Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS

INTOKSIKASI OBAT PEMBERSIH LANTAI

Oleh:
dr. Nur Chofifah

Pembimbing:
dr. Ahmad Aziz

RSUD SYARIFAH AMBAMI RATU EBU


BANGKALAN
2018

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny E

Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl.Pemuda Kaffa bangkalan

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 17-12-2018

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Mual, muntah, dan lemas

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke igd rumah sakit syamrabu bangkalan jam
08.45 wib, dengan keluhan mual muntah dan lemas. Keluhan ini
dirasakan pasien sejak perjalanan menuju igd. Pasien mengaku
sebelum ke igd yakni dirumah pasien minum obat pembersih lantai
sebanyak ±400cc.
Kronologinya saat pasien selesai menyuci baju pasien
meminum air kemasan berwarna kuning diatas kulkas,tanpa
diperiksa dulu itu apa. Pasien mengira itu minuman extra jos buatan
anaknya karena berwarna kuning. Setelah meminumnya menurut
keterangan pasien ,pasien lansung terjatuh didepan kulkas dan tak
sadarkan diri.
Menurut keterangan anaknya pasien ditemukan tergeletak
didepan kulkas dengan mulutnya mengelurkan busa putih. Karena
sangat khawatir anaknya langsung membawa pasien ke igd. Di
perjalanan menuju ke igd pasien dalam kondisi sudah sadar namun
lemas dan mual muntah.
Muntah berupa cairan berwarna kuning namun dalan jumlah
sedikit kira-kira setengah gelas aqua.pasien juga mengaku sangat
lemas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit Onset/Kronologis

Riwayat Alergi Disangkal

Riwayat Asma Disangkal


Riwayat Hipertensi +

Riwayat DM Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit Onset/ Kronologis

Riwayat sakit tekanan darah tinggi Disangkal

Riwayat sakit jantung Disangkal

Riwayat DM Disangkal

Riwayat alergi Disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 17 Desember 2018 dengan hasil


sebagai berikut:
1. Keadaan umum : Tampak lemas, compos mentis, GCS
E4/V5/M6
2. Tanda vital
 Tensi : 150/90 mmHg
 Nadi : 90x/ menit, irama reguler
 Frekuensi nafas : 20x/ menit, reguler
 Suhu : 36,00C, per axiller
 GDS : 111 mg/dl
3. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok
(-), luka (-), atrofi m. Temporalis (-)
4. Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-)
5. Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-)
6. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), luka
pada sudut bibir (-), oral thrush (-)
7. Leher :trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening leher (-), distensi vena-
vena leher (-)
8. Thorax : pengembangan dada kanan = kiri, dinding dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-), pernafasan abdominothorakal,
sela iga melebar (-)
9. Jantung
 Inspeksi : Ictus kordis tampak di AAL ICS VI Sinistra
 Palpasi : Ictus kordis kuat angkat, teraba di 3 cm dari AAL ICS
VI, thrill (-)
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas kuat, reguler,
bising(-), gallop (-)
10. Pulmo
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga
tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela
iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Dinamis : Pergerakan kanan-kiri simetris, fremitus
raba kanan-kiri simetris
 Perkusi
- Kanan : Sonor, sesuai batas paru jantung pada ICS
IV parasternalis dextra
- Kiri : Sonor, sesuai batas paru jantung pada ICS
VI linea anterioraxilla sinistra
 Auskultasi
- Kanan :Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan wheezing (-), ronkhi basah kasar
(-), ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan wheezing (-), ronkhi basah kasar
(-), ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)
11. Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding thorax darm
contour (-), darm steifung (-), ascites (-), venektasi (-),
sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-), ikterik (-)
 Auskultasi : Bising usus normal bruit hepar (-), bising epigastrium
(-)
 Palpasi : bruit (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : pekak (-), pekak alih (-), undulasi (-)
12. Ekstremitas
Akral dingin - - Oedem

- -

Superior Ka/Ki Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin
(-/-), ikterik (-/-)
Inferior Ka/Ki Oedem pitting (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral
dingin (-/-), ikterik (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Darah
Pemeriksaan hematologi rutin, kimia klinik dan elektrolit dilakukan
pada tanggal 17 Desember 2018 dengan hasil sebagai berikut:
B. Foto Thorax PA
Foto Thorax PA dilakukan pada tanggal 19 Desember 2018 dengan
hasilsebagaiberikut:

Kesimpulan :

Foto thorax tidak tampak kelainan (Normal)

V. DIAGNOSIS KASUS

Intoksikasi Obat Pembersih Lantai

VI. TERAPI

 O2 nrm 3 lpm
 Pasang NGT Di alirkan + (KELUAR CAIRAN KUNING)

