Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari vena-
vena hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan
hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior
dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis
inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah
dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena
hemoroidalis.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk, baik pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar,
pendarahan, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya hanya memerlukan perawatan
ringan dan perubahan gaya hidup.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
a. Nama : Tn. M
b. Usia : 32 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Semarang
g. Pekerjaan : Buruh
h. Status : Menikah
i. Tanggal masuk RS : 4 November 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal Anggrek pada tanggal
7 November 2016 pukul 14.00 WIB
3
± 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang
keluar pada saat buang air besar dan masih dapat dimasukan. Pasien tidak
pernah mengontrol keluhannya ke fasilitas kesehatan ataupun mengkonsumsi
obat untuk mengobati keluhanya dikarenakan merasa tidak mampu.
c. RPD :
Riwayat hemoroid : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
d. RPK :
Riwayat hemoroid : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
4
Nadi : 80x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
RR : 22x /menit (reguler)
T : 36,5 °C (axiler)
Status Gizi :
BB : 50 kg
TB : 158 cm
IMT : 20,02 kg/m2
Kesan gizi : Normoweight
1. Status Generalis
Kepala : kesan mesocephal, Deformitas (-)
rhinorea (-/-)
5
Thorax :
Paru
Inspeksi
Normochest, simetris, Normochest, simetris,
Statis
kelainan kulit (-/-), sudut kelainan kulit (-/-)
arcus costa dalam batas
normal, ICS dalam batas
normal
Pengembangan pernafasan Pengembangan pernapasan
paru normal paru normal
Dinamis
Perkusi
Kanan
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Kiri
Sonor seluruh lapang paru. Sonor seluruh lapang paru.
6
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
SD : vesikuler SD : vesikuler
Jantung
Perkusi :
7
Auskultasi : regular, Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Abdomen
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Anemis (-/-) (-/-)
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Status Lokalis
8
Inspeksi Palpasi
Regio : anal Ukuran : diameter ± 3 cm
Warna : tidak kemerahan Konsistensi : kenyal
Bentuk : bulat Permukaan : rata
Jumlah : 1 Batas : tegas
Abses (-) Suhu : sama dengan kulit sekitar
Nyeri tekan (-)
Benjolan dapat dimasukkan
dengan bantuan dorongan jari
Rectal Toucher : tonus sfingter ani adekuat, mukosa licin, ampula recti tidak
kolaps, terdapat benjolan diameter ± 3cm berada pada arah jam 7, konsistensi
kenyal , nyeri (-), darah (-), lendir (-).
IV. DIAGNOSIS
Hemoroid Interna Grade III
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Leukosit 9,18 ribu/ul 3,8-10,6
Eritrosit 5,17 juta/ul 4,4-5,9
Hb 12,70 g/dl 13,7-17,3
Hematokrit 38,00 % 40-52
MCV 73,50 Fl 80 – 100
MCH 24,60 Pg 26 – 34
9
MCHC 33,40 g/Dl 32 – 36
Trombosit 279 10^3/ul 150-440
RDW 13,20 % 11.5-14.5
Eosinofil absolut 0,25 10^3/ul 0,045 – 0,44
Basofil absolut 0,04 10^3/ul 0 – 0,2
Netrofil absolut 5,30 10^3/ul 1,8 – 8
Limfosit absolut 2,84 10^3/ul 0,9 – 5,2
Monosit absolut 0,75 10^3/ul 0,16 – 1
Eosinofil 2,70 % 2–4
Basofil 0,40 % 0–1
Neutrofil 57,80 % 50 -70
Limfosit 30,90 % 25 - 40
Monosit 8,20 % 2 –8
VI. RESUME
Pasien datang ke poli bedah RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan
benjolan yang keluar dari anus saat buang air besar sejak ± 5 hari sebelum
berobat ke rumah sakit. Benjolan dirasakan lebih besar daripada biasanya,
benjolan tersebut dapat dimasukan kembali kedalam anus dengan bantuan
dorongan jari, terasa perih, gatal, dan pasien mengeluh tidak bisa duduk
karena adanya benjolan. Saat buang air besar biasanya di sertai dengan darah
segar, menetes saat feses keluar, darah tidak bercampur dengan feses.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 119/80 mmHg, nadi
80x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,3oC. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan Rectal Toucher : tonus sfingter ani adekuat, mukosa licin, ampula
recti tidak kolaps, terdapat benjolan diameter ± 3cm berada pada arah jam 7,
konsistensi kenyal , nyeri (-), darah (-), lendir (-).
10
VII. INITIAL PLAN
Ip Dx : Hemoroid Interna Grade III
a. Ip Tx:
- Infus RL 20 tpm
- Inj ketorolac 3 x 1 amp
- Inj asam traneksamat 1 x 1 amp
- Konsul ke dokter spesialis bedah
b. Ip Mx:
- Keadaan umum
- Tanda vital
c. Ip. Ex :
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang
dialami pasien
- Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
II. ANATOMI
Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang
merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis.
Di lateral di batasi oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior
12
dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea,
dan bulbus penis. Pada wanita, di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma
urogenitalis dan bagian bawah vagina.2
Gambar.2.1.Bantalan hemorrhoid1
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut).
Gambaran anatomi yang penting adalah :
13
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom
pleksus hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri
rectalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah
vena terutama oleh vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica
inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju
nodi lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica
inferior.
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan
struktur sebagai berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus
dengan epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka
terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda
interna. Aliran vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna,
yang mengalirkan darah vena ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis
medialis.
Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi
menjadi lapisan otot lar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular
pada ujung atas canalis ani menebal membentuk spincter ani internus involunter.
