Disusun Oleh:
Pembimbing:
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Nisa Septiani
1102016154
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 September 2021, Pukul 13.00 WIB di
Bangsal Garden kamar 8
Keluhan utama
Sesak nafas sejak 7 hari SMRS
Keluhan tambahan
Batuk
Riwayat alergi
-
STATUS GENERALIS
Kesadaran : Somnolen
Keadaan umum : Tanda sakit sedang
Tanda tanda vital
Tekanan Darah : 142/82 mmHg
Nadi : 128 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
SpO2 : 99 % NRM 10 LPM
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), ikterus (-), turgor baik
Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor
± 3mm, RCL +/+, RCTL +/+
Telinga : Normotia, serumen -/-, darah -/-
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore
-/-, napas cuping hidung -/-
Mulut : Lidah kotor (-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak
hiperemis
Leher : Trakea tidak deviasi, Pembesaran KGB (-), JVP tidak
meningkat
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : Normochest, pergerakan dada simetris, retraksi (-), spider
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Hitung Jenis
Basofil 0 0 % 0,0 - 1,0
Eosinofil 2 0L % 1,0 - 6,0
Neutrofil 70 89 H % 50 - 70
Limfosit 18 L 6L % 20 - 40
NLR 14.83 H <= 5,80
Monosit 10 H 5 % 2-9
Laju Endap Darah
58 H 76 H Mm/jam < 10
(LED)
KIMIA KLINIK
2. Pemeriksaa Radiologi
Ronghen thorax
Conclusion
Corakan bronkthitis.
Cor dalam batas normal.
Atherosclerosis arcus aorta.
Spondylosis V.Th9 - Th12 dan scoliosis ringan vertebrae thoracalis ke kanan.
Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan sesak nafas sejak 3
bulan SMRS. Sesak dirasakan hilang timbul. dan dirasakan semakin kesini semakin
memberat. Pasien mengatakan saat ini sesak semakin memberat saat aktivitas dan membaik
ketika pasien beristirahat. Keluhan lain seperti mual, muntah, pusing, demam, nyeri dada,
penggunaan bantal bertumpuk saat tidur dan terbangun malam hari karena sesak disangkal.
BAB dan BAK normal.
Pasien mengaku memiliki kebiasaan merokok sebanyak kurang lebih 16 bungkus
linting per hari. Pasien sebelumnya pernah berobat ke klinik rakha medika bekasi pada
tanggal 23 september 2021 dengan keluhan serupa dan mendapat obat syrup kemudian
membaik. Pada pemeriksaan lab di dapatkan Hematokrit (37 L), Trombosit (97 LL),
Leukosit (11.6 H), eosinophil (0 L), neutrophil (89 H), limfosit (6 L), NLR (14.83 H), LED
(76 H), natrium (131 L ), klorida (94 L), pco2 (25.6 L), po2 (220.4 H), o2ct (99.8 H), SBC
(25.4 H). Pada pemeriksaan ronsghen thorax di dapatkan kesimpulan corakan bronchitis, cor
dalam batas normal, Atherosclerosis arcus aorta, Spondylosis V.Th9 - Th12 dan scoliosis
ringan vertebrae thoracalis ke kanan.
Diagnosis klinis
Sups. PPOK
Diagnosis banding
Asma
CHF
Rencana pemeriksaanw
Spirometri
Rencana penatalaksanaan
No-medikamentosa
IV Asering 500 mg /8 jam
Medikamentosa
Inj. Omeprazole 1 X 40 mg IV
Inj. Dexametason 1 X 5 mg IV
Inj. Ceftriaxone 2 X 1 gr IV
Combivent 3 X 1 Inhalasi
Pulmicort 2 X 1 Inhalasi
Asetilcystein 3 X 1 P.O
Edukasi
Edukasi pasien etika batuk
Edukasi pasien untuk tidak merokok dan menghindari paparan dari asap rokok
Edukasi pasien untuk menghindari aktivitas berat
Edukasi pasien tentang penggunaan alat inhalasi
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia Ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia Ad malam
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada diagnosis PPOK dipertimbangkan bila timbul tanda dan gejala yang secara rinci
diterangkan pada tabel berikut:
Keluhan
• Sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas
• Kadang-kadang disertai mengi
• Batuk kering atau dengan dahak yang produktif
• batuk - biasanya kronik (dengan atau tanpa disertai dahak), mudah lelah, dan
terganggunya aktivitas fisik.
Riwayat penyakit
• Keluhan klinis bertambah berat dari waktu ke waktu.
Faktor Resiko
• Usia > 45 tahun
• Riwayat merokok aktif atau pasif
• Terpajan zat beracun (polusi udara, debu pekerjaan)
• Genetik
Pemeriksaan fisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
- Inspeksi : Normochest, pergerakan dada simetris, retraksi (-), spider navi(-),
sikratik(-) diameter AP :T (1:2), pergerakan dada simetris, sikatrik
(-), retraksi intercostal (-), cekung suprasternal/clavicular (-)
- Palpasi : Fremitus taktil (+/+), Fremitus vokal (+/+) simetris
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru, peranjakan hati (+)
- Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+
Pada pasien ini pada pemeriksaan fisik Thoraks terdapat Rhonki dan wheezing di kedua
lapang paru (+/+)
GRUP B
• Terapi awal harus terdiri dari bronkodilator kerja panjang. Bronkodilator inhalasi
kerja panjang lebih baik daripada bronkodilator kerja pendek yang diminum
sesuai kebutuhan, yaitu pro re nata (prn) dan oleh karena itu direkomendasikan.
• Tidak ada bukti yang merekomendasikan satu kelas bronkodilator kerja lama di
atas yang lain untuk bantuan awal gejala pada kelompok pasien ini. Pada pasien
individu, pilihan harus bergantung pada persepsi pasien tentang pengurangan
gejala.
• Untuk pasien dengan sesak napas berat, terapi awal dengan dua bronkodilator
dapat dipertimbangkan.
• Pasien grup B cenderung memiliki penyakit penyerta yang dapat menambah
gejala dan berdampak pada mereka prognosis, dan kemungkinan ini harus
diselidiki.
Kelompok C :
• Terapi awal bronkodilator kerja panjang tunggal. LAMA (long acting muscarinic
antagonist) lebih unggul dibanding LABA (long acting beta-2 agonist) dalam
mencegah eksaserbasi, sehingga LAMA lebih direkomendasikan untuk terapi
awal kelompok ini.
2. Amin Z & Bahar A. Tuberkulosis Paru dalam Sudoyo, Aru W, et.al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 2014 Jul: 863-881.
3. GOLD. Global strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. 2021