 Inf. DSNS 20 Tpm

 Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

 Puasa

 Konsul Sp.D

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh
melalui mulut, hidung (inhalasi), suntikan dan absorbsi melalui kulit, atau
digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif besar akan
merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius satu atau lebih organ
atau jaringan. 1
Zat korosif terdapat luas di alam. Zat korosif merupakan zat/bahan
yang apabila kontak dan tinggal dalam jaringan, akan menyebabkan
kerusakan (karena terjadi reaksi kimia). Zat ini meliputi asam (seperti asam
hidroklorida, asam sulfat, asam oksalat, fenol) dan basa/alkali (seperti
kalium hidroksida, natrium hidroksida, natrium fospat, kalium permanganat
dan produk-produk lain yang banyak ditemukan disekitar rumah atau
tempat kerja). 2
Zat korosif dapat menyebabkan iritasi atau terbakar pada kulit yang
menyebabkan proses pengkaratan dan korosi lempeng baja. pH 2 untuk
limbah yang bersifat asam dan pH 12,5 untuk limbah yang bersifat basa.
Semua produk yang menyebabkan korosif dapat merusak jaringan tetapi
tempat terjadinya kerusakan dan bentuk spesifiknya serta intensitasnya
tergantung pada tipe zat korosifnya. Beberapa contoh zat korosif dapat
dilihat di bawah ini. 3
Contoh umum asam dan alkali
Asam
Asam hidroklorida
Pembersih logam
Asam muriatik
Cairan pembersih kolam renang
Cairan pembersih toilet
Asam sulfat
Asam dalam baterai
Pembersih toilet dan zat yang digunakan untuk „dry clean‟
Alkali
Natrium atau Kalium hidroksida
Tablet klinitest
Detergen
Drano crystals
Pembersih pipa dan pembersih toilet 3
Pembersih cat
Serbuk pencuci
Lain-lain

Secara umum keracunan yang disebabkan oleh zat korosif terjadi


karena kecelakaan. Meskipun dalam jumlah sedikit (1ml atau satu granul),
zat ini dapat menyebabkan iritasi parah atau luka bakar pada anak dalam
waktu singkat. Oleh karena itu, pencegahan khusus untuk menjauhkan zat
tersebut dari jangkauan anak-anak atau menggunakan sebagaimana
mestinya perlu dilakukan. Kerusakan jaringan karena zat korosif secara
4
umum merupakan tipe keracunan yang dapat terjadi disekitar rumah.
Produk berkarat (asam oksalat), detergen cuci piring elektrik, dan
cairan pembersih toilet masuk dalam kategori ini. Berdasarkan laporan
terdapat sekitar 1.7% sampai 9.6% zat korosif yang terminum secara tak
sengaja oleh anak-anak meliputi asam dan basa. Alasan utama tingginya
angka kecelakaan pada anak-anak adalah terlalu banyak zat toksik yang
disimpan lama dan kaleng minuman yang tidak ditandai. Pada orang
dewasa, keracunan karena zat korosif sering berhubungan dengan usaha
bunuh diri. 5
The federal hazardous substances act pada tahun 2011 secara
spesifik mendefinisikan substansi yang bersifat korosif , yang bila kontak
langsung dengan jaringan hidup akan menyebabkan kerusakan karena
adanya reaksi kimia dan definisi tersebut tidak membedakan antara asam
dan alkali/basa. 6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASAM

Asam kuat adalah zat kimia dengan pH dibawah 2. Beberapa zat/bahan


seperti sari buah lemon dan minuman bersoda dapat mempunyai pH asam kuat,
tetapi tidak korosif. Senyawa asam meliputi asam anorganik (sulfat,
hidroklorida/muriatik, nitrat, fosfat) dan asam organic (oksalat, tartrat, asetat dan
lain-lain). Meskipun semua asam sama-sama dapat merusak jaringan, tetapi
intensitas kerusakannya berbeda. Tidak semua asam yang cukup korosif menjadi
7
perhatian utama toksikologi, contoh asam asetat dan asam tartrat.

2.1.1 Mekanisme Umum Toksisitas Asam

Kerusakan korosif disebabkan oleh reaksi kimia langsung pada jaringan.


Asam menguraikan protein jaringan. Hasilnya adalah lesi yang kemudian
menyebabkan sel mati dan ditandai dengan penggumpalan jaringan nekrosis.
Sebagai konsekuensinya, baik struktur protein maupun enzim diuraikan tetapi
morfologi sel secara keseluruhan tidak terlalu diganggu. Kerusakan selanjutnya
kulit akan menjadi keras, kasar sehingga absorpsi sistemik menurun. Kerusakan
terutama dengan kuantitas asam yang rendah sering terjadi pada kulit atau
saluran pencernaan. 7

