Oleh:
dr. Nur Chofifah
Pembimbing:
dr. Ahmad Aziz
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny E
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Mual, muntah, dan lemas
Riwayat DM Disangkal
Riwayat DM Disangkal
- -
Superior Ka/Ki Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin
(-/-), ikterik (-/-)
Inferior Ka/Ki Oedem pitting (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral
dingin (-/-), ikterik (-/-)
A. Laboratorium Darah
Pemeriksaan hematologi rutin, kimia klinik dan elektrolit dilakukan
pada tanggal 17 Desember 2018 dengan hasil sebagai berikut:
B. Foto Thorax PA
Foto Thorax PA dilakukan pada tanggal 19 Desember 2018 dengan
hasilsebagaiberikut:
Kesimpulan :
V. DIAGNOSIS KASUS
VI. TERAPI
O2 nrm 3 lpm
Pasang NGT Di alirkan + (KELUAR CAIRAN KUNING)
Puasa
Konsul Sp.D
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh
melalui mulut, hidung (inhalasi), suntikan dan absorbsi melalui kulit, atau
digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif besar akan
merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius satu atau lebih organ
atau jaringan. 1
Zat korosif terdapat luas di alam. Zat korosif merupakan zat/bahan
yang apabila kontak dan tinggal dalam jaringan, akan menyebabkan
kerusakan (karena terjadi reaksi kimia). Zat ini meliputi asam (seperti asam
hidroklorida, asam sulfat, asam oksalat, fenol) dan basa/alkali (seperti
kalium hidroksida, natrium hidroksida, natrium fospat, kalium permanganat
dan produk-produk lain yang banyak ditemukan disekitar rumah atau
tempat kerja). 2
Zat korosif dapat menyebabkan iritasi atau terbakar pada kulit yang
menyebabkan proses pengkaratan dan korosi lempeng baja. pH 2 untuk
limbah yang bersifat asam dan pH 12,5 untuk limbah yang bersifat basa.
Semua produk yang menyebabkan korosif dapat merusak jaringan tetapi
tempat terjadinya kerusakan dan bentuk spesifiknya serta intensitasnya
tergantung pada tipe zat korosifnya. Beberapa contoh zat korosif dapat
dilihat di bawah ini. 3
Contoh umum asam dan alkali
Asam
Asam hidroklorida
Pembersih logam
Asam muriatik
Cairan pembersih kolam renang
Cairan pembersih toilet
Asam sulfat
Asam dalam baterai
Pembersih toilet dan zat yang digunakan untuk „dry clean‟
Alkali
Natrium atau Kalium hidroksida
Tablet klinitest
Detergen
Drano crystals
Pembersih pipa dan pembersih toilet 3
Pembersih cat
Serbuk pencuci
Lain-lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASAM
Korban dapat diberi cairan secara peroral agar pengeluaran urin lancar.
Dengan demikian asam borat dan turunannya yang ada dalam tubuh dapat
terekskresi secara cepat melalui urin. Jika korban muntah terus sebaiknya beri
dekstrosa 5% secara iv 10-40 ml/kg/hari. Jika perlu tambah elektrolit. Jika korban
mengalami konvulsi beri diazepam 0,1 mg/kg BB iv dengan hati-hati. Keluarkan
asam borat atau senyawa borat dari darah melalui dialisis peritonial atau
hemodialisis. Untuk mengatasi keracunan kronik maka kita harus segera
menghentikan penggunaan asam borat dan turunannya. Pengeluaran asam borat
9
dari darah dapat dilakukan dengan dialisis peritoneal atau hemodialisis.
c. Fenol
Fenol adalah desinfektan/penghilang bau tertua yang telah digunakan oleh
masyarakat. Zat ini sering dan banyak ditemui disekitar rumah pada cairan
pembersih toilet ataupun antiseptik. Fenol memiliki bau yang khas dan bekerja
dengan cara mengendapkan protein sel. Intoksikasi terjadi setelah absorpsi
sistemik, kontaminasi kulit atau secara inhalasi. Kematian bisa terjadi, tetapi hal ini
lebih karena korban mengalami depresi pernafasan. Dosis letal pada orang
dewasa : 10-30 g. 7
Karakteristik keracunan fenol dapat berupa mual, muntah, diare, kram
perut, berkeringat, sianosis, stimulasi SSP, hiperaktivitas, konvulsi yang diikuti
dengan depresi SSP, pingsan, hipotensi, pernafasan meningkat tapi kemudian
diikuti dengan depresi penafasan, edema pulmonal, pneumonia, penyempitan
esofagus, hemolisis, methemoglobinemia, jaundice, gagal ginjal, kolaps
kardiovaskular, shock dan pada kulit dapat terjadi pucat, eritema dan korosi. 7
Penanganan keracunan fenol pada dasarnya sama seperti keracunan zat korosif
14
asam yang lain. Fungsi-fungsi vital korban harus dijaga agar tetap bekerja.
