologi
Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang
lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan
Sarcoptes scabiei varian hominis.2 Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis.1 Kutu ini khusus menyerang
dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan tanduk kulit manusia. Selain itu
terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis. Sarcoptes scabiei varian
animalis menyerang hewan seperti anjing, kucing, lembu, kelinci, ayam, itik,
kambing, macan, beruang dan monyet. Sarcoptes scabiei varian hewan ini
dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan
tersebut diatas, misalnya peternak, gembala, dll. Gejalanya ringan, sementara,
gatal kurang, tidak timbul terowongan-terowongan, tidak ada infestasi besar
dan lama serta biasanya akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut
dan mandi yang bersih.2
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan

REFERAT SCABIES | 3
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan
alat perekat yang dapat dilihat pada gambar berikut.1

Gambar 1. Tungau Scabies Betina

Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara


cepat saa tkontak kulit dengan penderita. Tungau ini dapat merayap dengan
kecepatan 2,5 cm – 1 inch per menit pada permukaan kulit. Belum ada studi
mengenai waktu kontak minimal untuk dapat terjangkit penyakit skabies
namun dikatakan jika ada riwayat kontak dengan penderita, maka terjadi
peningkatan resiko tertular penyakit skabies.4
Yang menjadi penyebab utama gejala – gejala pada skabies ini ialah
Sarcoptes scabiei betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia
membuat terowongan pada lapisan tanduk kulit dimana ia meletakkan
telurnya.2 Untuk lebih memahaminya, berikut siklus hidup tungau ini. Setelah
kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambi
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan

REFERAT SCABIES | 4
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga ke
luar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,
jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari tetapi ada
juga yang menyebutkan selama 8-17 hari.1 Studi lain menunjukkan bahwa
lamanya siklus hidup dari telur sampai dewasa untuk tungau jantan biasanya
sekitar 10 hari dan untuk tungau betina bisa sampai 30 hari.4 Berikut
dipaparkan gambar siklus hidup scabies.

Gambar 2. Siklus Hidup Tungau Scabies

Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu
hingga lebih dari 30 hari.4 Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang
lembab dan pada suhu kamar (210C dengan kelembapan relatif 40-80%)
tungau masih dapat hidup diluar tubuh hospes selama 24-36 jam.5
Sarcoptes scabiei varian hominis betina, melakukan seleksi bagian-
bagia ntubuh mana yang akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya
tipis dan lembab, seperti di lipatan-lipatan kulit pada orang dewasa, sekitar
payudara, area sekitar pusar dan penis. Pada bayi-bayi karena seluruh kulitnya
tipis, telapak tangan, kaki. Wajah dan kulit kepala juga dapat diserang.2

REFERAT SCABIES | 5
Tungau biasanya memakan jaringan dan kelenjar limfe yang disekresi
dibawah kulit. Selama makan, mereka menggali terowongan pada stratum
korneum dengan arah horizontal.4 Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan beberapa ahli memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya
yang betina dewasa secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada
kulit manusia. lipid tersebut diantaranya adalah asam lemak jenuh odd-chain-
length (misalnya, pentanoic dan lauric) dan tak jenuh(misalnya, oleic dan
linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Haltersebut menunjukkan bahwa
beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia dan beberapa mamalia dapat
mempengaruhi baik insiden infeksi maupun distribusi terowongan tungau di
tubuh. Bila telah terbentuk terowongan maka tungau dapat meletakkan telur
setiap hari. Tungau dewasa meletakkan baik telur maupun kotoran pada
terowongan dan analog dengan tungau debu, tampaknya enzim pencernaan
pada kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan respons imun
terhadap tungau skabies.5

D. Patogenesis
Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk
eritem, papul atau vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi
kulit disertai perasan gatal.2
Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan
gejala pruritus. Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya
infestasi kedua sebagai manifestasi respons imun terhadap tungau maupun
sekret yang dihasilkan terowongan di bawah kulit. Tungau skabies
menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe
cepat. Lesi-lesi di sekitar terowongan terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi
biasanya berupa eksim atau urtika, dengan pruritus yang intens, dan semua ini
terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat. Pada kasus skabies yang lain, lesi
dapat berupa urtika, nodul atau papul, dan ini dapat berhubungan dengan
respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan antibodi IgE dan

REFERAT SCABIES | 6
respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2 dan/atau sel
mast.5
Di samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara
langsung, dapat pula terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri.2 Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.1