2.1.2 Karakteristik Keracunan


Setelah asam masuk kedalam saluran pencernaan, kerusakan korosif yang
intens terhadap mukosa oral dan esofagus dapat terjadi tetapi secara signifikan
kerusakan terjadi didaerah duapertiga lambung bagian bawah. Zat yang bersifat
asam merusak lambung dan terjadi koagulasi nekrosis sedangkan zat yang
bersifat basa merusak esofagus dan terjadi liquefactive necrosis (kerusakan yang
terjadi tidak hanya pada permukaan epitel tetapi juga berpenetrasi ke dinding
mukosa dibawahnya). Daerah yang terkena zat menjadi coklat atau hitam (kecuali
kerusakan oleh pikrat dan asam nitrat dimana jaringan menjadi kuning). Bagian 5
yang berwarna hitam ini disebut sebagai daerah a coffee grounds. Sifat
kerusakannya adalah permanent. Jaringan yang rusak tidak dapat diperbaharui
tetapi jaringan yang rusak dapat diganti oleh lapisan epitel baru yang tipis. 8
Zat asam yang tertelan secara normal melewati kerongkongan dengan
cepat dan menyebabkan sedikit kerusakan pada area tersebut. Pada sebuah
penelitian menunjukkan bahwa kerusakan esophagus terjadi sedikitnya 6%
sampai 20% dari semua zat yang tertelan. Zat korosif yang masuk ke dalam
saluran pencernaan juga dapat mengakibatkan perforasi dan hal ini sangat
tergantung dari tipe kerusakannya yang akan dipengaruhi oleh jumlah makanan
atau isi lambung. Jika dalam lambung terdapat makanan, maka kerusakannya
tidak akan terlalu parah karena kontak antara zat korosif dengan dinding lambung
dapat terhalang oleh makanan. 8

2.1.3 Manifestasi Klinik Keracunan Asam Korosif Akut

Keracunan asam korosif akan memberikan tanda/gejala yang berbeda


tergantung rute zat korosif masuk kedalam tubuh/melukai jaringan. Pemaparan zat
korosif dapat melalui oral (masuk melalui mulut kemudian merusak saluran
pencernaan), melalui inhalasi (pernapasan), kontak dengan kulit (dermal) atau
kontak dengan mata (okular). 7

Manifestasi Klinik Toksisitas Zat Korosif Pada Keracunan Akut


- Rasa terbakar pada mulut, tenggorokan, perut Muntah, mungkin bisa
sampai berdarah
- Diare (berdarah, berlendir)
- Timbul bercak noda di sekitar mulut
- Kesulitan menelan
- Sekresi cairan berlebih
- Hipotensi

b. Penanganan Keracunan Asam Melalui Mulut

Tindakan penanganan keracunan asam melalui mulut dan masuk ke


saluran pencernaan harus memperhatikan konsentrasi larutan asam yang
terminum. Tindakan gawat darurat yang harus segera dilakukan adalah
menghindari penggunaan emetikum atau menguras lambung. Hal ini dilakukan
untuk mencegah asam mengenai jaringan lain serta mencegah meluasnya iritasi
mukosa yang terjadi. Dalam beberapa detik setelah keracunan, korban segera
diberi minum air putih sebanyak-banyaknya atau susu. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengencerkan konsentrasi asam yang tertelan. Jumlah air atau susu
untuk mengencerkan kira-kira 100 kali dari jumlah asam yang tertelan. Antasida
dapat diberikan sebagai demulcent. Selain itu, korban jangan diberi minuman
soda atau sodium bikarbonat karena gas karbondioksida akan segera dilepaskan
7
sehingga bisa menyebabkan perut kembung.
Hindari terjadinya depresi system saraf pusat dengan obat antidpresan
yang bias juga berfungsi sebagai penghilang rasa sakit walaupun bias juga diatasi
dengan pemberian morfin sulfat 5-10 mg tiap 4 jam. Tindakan lain yang diperlukan
dan harus segera dilakukan adalah mengatasi sesak karena edema pangkal
tenggorokan dengan menjaga saluran pernafasannya. Atasi syok dengan cara
menjaga tekanan darah dengan transfusi darah atau pemberian larutan infus
dekstrosa 5% dalam larutan garam normal. Bila terjadi perforasi
lambung/esofagus, jangan diberi apa-apa secara oral sebelum di endoskopi.
Korban harus tetap mendapatkan nutrisi cukup. Pemberian karbohidrat atau
cairan hiperalimentasi dapat diberikan melalui rute intravena. Bila keracunan
terjadi melalui inhalasi, kurangi penyempitan esofagus dengan prednisolon 2
mg/kg.
2.1.5 Beberapa Zat Asam bersifat Korosif
a. Fluorida
Hidrogen fluorida (asam hidrofluorida/HF) yang dapat menyebabkan
kerusakan yang berbeda di banding dengan zat korosif lainnya. Asam
hidrofluorida secara luas digunakan di industri, misalnya di industri petrokimia,
4
pabrik semi-konduktor dan digunakan untuk mengetsa gelas.
Hiidrogen fluoride bersifat sangat korosif, tidak berwarna dan berupa cairan
yang mudah menguap. Ia dapat menyebabkan lesi yang dalam pada jaringan,
afinitasnya terhadap air tinggi dan secara cepat dihidrolisis menjadi asam
hidrofluorida. Batas paparan hidrogen fluorida adalah 3 ppm. Turunan dari fluoride
yang banyak digunakan adalah bentuk garamnya yaitu natrium fluoride. Natrium
fluorida merupakan garam fluoride larut air yang digunakan sebagai rodentisida,
insektisida dan antelmintik babi. Garam fluorida juga banyak dan umum ditemui di
sekitar rumah dibandingkan hidrogen fluorida dan merupakan penyebab utama
keracunan fluorida akut. 7
Fluorida secara cepat diabsorpsi setelah terhirup, terminum, kontak dengan kulit
atau terpapar melalui rectal. Absorpsi sistemik menghasilkan keracunan fluoride
akut. Jumlah yang terabsorpsi tergantung pada kelarutan fluoride, dan lamanya
terpapar. Fluorida juga digunakan sebagai salah satu komposisi pasta gigi. Karena
jumlahnya yang sedikit dan waktu kontak dengan mukosa singkat (hanya pada
saat menggosok gigi) serta tidak masuk ke dalam saluran pencernaan, maka
penggunaannya masih diizinkan. Meski begitu, penggunaan pada anakanak harus
diperhatikan karena anak-anak sulit membedakan antara berkumurkumur dengan
menelan. Selain itu, sampai saat ini fluorida dalam pasta gigi dibutuhkan untuk
memperkuat gigi. 7 10 g/hari dalam dosis terbagi selama 10 hari. (Mungkin pula
memerlukan dilatasi). 7 9
Semua fluorida adalah racun protoplasma. Fluorida, hidrogen fluorida dan
turunannya bersifat korosif terhadap jaringan karena merupakan racun sel
langsung dengan efek mempengaruhi metabolisme kalsium dan mekanisme
enzim. Ikatannya dengan kalsium bisa menurunkan proses koagulasi. Fluorida
dan kalsium akan mengendap sehingga kadar kalsium dalam plasma turun.
Pemberian kalsium glukonat baik secara oral maupun dermal dapat digunakan
7
untuk mengubah kelarutan fluorida menjadi kalsium fluorida yang tidak larut.