2.2 ALKALI/BASA
Alkali adalah senyawa kimia dengan pH ≥ 11,5. Alkali sangat mudah
berpenetrasi ke jaringan. Derajat luka karena terpapar alkali tergantung pada
jumlah/kuantitas alkali, konsentrasi zat, lama kontak/waktu terpapar dan tipe alkali.
Produk-produk yang mengandung alkali banyak terdapat pada produk rumah
tangga. Beberapa contohnya telah disajikan pada tabel 1. Jumlah yang keracunan
alkali (di USA) lebih banyak dibanding keracunan asam. Hal ini berhubungan
dengan produk rumah tangga yang disimpan dengan ceroboh dan mudah
dijangkau anak-anak, misalnya saja menyimpan cairan pembersih lantai beraroma
lemon dalam botol air minum mineral sehingga anak-anak sulit membedakannya
dengan sirup. 8
Kerusakan karena terminum terutama terjadi di esofagus dan lambung sekitar 20
%. 75% dari semua kasus kerusakan esofagus terjadi pada anak berusia kurang
dari 5 th dan 83% korban dari semua kasus berusia kurang dari 3 th serta 62 %
diantaranya adalah laki-laki. Bentuk fisik senyawa alkali dapat menentukan tempat
dan keparahan kerusakan, misalnya kerusakan yang ditimbulkan oleh zat korosif
alkali bentuk cairan akan berbeda dengan kerusakan yang disebabkan oleh tablet
klinites atau kristal drano. 8 15
2.2.1 Mekanisme Toksisitas Alkali
Senyawa alkali dengan protein akan membentuk proteinat dan dengan
lemak akan membentuk sabun. Dengan demikian, bila senyawa alkali kontak
dengan jaringan maka akan menyebabkan jaringan menjadi lunak, nekrosis
(liquevactive necrosis) yang terjadi tidak saja pada permukaan epitel tetapi juga
7
berpenetrasi ke dinding mukosa dibawahnya.
2.2.2 Karakteristik keracunan alkali
Kerusakan esofagus setelah keracunan alkali terjadi dalam beberapa
tahap.
10
Karakteristik keracunan alkali tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap awal, Fase akut
1. Manifestasi kurang dari 3-5 hari
b. Tahap kedua
1. Terjadi sesudah lebih dari 5 hari-12 hari dan ditandai dengan liquevactive
necrosis karena inflamasi intens dan edema.
2. Jika pada saluran cerna tahap ini bisa saja korban mengalami ulkus,
perdarahan dan perforasi dinding esofagus.
c. Setelah tahap akut selesai, proses penyembuhan dan mulai membentuk bekas
luka. Setelah 3-4 minggu, kontraksi dan penyempitan luka mulai terlihat.
- Kulit : terjadi penetrasi secara perlahan. Kulit terbakar, korosi, iritasi tergantung
pada lamanya kontak.
- Keracunan alkali kronik yang kontak dengan kulit dapat menyebabkan dermatitis
kronik.
Baterai sel dapat masuk melalui esofagus dan ditemukan kembali dalam
feces setelah 48-72 jam. Seringkali lempeng baterai dapat lewat saluran
gastrointestinal tanpa menyebabkan luka. Walaupun demikian, baterai yang
diketahui telah menempel di saluran cerna dapat menyebabkan keracunan korosif
parah dan kadang-kadang kematian. Jika terus melekat dapat juga menimbulkan
10
obstruksi. Penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Baterai yang menempel pada esofagus harus dikeluarkan, jika perlu dengan
tindakan pembedahan.
Penanganan keracunan alkali yang kontak dengan mata atau kulit sama
10
seperti penanganan umum zat korosif.
c. Ammonia dan Larutan Ammonium
Ammonia, pembersih oven, dan pembersih pipa adalah alkali yang sangat
korosif. Larutan ammonia banyak ditemukan dilingkungan rumah (5-10%) dan di
industri (50%). Ammonia digunakan pada berbagai varietas produk dan korosi
terhadap semua sel. 12
Jika ammonia atau larutan ammonium terminum, maka korban diterapi
seperti menangani keracunan karena zat kaustik lainnya. Zat yang terhirup dapat
menyebabkan iritasi saluran nafas atas, batuk, dyspnea, dan edema pulmonal.