14
Sphincter internus diliputi oleh lapisan otot bercorak yang membentuk sphincter
ani ekstenus volunter.2
Pada perbatasan antara rectum dan canalis ani, penggabungan spincter ani
internus dengan pars profunda sphincter ani eksternus dan m. Puborectalis
memebentuk cincin yang nyata yan teraba pada pemeriksaaan rectum, dinamakan
cincin anorectal.
15
Gambar.2.3 Anal Kanal dan organ di anterion2
IV. PATOFISIOLOGI
16
menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian hemmorhoid
masih belum jelas hubungannya.
17
hemoroid superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke daerah v. Iliaka
V. KLASIFIKASI
Gambar.2.4 Hemorrhoid3
18
Gambar.2.5 Derajat hemorrhoid3
19
Procedure for Prolapse and Hemorrhoids
(PPH)
Banyak kasus anorectal , termasuk fissura, fistulae, abses, atau iritasi dan
gatal (pruritus ani), memiliki gejala yang minimal dan akan menimbulkan kearah
diagnosa hemorrhoid yang keliru. Hemorrhoids biasanya tidak berbahaya.Tetapi
pada kenyataanya pasien dapat megalami perdarahan yang terus menerus
sehingga dapat menimbulkan anemia bahkan kematian.
A. Hemorrhoid Eksterna
B.Hemorrhoid Interna
20
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan
pruritus.Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar
biasa nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan
menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna
adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri perrektum selama atau setelah
defekasi.
1. Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul; dan biasanya merupakan awal
dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah
defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung
lebih hebat, hal ini disebabkan karena vascular cushion prolaps dan mengalami
kongesti oleh spincter ani.
2. Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus.Tonjolan ini dapat masuk
kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.
4. Keluarnya Sekret
21
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, secret yang menjadi lembab
sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu
kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.
VII. DIAGNOSIS
A. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan /
tonjolan yang muncul.
B. Palpasi
Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam
anal kanal. Dinilai juga tonus dari spicter ani..Bisanya hemorrhoid sulit untuk
diraba, kecuali jika ukurannya besar. Pemeriksaan colok dubur diperlukan
menyingkirkan adanya karsinoma rectum. Pada pemeriksaan colok dubur,
hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar.
C. Anoskopi
D. Proktosigmoidoskopi
22
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid
merupakan keadaan yang fisiologis saja ataukan ada tanda yang menyertai
E. Pemeriksaan Feses
1. Karsinoma kolorektum
3. Polip
23
Polip dijadikan diagnosis banding didasarkan pada benjolan yang
keluar dari anus.Diagnosis ini disingkirkan karena pada pemeriksaan rectal
touche tidak ditemukannya bentukan tangkai yang khas pada polip.
IX. PENATALAKSANAAN
B. Skleroterapi
24
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit
penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan
reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan.Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan.Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
infeksi.Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 – 10 hari. 3,5
25
Gambar.2.6 Rubber Band Ligation3
26
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis.Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan. 4
F. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia.Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
2. Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
27
sfingter anus.Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa
karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. 4,6
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
( menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong)
dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada
satu waktu.Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak.Sehingga lebih baik mengambil terlalu
sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan. 6
28
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu.Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
1. Open hemorrhoidectomy
2. Closed hemorrhoidectomy
Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal
ditutup atau tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi5
Open Hemorrhoidectomy
1. Posisi lithotomy
29
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline =
1 : 300.000
3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri
dan ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 – 3 cm
dari anal verge.
6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5 – 2
cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal
hemorrhoid.
9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal
hemorrhoid.7
Closed Hemorrhoidectomy.
1. Perdarahan berlebihan
2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.
30
3. Prolaps hebat disertai nyeri.
4. Adanya penyakit anorectal lain.
Teknik-Teknik Closed hemorrhoidectomy
Ferguson Hemorrhoidectomy
- Posisi LLD
- Jaringan hemorrhoid diidentifikasi dan di klem
- Kulit diatas analverge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan
hemorrhoid
- Jar hemorrhoid external maupun internal dibebaskan dari bagian
subcutan spincter interna maupun eksterna dan dieksisi seluruhnya.
- Jaringan hemorrhoid yang tersisa diangkat dengan undermining
mukosa.
- Ligasi dengan cat gut 2 – 0 atau 3 – 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 –
0 dengan vicril.7
31
-
Gambar.2.7Ferguson Hemorrhoidectomy3
A. Bedah Laser
32
syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka.Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt.Setelah jaringan diangkat, luka
bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan
mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan 7.
B. Bedah Stapler
33
Gambar.2.8 Internal/External Hemorrhoids
Gambar.2.9 Dilator
34
Gambar.2.11 Closing PPH
Gambar.2.13 Staples
35
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar
20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit
semakin singkat. 4,6,7Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk,
jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.6
36
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis
analis yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari
beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya.Benjolan
itu dapat unilobular, dan dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan.Ruptur
dapat terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga
masih terdapat lapisan tipis adventitiia menutupi darah yang membeku.
Terapi
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik
dengan cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap
secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan,
kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan
pembentukan kembali trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat
tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada di
daerah yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini
terapi konservatif merupakan pilihan.Usaha untuk melakukan reposisi
37
hemoroid ekstern yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena
kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi. 4
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri
atau posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga
dapat dilalui 6–8 jari.Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan
waktu yang cukup agar tidak merobekkan jaringan. Satu menit untuk sebesar
satu jari sudah cukup ( berarti dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika
kanalis agak kaku. Selama prosedur tersebut, sfingter anus dapat terasa
memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi menurut Lord ini kadang
disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
X. Prognosis
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
2. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma
( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam.
3. Anonim, 2004, Hemorrhoid, http://www.hemorrhoid.net/hemorrhoid galery.html.
Last update Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK
UI, Jakarta.
6. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002,http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update
Desember 2009.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta.
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC,2001.
39