Karakteristik Keracunan Fluorida Lokasi Tanda dan Gejala


Gastrointestinal Sakit perut, mual, muntah, diare,
salivasi. Selanjutnya badan
lemah, tremor, pernafasan dalam
dan konvulsi. Kematian terjadi
karena pernafasan terhambat,
jika tidak terjadi maka akan
timbul oliguria dan ikterus.

Sistem saraf Paresthesia, hiperaktif refleks,


konvulsi klonik-tonik, Chvostek‟s
positif, nyeri otot dan lemah.

Darah Hipokalsemia dan hipoglisemia.

Cardiovaskular/respirasi Hipotensi, stimulasi pernafasan


yang diikuti dengan depresi.
Penanganan keracunan fluoride dan turunannya yang melalui mulut
dilakukan seperti penanganan keracunan asam. Pada kasus keracunan fluorida
netral, korban dapat diberi larutan kalsium (kalsium glukonat, kalsium laktat atau
susu). Sebagai antidot dapat diberi 10 ml larutan kalsium glukonat 10% secara iv
perlahan-lahan sampai gejala hilang. Penanganan keracunan melalui kulit dan
selaput lendir adalah mencuci bagian kulit yang teriritasi dengan air mengalir
selama 15-30 menit. Kemudian tutup luka, oleskan pasta magnesia oksida-air
yang mengandung 20% gliserin. Jika berpenetrasi ke kuku, hilangkan kuku
dengan anastetik lokal dan cuci dengan air. Suntikan 0,5 ml larutan kalsium
9
glukonat 10% dengan anastetika lokal/cm2 dibawah daerah yang terbakar. Jika
terkontaminasi ke mata, cuci mata dengan air mengalir selama 30-60 menit.
Kemudian aliri mata dengan tetes mata calcium glukonat 1%. Jika tidak hilang,
tutup dengan kain steril dan segera bawa ke dokter mata.
b. Asam Borat
Asam borat telah direkomendasikan untuk pengobatan selama lebih dari 40 tahun.
Asam borat merupakan senyawa bakterostatik yang sangat berpotensi
menyebabkan toksisitas dan bersifat sitotoksik. Asam borat banyak digunakan
7
sebagai insektisida untuk kecoa atau serangga merayap lain.
Asam borat secara keliru telah digunakan sebagai antiseptik pada
persiapan kelahiran bayi dan beberapa diantaranya menyebabkan kematian.
Selain sebagai antiseptik, asam borat umumnya digunakan sebagai bahan pelincir
dalam bedak. Boraks juga digunakan sebagai bahan pembersih, sedangkan
natrium perborat dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat kumur. Boraks seringkali
disalahgunakan sebagai pengawet makanan dan pengenyal dengan jumlah yang
besar. Meski begitu penggunaan zat ini memberikan rasa gurih dan lezat pada
makanan. 7
Asam borat cepat berpenetrasi tetapi tidak melalui kulit. Penggunaan asam
borat baik solutio atau serbuk yang digunakan pada luka terbuka dapat
menyebabkan peningkatan keracunan karena asam borat dapat berpenetrasi
pada luka dan menyebabkan efek sistemik yang signifikan. Asam borat sangat
berbahaya bagi semua jaringan dan efeknya tergantung pada organ tubuh serta
konsentrasi yang dicapai pada organ tersebut. Kadar tertinggi tercapai saat zat
diekskresikan di ginjal. Dosis letal pada orang dewasa adalah 15-20 g, sedangkan
dosis letal pada anak adalah 5-6 g. Meski begitu, sejumlah kecil senyawa borat
misalnya 1 g dapat juga berakibat fatal. Karakteristik keracunan asam borak kronik
adalah terjadi rash eritemarus yang sangat parah (boiled lobster rash). 7
Keracunan asam borat dapat menyebabkan demam, anuria, badan terasa
lemah dan lesu. Korban dapat juga mengalami depresi sistem saraf pusat, kolaps
dan koma. Selain itu dapat juga terjadi kolaps kardiovaskular, gugup, tremor,
konvulsi, korban mengalami hiperpireksia, hipotensi, sianosis, jaundice (kuning)
dan jika parah dapat pula menyebabkan gagal ginjal. Bila kontak dengan kulit
dapat mengakibatkan kulit melepuh, eritema, desquamasi, dan ekskoriasi.
Keracunan akut karena asam borat harus segera ditangani. Hal terpenting yang
harus diperhatikan adalah menjaga agar fungsi-fungsi vital tetap bekerja. Jika
korban mengalami gangguan pernafasan, maka lakukan pertolongan pertama
dengan cara membuat saluran arus udara serta tetap perhatikan pernafasan
7
korban. Jika zat masuk melalui mulut, evakuasi lambung perlu dilakukan.
Usahakan untuk muntah dan diberi karbon aktif. Jika kontak dengan kulit atau
selaput lendir maka segera cuci kulit/selaput lendir yang terkontaminasi dengan air
mengalir. 9