E. Epidemiologi
Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang
terdapat diseluruh dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh
faktor yang belum diketahui sepenuhnya.3 Untuk suatu sebab yang sulit
dimengerti, penyakit scabies ternyata sering menyebabkan epidemi yang
diperkirakan setiap 30 tahun sekali. Sekitar tahun 1940-1970 pernah terjadi
pandemi terbesar di seluruh dunia. Penyakit ini sering terjadi terutama pada
daerah beriklim tropis dan subtropis.5
Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies
sekitar 6-27%dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia
sekolah serta remaja. Menurut data Departemen Kesehatan RI prevalensi
skabies di puskesmas di seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,5-12,9%
dan menduduki urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit terbanyak. Di Divisi
Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo selama 6 tahun (1996
sampai 2001) skabies menduduki urutan ke-3 diantara 10 penyakit kulit
terbanyak (10,5-12,3%). Jumlah penderita skabies anak usia 1-14 tahun di
Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo tahun 2003
sebanyak 80 penderita.6
Insiden penyakit skabies di Negara berkembang memperlihatkan
siklus berfluktuasi yang tidak dapat dijelaskan secara memuaskan, mungkin
berhubungan dengan teori herd immunity. Skabies dapat diderita semua orang
tanpa membedakan usia dan jenis kelamin; akan tetapi lebih sering ditemukan
pada anak-anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja). Di beberapa Negara
berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara kronis pada beberapa
negara.5 Insidens penyakit skabies ini sangat tinggi terutama pada lingkungan

REFERAT SCABIES | 7
dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang
memadai. Pada beberapa penelitian menemukan bahwa disuatu pesantren
yang padat penghuninya, prevalensi skabies mencapai 78,7% dimana
prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada kelompok yang higienenya kurang
baik (72,7%) dan pada kelompok yang higienenya baik prevalensi skabies
hanya 3,8% dan 2,2%.3 Penelitian lain yang dilakukan di Pondok Pesantren di
kabupaten lamongan menunjukkan bahwa dari 338 santri, 64,20 % menderita
skabies yang dimana angka ini lebih tinggi dari prevalensi pada Negara
sedang berkembang yang hanya 6-27% atau bahkan prevalensi di Indonesia
yang hanya 4,60-12,75% saja. Dari penelitian tersebut didapati bahwa
penyebab paling sering adalah karena higiene yang buruk, sanitasi lingkungan
yang kurang baik, serta perilaku para santri yang tidak menjaga kesehatan.7
Di kelompok usia dewasa muda, cara penularan yang paling sering
terjadi adalah melalui kontak seksual. Meskipun demikian rute infeksi agak
sulit ditentukan karena periode “inkubasi” yang lama dan asimptomatis.
Apabila dalam satu keluarga terdapat beberapa anggota mengeluh adanya
gatal-gatal, maka penegakan diagnosis menjadi lebih mudah. Dan tidak seperti
penyakit menular seksual lainnya, scabies dapat menular melalui kontak non
seksual di dalam satu keluarga. Kontak kulit dengan orang yang tidak serumah
dan transmisi tidak langsung seperti lewat handuk dan pakaian sepertinya
tidak menular, kecuali pada skabies yang berkrusta atau skabies Norwegia.
Sebagai contoh, meskipun skabies sering dijumpai pada anak-anak usia
sekolah, penularan yang terjadi di sekolah jarang didapatkan. Penularan di
pegawai rumah sakit juga jarang, tetapi beberapa kasus pernah dilaporkan
terutama yang bentuk krusta atau skabies Norwegia.5,8

F. Beberapa Bentuk Skabies


Terkadang diagnosis skabies sukar ditegakkan karena lesi kulit bisa
bermacam-macam.Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-
bentuk khusus skabies antara lain :

REFERAT SCABIES | 8
1. Skabies Nodula
Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk
hipersensitivitas terhadap tungau skabies, dimana pada lesi tidak
ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul yang gatal, merah
cokelat, terdapat biasanya pada genitalis laki-laki, inguinal dan ketiak
yang dapat menetap selama berbulan-bulan. Untuk menyingkirkan
dengan limfoma kulit diperlukan biopsi. Bentuk ini juga terkadang
mirip dengan beberapa dermatitis atopik kronik. Apabila secara
inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka penegakan
diagnosis dapat melalui adanya riwayat kontak dengan penderita
skabies atau lesi membaik denngan pengobatan khusus untuk skabies.5
2. Skabies Incognito
Seperti semua bentuk dermatitis yang meradang, skabies juga
memberi respons terhadap pengobatan steroid baik topikal maupun
sistemik. Pada kebanyakankasus, skabies menjadi lebih parah dan
diagnosis menjadi lebih mudah ditegakkan. Tetapi pada beberapa
kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis menjadi kabur, dan
perjalanan penyakit menjadi kronis dan meluas yang sulit dibedakan
dengan bentuk ekzema generalisata. Penderita ini tetap infeksius,
sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya anggota keluarga
lainnya.2,5
3. Skabies Pada Bayi
Skabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau
menjadi ekzemageneralisata. Lesi dapat mengenai seluruh tubuh
termasuk kepala, leher, telapak tangan dan kaki. Pada anak-anak
seringkali timbul vesikel yang menyebar dengan gambaran suatu
impetigo atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus yang
menyulitkan penemuan terowongan.2,5,8

