Anda di halaman 1dari 32

Disusun Oleh :

ERIK SETYAWAN
H2A011021
 IDENTITAS PENDERITA
 Nama : Ny. S
 Umur : 27 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Swasta
 Agama : Islam
 Alamat : Semarang
 Status perkawinan : Menikah
 Suku : Jawa
 Tanggal MRS : 3 maret 2016
 No. RM : 49-52-xx
ANAMNESIS
 Keluhan utama : Nyeri pada paha kiri sejak satu tahun
yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
 Pasien datang ke Poli Orthopedi RSUD Dr. Adhiyatma,
MPH semarang dengan keluhan nyeri pada paha kiri dan
sakit bila digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan pasien
sejak ± 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku sekitar ± 1 tahun
yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor dengan posisi
jatuh paha kiri pasien terbentur tugu dan pasien jatuh
kearah samping, tidak ada benturan pada kepala pasien,
mual (-), muntah (-). Pada saat jatuh pasien mengaku masih
dalam keadaan sadar, namun pasien kesulitan
menggerakkan paha kirinya karena paha terasa nyeri dan
pasien merasa paha kirinya agak menonjol. Pasien
mengobati keluhannya tersebut di pengobatan sangkal
putung sebanyak 2 kali dan dilakukan tarikan pada paha
kiri, namun keluhan tersebut tidak berkurang atau sembuh,
dan akhirnya setelah ± 1 tahun dari kejadian pasien
membawanya ke RSUD Dr. Adhiyatma, MPH Semarang.
RPD :
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat trauma : disangkal
RPK :
 Riwayat keluhan yang sama : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi

 Biaya kesehatan menggunakan asuransi BPJS


 Pemeriksaan generalisata dalam batas normal.
Regio Femoralis Sinistra
 Regio femoris
 Look : Scar (+), oedem (-), sianosis pada bagian
distal lesi (-), deformitas (+), tampak pemendekan femoris
sinistra dibandingkan dengan femoris dekstra, penonjolan
femur proximal dekstra abnormal (-), angulasi (-), sinus (-).
 Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi sulit
dievaluasi, sensibilitas (+), terasa lebih tebal dibandingkan
dengan femoris sinistra (-), suhu rabaan hangat (+), NVD
(neurovaskuler disturbance) (-), kapiler refil (+) normal,
arteri dorsalis pedis teraba, panjang kaki kiri 90 cm, panjang
kaki kiri 96 cm, LLD 6 cm,.
 Move : Gerakan aktif dan pasif regio femoralis
sinistra abduksi terhambat, adduksi terhambat, fleksi
terhambat dan ekstensi terhambat karena terasa nyeri saat
digerakkan, eksorotasi terhambat
Hasil Nilai Normal
Darah Rutin
Lekosit 6,00 10^3/ul 3.8-10.6 10^3/ul
Eritrosit 4,34 10^6/ul 4.4-5.9 10^6/ul
Hemoglobin 13,60 gr/dl 13.2-17.3 gr/dl
Hematokrit 38,90 % 40-52 %
Trombosit 163 10^3/ ul 150-440 10^3/ ul

GDS 140 60 - 110 mg/dl


X Foto Femoralis AP-lat
(S) Hasil:
 Tamak diskontinuitas
tulang femur 1/3
tengah sinistra
 Aposisi tak baik

 Aligment tak baik

 Kalus (+)

 Kesan : Fraktur lama


os femur 1/3 tengah
sinistra
 Neglected mal union fraktur femur sinistra
derajat 4
IP Tatalaksana :
 Terapi cairan: infus RL 20 tpm

 Analgetik (Injeksi Ketorolac 1 amp IV)

 Imobilisasi ( Pemasangan spalk )

 Konsul ke dokter spesialis ortophedi untuk


penanganan selanjutnya.
 IP Monitoring :
 Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan
gejala, pola makan, hasil pemeriksaan penunjang,
perbaikan movement.

 IP Edukasi
 Memberi tahu kepada pasien dan keluarga pasien
tentang penyakit pasien.
 Memberi tahu kepada pasien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan (Operatif)
 Memberi tahu kepada pasien dan keluarga
tentang perlu dilakukan rehab medik untuk
melatih anggota gerak kiri
 Menjelaskan kemungkinan perjalanan penyakit
pasien dan prognosisnya.
 PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad sanam : dubia ad bonam
 Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
 Fraktur adalah terputusnya hubungan/ kontinuitas
struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau
inkomplet atau diskontinuitas tulang yang disebabkan
oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang
 fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung
maupun tidak langsung. Fraktur femur juga
didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang
paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa
fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan
jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan
pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha .
Caput