Korban dapat diberi cairan secara peroral agar pengeluaran urin lancar.
Dengan demikian asam borat dan turunannya yang ada dalam tubuh dapat
terekskresi secara cepat melalui urin. Jika korban muntah terus sebaiknya beri
dekstrosa 5% secara iv 10-40 ml/kg/hari. Jika perlu tambah elektrolit. Jika korban
mengalami konvulsi beri diazepam 0,1 mg/kg BB iv dengan hati-hati. Keluarkan
asam borat atau senyawa borat dari darah melalui dialisis peritonial atau
hemodialisis. Untuk mengatasi keracunan kronik maka kita harus segera
menghentikan penggunaan asam borat dan turunannya. Pengeluaran asam borat
9
dari darah dapat dilakukan dengan dialisis peritoneal atau hemodialisis.
c. Fenol
Fenol adalah desinfektan/penghilang bau tertua yang telah digunakan oleh
masyarakat. Zat ini sering dan banyak ditemui disekitar rumah pada cairan
pembersih toilet ataupun antiseptik. Fenol memiliki bau yang khas dan bekerja
dengan cara mengendapkan protein sel. Intoksikasi terjadi setelah absorpsi
sistemik, kontaminasi kulit atau secara inhalasi. Kematian bisa terjadi, tetapi hal ini
lebih karena korban mengalami depresi pernafasan. Dosis letal pada orang
dewasa : 10-30 g. 7
Karakteristik keracunan fenol dapat berupa mual, muntah, diare, kram
perut, berkeringat, sianosis, stimulasi SSP, hiperaktivitas, konvulsi yang diikuti
dengan depresi SSP, pingsan, hipotensi, pernafasan meningkat tapi kemudian
diikuti dengan depresi penafasan, edema pulmonal, pneumonia, penyempitan
esofagus, hemolisis, methemoglobinemia, jaundice, gagal ginjal, kolaps
kardiovaskular, shock dan pada kulit dapat terjadi pucat, eritema dan korosi. 7
Penanganan keracunan fenol pada dasarnya sama seperti keracunan zat korosif
14
asam yang lain. Fungsi-fungsi vital korban harus dijaga agar tetap bekerja.

Jika terjadi gangguan pernafasan maka segera atasi gangguan pernafasan


tersebut dan jika perlu buat saluran arus udara. Jika tidak terjadi luka pada
esofagus, usahakan muntah atau pengurasan lambung. Korban dapat juga diberi
putih telur, susu, larutan gelatin yang diharapkan berinteraksi dengan fenol di
lambung. Karbon aktif dapat diberikan, diikuti dengan katartik. Jika terkena kulit
atau selaput lendir, siram dan cuci dengan air minimal 15 menit, kemudian oles
dengan minyak kastroli. Jika terjadi konvulsi korban diberi diazepam 0,1 mg/kg BB
iv secara perlahan. 10