REFERAT SCABIES | 9
Gambar 3. Scabies pada Bayi (Regio Pedis)

Gambar 4. Scabies pada Masa Kanak-Kanak (Regio Palmaris)

4. Skabies Norwegia
Skabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted
scabies) yang memiliki karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh
dengan infestasi tungau. Istilah skabies Norwegia merujuk pada
Negara yang pertama mendeskripsikan kelainan ini yang kemudian
diganti dengan istilah skabies berkrusta. Bentuk lesi jenis skabies ini
ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, pada kuku

REFERAT SCABIES | 10
dan kepala. Penyakit ini dikaitkan dengan penderita yang memiliki
defek imunologis misalnya usia tua, debilitas,disabilitas pertumbuhan,
contohnya seperti sindrom Down, juga pada penderita yang mendapat
terapi imunosupresan. Tidak seperti skabies pada umumnya, penyakit
ini dapat menular melalui kontak biasa. Masih belum jelas apakah hal
ini disebabkan jumlah tungau yang sangat banyak atau karena galur
tungauyang berbeda. Studi lain menunjukkan pula bahwa transmisi
tidak langsung seperti lewat handuk dan pakaian paling sering
menyebabkan skabies berkrusta.Terapi yang dapat diberikan selain
skabisid adalah terapi suportif dan antibiotik.5 Berikut dipaparkan
gambaran skabies berkrusta.

Gambar 5. Scabies Berkrusta pada Regio Abdomen

5. Skabies Pada Penderita HIV/AIDS


Gejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun,
karena itu tidak mengherankan bahwa spektrum klinis skabies
penderita HIV berbeda dengan penderita yang memiliki status imun
yang normal. Meskipun data yang ada masih sedikit, tampaknya ada
kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS biasanya menderita
bentuk skabies berkrusta (crusted scabies). Selain itu,skabies pada
penderita AIDS biasanya juga menyerang wajah, kulit, dan kuku
dimana hal ini jarang didapatkan pada penderita status imunologi yang
normal.5

REFERAT SCABIES | 11
Gambaran klinis yang tidak khas ini kadang membingungkan
dengan diagnosis penyakit Darier White atau keratosis folikularis yaitu
suatu penyakit dengan lesi popular yang berskuama pada area seboroik
termasuk badan, wajah, kulit kepala dan daerah lipatan. Skabies juga
harus dipikirkan sebagai diagnosis banding penderita AIDS dengan
lesi psoriasiform, yang terkadang didiagnosis sebagai ekzema. Pada
penderita dengan status imunologi yang normal, pruritus merupakan
tanda khas, sedangkan pada beberapa penderita AIDS, pruritus tidak
terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan status imun yang
berkurang dan kondisi ini berhubungan dengan konversi penyakit
menjadi bentuk lesi berkrusta.5
Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada
penderita AIDS mengandung tungau dalam jumlah besar dan sangat
menular. Beberapa kasus penularan nosokomial kepada penderita lain
dan juga petugas kesehatan pernah dilaporkan. Pada penderita AIDS,
skabies berkrusta juga berhubungan dengan bakteremia, yang biasanya
disebabkan oleh S. aureus, dan Streptococcus grup A, Streptococcus
grup lain bakteri gram negatif seperti Enterobacter cloacae dan
Pseudomonas aeroginosa. Sebagian ahli menyarankan pemberian
antibiotika profilaksis pada penderita AIDS dengan skabies untuk
mencegah sepsis sedangkan sebagian lain menganjurkan tindakan yang
tepat ada dengan pengawasan ketat.5
Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS
memerlukan waktu yang lebih lama. Pada beberapa aplikasi lindane
selama 6 minggu dengan dosis seminggu sekali berhasil dengan baik,
seperti halnya aplikasi 2 atau 3 kali dengan interval 48 atau 72 jam.
Permetrin juga pernah dipakai pada beberapa kasus. Selain itu, secara
bersamaan dianjurkan penggunaaan keratolitik sepertiasam salisilat
6%. Akibat tebalnya krusta, penetrasi topikal skabisid pada penderita
AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu, jumlah tungau yang