Proximal Collum

Trokanter
(mayor dan
minor)
OS femur Corpus

Condylus medial

Distal

Condylus lateral
Os femur

a. Iliaka a. Profunda
a. femoralis
eksterna femoralis

a. Sirkumfleksa
a. Sirkumfleksa
femoralis
femoralis lateralis
medialis

arteri ini memperdarahi bagian proksimal otot paha yang lateral dan
anterior dan merupakan perdarahan utama kedua trokanter, colum dan
caput femur
 Pada orang muda arteri ini memperdarahi
daerah disebelah distal terhadap lempeng
epifise. Setelah penyatuan lempeng epifise,
arteri retinakular beranastomosis dengan arteri
ligamenti teres femoralis dan kemudian
mungkin berdegenerasi atau bermakna kecil
pada orang dewasa.
1. Fraktur intertrokhanter Femur
2. Fraktur Subtrokhanter Femur
3. Fraktur Batang Femur
4. Fraktur Suprakondiler Femur
5. Fraktur Kondiler Femur
 Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:
1. Cedera traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang
tiba – tiba dan berlebihan, yang dapat berupa
benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau
penarikan.
2.Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses
penyakit akibat berbagai keadaan berikut, yakni:
tumor tulang, infeksi (osteomielitis), rakhitis
3. Spontan (tegangan, stress, tekanan terus menerus
Pada penyakit polio, kemiliteran)
Menurut Blach (1989) manifestasi klinik fraktur
adalah:
Nyeri, gangguan fungsi, deformitas,
pemendekan, krepitasi, bengkak dan perubahan
warna.
 Laboratorium : darah rutin, dan urinalisa.
Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut
rule of two, terdiri dari :
 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral
 Memuat dua sendi di proksimal dan distal
fraktur
 Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu
ekstremitas yang cedera dan yang tidak
terkena cedera (pada anak) dan dua kali, yaitu
sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
 Neglected fraktur dengan atau tanpa dislokasi
adalah suatu fraktur dengan atau tanpa dislokasi
yang tidak ditangani dengan tidak semestinya
sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan
dalam penanganan atau kondisi yang lebih buruk
bahkan kecacatan.
 Berdasarkan pada beratnya kasus akibat dari
penanganan patah tulang sebelumnya, neglected
fraktur dapat diklasifikasikan menjadi 4 derajat :
Neglected derajat satu
 Bila pasien datang saat awal kejadian maupun
sekarang, penanganannya tidak memerlukan
tindakan operasi dan hasilnya sama baik.
Neglected derajat dua
Keadaan dimana apabila pasien datang sejak awal
kejadian, penanganannya tidak memerlukan tindakan
operasi, sedangkan saat ini kasusnya menjadi sulit dan
memerlukan tindakan operasi. Setelah pengobatan,
hasilnya tetap baik
 Neglected derajat tiga

Keterlambatan menyebabkan kecacatan yang menetap


bahkan setelah dilakukan operasi. Jadi pasien datang
saat awal maupun sekarang tetap memerlukan
tindakan operasi dan hasilnya kurang baik.
 Neglected derajat empat

Keterlambatan sudah mengancam nyawa atau bahkan


menyebabkan kematian pasien. Pada kasus ini
penanganannya memerlukan tindakan amputasi.
 Arief darmawan menyebutkan bahwa neglected
fraktur adalah fraktur yang penanganannya lebih
dari 72 jam atau disebut sebagai kasus terlantar
akibat penanganan yang tidak tuntas baik dari
tenaga medis ataupun dukun :
Derajat 1 : fraktur telah terjadi antara 3 hari – 3
minggu
Derajat 2 : fraktur telah terjadi antara 3 minggu – 3
bulan
Derajat 3 : fraktur telah terjadi antara 3 bulan – 1
tahun
Derajat 4 : fraktur telah terjadi lebih dari satu tahun
Prinsip pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu:10
 Recognition:
 Diagnosis dan penilaian fraktur prinsip pertama
adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur
dengan anamnesis, PF dan radiologis.
 Reduction:
 Reduksi fraktur apabila perlu restorasi fragmen
fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang
dapat diterima.
 Retention: Imobilisasi fraktur
 Rehabilitation : Mengembalikan aktifitas
fungsional semaksimal mungkin
 fraktur colum femur memiliki risiko nekrosis
avaskular jika garis fraktur terletak
intrakapsular karena retinakula, yang
membawa pembuluh darah utama robek.
Sebaliknya, fraktur colum femur
ekstrakapsular tidak memiliki risiko nekrosis
avaskular.
 Malunion adalah keadaan dimana fraktur
menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang terbentuk angulasi, varus /
valgus, rotasi, kependekan atau union secara
menyilang misalnya pada fraktur radius dan
ulna.
 Delayed union adalah fraktur yang tidak
sembuh setelah selang waktu 3 -5 bulan (3
bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan
untuk anggota gerak bawah)
 nonunion apabila fraktur tidak menyembuh
antara 6 – 8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis
(sendi palsu). Pseudoarthrosis dapat terjadi
tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama –
sama dengan infeksi disebut infected
pseudoarthrosis.

Anda mungkin juga menyukai