Stroke Hemoragik
Pembimbing:
dr. Iqbal Mochammad, Sp.S, M.Sc
Oleh:
dr. Shiva Valeska Ardhaniswari
I. KETERANGAN UMUM
Nama : Tn. MW
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Waruk, Ngawi
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Jaminan Kesehatan : BPJS Kelas III
Tanggal Masuk : 16 Maret 2022
II. ANAMNESIS
Alloanamnesa: Adik ipar dan Istri (17/03/2022 Pukul 12.00)
Keluhan utama: Penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Soeroto pukul 11.00 WIB dengan
keluhan penurunan kesadaran sejak kurang lebih 5 jam SMRS. Keluhan
penurunan kesadaran dirasakan mendadak, saat pasien sedang beraktivitas.
Sebelum terjadi keluhan, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
mengeluhkan nyeri kepala yang hebat serta nyeri badan. Nyeri kepala
dirasakan seperti ditusuk, terus-menerus dan semakin berat. Keluhan disertai
mual dan muntah berisi darah merah kehitaman sebanyak >10x menyembur
dan kira-kira setiap muntah sebanyak 100-200cc, serta lemah badan terutama
badan sebelah kiri dan mulut mencong ke sebelah kiri.
Keluhan Penyerta:
Keluhan disertai dengan kejang sebanyak 1x saat tiba di IGD selama >
15 menit, kelojotan seluruh tubuh, dan diantara maupun setelah kejang
kesadaran pasien tetap tidak membaik. Keluhan tidak disertai dengan panas
2
Riwayat Keluarga:
Riwayat keluhan serupa pada keluarga tidak diketahui.
4
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
pupil anisokhor 3,5 mm (kanan), 2 mm (kiri), RCL -/-, RCTL -/-
Hidung : PCH (-)
Mulut : Sianosis (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, HJR (-)
Thorax : Bentuk dan gerak ka=ki simetris, dalam dan cepat (Kussmaul
Breathing)
sonor kanan=kiri, VBS ka=ki, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I dan II murni, regular, murmur (+) diastolik
Abdomen : Datar, lembut, bising usus (+) normal, H/L Tidak teraba membesar.
Genital : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Ekstremitas : Edema (-), atrofi (-), akral hangat, CRT < 2detik
5
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (+), Brudzinski (-), Lasegue (-), Kernig (-)
Nervus Cranialis :
• N. I : Tidak dilakukan pemeriksaan
• N. II: Tidak dilakukan pemeriksaan
• N. III, IV, VI: RCL -/-, RCTL -/-, pupil anisohkhor 3,5 mm (Kanan), 2 mm
(Kiri), doll’s eye (+)
• N. V: Tidak dilakukan pemeriksaan
• N. X: Tidak dilakukan pemeriksaan
• Parese N.VII dan N.XII sinistra (Lateralisasi sinistra)
• Motorik : Atas : 2/1
Bawah : 2/1
• Sensorik : Nyeri : Atas +/+, Bawah -/-
Taktil, thermi, diskriminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Refleks Fisiologis: Atas : Biceps : N/↓ ; Triceps : N/↓
Bawah : KPR : N/↓ ; APR: Tidak dilakukan pemeriksaan
• Refleks Patologis: Atas : Hoffman -/+, Tromner -/+
Bawah : Babinski -/+, Chaddock -/-, Gordon -/+, Oppenheim
-/-, Schaeffer -/-
• Fungsi Luhur : Sulit dinilai
• Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Gerakan abnormal : Tidak dilakukan pemeriksaan
FAAL GINJAL
Creatinin enzymatic 1.75 * (0.6 - 1 mg/dl)
Urea 51 * (10 - 50 mg/dl)
LEMAK
Cholesterol total 228 (50 - 250 mg/dL)
Trigliserida 132 (37 - 149 mg/dL)
GULA DARAH
Gula darah Sewaktu 121 * (60 - 110 mg/dL)
ELEKTROLIT
Natrium 136 mmol/L (135-145)
Kalium 3.9* mmol/L (4.00-5.00)
Chlorida - (98-107 mmol/L)
Kalsium 1.12 mmol/L (1.12-1.32)
V. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
• Klinis : - Penurunan Kesadaran
- Stroke Hemorragik
- Stress Ulcer
- Sepsis
- Gangguan Elektrolit
- HT Kronik dengan LVH
Topis : Sistem Carotis Dextra
Etiologi : Perdarahan Intraserebal
Faktor Risiko : Hipertensi tidak terkontrol
Siriraj Score : 4 (>1: stroke hemoragik)
Gadjah Mada : Nyeri kepala (+), penurunan kesadaran, (+), refleks Babinski
(+)
Stroke perdarahan intraserebral
VI. PENATALAKSANAAN
a.) Usulan Penatalaksanaan
Umum
1. Bed rest total. Head Up 30⁰C
2. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan.