REFERAT SCABIES | 12
banyak juga membuat obat topikal kurang efektif. Sehingga dianjurkan
untuk penggunaan terapi skabisid yaitu ivermektin.5

G. Gejala Klinis
Ada 4 tanda kardinal :
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.1 Pada awalnya gatal terbatas hanya pada lesi tetapi
seringkali menjadi menyeluruh. Pada infeksi inisial, gatal timbul
setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulangmenimbulkan rasa
gatal hanya dalam waktu beberapa jam.5 Namun studi lain
menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat timbul dalam 4-6
hari Karen atelah ada reaksi sensitisasi sebelumnya.9
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.1
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak
tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau
handuk.3
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).1 Berikut dipaparkan
gambaran kelainan kulit pada skabies.

REFERAT SCABIES | 13
Gambar 6. Kelainan Kulit Pada Sela-Sela Jari dan Penis

Gambar 7. Kelainan Kulit Pada punggung

Gambar 8. Kelainan Kulit pada Payudara

REFERAT SCABIES | 14
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
korneum yangtipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae
(wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian
bawah. Skabies jarang ditemukan ditelapak tangan, telapak kaki,
dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki.1 Berikut dipaparkan gambaran tempat
predileksi skabies.

Gambar 9. Tempat Predileksi Scabies

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling penting dalam


diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Berikut merupakan gambaran mikroskopik tungau skabies.1

REFERAT SCABIES | 15
Gambar 10. Tungau Scabies Pada Stratum Korneum

Gambar 11. Tungau Scabies Dewasa

terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-


bentuk yang tidak khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya
tinggi, berupa papul-papulsaja pada tempat predileksi. Tidak jarang
terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan kuku yang
kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat
terlihat ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.2

REFERAT SCABIES | 16
H. Penegakan Diagnosis
Beberapa sumber menyebutkan bahwa penegakan diagnosis skabies
masih menjadi persoalan dalam dermatologi. Disebutkan bahwa jika gejala
klinisnya khas, diagnosis skabies mudah ditetapkan, tetapi gejala klinis
skabies sering menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga dapat menimbulkan
salah diagnosis dan selanjutnya dapat menyebabkan kesalahan pengobatan.3
Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya
pruritus nokturna dan erupsi kulit berupa papul, vesikel, dan pustule di tempat
predileksi,distribusi lesi yang khas, terowongan-terowongan pada predileksi,
adanya penyakit yang sama pada orang-orang sekitar.3 Terowongan terkadang
sulit ditemukan, dan petunjuk yang lazim adalah penyebaran yang khas.
Diagnosis definitif bergantung pada identifikasi mikroskopis adanya tungau,
telur atau fecal pellet.5 Seringkali tungau tidak dapat ditemukan walau
terdapat lesi skabies nodula yang klasik di genitalia, atau ruam yang khas
dengan riwayat gatal-gatal pada anggota keluarga yang lain. Dari beberapa
penelitian yang telah lama dilakukan beberapa ahli menemukan bahwa dari
sebagian besar penderita skabies hanya dapat ditemukan sedikit tungau dari
setiap penderita.5 Hal ini yang terkadang menimbulkan kesalahan diagnosis.
Selain itu, kesalahan diagnosis juga disebabkan oleh pemeriksaan yang tidak
adekuat.3 Infestasiskabies sering disertai infeksi sekunder sehingga erupsi
kulit tidak khas lagi dan menyulitkan pemeriksaan. Karena sulitnya
menemukan tungau, maka Lyell menyatakan diagnosis skabies harus
dipertimbangkan pada setiap penderita dengan keluhan gatal yang menetap
walalupun dengan cara ini dikatakan perevalensi scabies menjadi lebih tinggi
dari yang sebenarnya.3
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau
melalui pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain:
1. Kerokan kulit
Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan
atau papula menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada

REFERAT SCABIES | 17
kaca objek, diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca
penutup dan dengan pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau,
telur atau fecal pellet.3,5
2. Mengambil tungau dengan jarum
Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang
gelap (kecuali pada orang kulit hitam pada titik yang putih) dan
digerakkan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat
diangkat keluar.5
3. Epidermal shave biopsy
Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu
jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel
nomor yang 15 dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi
dilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan
tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi
minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.3,5
4. Kuretase terowongan
Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau
puncak papula kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah
diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.5
5. Tes tinta Burowi
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera
dihapus dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai
garis yang karakteristik, berbelok-belok, karena ada tinta yang masuk.
Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita
yang non-kooperatif.3,5
6. Tetrasiklin topikal
Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai.
Setelah dikeringkan selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut
denganisopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam
melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak dengan