Jika terkontaminasi pada kulit atau mata akan terasa sangat nyeri dan bersifat
sangat korosif. Penanganan keracunan zat ini sama seperti menangani keracunan
alkali secara umum. 12
d. Pemutih
Sebagian besar pemutih merupakan larutan 3-6% natrium hipoklorat
(NaOCl) dalam air. Nilai pH pemutih kira-kira adalah 11. Jika produk pemutih
terminum, maka akan menyebabkan iritasi parah, korosi membran mukosa, rasa
sakit, inflamasi. Biasanya jumlah yang terminum kecil dan langsung dimuntahkan.
Penanganan yang dilakukan adalah mengencerkan pemutih yang tertelan dengan
air atau demulsen seperti susu atau antasida. Jangan dirangsang muntah. Jika
pemutih bereaksi dengan asam atau alkali lain akan melepaskan gas klorin atau
kloramin. Keduanya menyebabkan lakrimasi dan iritasi membran mukosa dan
saluran nafas jika terhirup. Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
7
asphyxiation (sesak nafas karena kurang asam di darah).
Saat ini, senyawa klorin seringkali disalahgunakan untuk memutihkan
makanan seperti tepung dan beras. Walaupun akan menguap setelah proses
pemasakan, keberadaan gas klorin tersebut juga akan mengurangi nilai gizi
7
produk yang diputihkan tersebut.
e. Iodin
Iodin bersifat korosif terhadap membran mukosa dengan mengendapkan
protein langsung. Di dalam lambung iodine dapat diubah menjadi bentuk yang
kurang toksik dan dengan cepat di deaktivasi oleh makanan di saluran
7
gastrointestinal dan merangsang reflek muntah.
Apabila iodine atau turunannya terhirup dapat mengakibatkan mual,
muntah, diare, gastroenteritis, hipotensi, takhikardi dan sianosis. Kematian karena
terhirup biasanya terjadi kurang dari 48 jam sejak mengalami kolaps sirkulasi,
karena syok selama emesis yang menyebabkan edema pulmonal.
Jika iodine masuk ke dalam saluran pencernaan melalui mulut,
penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Encerkan iodin dengan air atau susu.
b) Beri larutan amilum 1-10% agar iodin terabsorpsi
d) Tambah larutan natrium tiosulfat 1-5% agar iodin berubah menjadi iodida.
4. proses pengenceran masih merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kecelakaan zat korosif yang terminum. Oleh karena itu, jumlah air atau
susu yang digunakan harus beberapa kali lipat lebih banyak dibanding dengan
jumlah asam atau alkali yang terminum.
6. Pada kasus pasta gigi anak, kadar fluoride pada pasta gigi anak-anak terlalu
tinggi. Fluorida dapat menyebabkan keracunan pada anak. Kalsium akan
mengendap sehingga kadar kalsium dalam plasma turun sehingga tidak
dibenarkan anak-anak menggunakan pasta gigi untuk dewasa. Fluoride pun jika
masuk kedalam tubuh akan berikatan dengan kalsium sehingga dapat
menyebabkan osteoporosis.
7. Borax memiliki rasa yang gurih, namun after taste yang pahit.
3. Insley, Jack. 2005. Vade-Mecum Pediatri, Edisi 13, EGC, Jakarta, 145.
4. Sartono, drs., 2001, Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta, 224–235.
5. World Health Organization. 2008. Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited Resources.
WHO-Indonesia.
8. Cox, Robert D, MD, PhD, Joe Alcock, MD, MS. 2015. Chemical Burns. Updated
October 06, 2015. Emedicine medscape. (diakses pada 26 November 2015)
melalui http://emedicine.medscape.com/article/769336-overview#showall
9. Olson, K. R. 2007. Poisoning and Drug Overdose 5th ed, McGraw-Hill Inc., p.
157-159.
10. Tierney, L.M., Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, McGraw-Hill
Inc, 2004.
11. Singh, G. B., Chauhan, R., Kumar, D., Arora, R., & Ranjan, S. (2015). Lithium
Battery Ingestion: An Unusual Cause of Bilateral Cord Palsy. Case Reports in
Otolaryngology, 2015, 790830. http://doi.org/10.1155/2015/790830
12. Issley, Steven, MD, FRCPC, Asim Tarabar, MD. 2013. Ammonia Toxicity.
Updated: Sep 16, 2013. emedicine Medscape. (diakses 26 November 2015)
melalui http://emedicine.medscape.com/article/820298-overview#showall