2.2 ALKALI/BASA
Alkali adalah senyawa kimia dengan pH ≥ 11,5. Alkali sangat mudah
berpenetrasi ke jaringan. Derajat luka karena terpapar alkali tergantung pada
jumlah/kuantitas alkali, konsentrasi zat, lama kontak/waktu terpapar dan tipe alkali.
Produk-produk yang mengandung alkali banyak terdapat pada produk rumah
tangga. Beberapa contohnya telah disajikan pada tabel 1. Jumlah yang keracunan
alkali (di USA) lebih banyak dibanding keracunan asam. Hal ini berhubungan
dengan produk rumah tangga yang disimpan dengan ceroboh dan mudah
dijangkau anak-anak, misalnya saja menyimpan cairan pembersih lantai beraroma
lemon dalam botol air minum mineral sehingga anak-anak sulit membedakannya
dengan sirup. 8
Kerusakan karena terminum terutama terjadi di esofagus dan lambung sekitar 20
%. 75% dari semua kasus kerusakan esofagus terjadi pada anak berusia kurang
dari 5 th dan 83% korban dari semua kasus berusia kurang dari 3 th serta 62 %
diantaranya adalah laki-laki. Bentuk fisik senyawa alkali dapat menentukan tempat
dan keparahan kerusakan, misalnya kerusakan yang ditimbulkan oleh zat korosif
alkali bentuk cairan akan berbeda dengan kerusakan yang disebabkan oleh tablet
klinites atau kristal drano. 8 15
2.2.1 Mekanisme Toksisitas Alkali
Senyawa alkali dengan protein akan membentuk proteinat dan dengan
lemak akan membentuk sabun. Dengan demikian, bila senyawa alkali kontak
dengan jaringan maka akan menyebabkan jaringan menjadi lunak, nekrosis
(liquevactive necrosis) yang terjadi tidak saja pada permukaan epitel tetapi juga
7
berpenetrasi ke dinding mukosa dibawahnya.
2.2.2 Karakteristik keracunan alkali
Kerusakan esofagus setelah keracunan alkali terjadi dalam beberapa
tahap.
10
Karakteristik keracunan alkali tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap awal, Fase akut
1. Manifestasi kurang dari 3-5 hari

2. Kerusakan intramuskular atau transdermal melibatkan jaringan periesofageal


dan struktur mediastinum.

3. Inflamasi, edema, dan kongesti pernafasan.

4. Pada kasus parah, esofagus mengalami perforasi.

b. Tahap kedua
1. Terjadi sesudah lebih dari 5 hari-12 hari dan ditandai dengan liquevactive
necrosis karena inflamasi intens dan edema.

2. Jika pada saluran cerna tahap ini bisa saja korban mengalami ulkus,
perdarahan dan perforasi dinding esofagus.
c. Setelah tahap akut selesai, proses penyembuhan dan mulai membentuk bekas
luka. Setelah 3-4 minggu, kontraksi dan penyempitan luka mulai terlihat.

2.2.3 Manifestasi klinik keracunan alkali


Keracunan alkali korosif, sama seperti pada keracunan asam, akan
memberikan tanda/gejala yang berbeda tergantung rute zat korosif masuk
kedalam tubuh/melukai jaringan. Pemaparannya dapat melalui oral (masuk
melalui mulut kemudian merusak esofagus), melalui inhalasi (pernafasan), kontak
7 16
dengan kulit (dermal) atau kontak dengan mata (okular).
10
Manifestasi Klinik Keracunan Alkali Akut:
- Mulut : Rasa sakit, muntah, diare, kolaps. Gejala ikutan : rasa sangat sakit, rasa
kaku pada lambung, hipotensi, penyempitan pangkal tenggorokan dan kanker.

- Keracunan oleh senyawa alkali lain seperti heksametofosoat, tripolifosfat,


senyawa fosfat lain sebagai detergen/pencahar yang masuk melalui mulut : syok,
hipotensi, pulsa lemah, sianosis, koma, gejala tetanus (kadang-kadang).

- Mata : kerusakan kornea, edema konjungtiva.

- Kulit : terjadi penetrasi secara perlahan. Kulit terbakar, korosi, iritasi tergantung
pada lamanya kontak.

- Keracunan alkali kronik yang kontak dengan kulit dapat menyebabkan dermatitis
kronik.

2.2.4 Penanganan Keracunan Alkali


Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penanganan keracunan zat korosif
tergantung pada rute paparannya. Penanganan keracunan alkali melalui mulut
adalah dengan mengencerkan senyawa alkali yang tertelan dengan air atau susu
dan biarkan korban muntah secara alami tetapi jangan dilakukan usaha untuk
muntah atau menguras lambung karena akan meningkatkan resiko perforasi. Bila
diduga terjadi korosi esofaguskopi. Penanganan keracunan alkali yang kontak
dengan mata atau kulit adalah dengan mencuci mata atau kulit dengan air biasa
sebanyak-banyaknya, kurang lebih selama 15 – 20 menit dan bila parah cuci
sampai 8-24 jam. Bila kontaminasi pada mata parah, segera tutup mata dengan
kain kasa steril tanpa diberi pengobatan dan segera bawa ke dokter mata.
Pakaian, perhiasan atau lensa kontak yang terkontaminasi harus segera di lepas.
Sabun/basa kuat sebaiknya tidak digunakan selama atau setelah proses
pembilasan/pencucian. 9 17
2.2.5 Beberapa Zat Alkali Bersifat Korosif
a. Baterai
Baterai berbentuk cakram, terdiri atas bagian katoda dan anoda. Lempeng
baterai mengandung garam oksida dari merkuri, senyawa mangan alkali, sel
perak, zink, atau cadmium, atau litium hidroksida. Baterai juga mengandung
kalium konsentrat atau natrium hidroksida sebagai komponen utamanya. Baterai
4
banyak digunakan pada kamera, kalkulator dan alat-alat elektronik lainnya.
Pada penelitian in vitro diketahui bahwa jika baterai kontak dengan lingkungan,
maka ia akan segera melepaskan kandungannya sehingga sering tertelan oleh
anak-anak. Kasus baterai yang tertelan mencapai 33,9% dan 14 dari 125 baterai
11
tertelan oleh anak-anak setelah kandungannya keluar.