REFERAT SCABIES | 18
penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna kuning
kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.5
7. Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip
pada lesi dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian
diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada
satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.3,5
8. Biopsi plong (punch biopsy)
Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya
tungau atau telur.Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau
hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi
berguna bila diambil dari lesi yangmeradang. Secara umum digunakan
punch biopsy, tetapi biopsy mencukur epidermis adalah lebih
sederhana dan biasanya dilakukan tanpa anestetik local pada penderita
yang tidak kooperatif.5

Selain itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah
dermoskopi. Argenziano melaporkan bahwa alat ini cukup efektif.
Pembesaran gambar menunjukkan struktur triangular kecil berwarna gelap
yang berhubungan dengan bagian anterior tungau yang berpigmen, dan suatu
segmen linier haus di belakang segitiga yang mengandung gelembung udara
kecil, dimana kedua gambaran inimenyerupai “jet with contrail” dan dianggap
sebagai bentuk terowongan beserta telur dan fecal pellet. Dilaporkan juga oleh
Bezold bahwa penggunaan polymerase chainreaction (PCR) untuk
membuktikan adanya skabies pada penderita yang secara klinis menunjukkan
eczema atipikal. Skuama epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei
sebelum terapi dan menjadi negatif 2 minggu setelah terapi.3,5
Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara
yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan.
Mengambil tungau dengan jarum memerlukan keterampilan khusus dan jarang
berhasil karena biasanya terowongan sulit diidentifikasi dan letak tungau sulit

REFERAT SCABIES | 19
diketahui. Swab kulit mudah dilakukan tetapi memerlukan waktu lama karena
dari 1 lesi harus dilakukan 6 kali pemeriksaan sedangkan pemeriksaan
dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta Burowi dan uji tetrasiklin jarang
memberikan hasil positif karena biasanya penderita datang pada keadaan
lanjut dan sudah terjadi infeksi sekunder sehingga terowongan tertutup oleh
krusta dan tidak dapat dimasuki tinta atau salep.3

I. Diagnosis Banding
Skabies dapat mirip berbagai macam penyakit sehingga disebut juga
“The great imitator”.1,3 Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua
dermatosis dengan keluhan pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak,
prurigo, urtikaria popular, pioderma, pedikulosis, dermatitis herpetiformis,
ekskoriasi-neurotik, liken planus, penyakit Darier, gigitan serangga,
mastositosis, urtikaria, dermatitis eksematoid infeksiosa, pruritis karena
penyakit sistemik, dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis dan vaskulitis.1,3

J. Terapi
Terapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis.
Penundaan terapi dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak
dan kemungkinan peningkatan keparahan gejala.9 Terapi skabies ini juga
harus tuntas bagi penderita dan juga dilakukan bagi keluarga penderita yang
memiliki gejala yang sama karena scabies yang tidak terobati biasanya
memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian pyoderma oleh
Streptococcus pyogenes.10 Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif dan
pemilihannya tergantung pada biaya dan potensi toksiknya. Terkadang
penderita menggunakan obat lebih lama dari waktu yang dianjurkan, sehingga
mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat mencegah
timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada akhirnya
disalahartikan sebagai kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya dipakai di
seluruh tubuh kecuali wajah.Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh
setelah periode waktu yang dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei,

REFERAT SCABIES | 20
dan handuk dicuci menggunakan air panas. Tungau akan mati pada suhu
130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk meningkatkan kebersihan
lingkungan dan perorangan.5
Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit
telahdiobati secara adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan.
Seluruhanggota keluarga yang memiliki gejala harus diterapi, termasuk
pasangan seksual. Paraahli merekomendasikan terapi untuk anggota keluarga
bersifat simultan, karena angka kesembuhan setelah 10 minggu lebih tinggi.2,5
Terapi topikal untuk skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1. Krim Permetrin (Elimite, Acticin), yaitu suatu skabisid berupa
piretroid sintesis yang efektif pada manusia dengan toksisitas rendah,
bahkan dengan pemakaian yang berlebihan sekalipun dan obat ini telah
dipergunakan lebih dari 20 tahun.5,11 Krim permetrin ditoleransi
dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik,
sertadimetabolisasi dengan cepat.5,10 Obat ini merupakan terapi pilihan
lini pertamarekomendasi dari CDC untuk terapi tungau tubuh.12
Penggunaan obat ini biasanya pada sediaan krim dengan kadar 1%
untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk terapi tungau
tubuh. Studi menunjukkan Penggunaan permethrin 1% untuk tungau
daerah kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi
secarasistemik.11 Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh
area tubuh dari leher ke bawah dan dibilas setelah 8-14 jam.12 Bila
diperlukan, pengobatan dapat diulangsetelah 5-7 hari kemudian.
Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan tetapi beberapa
studi menunjukkan adanya resistensi permethrin 1% pada tungau
kepala namun dapat ditangani dengan pemberian permethrin 5%.5,11
Permetrin sebaiknnya tidak digunakan pada bayi berumur kurang dari
2 bulan atau pada wanitahamil dan menyusui namun studi lain
mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of choice untuk wanita
hamil.5,13 Dikatakan bahwa permethrin memiliki angka kesembuhan
hingga 97,8% jika dibandingkan dengan penggunaan ivermectin yang