Memperbaiki jalan nafas (ABC), pemasangan pipa orofaring (jika ditemukan
gangguan pada airway).
Suplai oksigen (untuk pasien hipoksia).
2. Stabilisasi hemodinamik (sirkulasi)
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena, hindari cairan hipotonik
seperti glukosa.
Optimalisasi tekanan darah.
Pemantauan jantung dilakukan 24 jam (cardiac monitoring).
Koreksi elektrolit, asidosis, atau alkalosis)
3. Pengelolaan nutrisi
Pemasangan NGT (Jika pasien mengalami gangguan menelan, sebagai
dekompresi dan menilai adanya perdarahan pada kasus yang disertai dengan
perdarahan saluran cerna).
Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi Kh
30-40%, lemak 20-35%, protein 20-30%.
Khusus
1. Pengendalian Tekanan Darah Pada Stroke Hemoragik
Peningkatan tekanan darah sering terjadi pada perdarahan intracranial.
Tekanan darah yang tinggi diketahui berkaitan dengan ekspansi hematoma,
perburukan fungsi neurologis, disabilitas, dan bahkan kematian. Oleh karena
itu pada kasus perdarahan intrakranial, penurunan tekanan darah bermanfaat
dan relatif aman. Pasien dengan TD sistolik 150-220mmHg tanpa
kontraindikasi antihipertensi, penurunan tekanan darah sistolik hingga
11
Fenitoin dapat diberikan dengan dosis 15-20 mg/kg BB/hari oral atau i.v.
Dosis inisial 100 mg oral atau iv 3 kali/hari. Dosis rumatan 300-400 mg
oral/hari dengan dosis terbagi. Dosis fenitoin sodium yang dianjurkan
adalah hingga kadar serum mencapai 14-23 ug/mL. Pemberian dapat
dihentikan setelah 1 bulan bebas kejang. Fenitoin sodium parenteral
bermanfaat pula untuk perbaikan status mental dan proses menelan (kelas
IV). Interaksi fenitoin dengan warfarin akan mengurangi efek terapeutik
keduanya (kelas IV).
Penggunaan lamogtrigin lebih baik daripada karbamazepin dalam
mengatasi kejang karena dapat mempertahankan masa bebas kejang lebih
lama. (kelas I, peringkat bukti B).
Okskarbazepin secara klinis lebih aman daripada karbamazepin. Obat ini
memiliki efek hiponatremia. Obat efektif mengatasi kejang pada porfiria
kutanea tarda (kelas III).
Topiramat dipakai sebagai terapi tambahan pada kejang parsial refrakter.
Obat ini digunakan sebagai monoterapi. Dosis untuk dewasa antara 300-
1600 mg/hari (kelas III).
Gabapentin efektif sebagai monoterapi pada kejang parsial (kelas III).
Dosis gabapentin 900 mg/hari (berat badan kurang dari 75 kg) dan 1200
mg (berat badan lebih dari 75 kg). Gabapentin merupakan pilihan pada
pasien dengan gagal hati dan porfiria (kelas III).
Lorazepam, merupakan pilihan pertama yang diberikan pada onset akut
dan status epileptikus.
Benzodiazepin tetap menjadi pilhan penanganan kejang pada pase akut.
79% kejang terkontrol dengan benzodiazepin.
Penggunaan lorazepam lebih baik daripada diazepam karena memliki
masa kerja yang lebih panjang. Masa kerja 12 jam dibandingkan dengan
20 menit.
14
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Malam
Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
20
VIII. FOLLOW UP