Baterai sel dapat masuk melalui esofagus dan ditemukan kembali dalam
feces setelah 48-72 jam. Seringkali lempeng baterai dapat lewat saluran
gastrointestinal tanpa menyebabkan luka. Walaupun demikian, baterai yang
diketahui telah menempel di saluran cerna dapat menyebabkan keracunan korosif
parah dan kadang-kadang kematian. Jika terus melekat dapat juga menimbulkan
10
obstruksi. Penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Baterai yang menempel pada esofagus harus dikeluarkan, jika perlu dengan
tindakan pembedahan.

2. Katartik dapat diberikan untuk mempercepat keluarnya baterai yang akan


mencapai lambung.
3. Antagonis H2 dan antasida dapat diberikan untuk membantu menurunkan
perdarahan gastrointestinal.
4. Metoklopramid dapat juga diberikan untuk mempercepat keluarnya baterai

b. Sabun, Detergen, Shampo


Sabun, detergen dan shampoo merupakan produk terbanyak yang bisa
ditemukan dirumah. Sebagian besar sabun, secara relatif tidak toksik dan memiliki
aksi emetik yang sama efektifnya seperti sirup ipekak (Tabel 4). Beberapa produk
sabun yang terhirup juga tidak terlalu berbahaya karena sabun dapat
mengeliminasi sendiri dan menimbulkan sangat sedikit gejala. Sabun batang
memiliki toksisitas yang rendah. 4
Meskipun sabun bisa bekerja emetikum tapi sabun/detergen yang masuk
ke mulut dapat menyebabkan reaksi yang bervariasi tergantung pada spesifikasi
produk. Secara umum dapat menyebabkan iritasi lokal, selain itu detergen kationik
dapat memicu iritasi parah dan mungkin berpengaruh sistemik. Granul sabun dan
detergen secara umum toksisitasnya rendah demikian pula dengan shampo.
Tandanya adalah mual, muntah dan diare yang bisa menjadi parah jika tidak
ditangani dengan baik. 4
Sama seperti sabun dan detergen, shampoo juga memiliki tingkat toksisitas
yang rendah, meskipun iritasi lambung dapat menyebabkan mual dan muntah. Zat
419
antiketombe pada shampoo secara umum meningkatkan toksisitas produk.
Penanganan keracunan sabun, detergen atau shampo adalah dengan cara
minum air putih atau susu sebanyak-banyaknya agar zat yang terminum
terencerkan serta biarkan muntah (emesis) spontan tetapi jangan dirangsang. Jika
mual atau muntah menjadi parah terapi simptomtik dan penggantian cairan
mungkin diperlukan. 7

Penanganan keracunan alkali yang kontak dengan mata atau kulit sama
10
seperti penanganan umum zat korosif.
c. Ammonia dan Larutan Ammonium
Ammonia, pembersih oven, dan pembersih pipa adalah alkali yang sangat
korosif. Larutan ammonia banyak ditemukan dilingkungan rumah (5-10%) dan di
industri (50%). Ammonia digunakan pada berbagai varietas produk dan korosi
terhadap semua sel. 12
Jika ammonia atau larutan ammonium terminum, maka korban diterapi
seperti menangani keracunan karena zat kaustik lainnya. Zat yang terhirup dapat
menyebabkan iritasi saluran nafas atas, batuk, dyspnea, dan edema pulmonal.
Jika terkontaminasi pada kulit atau mata akan terasa sangat nyeri dan bersifat
sangat korosif. Penanganan keracunan zat ini sama seperti menangani keracunan
alkali secara umum. 12
d. Pemutih
Sebagian besar pemutih merupakan larutan 3-6% natrium hipoklorat
(NaOCl) dalam air. Nilai pH pemutih kira-kira adalah 11. Jika produk pemutih
terminum, maka akan menyebabkan iritasi parah, korosi membran mukosa, rasa
sakit, inflamasi. Biasanya jumlah yang terminum kecil dan langsung dimuntahkan.
Penanganan yang dilakukan adalah mengencerkan pemutih yang tertelan dengan
air atau demulsen seperti susu atau antasida. Jangan dirangsang muntah. Jika
pemutih bereaksi dengan asam atau alkali lain akan melepaskan gas klorin atau
kloramin. Keduanya menyebabkan lakrimasi dan iritasi membran mukosa dan
saluran nafas jika terhirup. Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
7
asphyxiation (sesak nafas karena kurang asam di darah).
Saat ini, senyawa klorin seringkali disalahgunakan untuk memutihkan
makanan seperti tepung dan beras. Walaupun akan menguap setelah proses
pemasakan, keberadaan gas klorin tersebut juga akan mengurangi nilai gizi
7
produk yang diputihkan tersebut.
e. Iodin
Iodin bersifat korosif terhadap membran mukosa dengan mengendapkan
protein langsung. Di dalam lambung iodine dapat diubah menjadi bentuk yang
kurang toksik dan dengan cepat di deaktivasi oleh makanan di saluran
7
gastrointestinal dan merangsang reflek muntah.
Apabila iodine atau turunannya terhirup dapat mengakibatkan mual,
muntah, diare, gastroenteritis, hipotensi, takhikardi dan sianosis. Kematian karena
terhirup biasanya terjadi kurang dari 48 jam sejak mengalami kolaps sirkulasi,
karena syok selama emesis yang menyebabkan edema pulmonal.
Jika iodine masuk ke dalam saluran pencernaan melalui mulut,
penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Encerkan iodin dengan air atau susu.
b) Beri larutan amilum 1-10% agar iodin terabsorpsi