REFERAT SCABIES | 21
memiliki angka kesembuhan 70%. Tetapi penggunaan 2 dosis
ivermectin selama 2 minggu memiliki keefektifan sama dengan
permethrin. Efek samping yang seringtimbul adalah rasa terbakar dan
yang jarang adalah dermatitis kontak dengan derajat ringan sampai
sedang.14
2. Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida), merupakan pilihan terapi
lini kedua rekomendasi CDC.12 Dalam beberapa studi memperlihatkan
keefektifan yang samadengan permetrin. Studi lain menunjukkan
lindane kurang unggul dibanding permetrin.5 Lindane memiliki angka
penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara sistemik pada
penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak.10 Sediaan obat ini
biasanya sebanyak 60 mg.14 Cara pemakaiannya adalah dengan
dioleskan dan dibiarkanselama 8 jam. Sama seperti pada permetrin,
kadang diperlukan pengolesan ulang 1minggu setelah terapi pertama.
Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara sistemik
terutama pada bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit
yang luas.Lindane memiliki efek samping yaitu toksik pada sistem
saraf pusat dengan keluhan utama kejang.10 Lindane sebaiknya tidak
digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun,dermatitis yang meluas,
wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah mengalamikejang
atau penyakit neurologi lainnya. Sejak 1 januari 2002, Negara bagian
California telah meninggalkan pemakaian lindane. Belum ada laporan
mengenai toleransi yang signifikan terhadap pemakaian lindane.5,10
3. Sulfur, biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam
petrolatum. Sulfur dipakai saat malam hari selama 3 malam dan
dibersihkan secara menyeluruh 24 jam terakhir. Kekurangannya adalah
sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak, mengiritasi,
membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan
tepatuntuk bayi berumur kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan
atau menyusui.5,10

REFERAT SCABIES | 22
4. Benzil benzoat 25%, merupakan produk alamiah, disebut juga balsam
Peru dan telahd ipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan
skabisid kerja cepat yang efektif terhadap semua stadium namun tidak
dijual bebas di Amerika Serikat. Penggunaannya diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Benzyl benzoate
memiliki keefektifan yang sama dengan lindane.1,5,10
5. Krim Krotamiton (Eurax) dianggap tidak cukup efektif untuk
mengobati skabies. Kualitas krim ini dibawah permetrin dan
efektivitasnya setara dengan benzyl benzoatatau sulfur.5

Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita


AIDS. Ivermektin adalah suatu antiparasit yang disahkan oleh FDA untuk
onchocerciasis dan strongilodiasis pada manusia.5 Ivermectin dikatakan
merupakan pilihan terapi liniketiga rekomendasi dari CDC.12 Ivermectin
memiliki aktivitas spectrum luas pada nematoda dan arthropoda yang dapat
digunakan pada hewan dan manusia serta obat inidapat digunakan pada terapi
filariasis.10 Jika dibandingkan dengan permethrin, angka kesembuhan dengan
penggunaan ivermectin masih lebih rendah dibandingkan permethrin tetapi
jika dibandingkan dengan lindane, pada penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa 80% pasien mengalami perbaikan gejala klinis lebih
banyak dibandingkan dengan penggunaan lindane yang hanya 44%.14 Sejak
tahun 1993 dilaporkan bahwa ivermektin yang diberikan 1 atau 2 dosis oral
200 mg/kgBB menjadi terapi skabies yang efektif pada penderita AIDS.
Diperlukan studi control lebih lanjut dengan menentukan dosis dan cara
pemberian obat yang paling efektif, baik bagi penderita dengan status imun
normal ataupun pada penderita yang mengalami imunosupresi, serta
keefektifan kombinasi terapi oral dan topikal ivermektin.5,12 Penggunaan
Ivermectin ini tidak boleh pada wanita hamil dan menyusui.12 Sediaan
ivermektin topikal, yaitu larutan ivermektin 1% dalam propilen-glikol juga
sedang diteliti penggunaannya sebagai terapi alternatif.5 Walaupun demikian,

REFERAT SCABIES | 23
ivermectintopikal dilarang penggunaannya di UK.11 Pada beberapa sumber
dikatakan bahwasediaan crotamiton, benzyl benzoate, malathion, sulfur, dan
ivermectin masih belum disetujui penggunaannya oleh FDA untuk indikasi
terapi skabies namun sumber lainnya mengatakan penggunaan telah dapat
ditolerir dan mulai banyak beredar namun di Negara tertentu penggunaan
dibatasi bahkan dilarang.14
Penyakit yang serius akibat skabies jarang didapatkan, kecuali pada
bayi dan penderita skabies berkrusta. Tetapi pruritus dan infeksi yang
ditimbulkan dapat menjadi masalah dan memerlukan terapi khusus. Lesi
dengan fecal pellet terkadang member rasa gatal untuk beberapa saat setelah
tungau mati. Hal ini memerlukan pemberian antihistamin dan bila gatal tetap
mengganggu dapat diberikan steroid oral dalam waktu yang singkat. Bila
didapatkan superinfeksi oleh bakteri, antibiotic harus diberikan. Terdapat
istilah acarofobia yaitu penderita dengan delusi. Penderita mulai merasa
bahwa pada kulit mereka masih terdapat tungau meskipun telah diobati. Bila
gangguan ini berkelanjutan maka diperlukan pertolongan psikiater.5

K. Gejala Persisten
Semua pasien harus diberikan informasi bahwa bercak-bercak dan
gatal karena scabies tersebut mungkin akan menetap lebih dari 2 minggu
setelah terapi selesai. Ketika gejala dan tanda masih menetap lebih dari 12
minggu, terdapat beberapa kemungkinan yang dapat dijelaskan diantaranya
resistensi terapi, kegagalan terapi, re-infeksi dari anggota keluarga lain atau
teman sekamar, alergi obat, atau perburukan gejala karena reaktivitas silang
dengan antigen dari penderita skabies lainnya.14
Respon yang buruk dan dugaan resistensi terhadap lindane pernah
dilaporkan ditempat lain. Kegagagalan terapi yang tidak berhubungan dengan
resistensi terapi bisa disebabkan karena kegagalan penggunaan terapi skabisid
topikal. Pasien dengan skabies berkrusta mungkin memiliki penetrasi obat
skabisid yang buruk kedalam lapisannya yang bersisik tersebut dan mungkin
karena tungau bersembunyi di lapisan yang sulit di penetrasi.2,11,14

REFERAT SCABIES | 24
Yang pasti, untuk menghindari infeksi berulang, direkomendasikan
agar seluruh kontak dekat dengan pasien harus dieradikasi. Seluruh kain,
selimur, pakaian harus dicuci jika memungkinkan selama penggunaan
skabisid topikal. Bahkan setelah terapi berhasil dan infeksi berulang telah
dicegah, gejala mungkin dapat memburuk karena terjadi dermatitis alergi.
Komplikasi ini telah terlihat pada penggunaan beberapa jenis skabisid topikal.
Dan pada akhirnya, tungau rumah tangga biasa mungkin masih dapat
menyebabkan gejala yang menetap sebagai akibat dari reaktivitas silang antara
antigennya.14

L. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta
syarat pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene),
maka penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik.
Oleh karena manusia merupakan penjamu (hospes) definitif, maka apabila
tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh
pada manusia.1,2