c) Lakukan pengurasan lambung, jika perlu dengan amilum larut air.

d) Tambah larutan natrium tiosulfat 1-5% agar iodin berubah menjadi iodida.

e) Beri glukokortikoid untuk menurunkan resiko fibrosis esofagus. 21


BAB III
KESIMPULAN
1. Zat korosif pada umumnya bersifat lokal (asam/basa), menimbulkan nyeri hebat
pada daerah yang terkena zat korosif tersebut.

2. Penanganan bersifat supportive agents dan pada penanganannya tidak dipaksa


untuk muntah karena dapat memperluas kerusakan jaringan sehingga perlu
pengenceran saja.

3. Basa bersifat emetikum (mual, muntah) sehingga perlu diencerkan saja.

4. proses pengenceran masih merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kecelakaan zat korosif yang terminum. Oleh karena itu, jumlah air atau
susu yang digunakan harus beberapa kali lipat lebih banyak dibanding dengan
jumlah asam atau alkali yang terminum.

5. Terjadi akumulasi akan berdampak sistemik

6. Pada kasus pasta gigi anak, kadar fluoride pada pasta gigi anak-anak terlalu
tinggi. Fluorida dapat menyebabkan keracunan pada anak. Kalsium akan
mengendap sehingga kadar kalsium dalam plasma turun sehingga tidak
dibenarkan anak-anak menggunakan pasta gigi untuk dewasa. Fluoride pun jika
masuk kedalam tubuh akan berikatan dengan kalsium sehingga dapat
menyebabkan osteoporosis.

7. Borax memiliki rasa yang gurih, namun after taste yang pahit.

8. Pada baterai , disaluran cerna akan terurai.

9. Penggunaan pembersih lantai sebaiknya tidak mencampurkan zat yang bersifat


asam dan yang bersifat basa karena gugus cl akan terlepas , hal ini yang akan
mengakibatkan sesak nafas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Hal 206 dan 1113.

2. Lalani, Amina, MD, Suzan Schneeweiss. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri.


EGC, Jakarta, 364 - 371

3. Insley, Jack. 2005. Vade-Mecum Pediatri, Edisi 13, EGC, Jakarta, 145.

4. Sartono, drs., 2001, Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta, 224–235.

5. World Health Organization. 2008. Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited Resources.
WHO-Indonesia.

6. Federal Hazardous Substances Act. 2011. Federal Hazardous Substances Act.


Public Law 86-613; 74 Stat. 372, August 12, 2011 Version. (Diakses pada tanggal
26 November 2015) melalui https://www.cpsc.gov/PageFiles/105467/fhsa.pdf

7. Gossel, Thomas A and Bricker, J. Douglas., 2001, Principles of Clinical


Toxicology, 3rd ed., Taylor and Francis, 215 – 239

8. Cox, Robert D, MD, PhD, Joe Alcock, MD, MS. 2015. Chemical Burns. Updated
October 06, 2015. Emedicine medscape. (diakses pada 26 November 2015)
melalui http://emedicine.medscape.com/article/769336-overview#showall

9. Olson, K. R. 2007. Poisoning and Drug Overdose 5th ed, McGraw-Hill Inc., p.
157-159.

10. Tierney, L.M., Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, McGraw-Hill
Inc, 2004.

11. Singh, G. B., Chauhan, R., Kumar, D., Arora, R., & Ranjan, S. (2015). Lithium
Battery Ingestion: An Unusual Cause of Bilateral Cord Palsy. Case Reports in
Otolaryngology, 2015, 790830. http://doi.org/10.1155/2015/790830

12. Issley, Steven, MD, FRCPC, Asim Tarabar, MD. 2013. Ammonia Toxicity.
Updated: Sep 16, 2013. emedicine Medscape. (diakses 26 November 2015)
melalui http://emedicine.medscape.com/article/820298-overview#showall

Anda mungkin juga menyukai