REFERAT SCABIES | 25
KESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Penyakit ini
terdapat di seluruh dunia dan menempati urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit
tersering di Indonesia.
Tungau Sarcoptes scabiei membuat terowongan pada lapisan tanduk kulit
dengan siklus hidup dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8-12
hari. Tungau dapat menular melalui kontak langsung (seperti berjabat tangan,
tidur bersamadan hubungan seksual) dan kontak tidak langsung (misalnya melalui
perlengkapan tidur, pakaian atau handuk).
Sarcoptes scabiei menyebabkan reaksi kulit berupa eritem, papul atau
vesikel pada kulit. Selain bentuk tersebut, terdapat pula bentuk skabies lainnya
antara lain : skabies nodula (gambaran klinisnya berupa nodul berpigmen yang
terasa gatal),skabies incognito (gambaran klinis kabur, kronis dan meluas karena
penggunaan steroid), skabies pada bayi (dapat menjadi eksema generalisata),
skabies norwegia atau skabies berkrusta (lesi berskuama tebal yang penuh dengan
infestasi tungau) dan skabies pada penderita HIV/AIDS (biasanya skabies
berkrusta dan menyerang wajah,kulit dan kuku).
Gejala klinis skabies meliputi 4 tanda kardinal yaitu :
1) Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari.
2) Menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga.
3) Adanya terowongan pada tempat-tempat predileksi seperti sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, areola mamae pada wanita, umbilikus,
bokong, genitalia eksterna pada pria, dan perut bagian bawah.
4) Menemukan tungau. Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan
anamnesis adanya tanda-tanda kardinal. Diagnosis pasti ditegakan
dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskopis
melalui beberapa cara seperti kerokan kulit, mengambil tungau
dengan jarum, epidermal shave biopsy, kuretase terowongan, tes

REFERAT SCABIES | 26
tinta Burowi, tetrasiklin topikal, apusan kulit dan biopsi plong
(punch biopsy).

Penatalaksanaan untuk skabies yang sering digunakan antara lain :


1) Krim permetrin (elimite, acticin), sediaan krim 1% untuk terapi
tungau pada kepala dan krim 5% untuk terapi tungau tubuh,
dioleskan pada area tubuh dan dibilas setelah 8-14 jam.
2) Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida), sediaan 60 mg,
dioleskan dan dibiarkanselama 8 jam.
3) Sulfur presipitat 6%, dipakai pada malam hari selama 3 malam
dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam terakhir.
4) Benzil benzoat 25%. Dipakai setiap malam selama 3 kali.
5) Krim krotamiton (eurax). Mulai jarang digunakan karena dianggap
tidak cukup efektif.
6) Ivermectin 1 atau 2 dosis oral 200 mg/kgBB untuk terapi skabies
pada penderita AIDS.

Lesi-lesi yang memberikan rasa gatal setelah tungau mati memerlukan


pemberian antihistamin, dan jika didapatkan super infeksi oleh bakteri harus
diberikan antibiotik. Untuk menghindari infeksi berulang, seluruh kontak dekat
dengan pasien harus dieradikasi, seluruh kain, selimut, handuk dan pakaian harus
dicuci dengan air panas.Terapi harus tuntas bagi penderita dan keluarga penderita
yang memiliki gejala yang sama.

REFERAT SCABIES | 27
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, R. Skabies. In : Djuanda, A. Hamzah, N. Aisah, S. Ilmu Penyakit


Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009 : 119-122
2. Makatutu, H. Penyakit Kulit Oleh Parasit Dan Insekta. In : Harahap, M.
Penyakit Kulit. Jakarta : PT Gramedia. 1990 : 100-1043.
3. Sungkar S. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter
Indonesia.1995 : 1-25
4. Beggs, J. dkk. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan
Department Of Community Health. 2005 : 4-6, 10
5. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual : Skabies. Edisi 1.
Surabaya :Airlangga University Press. 2005 : 202-2086.
6. Setyaningrum, T. Listiawan, M. Zulkarnain, I. Kadar Imunoglobulin E-
Spesifik Terhadap Tungau Debu Rumah Pada Penderita Skabies Nonatopi
Anak. Berkala Ilmu Kesehatan Dan Kelamin 2007 : 19 : 100
7. Ma’rufi, I. Keman, S. Notobroto, H. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang
Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di Pondok
Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2005 : 2: 11-
17
8. Chosidow, O. Scabies. The New England Journal Of Medicine 2006 : 1718-
1727
9. Department Of Public Health. Scabies. USA : Department Of Public
HealthDivision Of Communicable Disease Control. 2008 : 1-3
10. McCarthy, J. Kemp, D. Walton, S. Currie, B. Review Scabies : More Than
Just An Irritation. Postgrad Medical Journal 2004 : 80 : 382-386
11. Cox, N. Permethrin Treatment In Scabies Infestasion : Important Of
CorrectFormulation. British Medical Journals 2000 : 320 : 37-38
12. Fox, G. Itching And Rash In A Boy And His Grandmother. The Journal Of
Family Practice 2006 : 55 : para. 26-27, 30

REFERAT SCABIES | 28
13. Johnston, G. Sladden, M. Scabies : Diagnosis And Treatment. British Medical
Journal 2005 : 331 : 619-622
14. Leone, P. Scabies And Pediculosis : An Update Of Treatment Regiments
AndGeneral Review. Oxford Journals 2007 : 44 : 154-159

REFERAT SCABIES | 29

Anda mungkin juga menyukai